Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Choiriyah
"Skripsi ini membahas tentang tari Sema yang terdapat dalam praktik zikir khatam khawajagan pada Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani. Yang kemudian menjadi pertanyaan, rahasia apa yang tersirat dalam tari mistis Sema dalam kaitannya sebagai metode zikir? Metode penelitian yang digunakan adalah metode participant observer, yakni penulis meneliti dan mengikuti zikir pada Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani yang terletak di wilayah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pemilihan data ini terkait dengan rekomendasi dari Presiden Haqqani Sufi Institute of Indonesia, Arief Hamdani. Untuk menunjang penelitian, penulis juga memperkaya dengan studi pustaka. Untuk kebutuhan analisis, penulis menggunakan teori yang diterapkan oleh Annemarie Schimmel yang dalam karyanya banyak membahas tentang Jalaluddin Rumi dan tari Sema. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tari Sema merupakan tari mistis yang dipraktikkan di zawiyah Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani sebagai wujud dari rasa cintanya terhadap Rumi. Tujuan akhir dari tari mistis ini adalah untuk memperoleh puncak ekstase dalam zikirnya, sebagai sarana untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhan hingga memperoleh kepuasan lahir dan batin.

The focus of this study is about the mystical dance of Sema that used in practices of zikir khatam khawajagan on Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani. It becomes a question, what is the secrets beyond mistical dance of Sema related as zikir method? The research_s method that writer used is a method of participant observer, that the writer investigated and joint in to their zikir at zawiyah Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani which was located at Kebayoran Baru, South Jakarta. This data collection related to recommendation from Presiden Haqqani Sufi Institute of Indonesia, named Arief Hamdani. To support this study, the writer also enriched the data with literature study. To analyse the study, the writer used an analysis theory used by Annemarie Schimmel that most of her works discussed about Jalauddin Rumi and sema dance. The result of this research concludes that Sema dance is a mystical dance that was practiced at Tarikat Naqsyabandiyah Haqqani_s zawiyah as their loves to Jalaluddin Rumi. The final purpose of this mystical dance is to get a peak ecstasy in their zikir, as one of zikir method to get closer to God until they get the physical and spiritual satisfaction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13202
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Mubarok
"Setiap tarikat mempunyai berbagai tata cara peribadatan, teknik spiritual dan latihan-latihan rohani, seperti zikir, suluk atau menyepi, dan lain-lain. Di dalam tarikat Naqsyabandiyah Haqqani terdapat suatu latihan untuk mencapai kedekatan diri dan persatuan dengan Tuhan, yaitu meditasi sufistik yang merupakan suatu latihan konsentrasi untuk menghadirkan seorang syekh ke dalam diri orang yang melakukan meditasi. Meditasi sufistik membutuhkan suatu perantara untuk meraih cinta Ilahi. Pengikut tarikat mempercayai guru-guru besar mereka merupakan penghubung tersebut. Guru-guru mereka dipercayai merupakan para wali AIlah (kekasih Allah). Seseorang yang berhasil menguasai meditasi sufistik dipercaya dapat melakukan penyembuhan spiritual, karena ia telah mendapatkan akses pada kekuatan rohani dan jasmani. Mereka menjadikan penyembuhan spiritiual sebagai pelengkap penyembuhan kesehatan. Akan tetapi, penyembuhan spiritual ini sering diabaikan oleh ilmu kedokteran modern, sekalipun penyembuhan spiritual ini sudah lama diterapkan oleh tarikat ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
An-Nadwi, Abul Hasan
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993
891.551 1 ANN j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholson, Reynold Alleyne
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993
891.5 NIC j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lathif Purwa Atmaja
"Tasawuf menjadi faktor utama dalam Islamisasi secara masif di Nusantara sekitar abad ke-12 M. Di Pulau Jawa, tasawuf juga sebagai fondasi tergerusnya hegemoni agama Hindu-Budha yang pada saat itu dipegang oleh Majapahit. Ajaran tasawuf dengan organisasi tarikatnya menjadi semakin kokoh dan beradaptasi dengan kebudayaan Nusantara.
Keberhasilan tasawuf dalam periode awal Islamisasi diteruskan oleh salah seorang sufi dari Nusantara, yaitu Ahmad Khatib Sambas (w. 1878 M), yang dibuktikan dengan mengembangkan sebuah tarikat baru yang bernama tarikat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Suburnya pengaruh tarikat ini di Nusantara membawanya ke Pondok Pesantren An-Nawawi yang terletak di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Penelitian ini mendeskripsikan sejarah tarikat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren An-Nawawi, ajaran yang terdapat di dalamnya, dan pengaruhnya bagi masyarakat di sekitar lokasi tersebut. Analisis penelitian ini diperoleh dengan kajian pustaka dan metode kualitatif, dengan menggunakan teori tasawuf, tarikat, dan gerakan sosial, serta mengkorelasikannya dengan fakta dan fenomena di lapangan. Dengan wawancara dan berpartisipasi aktif selama tiga bulan dalam setiap kegiatan tarikat di pondok pesantren tersebut, merupakan upaya untuk mendukung metodologi dan memperoleh tujuan dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tarikat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Pondok Pesantren An-Nawawi menjadi pusat perkembangan tarikat di Kabupaten Purworejo dan wilayah sekitarnya. Selain itu, tarikat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat Kabupaten Purworejo di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan agama.

