Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97288 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peck, M. Scott [Morgan Scott], 1936-2005
Taibei shi: Tian Xia Wen Hua, 1966
SIN 200.19 PEC x
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Peck, M. Scott [Morgan Scott], 1936-2005
"Summary:
Confronting and solving problems is a painful process which most of us attempt to avoid. Avoiding resolution results in greater pain and an inability to grow both mentally and spiritually. Drawing heavily on his own professional experience, Dr M. Scott Peck, a psychiatrist, suggests ways in which facing our difficulties - and suffering through the changes - can enable us to reach a higher level of self-understanding. He discusses the nature of loving relationships: how to distinguish dependency from love; how to become one's own person and how to be a more sensitive parent"
London: Rider, 2008
158.1 PEC r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Covey, Stephen R.
"Bagaimana cara Anda memandang banyak masa dan babak dalam kehidupan Anda? Akan bagaimana reaksi Anda terhadap perjalanan unik Anda sendiri dalam hidup ini? Penting sekali bagi kita untuk membuat rencana tentang bagaimana kita akan menangani pasang-surut dalam hidup: masa stagnan, masa sukses, tantangan tak terduga, ketidakberuntungan, dan perubahan besar yang terpaksa harus dihadapi. Penting sekali menciptakan masa mendatang yang terbaik sebelum kita sungguh menjalaninya. Buku ini memperkenalkan Mentalitas Kresendo sebagai dasar berpikir dalam babak kehidupan yang mana pun. Hidup dalam Kresendo adalah sebuah pola pikir dan prinsip untuk beraksi. Mentalitas Kresendo merupakan perspektif unik dalam menjalani hidup melalui kontribusi-kontribusi bagi orang lain dan selalu mencari apa yang ada di depan kita yang harus dicapai. Pola pikir ini mendefinisikan ulang sukses dari cara yang lazim dipahami dalam masyarakat. Ketika Mentalitas Kresendo diterapkan, akan ada perubahan luar biasa yang dapat terjadi dalam hidup kita, juga dalam hidup orang-orang di sekitar kita, bahkan di seluruh dunia. Dalam musik, Kresendo berarti terus menaikkan suara, meningkatkan energi, volume, dan semangat. Tanda Kresendo (Crescendo) “<” meminta Anda terus memperpanjang sebuah nada atau rangkaian nada dengan volume yang terus dinaikkan, terus membesar tanpa batas. Ketika sebuah musik berada dalam kresendo, musik itu tidak hanya makin keras. Ada nuansa pertumbuhan, perkuatan, dan perluasan dalam sebuah komposisi atau hasil yang ditampilkan berkat perpaduan ekspresif antara ritme, harmoni, dan melodi. Ini pada gilirannya disajikan dengan unsur-unsur dasar pitch dan ritme bersama dinamika volume, yang menyatu dengan pergeseran waktu dalam sebuah komposisi atau penampilan. Sebaliknya, Diminuendo—sesuai tanda yang digambarkan “>”—berarti mengurangi volume dan kekuatan, menurunkan energi, surut pelan-pelan; menjalani hidup dalam diminuendo berarti Anda tidak berusaha meregang diri, tidak tumbuh, dan tidak belajar lagi; Anda merasa puas dan bergantung pada apa yang sudah diraih, dan akhirnya berhenti berproduksi dan berkontribusi. Dengan cara yang sama, akan ditunjukkan bahwa menjalani Hidup dalam Kresendo mengungkapkan gairah, minat, hubungan, keyakinan, dan nilai-nilai kita—yang pada gilirannya berpijak pada prinsip-prinsip dasar yang memandu kita melalui semua babak hidup kita. Menjalani Hidup dalam Kresendo berarti terus tumbuh dalam berkontribusi, belajar, dan memengaruhi orang lain. Pola pikir bahwa “karya paling penting selalu ada di depan kita” merupakan sebuah mentalitas berpikir ke depan yang optimistis, yang mengajarkan bahwa kita dapat selalu berkontribusi tidak peduli apa pun yang terjadi pada kita dan di babak mana kita tengah berada. Bayangkan bagaimana hidup akan berubah seandainya Anda mengambil perspektif bahwa kontribusi, pencapaian, bahkan kebahagiaan terbesar Anda tidak hanya yang sudah di belakang Anda, tetapi masih selalu di depan Anda! Dengan cara sama ketika musik dibangun di atas nada-nada terdahulu tetapi mengharuskan kita mengantisipasi nada atau chord berikutnya, hidup Anda dibangun di atas masa lalu tetapi terbuka ke arah mendatang. Mentalitas ini bukan peristiwa “satu kali jadi dan selesai”, melainkan berjalan sepanjang waktu sampai menjadi bagian yang kaya dan proaktif dalam diri kita. Mentalitas