Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87669 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Maysaroh
"ABSTRAK
Telah dilakukari idntifikasi peridabuluan senyawa yang terkandung dalam sari kioroform dari getab Epi-orba dntiLquortm Linn. Getah kenin g diekstraksi derigan petroleum benzeri rnenggunakan alat soxhiet, arnpasnya dikeringkan dan kemudian diekstraksi dengan kioroform. Pemisahan dilakukan dengan KLT, dan clielusi rnencrgunakan eluen etil asetat: metanol 40 20. Pacla pengamatan sinar u.v panjang gelombang 366 nm, tenlihat bercak berfluoresensi biru teiang. Senyawa berfluoresensi biru terancr tersebut diisolai dan diarialisis dengan spektrofotometri ultrviolet, spektrofotometri infra merab, kromatoqrafa cias, krornatograf I gasspektrometni rnassa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasmida
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Dwi Hapsari
"Seledri (Apium graveolens Linn.) di Indonesia telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi hipertensi atau menurunkan tekanan darah, rematik gout, asam urat, keluhan menopause dan menstruasi. Efek hipotensinya disebabkan oleh apigenin, yang merupakan aglikon dari apiin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi apiin. Apiin diisolasi dari fraksi butanol ekstrak metanol herba seledri secara kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak campuran etil asetat-metanol (7:3). Fraksi-fraksi yang memperlihatkan kromatrogram KLT yang sama digabungkan, dan direkristalisasi dengan campuran etil asetat-metanol (1:1), lalu diuji kemurniannya dengan menggunakan KLT. Berdasarkan data spektrum UV-Vis, FTIR, dan massa diketahui isolat adalah apiin.

Celery (Apium graveolens Linn.), in Indonesia was used as traditional medicine for relieving hypertension or reducing blood pressure, gout rheumatism, uric acid, menopause complaint and menstruation. The hypotension effect was caused by apigenin, flavonoid aglycon of apiin. The purposed of this research was to isolate apiin. Apiin is isolated from buthanol fraction from methanolic extract of celery herb by column chromatography with silica gel 60 as stationary phase and ethyl acetate-methanol (7:3) mixture as mobile phase. The fractions which shown the similar TLC chromatogram were mixed and recystalized in ethyl acetate-methanol (1:1) mixture, then the purity was tested using TLC. According UV-Vis, FTIR, and mass spectral data, its suggested as apiin."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ali Sidiq
"Melinjo (Gnetum gnemon L.) mengandung banyak senyawa derivative stilbene yang memiliki banyak khasiat terutama dari sifat biologis dan farmakologisnya. Kulit melinjo diekstrak dengan etanol 80% selama 3 hari (diaduk sesekali). Senyawa derivative stilbene dipisahkan dari ekstrak kasar dengan kromatografi kolom dengan eluen n-heksana:etil asetat (sistim gradien). Hasil fraksinasi kromatografi kolom menghasilkan 3 isolat dengan dugaan terdapat lima senyawa derivative stilbene dan analognya (isorhapontigenin, resveratrol, gnetin D, gnetifolin K, gnetol) dan satu senyawa lignan ((+)-lirioresinol B) berdasarkan hasil karakterisasi LC-ESI-MS, FTIR, dan UV-Vis. Isolat 3 yang mengandung gnetol dan (+)-lirioresinol B dilakukan reaksi prenilasi dengan prenil bromida sebagai sumber gugus prenil dan katalis K2CO3 yang direfluks pada suhu 60°C selama 24 jam. Hasil karakterisasi LC-ESI-MS menunjukkan gnetol dan (+)- lirioresinol B berhasil diprenilasi dengan tambahan 1 gugus prenil. Spektrum FTIR menunjukkan gugus prenil terikat pada atom O dari gugus -OH serta spektrum UV-Vis menunjukkan pergeseran bathochromic dan hypsochromic pada produk prenilasi. Isolat sebelum dan sesudah reaksi prenilasi diuji aktivitas antioksidan dengan DPPH. Terjadi kenaikan nilai IC50 dari isolat terprenilasi sebesar 11,10%.

