Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78337 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Faizah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S31331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Luthfianto
"Limbah kulit nanas [Ananas comosus (L.) Merr.] yang melimpah umumnya masih jarang dimanfaatkan. Pada penelitian ini limbah kulit nanas tersebut dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi cuka. Sebanyak 250 g kulit nanas diekstrak untuk membuat 1 liter substrat fermentasi, kemudian ditambahkan 12,5%, 15%, 17,5%, atau 20% sukrosa. Sebanyak 540 ml substrat diinokulasikan dengan 10% (v/v) starter, yang mengandung suspensi sel bakteri (5 X 10® sel/ml) dan khamir (4 x 10® sel/ml) pada perbandingan 1:1. Fermentasi berlangsung selama 2 bulan dan pada akhir fermentasi dilakukan pengukuran konsentrasi asam asetat yang dihitung sebagai total asam, pH, dan konsen trasi alkohol yang masih tersisa. Pengukuran titrasi dengan 0,1 N NaOH menunjukkan ratarata konsentrasi asam asetat tertinggi (1,388%) diperoleh dari penambahan 12,5% sukrosa dan terendah (0,283%) dari penambahan 20% sukrosa. Hasil Uji Dunn pada a = 0,25 membuktikan bahwa perbedaan rata-rata konsentrasi asam asetat yang nyata terjadi antara penambahan sukrosa 12,5% dengan 15%, 17,5%, dan 20%. Pengukuran pH asam cuka menunjukkan nilai 3,0—3,6 dengan konsentrasi alkohol yang tersisa antara 12,4--23,2%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S30981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyus Kusnadi
"ABSTRAK
Limbah cair tahu dapat dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi nata dengan penambahan sukrosa dan nutrien lainnya untuk mendukung Pertumbuhan bakteri nata Acetobacter xylinum.
Tujuan penelitian ini adalah meneliti pengaruh penambahan beberapa konsentrasi sukrosa (10%, 12,5%, 15% dan 17,5%) dan ekstrak khamir (0,1%, 0,3%, dan 0,5%), serta interaksi penambahan sukrosa dan ekstrak khamir terhadap ketebalan rata-rata nata, dan menentukan konsentrasi sukrosa dan ekstrak khamir yang memberikan ketebalan rata-rata nata terbaik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan rata-rata nata tertinggi (0,679 cm) diperoleh dari penambahan sukrosa 17,5% dan ekstra khamir 0,5%. Ketebalan rata-rata nata terendah(0,176 cm) diperoleh dari penambahan sukrosa l0% dan ekstrak khamir 0,3%.
HasiI analisis secala statistik nenuniukkan adanya pengaruh penambahan sukrosa dan ekstrak khamir serta adanya interaksi di antara Penambahan sukrosa dan ekstrak khamir terhadap. ketebalan rata-rata nata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tilaar, Astrid Fabiola
"Pemasaran produk pencerahan kulit mengalami peningkatan terutama di daerah Asia Pasifik. Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya menganggap bahwa kulit putih itu cantik, sehingga memotivasi wanita Indonesia untuk memakai produk pencerah kulit.
Tujuan dari penelitian ini untuk mencari bahan baku yang bermanfaat sebagai pencerah kulit yang berasal dari tanaman Indonesia dengan mengetahui potensi ekstrak etanol daging buah salak varietas Bongkok (Salacca edulis Reinw) terhadap aktivitas pencerahan kulit. Salak varietas Bongkok mengandung flavonoid yang diduga memiliki kemampuan dalam proses depigmentasi kulit. Studi in vitro yang dilakukan adalah uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dan uji penghambatan tirosinase.
Dari hasil uji in vitro didapatkan bahwa ekstrak etanol daging buah salak memiliki aktivitas antioksidan pada konsentrasi 1%, 3% dan 5%, sedangkan kemampuannya menghambat tirosinase diperoleh pada konsentrasi 3% dan 5%, tidak pada konsentrasi 1%. Pada uji manfaat dengan analisis univariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% dengan uji T-test terbukti ada penurunan yang signifikan pada indeks melanin kulit (p<0,001).
Dengan analisis bivariat, krim uji yang mengandung ekstrak etanol daging buah salak 3% mengalami penurunan indeks melanin yang baik dibandingkan dengan basis krim dengan signifikansi 0,001(p<0,05). Dengan hasil yang diperoleh diharapkan ekstrak etanol daging buah salak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk pencerahan kulit sehingga dapat mengurangi ketergantungan industri kosmetik dalam negeri terhadap bahan baku impor.

