Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51848 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evie Kurniawati
"Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk meningkatkan kemampuan motilitas spermatozoa manusia golongan astenozospermia dengan pemberian senyawa digoksin in vitro dengan konsentrasi 10 pangkat -6 M, 10 pangkat -8M, dan 10 pangkat -10M. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari ketiga konsentrasi digoksin yang digunakan. Sampel semen astenozoospermia sebanyak 6 buah diperoleh dari pria pasangan infertil yang memeriksakan diri ke Laboratorium Biologi FK-UI. Sampel-sampel tersebut dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok eksperimen1(K1) yaitu semen yang ditambahkan larutan digoksin 10 pangkat -6 M, K2 yaitu semen ditambah larutan digoksin 10 pangkat -8M yaitu semen ditambah larutan digoksin 10"10 M10 pangkat -10M dan kelompok kontrol (K) yaitu semen ditambah larutan Hanks. Sampel yang telah diberi perlakuan diinkubasi pada suhu 37 °C selama 20, 40 dan 60 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa digoksin berpengaruh terhadap persentase motilitas, viabilitas dan hasil uji HOS. Berdasarkan hasil uji statistik parametrik (ANAVA faktorial) dengan taraf nyata 0,05 menunjukkan bahwa hanya digoksin 10 pangkat -8M yang diinkubasi selama 40 menit yang mampu meningkatkan motilitas spermatozoa manusia golongan astenozoospermia secara maksimal.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herfrika
"Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk meningkatkan kemampuan penetrasi spermatozoa manusia golongan astenozoospermia pada getah serviks sapi masa estrus dengan menggunakan senyawa digoksin. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari ketiga konsentrasi digoksin in vitro yang digunakan; dan diharapkan dengan pemberian senyawa digoksin 10 pangkat -6M, 10 pangkat -8M, dan 10 pangkat -10M in vitro dapat meningkatkan jumlah spermatozoa yang dapat menembus getah serviks. Sebanyak 30 sampel semen pria golongan astenozoospermia pasangan infertil (jumlah spermatozoa > 20 juta/ml ejakulat, motilitas < 50%, dan morfologi kepala oval > 50%) diperoleh dari Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sampel-sampel tersebut dibagi dalam empat kelompok perlakuan, yaitu satu kelompok kontrol yang diberikan larutan Hanks dan ketiga kelompok lainnya diberikan larutan digoksin dengan masing-masing konsentrasi 10 pangkat -6M, 10 pangkat -8M, dan 10 pangkat -10M. Sebagai pengganti getah serviks wanita digunakan getah serviks sapi masa estrus. Sampel-sampel yang telah diberikan perlakuan dimasukkan ke dalam alat penetrasi Kremer, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 °C. Kemampuan penetrasi spermatozoa ditentukan dengan menggunakan metoda WHO, yaitu dengan menghitung jumlah spermatozoa yang mampu menembus getah serviks pada jarak 1-7 cm. Hasil uji Kruskal-Wallis (α= 0,05) menunjukkan bahwa penetrasi spermatozoa golongan astenozoospermia pada getah serviks sapi masa estrus dari kelompok sampel yang diberikan larutan digoksin 10 pangkat -6M, 10 pangkat -8M, dan 10 pangkat -10M in vitro berbeda nyata dengan kelompok kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Chandra
"Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui pengaruh pemberian β-Metildigoksin in vitro terhadap penetrasi spermatozoa manusia golongan astenozoospermia menembus getah serviks sapi masa estrus. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode tabung kapiler Kremer. Sampel semen diperoleh dari 30 pria pasangan ingin anak (PIA) yang datang ke laboratonium Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Persyaratan semen adalah: volume Iebih dari 2 ml, jumlah spermatozoa lebih dari 10 juta/ml semen, persentase spermatozoa bergerak maju (kategori a dan b menurut WHO) antara 40% sampai 50%. Sampel semen terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan larutan Hank, kemudian dibagi menjadi
