Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
L.G. Saraswati Putri
"Letak signifikansi dari Upanisad dalam pemaparan tulisan ilmiah ini adalah semangat pembaharuannya yang hingga kini dapat digunakan sebagai diskursus mengkritik ataupun re-evaluasi dogma dan keortodoxan suatu sistem. Sehingga fenomena-fenomena yang terjadi dapat ditelaah secara logis dan kritis. Maka fokus permasalahan adalah bagaimana Upanisad mengkritik persoalan-persoalan seperti ri tulitas beragama (upacara keagamaan, kurban, persembahan), yang dianggap sebagai bentuk kesia-siaan `redundancy', kemudian konsep dewa `deities' dalam teologi Hindu, yang diserang secara tajam oleh Upanisad. Persoalan lainnya yang memicu konflik adalah desakralisasi dari kasta, dimana menurut Upanisad para kaum pemuka agama ataupun mereka yang meletakan diri mereka terhormat atau 'privileged' karena posisi kasta mereka, sesungguhnya dari prinsip kardinal hukum Karma tetap sederajat di mata alam semesta. Topik inilah yang hingga saat ini masih terus menimbulkan kontradiksi, dan menunjukan keradikalan berpikir dari Upanisad. Meski di kalangan umum, Upanisad tidak dianggap sebagai sumber teks yang populis, sehingga seringkali tidak dianggap sebagai inti dari filsafat India. Melalui argumen-argumen nantinya, diharapkan dapat dicermati bahwa Upanisad merupakan ruh ataupun mercusuar bagi pemikiran yang kritis dan tajam. Berbeda dengan literatur terdahulunya, Upanisad menekankan pada dialog, suatu transaksi berpikir yang rasional serta transendental, dan tidak melekatkan pada suatu bentuk norma_norma yang mengekang. Upanisad mendobrak segala pengkultusan tradisi yang sebelumnya menjadi tema utama dalam veda-veda Iainnya. Memahami Upanisad dapat dikatakan mempelajari Filsafat India dari sumber apinya, tidak pada residu, atau debunya semata. Seperti salah satu bagian Upanisad yang penting yakni, Mundaka Upanisad, dimana Bahasa sansekertanya berarti pisau/silet, yang bertujuan membedah dan terus menerus mencari pendasaran filosofis dibalik fenomena di sekeliling manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S16115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuanakotta, Theodorus M.
Jakarta: Salemba Empat, 2011
657.45 TUA b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Putu Putra
"ABSTRAK
"Sekalipun agama Hindu diperkirakan berumur lebih dari 5000 tahun, dan sebagai agama tertua yang tetap hidup, banyak orang tidak mengetahui dengan benar paham ketuhanan yang dianutnya, termasuk orang-orang Hindu sendiri. Sebagian besar orang-orang di luar Hindu menganggap Hindu menganut politheisme. Dalam banyak buku perbandingan agama dikatakan demikian. Orang-orang Hindu, menyatakan bahwa agama Hindu adalah monotheistik. Sikap semacam ini bisa diartikan sebagai upaya orang Hindu untuk menyesuaikan diri dengan kategori-kategori yang dibentuk oleh orang lain. Orang-orang Hindu seperti tunduk di bawah kekuasaan wacana orang lain, dalarn hal ini filsafat Barat dan agama-agama Abrahamik, khususnya Kristen dan Islam. Tetapi bisa juga karena kekeliruan menafsirkan teks-teks di dalam Weda maupun Upanisad yang menyebut Tuhan sebagai ""Yang Esa,"" ""Satu-satunya"", ""Tiada Yang Kedua"" dan sebagainya. ""Para maharesi menyebut banyak nama kepada Yang Satu."" (RigVeda