Tasawuf becomes the main factor in massively spreading of Islam in Indonesia in the 12th century. In Java, tasawuf also acts as a foundation of decreasing Hindu and Buddha‟s hegemony as majority‟s religion in Majapahit Kingdom. Tasawuf brings its own color for Islam in Nusantara. The values of society tradition influenced by Hindu-Buddha absorbed in tasawuf, so it has a syncretic characteristic. Tasawuf helps the tariqa organization stronger and adapts with local cultures.
The succeeded of tasawuf in the early period of Islamization was continued by a sufi from Nusantara who was Ahmad Khatib Sambas (d. 1878). It was proved by developing of a new tariqa called Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. The influence brought to Pondok Pesantren An-Nawawi located in Purworejo Regency, Central Java.
The research describes the history of Qadiriyah wa Naqsyabandiyah in Pondok Pesantren An-Nawawi with all aspects and its influences toward society. Using tasawuf‟s, tariqa‟s, and social movement‟s theories it was explained the corelation with actual condition by doing qualitative study with Qadiriyah wa Naqsyabandiyah‟s participants within three months, including participation in tariqa activities.
The result shows this order becomes a center of the tariqa development in Purworejo Regency and around. This tariqa has a big influence for Purworejo Regency society in economic, social, politic, cultural, and religious aspect as well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yon Machmudi
"
ABSTRAK
Tarikat Qadiriah wan Nagsyabandiah, disingkat TQN, didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas pada abad ke-19 M. Awal penyebaran tarikat ini berpusat di Makkah, tetapi sejak abad ke-20 M ketika terjadi penyerbuan tentara Abdul Aziz yang beraliran wahabi dan anti tarikat, pusat penyebaran tarikat ini tidak lagi di Mekkah. Pusat penyebaran tarikat kemudian bergeser ke Indonesia.
Dalam sebuah tarikat terdapat pemimpin tertinggi yang disebut mursyid. Mursyid ini memegang kekuasaan tertinggi dalam tarikat. Di Jombang, TQN yang dipimpin oleh Kyai Dhimyati ini mempunyai ciri-ciri kepemimpinan. Pertama, rekruitmen dan suksesi kepemimpinan tidak lagi bersifat tertutup dan menjadi otoritas mutlak mursyid, suksesi kepemimpinan telah bergeser pada pemilihan mursyid dengan Cara musyawarah, hanya saja faktor keturunan atau geneologi masih tetap mendominasi. Kedua, mempunyai efektifitas dan otoritas kepemimpinan yang masih sangat kuat dan tidak tergoyahkan. Ketiga, mempunyai pengaruh wilayah kepemimpinan yang terbatas tetapi memiliki wilayah penyebaran yang relatif luas dan tidak terbatas.
Itulah sebuah kepemimpinan yang berlaku pada masyarakat tarikat dengan mursyid sebagai pemimpin tertinggi. Kalau pemimpin informal Islam lainnya telah mengalami pergeseran dan pemudaran otoritas kepemimpinan maka untuk mursyid sebagai pemimpin informal masih tetap memiliki otoritas yang kuat, karena dia masih menempati posisi sentral dalam komunitasnya.
"
1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irham Nur Akbar
"Jurnal ini membahas tentang Tarian Sufi Whirling Darwis di Turki. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif analitis. Dari penelitian ini penulis mengetahui bahwa Tarian Sufi Whirling Darwis telah menjadi salah satu kekuatan dalam sektor pariwisata dan menjadi kekayaan budaya negara Turki. Perjalanan sejarah yang telah dilalui Turki semenjak terlahirnya tarian ini pada abad ke dua belas masehi melewati tiga masa pemerintahan dimulai dari Dinasti Seljuk, Turki Ottoman hingga Republik Turki Modern. Melewati masa yang begitu panjang, tarian Whirling Darwis ini tetap terjaga hingga masa kini. Para penari Whirling Darwis mengenakan pakaian khas berupa peci tinggi dan jubah longgar besar. Peci tinggi melambangkan simbol pusara bagi ego individu atau nafsu yang ada dalam diri manusia. Gerakan tari ini berputar-putar dengan hanya bertumpu pada satu titik. Tarian Whirling Darwis diciptakan oleh penyair dan ulama Islam, inspirasi dari gerakan Islam Tarekat Maulawiyah, Jalaluddin Rumi. Melalui studi pustaka penelitian ini bertujuan menggali lebih dalam perjalanan sejarah Whirling Darwis yang menyebabkan tarian ini dapat bertahan menjadi kebudayaan Turki meski telah melewati waktu berabad-abad.

This journal disscuss about the Sufi Dance, Whirling Dervish in Turkey. This research use qualitative method with descriptive analysis design. By this kind of research, the authors know that the Sufi Whirling Dervish dance has become one of the strengths of tourism sector and become a cultural richness of Turkey. The course of history that has been passed by Turkey since the founding of this dance in the twelfth century AD, pass through three reign. Start from Seljuk dynasty, the Ottoman Turks then Republic of Turkey. Passing such a long period, Whirling Dervish dance is still exist until today. The Whirling Dervish dancers dressed in the typical outfit of long high cap and large loose robe. The cap symbolizes the death symbol for the individual ego or lust in human. The dance movements swirling with just rely on one point. Whirling Dervish dance created by the poet and scholar of Islam, the inspiration of the Mahlevi Order, Jalaluddin Rumi. The purpose of this research is to learn more the history of Whirling Dervishes that causing the dance still get the place in Turkish Culture this day, even passing through the centuries.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rumi, Maulana Jalalu-D-Din Muhammad I Rumi
London: Octagon Press, [t.th.]
297.4 RUM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Perwira Yudha Wijasa
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S5924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>