Kresendo menganjurkan pemanfaatan apa pun yang kita miliki—waktu, bakat, keterampilan, sumber daya, karunia, gairah, dana, pengaruh—untuk memperkaya kehidupan orang-orang di sekitar kita, entah keluarga, tetangga, komunitas, atau seluruh dunia. Buku ini dibagi menjadi empat bagian utama: Bagian 1: Pergulatan Usia Paruh Baya Bagian 2: Puncak Keberhasilan Bagian 3: Ketidakberuntungan yang Mengubah Hidup Bagian 4: Paruhan Kedua dalam Hidup masing-masing didasarkan pada babak-babak penting dalam hidup ketika, bergantung pada tanggapan Anda, Anda dapat memilih Hidup dalam Kresendo dan berbuat yang paling baik, atau Hidup dalam Diminuendo—entah secara harfiah atau kiasan—lalu menghilang pelan-pelan. sama seperti komposer dan pemusik mengekspresikan diri melalui musik yang, serumit apa pun, selalu beranjak dari hal paling dasar, kita semua menjalani hidup dengan cara-cara yang mewadahi prinsip-prinsip dasar dalam perilaku dan interaksi antarmanusia. Mentalitas Kresendo menggunakan prinsip-prinsip pokok untuk membimbing kita melewati masing-masing dalam empat babak kehidupan ini. • Hidup adalah Sebuah Misi, Bukan Sebuah Karier • Hidup itu untuk Melayani • Manusia Lebih Penting daripada Barang • Kepemimpinan adalah Mengomunikasikan Harkat dan Potensi • Bekerja untuk Meluaskan Lingkaran Pengaruh • Memilih Hidup dalam Kresendo, Bukan Diminuendo • Peralihan dari Bekerja ke Berkontribusi • Menciptakan Kenangan-Kenangan yang Bermakna • Mengenali Tujuan Anda Walaupun mungkin ada hal-hal yang membedakan kita satu sama lain—perbedaan budaya, salah paham, disparitas kesempatan, latar belakang, dan pengalaman—namun kita memiliki kesamaan-kesamaan yang jauh lebih penting sebagai bagian dari keluarga manusia. Apabila Anda pernah pergi ke tempat jauh dan bertemu dengan orang dari bagian dunia berbeda, Anda akan menemukan bahwa kita semua pada dasarnya sama—kaya dan miskin, terkenal dan tidak terkenal—semua mengejar kebahagiaan; menghargai dan berbagi harapan, ketakutan, dan mimpi-mimpi yang sama. Kebanyakan orang merasakan sesuatu yang istimewa tentang keluarga mereka dan memiliki kebutuhan-kebutuhan yang sama untuk dipahami, dicintai, diterima. George Bernard Shaw mengatakan: “Ada dua hal yang mendefinisikan Anda. Kesabaran ketika Anda tidak memiliki apa pun dan sikap Anda ketika memiliki segalanya.” Cara kita menanggapi dua hal yang bertentangan dalam hidup ini merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang, dan akan diterangkan dalam buku ini."
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2024
152.33 COV l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Nadya Maharani Utami
"ABSTRAK
Emerging adults dihadapkan pada tugas perkembangan untuk melakukan eksplorasi dalam hal cinta sehingga menjalin hubungan berpacaran menjadi hal yang penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan berpacaran yang dijalani adalah kelekatan antara orangtua-anak pada awal kehidupan seseorang. Cara seseorang untuk memulai hubungan yang dekat dengan pasangannya dan pandangan mereka terhadap cinta merupakan refleksi dari hubungan dengan orangtua saat kecil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan hubungan berpacaran antara emerging adults yang memiliki tipe adult attachment yang berbeda. Variabel adult attachment diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship - Revised (ECR-R) dan variabel kepuasan hubungan berpacaran diukur menggunakan Couple Satisfaction Index - 16 (CSI-16). Terdapat 315 partisipan dalam penelitan ini dengan kriteria; berusia 18-25 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran minimal 6 bulan dan pada usia 0-5 tahun partisipan tinggal dan diasuh oleh orangtua kandung atau pengasuh utama lainnya. Analisis one-way ANOVAmenunjukan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu tipe secure attachment memiliki skor kepuasan hubungan berpacaran yang lebih tinggi (M = 67,65, SD = 7,583) dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan tipe preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854) dan fearful attachment (M = 54,83, SD = 8,889). Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi orangtua atau calon orangtua untuk memahami kualitas hubungan dengan anak mereka sejak kecil akan memiliki dampak positif dan negatif terhadap hubungan berpacaran yang anak jalani di masa dewasanya kelak.