I: 164, 6; 46); ""Dalam kebenaran sejati Yang Satu menjadi seluruh dunia."" (RigVeda VIII: 58, 2-8, vi); ""Dia adalah Satu menyusupi segalanya, tamu manusia"" (AtharvaVeda VII: 21, vi); ""Dia adalah Satu, Satu-satunya, yang hanya Satu. Di dalamnya semua para Dewa menjadi Satu."" (AtharvaVeda XIII: 4, 12- 24). Tetapi `""Yang Satu"" di ini bisa berarti, selain monotheisme, juga pantheisme, parwntheisme atau monisme. Kekeliruan menafsirkan kata ""Yang Esa"" atau ""Yang Satu"" dapat terjadi karena filsafat ketuhanan di dalam agama Hindu, sangat berbeda dengan filsafat Barat. Di dalam Hindu, kategori-kategori seperti politheisme, monotheisme dan sebagainya tidak dikenal. Pemikiran ketuhanan berfokus pada perbedaan antara Tuhan berpribadi dengan nama dan rupa (Saguna Brahman) dan Tuhan tak berpribadi tanpa nama dan rupa (Nirguna Brahman). Di samping itu, di dalam Hindu terdapat konsep Istadewata, di mana setiap orang bebas memilih Ideal yang ingin dipujanya. Seseorang dapat mengikuti filsafat ketuhanan tertentu yang dikehendakinya, Nirguna Brahman atau Saguna Brahman. Bila ia mengikuti filsafat Saguna Brahman, ia dapat memilih nama dan rupa tertentu dari Tuhan yang ingin dipujanya. Konsep Istadewata ini lalu menimbulkan kesan bahwa Hindu adalah politheistik atau henotheistik. Upanisad menjelaskan Tuhan, yang disebut Brahman, ada di dalam ciptaan, sekaligus melingkupi ciptaan. Maka paham ketuhanan menurut Upanisad, dalarn kategori filsafat ketuhanan Barat, adalah pantheistik/panentheistik. Tetapi Upanisad juga menjelaskan Tuhan, sebagai substansi transenden dan personal, disebut Isvara, yang dalam kategori filsafat Barat dapat dikategorikan sebabai monotheisme. Brahman sebagai substansi tunggal, dicari ke dalam diri melalui meditasi atau jnana dan raja yoga. Sedangkan Isvara dipuja sebagai praktek dari bhakti yoga. Di samping diperbolehkan memilih nama rupa, orang Hindu juga bebas memilih berbagai jalan menuju Tuhan. Tuhan yang mahatakterbatas, tidak mudah untuk didefinisikan, diberikan batasan-batasan. Akses kepadanya juga tidak mungkin dibatasi. Ramakrishna Paramahamsa seorang yogi Ilindu menyatakan,""
2007
T39133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"There are many people who think that critical thinking is something difficult to do and is inteded to those who study at college or those who study philosophy and for those who possesess high IQ (genius)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sina, Ibnu
"Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menafsirkan informasi secara objektif dan rasional untuk memahami isu-isu kompleks, menilai kebenaran dan keandalan informasi, serta mengambil keputusan yang terukur. Ini melibatkan proses aktif dalam memeriksa alasan untuk meyakini atau bertindak, bukan hanya menerima informasi secara pasif."
Jakarta: Turos Pustaka, 2025
100 SIN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fisher, Alec
Jakarta: Erlanga, 2009
160 FIS bt (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fisher, Alec
"Keterampilan berpikir kritis dengan membaca, menulis yang perlu dikuasai. berpikir kritis sering dibahas khusus dalam suatu kuliah umum karena dapat membantu menghasilkan argumen yang tajam; Fakultas Teknik, istilah Architectural Reasoning."
