Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154802 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1996
S33573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Pramythasari
"ABSTRAK
Penunjukan sebagai PPAT Sementara ialah untuk melayani pembuatan akta didaerah yang belum cukup terdapat PPAT. Pemberian tugas dan kewenangan Camat sebagai PPAT Sementara bersifat sementara karena ex officio sebagai Kepala Kecamatan.

ABSTRACT
The appointment as temporary PPAT deed is to serve the manufacturing areas that are not quite there PPAT. Granting duty and authority district as PPAT Temporary is temporary because the ex officio as the head of the district/cities in Indonesia, it still need the appointment of sub-distrcit as a temporary PPAT in Karanganyar district."
2011
T28379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qorina Putri Tsani
"Kabupaten Sragen dan Karanganyar merupakan dua kabupaten penyangga pangan di Provinsi Jawa Tengah dengan produksi padi sawah yang cukup tinggi. Fluktuasi nilai produksi padi selama lima tahun terakhir membuat kondisi produksi tidak menentu dan sulit diprediksi. Pemantauan kondisi padi sawah dan metode untuk menghasilkan estimasi luas panen dalam waktu yang singkat sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas citra MODIS dengan indeks vegetasi TSAVI dalam mengestimasi luas panen dan produksi padi sawah. Citra MODIS temporal 16 harian dengan indeks vegetasi TSAVI diklasifikasi sesuai dengan bentuk pola dan nilai kehijauannya. MODIS TSAVI yang sudah diklasifikasi dilakukan analisis menggunakan regresi untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman padi sawah.
Hasil penelitian menunjukkan distribusi spasial dan pola masa tanam tanaman padi sawah di Kabupaten Sragen dan Karanganyar memiliki pergerakan waktu tanam mengikuti aliran irigasi. Estimasi luas panen padi dari citra MODIS TSAVI temporal menghasilkan area seluas 87.227 hektar, atau sebesar 61,42% dari luas total panen eksisting. Kesalahan sebesar 38,58% dalam estimasi luas panen ini disebabkan resolusi spasial citra MODIS yang hanya bisa mencakup 250m x 250m atau sekitar 6,25 hektar di setiap pikselnya. Sehingga sawah yang luasnya kurang dari 6,25 hektar tidak dapat terdeteksi. Selain itu, gap yang diakibatkan oleh mosaic antar scene citra MODIS juga memperbesar standar eror dalam penelitian ini.

Sragen and Karanganyar are the two districts in Central Java that produce a high volume of paddy. The production of paddy in the last five years has been fluctuating, it makes the production of paddy inconsistent and difficult to predict. Monitoring the condition of paddy fields and and find a method to estimate the width of paddy production and harvested area in a short period of time is needed. This research aims to determine the effectiveness of MODIS imagery with TSAVI vegetation index in estimating harvest area and production of paddy. MODIS temporal imagery with TSAVI are classified by temporal pattern and greenness value. The classified MODIS TSAVI analyzed using multiple linear regression to determine the growth pattern of paddies.
The results of this research shows the spatial distribution and planting pattern of the rice paddy in Sragen and Karanganyar are following the movement of irrigation flow. The width of harvest from MODIS TSAVI temporal imagery is estimated to produce about 87.227 hectares, or 61.42% from the existing harvest. A fault of 38,58% in estimating the width of harvest is due to the spatial resolution of MODIS imagery that could only covers 250m x 250m or about 6.25 hectares in each pixel. As the result, the rice paddies fields which have area less than 6.25 hectares can‟t be detected. Moreover, the gap caused by inter-scene mosaic MODIS imagery also increases an error in this research.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kecenderungan masyarakat kembali ke alam (back to nature),
meningkatnya jumlah perusahaan obat tradisional berbahan baku tanaman obat
kunyit, melonjaknya harga obat modern pada masa krisis ekonomi berbahan
kimia dan efek samping yang diakibatkan, menyebabkan lebih mudah
diterimanya tanaman obat kunyit (Curcuma domestica Val) dalam pengobatan
maupun konsumsi sehari-hari. Sebagai tanaman obat yang memiliki nilai medis,
interaksi tanaman obat kunyit dengan unsur fisik di Kabupaten Bogor sangat
perlu diperhatikan, karena berpengaruh terhadap kuantitas (tingkat produksi)
dan kualitas (tingkat mutu fisik). Tujuan dalam penelitian ini adalah menjelaskan
keterkaitan kondisi fisik (kesesuaian fisik) tanaman obat kunyit terhadap tingkat
produksi dan mutu fisik rimpang yang dihasilkan. Untuk mengetahui kaitan
kondisi fisik dengan tingkat produksi dan mutu fisik tanaman digunakan metode
korelasi peta; untuk mengukur tingkat mutu fisik tanaman obat kunyit digunakan
analisa visual dan pembobotan. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan tingkat produksi tanaman obat kunyit menurut wilayah kesesuaian
fisik sedangkan tingkat mutu fisiknya relatif seragam. Secara keseluruhan,
dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi tanaman obat kunyit dipengaruhi
kondisi fisik suatu wilayah sedangkan tingkat mutu fisiknya relatif tidak
dipengaruhi kondisi fisik. Pada wilayah dengan kesesuaian fisik yang sama,
tampak bahwa tingkat produksi dan tingkat mutu fisik tanaman obat kunyit tidak
selalu mempunyai tingkatan yang sama."