ABSTRACT
Emerging adults is faced with the developmental task to explore anything related to love which makes having a romantic relationship an important topic. One of the influential factors of a romantic relationship is the closeness in a persons relationship with their parents in their early life stage. A persons way to start a romantic relationship with their partner and their perspective of love are the reflection of their relationship with their parents when they were children. Therefore, this research aims to discover romantic relationship satisfaction differences between emerging adults with different adult attachment styles. The adult attachment variable is measured. The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R), and the romantic relationship satisfaction variable is measured using Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). There are 315 participants in this research with these criteria; the participants are in the age of 18 to 25 years old and currently in an at least six month romantic relationship; they also have to had lived with and been taken care by their biological parents or other main caregivers in the age of 0 to 5. The one-way ANOVA analysis result showed that hyphothesis was accepted in which secure attachment had a higher mean romantic relationship satisfactions (M = 67,65, SD = 7,583) and significantly different with the preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854), and fearful attachment."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maya Talitha Az Zahra
"Maraknya kemunculan kafe di perkotaan kini telah menjadikan kegiatan nongkrong atau hangout di kafe sebagai gaya hidup yang sangat digemari oleh para remaja, khususnya di wilayah Jabodetabek. Beragamnya kafe yang tersebar di wilayah Jabodetabek dengan segala fasilitasnya menjadikan banyak remaja datang ke kafe dengan tujuan untuk mengupdate status dan mengunggah foto selfie mereka di media sosial sehingga bisa diketahui oleh banyak orang. Dengan kata lain, kegiatan mengunjungi kafe dengan tujuan melakukan selfie dan mengupdatenya ke media sosial saat ini merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui karakteristik dari kafe yang dipilih dan digemari oleh para remaja di Jabodetabek sebagai tempat melakukan selfie untuk diupdate ke media sosial. Penelitian ini kemudian juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik spot pada kafe yang dipilih untuk dijadikan tempat swafoto atau selfie para remaja Jabodetabek berdasarkan motivasi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik kafe di Jabodetabek yang digemari remaja untuk melakukan selfie merupakan kafe yang memiliki konsep industrial dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Kemudian para remaja juga umumnya memilih mengunjungi kafe di Jabodetabek yang memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau, baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, dan juga memilih kafe yang berada pada kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa. Sebagian besar para remaja di Jabodetabek memilih spot selfie yang memperlihatkan signag atau logo branding kafe yang dikunjunginya, dimana selfie dilakukan dengan latar papan nama kafe atau bangunan dan bagian depan kafe yang menunjukkan logo branding atau lokasi kafe yang dikunjunginya tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, perilaku membagi foto dengan menunjukkan brand suatu kafe atau kedai kopi terkenal dilakukan remaja dengan maksud memberitahukan atau membagi informasi kepada khalayak bahwa mereka sedang melakukan tren yang ada, dimana ini merupakan bentuk aktualisasi diri mereka.

The rise of cafes in urban areas has now made hanging out or hanging out at cafes a lifestyle that is very popular with teenagers, especially in the Greater Jakarta area. The variety of cafes spread across the Jabodetabek area with all the amenities makes many teenagers come to the cafe with the aim of updating their status and uploading their selfies on social media so that many people can find them. In other words, visiting cafes with the aim of taking selfies and updating them on social media is currently a form of adolescent self-actualization. This study aims to analyze and find out the characteristics of cafes that are chosen and favored by teenagers in Jabodetabek as a place to take selfies to be updated on social media. This research was then also conducted to find out the characteristics of the spots in cafes that were chosen to be used as selfie spots for Jabodetabek teenagers based on their motivation. The results of this study indicate that the characteristics of cafes in Jabodetabek which are popular with teenagers to take selfies are cafes that have an industrial concept and have very complete facilities. Then teenagers also generally choose to visit cafes in Jabodetabek which have easy accessibility, both by public transportation and private vehicles, and also choose cafes that are in office, trade and service areas. Most teenagers in Jabodetabek choose selfie spots that show the signage or branding logo of the cafe they visit, where selfies are taken against the backdrop of the cafe or building's signboard and the front of the cafe showing the branding logo or location of the cafe they visited. Based on the results of the analysis carried out, the behaviour of sharing photos by showing the brand of a famous cafe or coffee shop is carried out by teenagers with the intention of informing or sharing information with the public that they are following an existing trend, which is a form of self-actualization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izumi Diana Nur
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Cara remaja putri Jepang mengaktualisasikan dirinya, dan dari mana remaja mendapatkan dana untuk mendukung penampilannya. Kesadaran kelompok remaja Jepang dan pengaruh media massa juga menjadi faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumtif remaja Jepang khususnya terhadap fashion.