empat kelompok, dan ke dalam masing-masing kelompok ditambahkan 2 ml larutan Hank tanpa β-Metildigoksin (sebagai kontrol), 2 ml larutan β-Metildigoksin 10 pangkat minus 4, 10 pangkat minus 7, dan 10 pangkat minus 10 M. Dari setiap kelompok diambil ± 100 πl, dimasukkan ke dalam alat pengukur penetrasi spermatozoa dan diinkubasi pada temperatur 37°C selama satu jam. Pengamatan penetrasi spermatozoa ke dalam getah senviks dilakukan di bawah mikroskop medan terang dengan cara menghitung jumlah spermatozoa yang berpenetrasi pada jarak 1, 2, 3, 4, dan 5 cm. Hasil uji statistik Student Newman Keul (α= 0,05) menunjukkan bahwa pemberian 13-Metildigoksjn pada konsentrasi 10 pangkat minus 7 M meningkatkan secara nyata penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi masa estrus, sedangkan pada konsentrasi 10 pangkat minus 10 M juga meningkatkan penetrasi spermatozoa walaupun tidak secara nyata. Sebaliknya konsentrasi 10 pangkat minus 4 M β-Metildigoksin menurunkan penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks sapi masa estrus, walaupun tidak secara nyata. Peningkatan penetrasi spermatozoa tertinggi terdapat pada semen dengan perlakuan larutan β-Metildigoksin 10 pangkat minus 7 M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Ongah
"Penelitian pengaruh pencekokan ekstrak alkohol buah paria (Momordica charantia L.) varietas putih clan hijau terhadap implantasi mencit (Mus musculus L.) betina galur Swiss telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan clan Laboratorium Reproduksi, Jurusan Biologi FMIPA-Ul. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan pengaruh ekstrak alkohol buah paria varietas putih dan hijau terhadap implantasi mencit betina. Pencekokkan dilakukan setiap hari selama 30 hari terhadap 24 ekor mencit betina yang dikelompokkan menjadi 8 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit betina. Kelompok perlakuan terdiri dari 3 kelompok untuk paria putih dan 3 kelompok untuk paria hijau
masing-masing dengan dosis 700, 800 clan 900 mg/ kg b.b./hari. Kelompok kontrol terdiri dari kelompok mencit yang diberi perlakuan dengan akuabidestilata dan CMC 1 %. Uji Kruskal-Wallis pada α = 0,05 teihadap rerata berat ovarium, jumlah korpus luteum, jumlah fetus, jumlah resorpsi fetus dan rerata berat badan fetus tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kedelapan kelompok perlakuan. Uji Chi kuadiat pada α = 0,05 terhadap rasio jenis kelamin fetus tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedelapan kelompok perlakuan. Kelainan eksternal fetus
(hemoragi) ditemukan di ekstrimitas posterior, kepala, dan ekor pada hampir semua kelompok perlakuan. Hemoragi merupakan kejadian spontan yang tidak dipengaruhi oleh pencekokan ekstrak alkohol buah pania varietas putih dan hijau. Ekstrak alkohol buah paria varietas putih dan hijau tidak berbeda dalam mempengaruhi implantasi mencit betina.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wowor, Lourina Diana Merry
"Solanum torvum Swartz digunakan sebagai obat-obatan, tanaman hias, dan merupakan makanan tambahan yang dimakan dengan nasi (lalap). Solasodin adalah salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam buah Solanum torvum dan telah terbukti sebagai senyawa antifertilitas. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan efek antifertilitas ekstrak buah Solanum torvum terhadap motilitas clan abnormalitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss derived. Pencekokan dilakukan selama 36 hari, dengan dosis 0,25; 0,5; 1 mg/kg bb/hari. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan mengamati bentuk morfologi spermatozoa, dengan
pewarnaan Giemsa dan Eosin-Y 0,6 %. Penghitungan persentase jumlah spermatozoa motil dan abnormal dilakukan pada 1.000 spermatozoa.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak buah Solanum torvum dengan dosis 0,25; 0,5; 1 mg/kg bb/hari tidak mempengaruhi jumiah total spermatozoa, tetapi menurunkan persentase jumlah spermatozoa motil dan meningkatkan persentase jumlah spermatozoa abnormal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lussia Widjaja
"ABSTRAK
Salah satu petuniuk infertilitas pada pria adalah menurunnya motilitas spermatozoa. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa glikosida jantung pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan motilitas spermatozoa hewan secara in vitro.