Universitas Indonesia, 2006
S34024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Pramythasari
"ABSTRAK
Penunjukan sebagai PPAT Sementara ialah untuk melayani pembuatan akra didaerah yang belum cukup terdapat PPAT. Pemberian tugas dan kewenangan Camat sebagai PPAT Sementara bersifat sementara karena ex officio sebagai Kepala Kecamatan. Dengan banyak diangkatnya PPAT yang tersebar diselutuh Kabupaten/Kota di Indonesia, apakah masih perlu penunjukan Camat sebagai PPAt Sementara di wilayah Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan keadaan geografis, status tanah dan kebutuhan pelayanan masyrakat, walaupun jumlah PPAT didaerah tersebut telah mencukupi ditinjau dari formasi PPAT, namun karena keberadaan PPAT tidak merata, maka masih diperlukan penunjukan Camat sebagai PPAT Sementara. Oleh karenanya, masih relevan keberadaan Camat selaku PPAT Sementara dan wilayah Karanganyar.

ABSTRACT
The appointment as temporary PPAT deed is to serve the manufacturing areas that are not quite there PPAT. Granting duty and authority district as PPAT Temporary is temporary because the ex officio as the head of the district/cities in Indonesia, it still need the appointment of sub-district as a temporary PPAT in Karanganyar district."
2011
T37831
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
"ABSTRAK
Pembangunan Sumberdaya Manusia merupakan salah satu tujuan utama dari Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PIP II). Kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang ikut ditentukan oleh status kesehatan anak Indonesia saat ini. Infeksi Soil Transmitted Helminths (kecacingan), yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak, masih tinggi angka kejadiannya, terutama pada anak usia sekolah dasar. Faktor-faktor yang diduga menyebabkan tingginya angka kejadian kecacingan ini adalah kondisi sanitasi lingkungan yang belum memadai, kebersihan diri yang buruk, tingkat pendidikan dan kondisi sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat yang belum membudaya, serta kondisi geografis yang sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan cacing.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang prevalensi dan intensitas kecacingan pada murid di 51 SD di Kabupaten Karanganyar serta hubungannya dengan pengetahuan murid, perilaku murid, pendidikan ibu, pengetahuan orangtua, kondisi ekonomi, dan kondisi sanitasi lingkungan.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan hasil penelitian dalam rangka monitoring dan evaluasi Proyek "Kemitraan Indonesia untuk Perkembangan Anak" di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tahun 1995. Sampel dari penelitian ini adalah 539 murid di 51 SD di Kabupaten Karanganyar, yang dipilih secara bertahap dengan menggunakan teknik simple random sampling dan systematic random sampling. Pemeriksaan adanya telur cacing di dalam tinja dilakukan dengan metoda Kato-Katz, sedangkan untuk variabel-variabel yang lain pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan/pemeriksaan langsung pada obyek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan pada murid di 51 SD di Kabupaten Karanganyar adalah 31,5 persen. Prevalensi pada masing-masing jenis cacing adalah infeksi cacing gelang 8,7 persen, infeksi cacing cambuk 15,6 persen, dan infeksi cacing tambang 17,6 persen. Intensitas infeksi yang terjadi sebagian besar termasuk kategori sangat ringan sampai ringan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian kecacingan (semua jenis), yaitu pengetahuan murid, perilaku murid, dan kondisi ekonomi. Dan basil analisis multivariat didapatkan dua variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian infeksi cacing gelang, yaitu pendidikan ibu dan kondisi sanitasi lingkungan. Sedangkan untuk cacing cambuk, hanya didapatkan satu variabel yang berhubungan dengan kejadian infeksi cacing cambuk, yaitu pengetahuan murid. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik multipel (backward elimination) menunjukkan bahwa ada empat variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian infeksi cacing tambang, yaitu pengetahuan murid, perilaku murid, kondisi ekonomi, dan kondisi sanitasi lingkungan. Dengan analisis multivariat (Manova) didapatkan interaksi antara pendidikan ibu dan kondisi ekonomi berhubungan dengan intensitas infeksi cacing gelang, sedangkan intensitas infeksi cacing cambuk berhubungan dengan interaksi antara pendidikan ibu, kondisi ekonomi dan kondisi sanitasi lingkungan. Dengan uji Manava didapatkan dua variabel batas (yaitu pendidikan ibu dan kondisi sanitasi lingkungan) dan empat interaksi (yaitu pengetahuan murid dan perilaku murid; pendidikan ibu dan kondisi sanitasi lingkungan; kondisi ekonomi dan kondisi sanitasi lingkungan; dan pendidikan ibu, kondisi ekonomi dan kondisi sanitasi lingkungan) yang berhubungan dengan intensitas infeksi cacing tambang.
Dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian lain, pada penelitian ini didapatkan prevalensi cacing tambang yang relatif lebih tinggi. Upaya-upaya yang disarankan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain pemberian obat cacing yang adekuat, pendidikan kesehatan bagi ibu maupun murid SD, serta program perbaikan perumahan dan kondisi sanitasi lingkungan.

ABSTRACT
Human resources development is one of the main objectives of the Indonesian second long-term development (PJP II). The quality of human resources in the future is determined by health and nutrition status of the children at the present time. The prevalence of soil-transmitted helminthiasis (worm infection), which have adverse effects on child health and development, is high especially among primary school children. Factors which are associated with the high prevalence of worm infection are poor housing and environmental sanitation, low socio-economic and educational status, inadequate knowledge and practice, and unfavourable geographic condition.
The aim of this study is to get information on the prevalence and intensity of soil-transmitted helminthiasis and their relationship with the children's knowledge and practice, educational level of the mothers, the parents' knowledge and economic status, and housing and environmental sanitation.
The study was conducted in 51 elementary schools in Karanganyar District, Central Java in a cross sectional manner. Secondary data from "Mitra" Project (1995) was used. The total sample was 539 students aged from 8 to 13. The children's stool were examined by the Kato-Katz method. Other data was collected by using structured questionnaires.
The prevalence of all kinds of worm infection was 31,5 percent. The prevalence of ascariasis, trichuriasis, and hookworm was 8,7 percent, 15,6 percent, and I7,6 percent respectively. Most of the infection were at mild intensity. Multivariate analysis with backward elimination logistic multiple regression tests showed that the children's knowledge, children's practice, and the parents' economic status had significant association with worm infection. Mother's educational level and housing and environmental sanitation were significantly associated with ascariasis. Only children's knowledge was significantly associated with trichuriasis, while for hookworm infection children's knowledge, children's practice, parents' economic status, and housing and environmental sanitation were significant determinants. Multivariate analysis with Multi-way analysis of variance (Manova) showed that there was interaction between mother's educational level and parents' economic status which was significantly associated with the intensity of ascariasis. Interaction among mother's educational level, parents' economic status and housing and enviromental sanitation had significant relationship with the intensity of trichuriasis. Two main variables (i.e. mother's educational level and housing and environmental) and four interactions (i.e. children's knowledge and children's practice, mother's educational level and housing and environmental sanitation, parents? economic status and housing and environmental sanitation, and mother's educational level, economic status, and housing and environmental sanitation) were significantly associated with the intensity of hookworm infection.
The study showed that compare to the other studies' results, the prevalence of hookworm infection was relatively high. Adequate deworrning, health education, and improvement of housing and environmental sanitation were suggested to reduce hookworm infection among school children in Karanganyar District, Central Java.
ix + 123 pages: 31 tables, 14 schemas, 4 appendices
Reading: 53 (1983-1996).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandono P.