Jakarta : Erlangga, 2008
100 FIS b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Suleeman
"Berbagai hal telah dilakukan pemerintah untuk menyiapkan negara Republik Indonesia memasuki Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, setelah Penbangunan Jangka Panjang Tahap I dinilai cukup berhasil. Salah satu hal yang dianggap menjadi kunci keberhasilan pembangunan ialah sumber daya manusia yang harus berkualitas tinggi. Untuk itu telah disiapkan pula anggaran yang dipakai untuk pendidikan dan peningkatan ketrampilan manusia Indonesia pada umumnya. Khusus dari kalangan intelektual diharapkan sumbangan dan masukan yang bermanfaat untuk mengisi pembangunan tersebut.Ini dapat dimaklumi karena kaum intelektual walaupun mencakup sebagain kecil dari kaseluruhan rakyat Indonesia, namun secara potensil justru memiliki peran strategis yang besar. Namun sayangnya, pada saat ini juga muncul berbagai keluhan yang ditujukan terhadap calon intelektual, yaitu mahasiswa. Cukup banyak keluhan yang dilontarkan terhadap kualitas mahasiswa saat ini, tidak hanya pada mereka yang kuliah di perguruan tinggi swasta, tapi juga negeri, bahwa sikap mereka pada umumnya tidak kritis, bahkan cenderung apatis dan masa bodoh terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat. Beberapa penelitian di lingkungan Universjtas Indonesia menunjukkan dukungan terhadap gejala tersebut. Chandra (1991) dan Napitupulu (1992) misalnya mendapatkan bukti bahwa sebagian mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tidak pernah mengajukan satupun pertanyaan ke pada para pengajar, padahal bertanya adalah salah satu indikasi dari adanya sikap kritis. Ketika ditanyakan alasannya, subyek menjawab bahwa mereka tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Kalaupun ada hal yang tidak dimengerti, lebih baik mereka mendiamkan hal tersebut, dan berharap tidak akan muncul pada ujian, daripada bertanya pada pengajar dan menemukan jalan keluar seperti yang seharusnya. Beberapa mahasiswa lainnya cukup berani untuk membahas tersebut dengan rekan kuliah walaupun belum pasti mendapatkan jawaban yang diinginkan. Walaupun berbagai analisa bisa diberikan untuk meneliti akar dari masalah ini (misalnya penenuan SCU Mundandar, 1977, yang menemukan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memang tidak melatih siswa untuk menjadi kreatif, hanya sekedar pasif mengikuti apa yang diperintahkan guru saja) tapi penulis mendekati masalah ini dari sudut yang berbeda.
Penelitian di bidang psikologi kognitif naupun psikolinguistik nembuktikan bahwa berpikir kritis bisa dilatih, pada orang yang sudah dewasa sekalipun (lihat misalnya penelitian Lehman & Nisbett, 1990). Bahkan Silalahi (1992) dan Djiwatampu (1993) berhasil membuktikan bahwa pelatihan proses kognitif berupa pengaktifan skemia bisa ditransfer dalam bidang bahasa, sehingga mampu meningkatkan pemahaman bacaan para subyek.
Pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun modul pelatihan "Berpikir Kritis" dan sekaligus mencobakannya pada peserta kuliah Bimbingan Menulis tahun 1993 (sebanyak 72 orang) yang juga diasuh oleh penulis. Porsi berpikir kritis yang berkaitan dengan bahan kuliah Bimbingan Menulis adalah saat peserta diminta membuat tulisan yang bersifat argumentatif. Biasanya waktu yang tersedia untuk menyiapkan tulisan argumentatif adalah 3 pertemuan, tapi melalui modul ini disiapkan 12 pertemuan untuk membahas elemenelemen berpikir kritis sebelum akhirnya peserta diminta membuat tulisan argumentatif. Elemen-elemen berpikir kritis yang dijadikan topik bahasan adalah memahami pengertian klaim/pernyataan, memahami klaim, menilai kebenaran suatu klaim, jenis-jenis kesalahan berpikir, dan jenis argumen.
Dari hasil analisa kualitatif maupun kuantitatif terhadap prestasi peserta (yang diberikan sebagai pre-test dan post-test) ternyata bahwa pada akhir pelatihan (saat evaluasi), ditemukan peningkatan daya analisa peserta terhadap suatu tulisan argumentatif berbentuk paragraf. Selain itu, dibandingkan dengan peserta kuliah Bimbingan Menulis pada tahun-tahun sebelumnya, peserta pada tahun 1993 yang mendapatkan pelatihan ini berhasil membuat tulisan argumentatif yang lebih baik. Ini semua menunjukkan bahwa pelatihan "Berpikir Kritis" mampu meningkatkan kualitas ketrampilan kritis yang terutama diukur melalui kemampuan menganalisa tulisan dan kemampuan membuat tulisan argumentatif. Cara lain yang dapat dipakai untuk meningkatkan hasil yang telah ditemukan adalah memperluas topik bahasan tentang jenis argumen, agar peserta betul-betul mahir menggunakan ketrampilan kritis yang dilatihkan, selain juga meneliti seberapa jauh ketrampilan yang telah diajarkan bisa ditransfer ke kegiatan lainnya di luar kuliah Bimbingan Menulis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lembaga Pers Mahasiswa UNJ, 2008,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Harlis Kurniawan
Jakarta: Pesona Buku Islami, 2003
899.208 HAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>