Melinjo (Gnetum gnemon L.) contain many compounds stilbene derivative which has many benefits especially from the biological and pharmacological properties. Bark of melinjo extracted with 80% ethanol for 3 days (stirring occasionally). Stilbene derivative compounds separated from crude extract by column chromatography with eluent n-hexane:ethyl acetate (gradient system). The results of the fractionation column chromatography resulted in 3 isolates with allegations contained five stilbene derivatives compounds (isorhapontigenin, resveratrol, gnetin D, gnetifolin K, gnetol) and one lignan compound ((+)-lirioresinol B) based on the results of the characterization of LC-ESI-MS, FTIR, and UV-Vis. Isolate 3 that containing gnetol and (+)-lirioresinol B conducted prenylation reaction with prenyl bromide as a source of prenyl group and K2CO3 as a catalyst with reflux system at a temperature of 60oC for 24 hours. The results of the characterization of LC-ESI-MS showed gnetol and (+)-lirioresinol B succeeded prenylated with an additional one prenyl group. The FTIR spectrum shows the prenyl group bound to the O atom of the -OH group and the UV - Vis spectra showed bathochromic and hypsochromic shift in prenylation product. Isolate 3 before and after the prenylation reaction tested antioxidant activity with DPPH. Percentage of IC50 of prenylated isolat is increasing to become 11,10%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryana Agustina
"ABSTRAK
Abrus precatorius Linn
negara-­negara tropis, termasuk
Indonesia. Bagian daun dari tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai obat batuk dan
sariawan, dan telah diproduksi masal untuk kebutuhan komersial. Senyawa penanda
(marker substance) adalah substansi yang ditetapkan oleh World Health Organization
(WHO) untuk mengendalikan mutu bahan atau produk herbal. Dengan terisolasi dan
teridentifikasinya senyawa penanda dalam daun A. precatorius, selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengendalikan kualitas bahan dan produk herbal yang
mengandung daun A. precatorius.
Riset yang dilakukan adalah menseleksi dan mengisolasi kandidat senyawa
penanda yang diperoleh dari ekstrak metanol daun Abrus precatorius Linn., kemudian
mengembangkan metode analisa untuk keperluan identifikasi serta menetapkan
senyawa penanda dari daun A. precatorius. Seleksi dilakukan berdasarkan profil
kromatorafi lapis tipis (KLT) dari enam sumber sampel daun A. precatorius berbeda di
Pulau Jawa. Isolasi dilakukan dengan menggunakan teknik ekstraksi dan fraksinasi.
Identifikasi atau elusidasi struktur molekul dilakukan dengan menggunakan
instrumentasi infra merah (IR), spektrometer masa (MS), NMR-­1D (NMR proton, NMR
karbon-­13), dan NMR-­2D (correlation spectroscopy (COSY), heteronuclear single-­
quantum correlation (HSQC), heteronuclear multiple-­quantum correlation (HMQC),
dan heteronuclear multiple-­bond correlation (HMBC)). Pengembangan metode analisa
untuk tujuan identifikasi senyawa penanda dilakukan dengan menggunakan
kromatografi cair kinerja ultra (UPLC).
Tiga kandidat senyawa penanda berhasil diisolasi dan diidentifikasi, yaitu
cirsimaritin, N-­metiltriptofan, dan abrusosida E. Abrusosida E atau kombinasi
cirsimaritin dan abrusosida E memenuhi persyaratan sebagai senyawa penanda bagi
daun A. precatorius.

ABSTRACT
Abrus precatorius, is
commonly found in tropical countries including Indonesia. The leaves of the plant are
widely used commercially in Indonesia to treat cough and sprue. Marker substance is a
substance defined by World Health Organization (WHO) for quality control purpose of
herbal materials and finished herbal products. As the marker substances are isolated and
identified, they can be used for quality control purpose of herbal materials and finished
herbal products of A. precatorius leaves.
The objective of this research was to select and isolate the marker substance
candidates from methanolic extract of Abrus precatorius Linn. leaves, to develop
analytical method for identification purpose, and to select the marker substance in A.
precatorius leaves. Selection step was performed based on the thin layer
chromatography (TLC) profile of A. precatorius from six different sources in Java
Island. Isolation was performed using various extraction and fractionation techniques.
Identification or structure elucidation was performed using infra red (IR), mass
spectrometer (MS), 1D [(proton nuclar magnetic resonance (NMR), carbon-­13 NMR)],
2D-­NMR (correlation spectroscopy (COSY), heteronuclear single-­quantum correlation
(HSQC), heteronuclear multiple-­quantum correlation (HMQC), heteronuclear multiple-­
bond correlation (HMBC)). Analytical method development for identification of marker
substance in A. precatorius leaves was performed using Ultra-­High Performance Liquid
Chromatography (UPLC).
Three marker substance candidates were successfully isolated and identified,
later known as cirsimaritin, N-­methyltryptophan, and abrusoside E. Abrusoside E or
combination of cirsimaritin and abrusoside E met the requirements as the marker
substance of A. precatorius leaves."