Glikosida jantung yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk digoksin yang dilarutkan ke dalam larutan Hanks, dengan konsentrasi 10 M, 10 M, 10-10M. Pengamatan terhadap motilitas spermatozoa dilakukan setelah aktu inkubasi berjalan 20 menit, 40 menit, 60 menit, dan 80 menit. Motilitas spermatozoa ditentukan dengan cara menghitung jumlah seluruh spermatozoa pada 10 lapangan pandang yang terpisah dan dilakukan secara acak.
Pada penelitian ini ingin diketahui konsentrasi terbaik dari ketiga konsentrasi digoksin tersebut yang dapat meningkatkan motilitas spermatozoa manusia secara in vitro dan waktu inkubasi terbaik untuk mempertahankan peningkatan motilitas tersebut.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa digoksin dengan konsentrasi 10-8 M dan waktu inkubasi 40 menit adalah yang terbaik untuk meningkatkan motilitas spermatozoa manusia secara in vitro.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonina
"Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui pengaruh
pemberian 13-Metildigoksin secara in vitro terhadap motilitas spermatozoa
manusia golongan astenozoospermia. Sampel semen yang digunakan
berasal dari 30 pria lbasangan ingin anak (PIA) dengan syarat: volume semen
lebih dari 2 ml, jumlah spermatozoa lebih dari 10 juta per ml semen,
persentase spermatozoa yang bergerak maju dan lurus (kategori (a)) clan
spermatozoa bergerak lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus
(kategoni (b)) antara 40% sampai 50%. Sampel semen tenlebih dahulu dicuöi
dengan menggunakan larutan Hank, kemudian dibagi menjadi empat
.kelompok perlakuan yaltu satu kelompok kontrol yang dibeni 2 ml larutan
Hank tanpa 13-Metildigoksjn clan tiga kelompok perlakuan yang diberi masingmasing
2 ml larutan 13-Metildigoksjn dengan konsentrasi 10-4 , I0, dan
10 10 M, lalu diinkubasj pada suhu 370C selama 20, 40, dan 60 menit.
Perhitungan persentase motilitas spermatozoa menggunakan metode WHO,
dengan menghitung jumlah spermatozoa motil dan immotil pada beberapa
lapangari pandang yang berbeda secara acak dan dilakukän di bawah
rnikroskop medan terang. Hasil uji Tukey (a = 0,05) menunjukkan bahwa
pemberian in vitro f3-Metildigoksin pada konsentrasi 10 clan 10 10 M
meningkatkan motilitas spermatozoa yang dipertahankan sampai waktu
inkubasi 40 menit, sedangkan pada konsentrasi 10 M semakin lama waktu
inkubasi semakin menurunkan motilitas spermatozoa. Motilitas spermatozoa tertinggi diperoleh pada pemberian 3-MetiIdigoksin pada konsentrasi 10' M
pada waktu inkubasi 40 menit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edesmetiana Sri Hernawati
"ABSTRAK
Motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasllan terJadinya pembuahan. Telah diketahul bahwa, glikosida Jantung dapat meningkatkan motilitas spermatozoa pada hewan, melalui penghambatannya pada aktlvltas enzim Na+,K+ -ATP-ase yang terdapat pada membran plasma ekor spermatozoa. Dalam penelitian ini, Ianatoslde-C sebagal salah satu senyawa glikosida Jantung diberikan pada spermatozoa manusia. Sampel semen yang digunakan berasal dari 30 pria pasangan infertil yang mempunyal persentase motilitas spermatozoa lebih dari 40% dan Jumlah spermatozoa lebih dari 20 Juta per ml.
Sampel semen diencerkan dalam larutan Hanks sampai didapatkan Jumlah spermatozoa sepuluh Juta per ml. Kemudlan semen tersebut dibagl menjadi empat bagian, dan ke dalam maslng-masing bagian ditambahkan dua mI larutan Hanks tanpa lanatoside-C (sebagal kontrol), dua mI konsentrasi lanatoside-C 1O-9 M, 10-7 M, dan 10-5 M. LaIu masing-masing diinkubasi pada suhu 37oC selama 20, 40, 60, dan 8O menit. Penghitungan persentase motilitas spermatozoa dilakukan dengan menggunakan metoda WHO, yaitu dengan menghitung jumlah spermatozoa baik yang motil maupun imotil pada sepuluh lapangan pandangan yang terplsah dan diIakukan secara acak.