Usia remaja merupakan tahap pencarian dan pembentukan identitas diri dan aktualisasi diri. Sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan jati diri remaja menjadi penting bagi mereka. Remaja Jepang adalah konsumen yang sangat menyukai sesuatu yang bermerek dan baru. Terutama pada usia SMP dan SMU, mereka sangat peka terhadap perbedaan. Merupakan hal yang wajar jika remaja mengikuti mode dan idols mereka dalam hal berpakaian dan berpenampilan, namun jika tidak dicermati dengan baik, maka akan berakibat kepada obsesi yang berlebihan, sehingga menimbulkan hal-hal yang negatif.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja Jepang cenderung menjadi konsumtif karena faktor-faktor yang meliputi; diri remaja itu sendiri, teman sebaya, dorongan untuk diterima dalam kelompok dan sosialisasi media massa, yang mencakup industri fashion. Sikap konsumtif dan obsesi berlebihan membuat segelintir remaja putri Jepang menjadi permisif dan melakukan enjo kosai."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cole, Brent
New York: Simon & Schuster, 2011
158.1 COL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Carnegie, Dale, 1888-1955
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019
158.1 CAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Santi Widyartini
"ABSTRAK
Perilaku mengambil tanggung jawab merupakan perilaku peran ekstra yang
berorientasi mempengaruhi fungsi organisasi dengan mengubah cara berjalannya
proses kerja. Nilai yang menjadi pedoman hidup individu dan menjadi tujuan
yang ingin dicapainya diduga dapat menjelaskan fenomena perilaku mengambil
tanggung jawab. Dengan menggunakan teori nilai dasar dari Schwartz (1992),
studi ini menguji apakah nilai keterarahan diri, keselarasan, prestasi, dan
kekuasaan dapat memberikan efek utama pada perilaku mengambil tanggung
jawab. Persepsi individu pada iklim kelompok yang mendukung inovasi juga
diduga akan berpengaruh memperkuat hubungan antara nilai individu dengan
perilaku mengambil tanggung jawab. Penelitian korelasional dilakukan pada 111
responden di suatu BUMN pada karyawan level staf. Metode pengumpulan data
dengan menggunakan dua sumber yaitu penilaian diri sendiri dan penilaian dari
atasan. Hasil menunjukkan dari tipe nilai keterarahan diri, keselarasan, dan
prestasi, dan kekuasaan, hanya nilai kekuasaan yang memiliki efek utama.
Dengan koefisien regresi sebesar .242 p<0.05, nilai kekuasaan menjelaskan 6.3%
pada perubahan perilaku mengambil tanggung jawab. Namun hasil menunjukkan
bahwa iklim yang mendukung inovasi tidak berkorelasi dengan perilaku
mengambil tanggung jawab. Iklim inovasi juga tidak memberikan efek moderasi
bagi hubungan nilai keterarahan diri, keselarasan, prestasi dan kekuasaan dengan
perilaku mengambil tanggung jawab

ABSTRACT
Taking charge is an extra-role behaviour which intend to effect organizationally
functional change by giving constructive effort in changing how work is executed
within the jobs. This research attempts to examine individual values in order to
understand taking charge behaviour at work. By using Schwartz?s basic individual
theory, this study proposed there are main effects from type of values selfdirection,
conformity, achievement, and power to taking charge behaviour. The
role of perceived innovation support climate as moderator between each values
and taking charge behaviour was also proposed in this study. The study was
conducted in state owned enterprises organization and all the respondents were
employees in staff level. I used data from different sources (self-report and
supervisor-rating) and obtained 111 respondents. The findings show only power
could become a main predictor for taking charge otherwise the others values have
no significant main effect. With R2= .063 (βpower = .242, p<0.05), power can only
explain 6.3% variance of taking charge. Perceived innovation support climate also
shows no significant correlation with taking charge. Moreover, perceive
innovation support climate has no moderation effect to each values and taking
charge"
2016
T46223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>