2019
T53952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Ariefianti
"ABSTRAK
Tapak liman (Elephantopus scaber Linn.) merupakan terna menahun yang sangat mudah tumbuh dan telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai obat tradisional yang memiliki banyak kegunaan. Bagian tumbuhan yang dapat digunakan adalah herba, daun dan akar dalam bentuk sediaan rebusan tumbuhan tersebut.
Pada penelitian ini, ingin diketahui pengaruh sari air akar tapak liman terhadap fungsi ginjal melalui pengukuran kadar urea dan kreatinin dalam plasma tikus sebagai bagian dari uji toksisitas sub kronis.
Penelitian dilakukan menggunakan 32 ekor tik:Us jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi secara acak ke dalam empat kelompok. Kelompok I,II,III masing-masing diberi do sis sari air akar tapak liman 50 mg, 100 mg, dan 200 mg per 200 g berat badan tikus, sedangkan kelompok IV adalah kelompok kontrol. Sari air diberikan sekali sehari secara oral selama 90 hari erus menerus, kemudian plasma tikus diambil untuk diperiksa kadar urea dan kreatinrnnya secara spektrofotometri.
Dari percobaan didapatkan kadar urea rata-rata (mg/100ml)adalah: kelompok I: 7,43 ± 1,77; kelompok IT: 6,61 ± 2,42; kelompok ITI: 6,42 ± 1,49; kelompok IV: 8,86 ± 2,20; dan kadar kreatinin rata-rata (mg/100 ml) sebagai berikut: kelompok 1: 0,45 ± 0, 12; kelompok II: 0,41 ± 0,06; kelompok III: 0,45 ± 0,06; kelompok IV: 0,46 ± 0, 11. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari kadar urea dan kreatinin pada empat kelompok tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa sari air akar tapak liman tidak mempengaruhi kadar urea dan kreatinin dalam plasma tikus yang berarti aman untuk fungsi ginjal.

"
1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Haryati
"Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan sifat fisiko-kimia dan komposisi asam lemak penyusun trigliseridanya, pada minyak biji jambu mete (Anacardium occidentale Linn) yang berasal dari Sulawesi Tenggara dan Yogyakarta. Asam lemak diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan soxhlet dan pelarut n-heksana. Hasil ekstraksi ini kemudian dievaporasi atau didestilasi untuk mendapatkan minyak kasar. Minyak kasar yang diperoleh, kemudian sebagian dianalisis untuk mengetahui sifat fisiko-kimianya. Sebagian lagi minyak dimurnikan, untuk kemudian dianalisis sifat fisiko-kimianya dan komposisi asam lemak penyusun trigliseridanya.
Dari analisis, diperoleh hasil secara berturut-turut untuk minyak mete Kendari dan Gunung Kidul sebagai berikut: rendemen (41,97% dan 51,67%), titik leleh(-1,50C dan -10 C), indeks bias (1,4650 dan 1,4657), berat jenis (0,9065 dan 0,9061), bilangan asam (0,61 dan 0,71), bilangan penyabunan (183,44 dan 191,26), bilangan iod (47,58 dan 47,54), bilangan peroksida (4,29 dan 0,86), dan bahan tidak tersabunkan (0,91 dan 0,40).
Komposisi asam lemak penyusun trigliserida ditentukan dengan menggunakan kromatografi gas (GC) . Kandungan asam lemak jenuh pada minyak Kendari 10% dan asam lemak tidak jenuh 90%, dengan persentase tertinggi asam linoleat (65,9%), sedangkan minyak Gunung Kidul, asam lemak jenuh 20,75% dan asam lemak tidak jenuh 79,25% dengan persentase tertinggi asam oleat (58,2%). Rendemen yang diperoleh untuk minyak biji mete Kendari adalah: 41,97% sedangkan minyak biji mete Gunung Kidul sebesar 51,67%. Ada sedikit perbedaan sifat fisiko-kimia dan komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji mete dari Kendari dan minyak biji mete dari Gunung Kidul.

A research on the comparison of physico-chemical properties and fatty acid composed triglyceride of cashew nut oil (Anacardium occidentale Linn) origines from South East Sulawesi and Yogyakarta. The fatty acid determined from extraction by soxhlet with nhexana solutions. The extract is then evaporated or distilled to obtain crude oil. Crude oil is obtained, and then analyzed for some physico-chemical properties. Much more oil is purified, then analyzed for physico-chemical properties and fatty acid composition of triglycerides compiler.