The whitening skin product market has been growing significantly in Asia Pacific. Indonesia is one of those countries which mainly thinks that having a white color skin is simply beautiful. Therefore, it motivates Indonesian women to buy more whitening product to satisfy their beauty needs.
The purpose of this research is to find raw material for whitening product from Indonesian plants that can be useful as skin lightening agents. This study investigate the potential of ethanolic extract from snake fruit in the activity as skin enlightenment. Salacca edulis Reinw (Snake fruit Bongkok varieties) contains flavonoids which have been reported to play a part in skin depigmentation. The study conducted in vitro antioxidant activity assay using DPPH and tyrosinase inhibition assay.
The test results showed that in vitro, snake fruit ethanolic extract have antioxidant activity at concentration of 1%, 3% and 5%. The ability to inhibit tyrosinase is observed at a concentration of 3% and 5%. The univariate analysis from the efficacy test, using cream containing 3% extract to T-test proved that there was a significant reduction in skin melanin index (p <0,001).
In bivariate analysis, cream containing 3% extract decrease melanin index which compares favorably with the base cream with significance 0,001 (p <0,05). The results obtained strongly suggest that snake fruit ethanol extract can be used as raw material for skin lightening so as to reduce dependence of the domestic cosmetics industry on imported raw materials."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T33129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Santi Eriyani
"Xantin oksidase berperan dalam mengkatalisis hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat, yang mana memiliki peranan penting terhadap hiperurisemia. Salah satu pengobatan hiperurisemia adalah dengan menghambat xantin oksidase sehingga produksi asam urat berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas fraksi teraktif dari ekstrak metanol kulit buah salak (Salacca edulis Reinw.), dalam menghambat xantin oksidase. Kulit buah salak dipilih berdasarkan penggunaannya secara empirik dalam pengobatan hiperurisemia. Serbuk simplisia dimaserasi menggunakan metanol, kemudian dilakukan fraksinasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat, n-butanol dan metanol. Fraksi teraktif yang diperoleh adalah fraski etil asetat dengan IC50 23,435 μg/mL. Uji kinetika enzim menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Hasil identifikasi golongan senyawa terhadap fraksi etil asetat menunjukan adanya golongan senyawa glikosida, flavonoid, tanin, dan fenol.

Xanthine oxidase catalyses the oxidation of hypoxanthine to xanthine and then to uric acid, which plays a crucial role in hyperuricemia. One of the treatments of hyperuricemia is by inhibiting the xanthine oxidase so that the production of uric acid can be reduced. The purpose of this study was to determine the most active fraction of methanol extact from peel of snake fruit (Salacca edulis Reinw.) in inhibiting xanthine oxidase. Peel of snake fruit was selected according to the empiric medication of hyperuricemia. The simplicia powder was extracted by methanol, and then fractionated successively by n-hexane, ethyl acetat, n-butanol, and methanol. Fraction of ethyl acetat is the most active fraction. It has IC50 value 23,07 μg/mL. Kinetic enzyme assay showed that ethyl acetat fraction had competitive inhibitory activity. The result of phytochemical identification shows that the fraction of ethyl acetat contains glycosides, flavonoids, tannins, and phenols."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Amalia
"Anggur buah adalah jenis minuman sari buah yang dibuat dengan cara peragian. Berbagai variasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah variasi jenis salak yaitu Salak Pondoh dan Salak Bali; variasi penambahan ragi saccharomyces cerevisiae 2%, 2.5%, dan 3% dari sari buah; dan variasi penambahan gula sebesar 200 gram, 300 gram, dan 400 gram. Metode yang digunakan dalam menguji produk anggur salak adalah metode penentuan densitas etanol, penentuan potensial hidrogen (pH), metode penentuan kadar etanol dengan menggunakan GC (fasa produk cair), dan metode penentuan warna. Anggur salak Pondoh terbuat dari 1 kg salak Pondoh, gula 400 gram dan ragi 3% difermentasi selama 7 minggu menghasilkan diperoleh kadar etanol sebesar 8.29 %, pH 3.6-3.8, nilai kekeruhan sebesar 1408 NTU, dan densitas anggur sebesar 0.987 gr/mL dan anggur salak Bali terbuat dari 1 kg salak Bali, gula 400 gram dan ragi 3% difermentasi selama 7 minggu menghasilkan diperoleh kadar etanol sebesar 8.23%, pH 3.5-3.7, nilai kekeruhan sebesar 1221 NTU, dan densitas anggur sebesar 0.987 gr/mL. Kadar anggur menjadi minuman beralkohol tinggi jika difermentasi menjadi wisky ataupun brandy (kadar alkohol 20%-55%) difermentasi _ 1 tahun atau jika ingin dijadikan etanol dapat dilakukan proses destilasi.

