Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yugianti S. Soelaiman
"Skripsi ini adalah pemikiran Albert Camus mengenai pembrontakan sebagai suatu sikap hidup. Secara sepintas, pada umumnya semua kita tahu apa itu pemberontakan. Tetapi pemberontakan yang bagaimanakah yang dipikirkan Camus itu? Dan mengapa ia sampai kepada ajuran untuk mengambil pemberontakan sebagai sikap hidup manusia dalam menghadapi kehidupan dunia ini?. Tentu saja itu ada alasannya. Pada mulanya Camus merasa bahwa ada sesuatu yang tidak memuaskan perasaannya, yang menekan kebebasannya sebagai manusia, dan ini perlu diberontaki agar kebebasannya bisa dimilikinya kembali. Kemudian, jalan untuk memulihkan kebebasan yang terenggut tadi adalah lewat pembrontakan. Manusia harus mampu mengatakan 'tidak' kepada hal-hal, peristiwa-peristiwa, situasi-situasi, atau apa saja yang menurut dia cenderung memerosotkan martabat manusia..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S16071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Arif
"Bunuh diri merupakan diskursus sepanjang zaman dalam kehidupan manusia. Menilik sejarah, sebut saja seperti kaum stoa, tradisi Seppuku di Jepang, dan yang paling baru peledakan diri para teroris merupakan sebagian contoh yang menunjukkan bahwa bunuh diri terus dilakukan. Kendati nilai-nilai kemanusiaan terus berubah sepanjang zaman, tapi bunuh diri tetap menjadi sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehidupan lebih cepat. Albert Camus mempertanyaan bunuh diri sebagai sebuah tindakan yang dipilih manusia. Pertanyaan itu memiliki keterkaitan dengan konsep eksistensialisme. Sehingga pemaknaan bunuh diri pun hanya sebatas problem eksistensilis-filosofis. Di sinilah letak persoalan bunuh diri pada masa kini. Pada kenyataannya, di zaman sekarang bunuh diri bukan lagi hanya persoalan eksistensialis-filosofis. Ada sesuatu yang melebihi hal itu, tindakan bom bunuh diri dapat dijadikan contoh. Bunuh diri adalah persoalan kemanusiaan. Maka, dengan tetap berpijak pada pemikiran Albert Camus, akan dijelaskan mengenai perluasan pemahaman bunuh diri sebagai sebuah tindakan mengingkari humanitas.

Suicide is a discourse throughout the ages in human life. Tracing the history, there are some examples that show suicide still exist, let says the stoic from early ages, Seppuku tradition in Japan, and terrorist who blew up themselves. Despite values of humanity keep changing throughout the ages, suicide is still the alternative choices to end live faster. Albert Camus questioning suicide as an action that choices in human life. This question is related to his existentilism concept. So that, the values of suicide just be the existentialism problem. This is the problem of suicide in the contemporary era. In fact, in the contemporary era, suicide is not just existentialist problem, there is something beyond, suicide bombing for example. Suicide is humanity problem. Through the thought of Albert Camus, it will be explained about expansion suicide as a disavowal of humanity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Nugroho
"The Absurdity Of Human Existence A Reflection Toward Albert Camus ThoughtsAlbert Camus, a Pied Noir (French-Algerian) philosopher who lived on 1913-1960, is an existentialist thinker that concerning into absurdity phenomenon on human life. Absurdity is a representation in Common Era that human existence has a serious problem with the world that surrounding them. Feeling of absurdity born when the world reject human individual life likes alienation. This conflict make human tend to die because they do not find anything on their live.
Suicide is one of human reaction for their absurd life. Camus thinks that suicide is important philosophical problem that must be solved before explaining another likes, logical, metaphysical or epistemological problems. The assumption for this because, if human can not find the reason why their must be live and exist, the explaining for another aspects of life is not useful. Camus believes that human can be surviving on their absurd life because of their essence. Rebellion is the way to survive that absurdity man against all of interrupt from the world that not suitable for their existence. Human has freedom to choice how to survive according to their rationality.