"ABSTRAK
MASALAH POKOK Tuhan menciptakan dunia beserta isinya lalu diciptiakan pula dua orang manusia yang berlainan jenis yang diharapkan untuk dapat hidup berdampingan dan saling bantu membantu dalam mangarungi hidup didunia. Tuhan juga menjadikan manusia mempunyai akal budi yang membedakannya dengan jenis binatang. Dalam mengarungi hidup berumah tangga, manusia mempunyai norma-norma yang mengatur kehidupan mereka dan masyarakat. Diantara peraturan-peraturan tersebut terdapat peraturan mengenai hukum, Perkawinan. Peraturan ini di Indonesia terdapat beraneka ragam dimana juga beraneka ragam agama yang dianut oleh seluruh bangsa Indonesia, dalam penulisan ini akan di bahas mengenai dasar dan syarat-syarat perkawinan ditinjau dari KUHPerdata dan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974/ Peraturan Pem erintah No. 10 tahun 1983. METODE PENELITIAN Ilmu Pengetahuan mengenai dua teori penelitian yaitu Penelitian Kepustakaan dan Penelitian Lapangan, dalam hal penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data melalui buku-buku, catatan-catatan kuliah, peraturan-peraturan perundang-undangan yang tersebar diberbagai mass media ataupun yang ada diperpustakaan, sedangkan dengan Penelitian Lapangan diperoleh data dari wawancara dengan pihak Kantor Urusan Agama dan Kantor Catatan Sipil. HAL HAL_ YANG DI Unifikasi didalam peraturan yang mengatur mengenai perkawinan belum dapat diwujudkan dan penerapan Undang Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 untuk daerah terpencil sulit pe1aksanaannya. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 yang berlawanan dengan Peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 juga sangat mengganggu. KESIMPULAN Beraneka ragam Hukum Perkawinan yang terdapat di Indonesia walaupun Undang-Undang perkawinan No. 1 Tahun - 1974 dimaksudkan untuk unifikasi hukum dalam hukum perkawinan. Banyak permasalahan yang timbul setelah berlangsung perkawainan namun apabila usaha lain masih dapat dipergunakan maka masalahnya selesai sampai di sini. namun demikian apabila upaya lain tak dapat di pergunakan jalan terakhir yang dapat ditempuh adalah dengan mengadakan perceraian. SARAN yang dapat dikemukakan adalah memberikan pertimbangan- pertimbangan bagi para pembuat Undang-Dndang agar kiranya dapat menyusun Undang-Undang Perkawinan yang dapat berlaku untuk seluruh bangsa Indonesia walaupun terdiri dari berbagai-bagai agama. Agar alasan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1983 tentang perceraian dapat diselaraskan dan demikian juga mengenai batas waktu tunggu bagi janda yang putus perkawinannya karena perceraian sedang antara janda tersebut dan bekas suaminya belum pernah terjadi hubungan kelamin dengan janda yang putus perkawinannya karena kematian sedang janda tersebut juga belum pernah mengadakan hubungan kelamin."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Budiwarni
"Defisiensi vitamin A tidak hanya dapat menyebabkan kebutaari dan gangguan perturribuhan, tapi juga dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Pada anak-anak, keadaan defisiensi vitamin A mi kerap terjadi dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Untuk menanggulangi rnasalah tersebut telah digalakkan peraberian vitamin A secara berkala path anak-anak, khususnya balita. Penelitian mi bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin A secara oral terhadap titer antibodi path tikus putih yang diimunisasi dengan sel thrah merah domba (SDnJ). Percobaan mi dilakuican terhadap 24 ekor tikus jantan strain Wistaryang dibagi 4 kelonpok. Kelonpok K merupakan kelonpok yang tidak diberi perlakuan, kelorrpok S adalah kelonpok yang disuntik suspensi SDrvflJ l secara intraperitoniurn, kelonpok SP athlah kelonpok yang disuntik dengan suspensi SDMD l dan diberi pelarut vitamin A secara oral, dan kelonpok SA adalah kelonpok yang disuntik suspensi sel darah merah domba l dan diberi vitamin A secara oral dengan dosis 250 UI/gBB. Imunisasi dengan SDMD, pemberian vitamin A dan pelarut vitamin A diberikan path minggu pertama. Path minggu selanj utnya, dilakukan pengambilan darah seminggu sekali melalui ekor, selama duabelas minggu berturut-turut . Pada serum yang dipisahkan dari darah tersebut dilakukan pengamatan titer antibodi -anti SDMD dengan reaksi hemaglutinasi. Pada akhir percobaan, limpa diambil dan ditimbang. Ternyata kelompok yang rnendapat vitamin A dan irnunisasi SDMD mempunyai titer antibodi-anti SDMD yang secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok-kelompok lain (p
Manifestations of vitamin A deficiency include blindness and growth disorder also a decreasing immune response to infection. The symptoms are frequently observed in children, creating a problem that concerns public health in general. In anticipation of this unfortunate situation, vitamin A administration has been given periodically and nationwide to children under five years old. The aim of this investigation is to study the effect of vitamin A to rat antibody titre when administered orally to white rats immunized by sheep red blood cells (SRBC). The experiment has been conducted on 24 white rats seperated into 4 groups, identified as K, S, SP, and S.A. K is the control group, S is the group injected with l% SPBC suspension intraperitonially, SP is the group injected with l SPBC suspension besides receiving vitamin A solvent orally, and SA is the group injected with l persen SRBC suspension besides receiving a vitamin A dose of 250 UI/g weight body orally. Immunization with SRBC, administration of vitamin A and vitamin A solvent, were carried out on the first week. The next week, rats were bled once a week, for twelve consecutive weeks. The antibody titre of the serum was measured by hemagglutination reaction. Spleens were removed and their weights measured. This experiment shows that the group receiving vitamin A orally and immunized with SPBC has the highestantibody titre as compared with the other groups. The spleen weights of the four groups show no significant difference. Results of this experiment indicate that the administration of vitamin A orally to white rats, immunized by SRBC is capable of increasing, the antibody titre."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Wafa
"Keberadaan social capital dalam kelompok-kelompok sosial akan dipengaruhi oleh struktur sosial yang ada. Kelompok-kelompok sosial yang mampu memanfaatkan struktur sosial dalam setiap kegiatannya maka kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Sementara kelompok yang tidak dapat memanfaatkan keberadaan struktur sosial tersebut maka kegiatan yang dilakukan tidak dapat berjalan lancar. Dengan demikian keberadaan social capital haruslah berada di dalam struktur sosial yang ada.