Wine is a type of fruit juice beverage made by fermentation. Different variations that will be done in this study is a variation of Salak Pondoh and Salak Bali; variation of the yeast Saccharomyces Cerevisae in the addition of 2%, 2.5%, and 3% of the juice and sugar for a variation adding 200 grams, 300 grams, and 400 grams. The method used in testing product salak wine is a method of determining the density of ethanol, the determination of potential hydrogen (pH), the ethanol content determination method using GC (liquid product phase), and the method of determining the color. Wine Salak Pondoh made from 1 kg of salak Pondoh, 400 grams sugar and 3% yeast fermented for 7 weeks to produce ethanol content obtained for 8.29%, pH 3.6-3.8, the value Turbidity of 1408 NTU, and density wine of 0.987 g/ mL and wine salak Bali made from 1 kg of salak Bali, 400 grams sugar and 3% yeast fermented for 7 weeks to produce ethanol content obtained for 8.23%, pH 3.5-3.7, the value Turbidity of 1221 NTU, and density wine of 0.987 g/mL. Levels of wine into the high alcohol when fermented into wisky or brandy (alcohol content 20% - 55%) is fermented _ 1 year or if you want to become the ethanol distillation process can be done."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51711
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Noor Arafah
"ABSTRAK
Pada penelitian mi digunakan limbah cair tahu
sebagal substrat fermentasi nata, dengan penambahan 10,0%,
12,5%, 15,0%, atau 17,5% sukrosa dan 0,1%, 0,3%, atau 0,5%
amonium sulfat [(NH4 ) 2SO4 ]. Fermentasi nata dilakukan
dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinwn (Brown)
Bergey dkk.
Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh penainbahan beberapa konsentrasi sukrosa
dan (NH4 ) 2 SO4 serta interaksi antara kedua faktor tersebut
terhadap ketebalan rata-rata nata, dan rnenentukan
konsentrasi sukrosa dan (NH 4 ) 2SO4 yang memberikan hasil
ketebalan rata-rata nata paling baik.
Ketebalan rata-rata nata yang tertinggi (0,601 cm)
diperoleh dari penambahan 12,5% sukrosa dan 0,1% (NH4)2SO4.
Ketebalan rata-rata nata yang terendah (0,157 cm) diperoleh
dari penambahan 17,5% sukrosa dan 0,5% (NH4)2SO4.
Uji statistik pada a = 0,01 menunjukkan ada pengaruh
penambahan sukrosa dan (NH4 ) 2SO4 , serta interaksi antara
sukrosa dan (NH4 ) 2SO4 terhadap ketebalan rata-rata nata.
Interaksi penainbahan sukrosa dan (NH4 ) 2 SO4 terlihat pada
penambahan 15,0% atau 17,5% sukrosa. Pada penambahan
sukrosa 15,0% atau 17,5% menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi (NH4 ) 2SO4 yang dltambahkan, semakin rendah
ketebalan rata-rata nata yang dihasilkan
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kurniati
"Hata merupakan suatu produk makanan hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum pada substrat yang mengandung gula. Pada penelitian ini dipelajari kemungkinan penggunaan ekstrak tauge sebagai substrat fermentasi nata. Ke dalam substrat fermentasi ditambahkan sumber karbon dalam bentuk sukrosa, masing-masing sebanyak 5.0 %, 7,5 %, 10,0 %, 12,5 %, atau 15,0 % dan sumber nitrogen dalam bentuk amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) sebanyak 0,25 %, 0,50 %, atau 0,75 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan beberapa konsentrasi sukrosa dan NH^HgPO^ terhadap ketebalan nata dari ekstrak tauge serta menentukan konsentrasi sukrosa dan NH^H2P0^ yang paling baik untuk memperoleh ketebalan nata optimal dari ekstrak tauge. Hasil pengujian statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh penambahan konsentrasi amonium dihidrogen fosfat (NH^H2P0^) maupun pengaruh interaksi penambahan konsentrasi sukrosa dan amonium dihidrogen fosfat (NH^H2P0^) terhadap ketebalan nata. Meskipun demikian penambahan konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap ketebalan nata. Ketebalan rata-rata nata yang paling tinggi diperoleh dari penambahan 12,5 % sukrosa dan 0,25 % NH^H2P0^, dengan ketebalan sebesar 0,939 cm. Sedangkan ketebalan rata-rata, nata terendah sebesar 0,369 cm yang diperoleh dari penambahan 5,0 % sukrosa dan 0,25 % NH.H„PO.."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listiana Rachmawati