A critic for Camus thoughts, unless he said that suicide is a kind of magnum opus because to make it happen, an individual must dialogue with his rationality, he thinks that suicide as representation of the looser. Suicide is a sign that human weakness and cannot survive. If he against suicide, he makes a stratification to human existence that means, contradiction with his principal that human has a freedom. Suicide is one kind of rebellion, to find the meaning of live. If a human cannot find on this world, it means that this world is not a right place for them to exist."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Nanria Arif
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1970
S14318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camus, Albert, 1913-1960
London : Everyman's Library, 1998
843.9 CAM o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bur Rasuanto
"Skripsi ini adalah tesis Gregory Bateson mengenai akalbudi, atau yang dalam bahasa Inggeris disebut mind. Faham Barat mengenai akalbudi selama ini dalam garis besarnya mengambil dua cara pendekatan. Pertama, mendekati akalbudi itu dengan pertanyaan: apakah akalbudi? Kedua, mendekatinya dengan melihat akalbudi itu sebagai sesuatu yang bersifat psikis dan bertanya: apakah fakta-fakta psikis, sifat mental atau proses psikis itu? Yang pertama mendekati akalbudi dengan mempersoalkan substansinya. Yang kedua mendekati akalbudi dengan mempersoalkan esensinya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S16021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Reza Alexander Antonuis, 1983-
Yogyakarta: Kanisius, 2015
100 REZ f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Durand, Anne
Paris Librairie Fischacher [t.th.]
844.91 D 420
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
H.G. Soedijono
"Ki Hajar Dewantara yang nama kecilnya Raden Mas Suwardi Suryaningrat lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Sejak kecil, Ki Hajar Dewantara telah menyadari bahwa bangsanya hidup dalam kemiskinan. Sebagai orang terpelajar, Ki Hajar Dewantara tahu pula bahwa kemiskinan bangsanya itu bersumber dari penjajahan bangsa asing. Dengan demikian, kemiskinan yanhg melanda bangsa Indonesia tidak disebabkan oleh faktor keberadaan bangsa itu sendiri, tetapi akibat faktor ekstern. Kemiskinan yang disebut alienasi ekonomi itu seharusnya tidak terjadi. Di samping mengalami alienasi ekonomi, bangsa Indonesia mengalami pula alienasi budaya yang terbentuk dari faktor feodalisme di dalam masayarakat Jawa. Dalam alienasi budaya itu hubungan antar-manusia tidak dapat berlangsung secara wajar karena ada stratifikasi sosial yang tajam. Lama-kelamaan alienasi ekonomi dan alienasi budaya menimbulkan alienasi sosial dan alienasi politik. Keempat alienasi itu membentuk manusia Indonesia menjadi manusia yang tidak utuh, manusia yang serba tergantung dan manusia yang tidak mampu mandiri. Dengan perpaduan beberapa pemikiran seperti pemikiran Friedrich Froebel, Maria Montessori, Rabindranath Tagore dan alam pikiran Jawa, Ki Hajar Dewantara berusaha merubah alienasi tersebut. Dengan refleksinya yang tajam, Hajar Dewantara berpendapat bahwa alienasi itu harus dihapuskan dengan cara meletakkan kedudukan manusia pada posisi yang sebenarnya yaitu manusia sebagai makhluk yang berbudaya sekaligus manusia seutuhnya. Dalam melaksanakan tugas manusia sebagai makhluk berbudaya, manusia adalah bagian dari alam dan memiliki kewajiban mengolah alam itu sebab manusia berada di dalam kodrat alam. Dengan dinamikanya manusia merubah alam dan membentuk kebudayaan. Melalui seluruh potensinya manusia mengubah hidupnya menjadi budaya. Budaya adalah ekspresi kemanusiaan. Manusia yang mampu mengekspresikan budinya adalah manusia yang utuh. Keutuhan manusia itu terwujud dalam bentuk kepribadiannya. Kepribadian itulah yang menentukan kemanusiaan seutuhnya sebab dengan kepribadian itu unsur