From the analysis, the results is obtained respectively for Kendari nut oil and Gunung Kidul as follows: yield (41.97% and 51.67%), melting point (-1.50 C-10c), refractive index (1.4650 and 1.4657), density (0.9065 and 0.9061), acid values (0.61 and 0.71), saponification values (183.44 and 191.26), iodine values (47.58 and 47, 54), peroxide values (4.29 and 0.86), and the material unsaponification values (0.91 and 0.40).
Compiler triglyceride fatty acid composition determined using gas chromatography (GC). Saturated fatty acid content in cashew nut oil of Kendari 10% unsaturated fatty acid and 90% with the highest percentage of linoleic acid (65.9%), while cashew nut oil of Gunung Kidul, 20.75% saturated fatty acids while unsaturated fatty acids with 79.25%, the highest percentage of oleic acid (58.2%). There is little difference in the physicochemical properties and fatty acid composed triglyceride of cashew nut oil of Kendari and Gunung Kidul cashew nut species.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29031
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pudjiastuti
"Penelitian tentang aktivitas antibakteri dan antijamur dari infus kulit batang trengguli (Cassia fistula Linn.) terhadap bakteri Sta.phylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris dan jamur Candida al bicans, Trichophyton men tagrophytes, Trichophyton rubrum dan Microsporum canis telah dilakukan di Laboratorlum Mikrobiologi, Jurusan Farmasi, FMIPA-UI, Depok.
Tujuan dari penel i tian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri dan antijamur infuslkulit batang Cassia fistula Linn. terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Candida al bicans, Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum dan Microsporum canis dengan menentukan zona hambatan pertumbuban dengan metode cakram dan kadar hambat minimal dengan metode dilusi.
Hasil penelitian menunjuk~an bahwa infus kulit batang Cassia fistula Linn. memberikan zona hambatan pertumbuhan dan kadar hambat minimal terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Proteus, vulgaris; memberikan kadar hambat minimal terhadap Trichophyton rubrum dan Microsporum canis; akan tetapi tidak memberikan efek terhadap Candida albicans dan Trichophyton mentagrophytes."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robi Irawan
"Terapi sel merupakan salah satu pendekatan penyembuhan penyakit degenerasi yang memberikan harapan untuk dapat memperbaiki organ atau jaringan sehingga memberikan hasil yang memuaskan dalam hal regenerasi dan pengembalian fungsi normal suatu organ. Sel punca mesenkim diketemukan dalam darah manusia normal yang dapat dikultur. Sel punca mesenkim memiliki morfologi, cytoskeletal, cytoplasmik dan penanda permukaan (CD14-,CD31-, CD34-, CD44+, CD45-, CD73+, CD90+, CD105+, dan CD166+) yang sama seperti precursor mensenkim sumsum tulang. Darah tepi merupakan sumber yang menjanjikan untuk digunakan sebagai alternatif sumber sel punca mesenkim untuk tujuan terapi sel karena memiliki keuntungan yaitu tidak invasif, mudah, tidak perlu dilakukan biopsi dan tidak memerlukan keahlian dalam mendapatkannya. Namun ada kekurangan yang dimiliki oleh sel punca mesenkim yang berasal dari darah tepi yaitu jumlah populasi lebih sedikit dibandingkan dengan populasi yang dimiliki sel punca mesenkim yang berasal dari sumsum tulang.
Mengamati pengaruh pemberian ekstrak Centella asiatica (pegagan) dan Acalypha indica (air akar kucing) terhadap peningkatan efisiensi rekayasa sel pada kultur sel punca mesenkim asal darah tepi dalam pendekatan terapi sel.
Studi eksperimental in vitro pada kultur primer dan kultur post pasasi pada sel punca mesenkim asal darah tepi. Kelompok perlakuan terdiri atas beberapa kelompok yaitu satu kelompok control, 3 kelompok ekstrak air Acalypha indica (10mg/mL, 15mg/mL, 20mg/mL) dan 3 kelompok ekstrak air Centella asiatica (10μg/mL,15μg/mL,20μg/mL) selama 17 hari untuk kultur primer dan 48 jam pada kultur post pasasi. Setelah diberi perlakuan, nilai viabilitas relatif sel dan tingkat proliferasi sel diukur dengan metode MTT.
Viabilitas relatif sel dan tingkat proliferasi sel pada kultur primer dan kultur post pasasi sel punca mesenkim dengan pemberian ekstrak Centella asiatica memiliki tingkat proliferasi lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kontrol dan pemberian ekstrak Acalypha indica Linn (p < 0,05).