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh penambahan beberapa konsentrasi sukrosa dan NH^H2P0^ terhadap ketebalan nata dari limbah cair tahu, serta menentukan konsentrasi sukrosa dan NH4H2PO^ yang memberikan hasil ketebalan nata terbaik. Fermentasi nata dilakukan dengan menggunakan bakteri Acetohacter xylinum TISTR 107 dan berlangsung selama 14 hari. Sukrosa yang ditambahkan ke dalam substrat sebanyak 5,0%; 7,5%;
10,0%; 12,5%; dan 15,0% dan konsentrasi NH^H2P0 ditambahkan
sebanyak 0,1%; 0,3%; dan 0,5%. Hasil analisis secara statistik raenunjukkan ada pengaruh penambahan konsentrasi sukrosa dan NH^H2P0^ serta interaksi antara penambahan sukrosa dan NH^H2P0^ terhadap ketebalan rata-rata nata. Interaksi antara sukrosa dan NH^H2P0^ terjadi pada penambahan sukrosa dengan konsentrasi 10,0% atau lebih.
Pada tingkat konsentrasi tersebut, semakin tinggi konsentrasi NH^H2P0^ yang ditambahkan ke dalam substrat maka semakin tebal nata yang dihasilkan.
Dari percobaan ini, ketebalan rata-rata nata terendah
didapat dari penambahan 0,3% NH^H2P0^ dan 5,0% sukrosa yaitu sebesar 0,201 cm. Sedangkan ketebalan rata-rata nata
terbaik diperoleh dari penambahan 0,3% NH^H2P0^ dan 15,0%
sukrosa dengan ketebalan 1,023 cm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oriza Safrini S.
"Penggunaan kulit salak sebagai antidiabetes belum populer di Indonesia. Kemampuan hipoglikemiknya ini telah dibuktikan oleh beberapa penderita diabetes di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode Tes Toleransi glukosa Oral (TTGO) menggunakan tikus putih jantan galur Spargue Dawley umur 2 - 3 bulan dengan berat 150 - 200 g. Setelah diberikan perlakuan sesuai dengan rancangan, darah diambil pada interval waktu tertentu. Air rebusan kulit salak diberikan secara oral dengan dosis 9 g/200g bb, 18 g/200 g bb dan 36 g/200 g bb. Sebagai pembanding digunakan glibenklamid 0,9 g/200 g bb. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan metode otoluidin dilakukan dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 632,0 nm. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa air rebusan kulit salak dosis 9 g/200g bb tidak dapat menurunkan secara bermakna (P>0,05) kadar glukosa darah tikus. Pemberian air rebusan kulit salak dosis 18 g/200 g bb dapat menurunkan secara bermakna (P<0,05) kadar glukosa darah tikus, sedangkan dosis 36 g/200g bb menunjukkan potensi yang lebih tinggi. Meskipun demikian, efek hipoglikemiknya masih dibawah glibenklamid.
The use of salak skin as anti-diabetes has been attested by some diabetic people in Indonesia.The study was analyzed further by The Oral Glucose Tolerance Test (TTGO) ang was conducted using male white rats of Spargue Dawley (age 2-3 month, 150-200 g). After the design treatment, the blood sample were collected at certain time interval. Aqueous of salak skin was given orally with a dosage 9 g/200 g bb, 18 g/200 g bb and 36 g/200 g bb. As a comparison it using Glibenclamide 0,9 g/200 g bb. A measurement of blood glucose degree is using o-toluidin method and was conducted employing spectrophotometer at 632,0 nm. The acquired data analyzed using Anova test (95%).
The result show that aqueous of salak skin with dosage 9 g/200g bb were unable to decrease significantly ( P>0,05) the blood glucose level in glucose-preloaded glucose. Aqueous of salak with dosage of 18 g/200 g were capable to decrease significantly (P<0,05) blood glucose degree of male white rats, whereas a 36 g/200g bb dose shows a higher potential. Nevertheless, the highest hypoglycaemic effect of aqueous of salak skin still lower than of Glibenklamid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>