dinamika jiwa sudah diatur oleh penguasa jiwa. Dengan adanya penguasa jiwa yang menertibkan cipta, rasa, karsa dan panca-indera maka tiap manusia memiliki perbedaan kepribadian yang terpusat pada aku. Dengan akunya manusia mampu mempertahankan diri, melanjutkan keturunan dan mengisi hidupnya dengan cara merealisasi potensi-potensi jiwa menjadi kebudayaan. Kebudayaan adalah suatu yang inheren pada diri manusia. Untuk menemukan hakekat kebudayaan, Ki Hajar Dewantara melihat peranan adat dalam kehidupan. Di dalam adat, manusia tidak hanya berhubungan dengan manusia saja, tetapi juga wajib berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat waktu. Dengan adat itulah manusia mengatur hidupnya secara harmonis. Meskipun manusia yang hidup dalam adat dapat menyelaraskan dirinya dengan alam, tetapi manusia dapat terperangkap dalam kebekuan adat itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mengikuti perkembangan zaman perlu kreativitas agar manusia mampu mencapai kebudayaan yang luhur. Untuk itu diperlukan adanya kebangkitan kesadaran berbudaya yang membuat manusia tidak terikat oleh adat, tetapi justru mengatur dan mengembangkan adat sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan adat itu terjadi dalam percampuran kebudayaan. Percampuran kebudayaan adalah usaha pembudayaan yang berjalan secara wajar, terencana dan terarah. Oleh karena itu usaha yang paling tepat adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan itu manusia dapat membebaskan dirinya dari kebodohan dan sekaligus manusia mampu mengekspresikan potensi-potensinya menjadi kebudayaan. Landasan moral yang digunakan dalam pendidikan adalah keharusan memperhatikan tindakan yang manusiawi yaitu tindakan yang baik terhadap manusia lain (sesamanya), lingkungannya (alam), dan Tuhan. Landasan itu digunakan untuk membentuk konsepsi pendidikan yaitu segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa yang dimulai dari bawah. Untuk mewujudkan konsepsi pendidikan itu Ki Hajar Dewantara menggunakan teori konvergensinya dalam bentuk kegiatan pendidikan. Sedangkan untuk merealisir cita-cita pendidikan tersebut, dicanangkanlah Pendidikan Nasional yang harus berlaku di seluruh tanah air."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Jane Hillary
"L`Etranger karya Albert Camus adalah salah satu roman Prancis paling berpengaruh di dunia. Seperti dalam karya-karyanya yang lain, tokoh utama yang ditampilkan adalah sosok laki-laki yang berhadapan dengan absurditas kehidupan dan masalah eksistensialisme. Artikel ini membahas tokoh-tokoh perempuan yang tampaknya secara sengaja kurang dikembangkan dalam L`Etranger. Metode yang digunakan adalah kajian struktural dengan berfokus pada aspek penokohan, dengan diperdalam menggunakan konsep-konsep Albert Camus tentang absurditas dan pemberontakan. Hasil analisis menunjukkan adanya ambiguitas, di satu sisi tokoh-tokoh perempuan memiliki peran penting dalam alur cerita, namun di sisi lain digambarkan melalui sudut pandang tokoh Mersault sebagai sosok-sosok yang tidak bermakna bagi dirinya. Hal ini menegaskan tokoh Mersault sebagai sosok manusia absurd.

L`Etranger is one of Albert Camus` most influential french fiction in literature. As well as his other works, in this text, the main character is presented as a male who struggled with absurdity and existential crisis. This article discusses the women in L`Etranger whose character is intentionally simplified and reduced. Structuralism is used as an approach to focus on character and characterization along with Camus` absurdism and anarchism. The analysis shows the ambiguity in Camus work, on one side, the women hold important roles to ensure the flow of the plot but on the other side these characters is presented as meaningless through Meursault`s narrative. This stresses the point on Meursault as an absurd being."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>