Pemberian ekstrak Centella asiatica lebih bermanfaat dalam meningkatkan proliferasi sel dan viabilitas relatif sel dibandingkan ekstrak Acalypha indica pada kultur post pasasi PBMC yang diperlukan untuk mendapatkan sel punca mesenkim yang akan dijadikan terapi sel.

Cell therapy is one of healing degeneration diseases approaching which provides the hoping of organ or tissue repairing to provide satisfactory results in terms of regeneration and rehabilitation organ function. Mesenchymal stem cell found in the human peripheral blood. This stem cell have morphology, cytoskeletal, cytoplasmik and surface markers (CD14-, CD31-, CD34-, CD44 +, CD45-, CD73 +, CD90 +, CD105 + and CD166 +) which are the same with Bone marrow derived mesenchymal stem cell. Peripheral blood is a promising source that can be used as an alternative source of /Mesenchymal stem cells for cell therapy because it has the advantage that are not invasive, easy to cultur, not necessary for biopsy treatment and requires no expertise to be collected. The disadvantages of Mesenchymal stem cells derived peripheral blood are less population compared to bone marrow derived mesenchymal stem cells.
This research purpose to observe the effect of Centella asiatica and Acalypha indica extract in Mesenchymal stem cells derived peripheral blood cultured to approach cell therapy.
Experimental studies in vitro in primary culture and subculture of Mesenchymal stem cells derived peripheral blood. The treatment groups consisted of several groups: one control group, three groups of Acalypha indica water extract (10mg/mL, 15mg/mL, 20mg/mL) and three groups of Centella asiatica water extract (10μg/mL, 15μg/mL, 20μg/mL) for 17 days primary culture and 48 hours subculture. Further treatment, the relative cell viability and cell proliferation rate are measured by MTT method.
Relative cell viability and cell proliferation rate of primary culture cells and the Mesenchymal stem cells subculture from Centella asiatica extract have a significant higher proliferation than the control group and Acalypha indica Linn extract (p <0.05).
Centella asiatica extract is more useful for increasing cell proliferation rate and relative cell viability compared to Acalypha indica extracts in PBMC culture to obtain mesenchymal stem cells that will be used for cell.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30202
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bryant Roosevelt Sabur
"Penyakit tidak menular, yang proses pembentukannya terpengaruh oleh stress oksidatif, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, baik secara global maupun di Indonesia. Euphorbia tirucalli, salah satu tanaman yang sering ditemukan di Indonesia sebagai tanaman hias, memiliki potensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak herbal patah tulang (Euphorbia tirucalli). Penelitian ini menggunakan tiga jenis ekstrak Euphorbia tirucalli, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol, yang diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan dianalisis jumlah komponen senyawa kimia dan kandungan metabolit sekundernya dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji fitokimia.
Hasil analisis dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrakherbal patah tulang (Euphorbia tirucalli) mengandung enam komponen senyawa kimia, sedangkan uji fitokimia menunjukkan bahwa ketiga ekstrak mengandung metabolit sekunder flavonoid dan glikosida, dengan ekstrak etanol memiliki tanin dan steroid. Hasil uji DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol herbal patah tulang Euphorbia tirucalli memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 16,05 ppm, sedangkan ekstrak etil asetatnya memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dengan nilai IC50 sebesar 232,86 ppm. Kesimpulannya adalah bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat karena kandungan fitokimianya.

Noncommunicable diseases, in which their process is affected by oxidative stress, is a large public health matter, both on a global and national scale. Euphorbia tirucalli, one of the plants frequently found in Indonesia as a decorative, has antioxidant potential with a certain solvent. The objective of this research is to understand the phychemical composition and antioxidant activity of Euphorbia tirucalli extract. This research uses 3 extracts with three different solvents, which are ethanol, ethylacetate, and n-hexane, with the antioxidant activity measured with the DPPH method, and the amount of chemical compunds and secondary metabolites analyzed with thin layered chromatography (TLC) and phytochemical tests.
All three extracts have show similar results at the TLC with six chemical compunds in all three extracts, while the phytochemical tests shows the presence of the secondary metabolites glycosides and flavonoids in all three extracts, with the ethanol extract additionally having tannin and steroid. The DPPH test shows that the extract with ethanol solvent has a strong antioxidant activity with an IC50 value of 16,05 ppm, while that the extract with ethylacetate solvent has a weak antioxidant activity with an IC50 value of 232,86 ppm. The conclusion is that the extract with ethanol solvent has stronger antioxidant activity due to its phytochemical content.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>