Hasll uji statistik nonparametrik Friedman pada α = 0,01 menunjukkan bahwa, pemberlan larutan lanatoside-c ke dalan semen manusia dapat neningkatkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M, sedangkan dengan konsentrasi 10-9 M juga meningkat tetapl tidak berbeda nyata dari kontrol. selain itu dapat menurunkan motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-5M. Motilitas spermatozoa pada konsentrasi 10-7 M dan 10-9 M tersebut dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi (α =0,05). Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: Diantara ketiga konsentrasi yang digunakan, motilitas spermatozoa tertinggi terdapat pada semen dengan perlakuan larutan lanatoside-c 10-7 M, yang dapat dipertahankan sampai 60 menit waktu inkubasi. Disarankan: Melakukan penelitian yang sama pada pria pasangan fertil atau pada pria pasangan infertil yang mempunyai spernatozoa yang honogen dalam keutuhan membran."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Kodariah
"Dewasa ini diduga faktor pria berperanan besar dalam keberhasilan fertilisasi, bahkan dilaporkan 40%-60% penyebab infertilitas terdapat pada suami, karena itu kesuburan pria penting untuk diperhatikan. Dalam hubungan ini yang perlu dipelajari antara lain yang menyangkut spermatozoa. Fungsi spermatozoa merupakan salah satu faktor penentu bagi fertilitas pria. Salah satu kemampuan fungsional spermatozoa yang penting adalah motilitas terutama yang berupa kecepatan gerak lurus ke depan. Terjadinya penurunan fertilitas berkorelasi kuat dengan penurunan motilitas. Sebaliknya jika motilitas baik, maka kemungkinan fertilitas juga tinggi. Penurunan motilitas yang terjadi dapat berupa penurunan persen motilitas atau penurunan kecepatan gerak spermatozoa. Karena itu diagnosis yang tepat pada kasus-kasus infertilitas pria sangat tergantung pada ketepatan penelaahan motilitas spermatozoa. Penilaian motilitas pada umumnya digunakan di laboratorium secara rutin untuk mengevaluasi kualitas spermatozoa. Penilaian tersebut merupakan faktor penting di dalam mendiagnosis infertilitas pria.
Fusi antara ovum dan spermatozoa hanya memerlukan satu spermatozoa yaitu spermatozoa yang lebih dahulu mencapai ovum. Spermatozoa yang berhasil mencapai ovum ini merupakan spermatozoa yang mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, antara spermatozoa yang terlalu cepat (hiperkinetik) akan memerlukan energi yang lebih banyak. Energi yang tersedia dalam plasma semen terbatas, sehingga besar kemungkinan spermatozoa hiperkinetik tadi gagal menembus rintangan pada traktus reproduksi wanita. Hal yang sama juga akan dialami oleh spermatozoa yang gerakannya sangat lambat (hipokinetik).
Jumlah persentase motilitas yang tinggi belum menjamin spermatozoa mempunyai kecepatan gerak yang baik. Hal ini diperlihatkan oleh Makler dkk. tahun 1979. Mereka mendapatkan korelasi sebesar R=0,46 antara persentase motilitas dengan kecepatan gerak spermatozoa dari 100 sampel semen normal yang dianalisis dengan "Multiple Exposure Photograph".
Mengingat hal tersebut dan karena hanya satu spermatozoa yang diperlukan untuk terjadinya fertilisasi, maka tampaknya kecepatan gerak spermatozoa merupakan faktor yang sangat penting dalam parameter fertilitas, di samping parameter fertilitas lainnya seperti densitas spermatozoa, morfologi, bahkan persentase motilitas. Atas dasaritu, untuk meningkatkan fertilitas, perlu diusahakan peningkatan kecepatan gerak spermatozoa, terutama bagi pasangan infertil yang penyebabnya diduga berasosiasi dengan menurunnya motilitas spermatozoa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T3445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>