Tesis ini memfokuskan perhatian pada keberadaan social capital dalam suatu kelompok sosial yang diwakili dua jenis kelompok yaitu Kelompok Tani "Mardi Utomo" dan Kelompok PKK. Pembagian kedua kelompok ini didasarkan pada model pembentukan kelompok, dimana Kelompok Tani "Mardi Utomo" merupakan kelompok yang dibentuk oleh seluruh anggota (bottom up) sedangkan kelompok PKK merupakan kelompok yang dibentuk oleh pemerintah (top down).
Penelitian ini bersifat kualitatif agar mampu mengungkap secara mendetail mengenai keberadaan social capital pada kedua kelompok tersebut. Dengan demikian akan memahami pola pikir dan tindakan mereka dalam setiap kegiatan yang dilakukan di kelompoknya. Untuk mengungkap hal tersebut, peneliti mengumpulkan data melalui beberapa cara yaitu; studi dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam.
Yang menjadi fokus awal dari penelitian ini bagaimana kelompok sosial tersebut mampu memanfaatkan struktur sosial yang ada dalam setiap kegiatannya. Sehingga kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari seluruh anggota. Kegiatan yang mendapat dukungan anggota dapat berjalan dengan lancar sementara yang tidak mendapat dukungan tidak dapat berjalan. Tindakan yang seperti ini dilakukan terus menerus sehingga diantara anggota timbul perasaan saling percaya. Perasaan saling percaya inilah yang menyebabkan kegiatan dapat berjalan lancar.
Dengan menggunakan kerangka Coleman yang mengemukakan bahwa aspek-aspek struktur sosial dapat digunakan oleh aktor sebagai sumberdaya untuk mencapai kepentingannya maka tesis ini berusaha menjawab kebenaran kerangka konsep tersebut melalui penelitian di Desa Bakalan, Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Struktur sosial Jawa yang ada di Desa Bakalan sangat membantu keberadaan social capital di dalam kelompok. Adanya perbedaan status akan menentukan peran masing-masing orang. Orang yang berlatar belakang priyayi akan disegani di desa terlebih kalau yang bersangkutan memiliki umur tua, berjenis kelamin laki-laki, dan memiliki pendidikan tinggi, yang bersangkutan akan mudah menduduki jabatan baik formal maupun informal di desanya. Begitu juga dengan Kelompok Tani "Mardi Utomo" yang menjadi ketua adalah seorang priyayi yang memiliki pengaruh di kelompok karena faktor status yang dimiliki tersebut. Sedangkan kelompok PKK, di dalam memilih seorang ketua tidak memperhatikan faktor status karena jabatan ketua PKK merupakan jabatan yang diperoleh karena jabatan suami yang menjabat kepala desa.
Berjalannya kegiatan di Kelompok "Mardi Utomo" karena adanya trust yang kuat diantara anggota, trust yang ada didukung pula oleh pengalaman sosial, ketetanggaan, dan harapan dari anggota. Trust bersama-sama dengan faktor penyangga yang lain seperti tujuan kelompok sosial, pekerjaan sebagai petani, dan adanya mekanisme kontrol sosial yang efektif menyebabkan social capital Kelompok Tani "Mardi Utomo" dapat berjalan.
Disisi lain, pada kelompok PKK semua kegiatan yang ada ditentukan oleh pengurus, sehingga pengurus tidak mengerti keinginan dan kemampuan anggota yang sebenarnya, akibatnya banyak kegiatan yang tidak sesuai dengan struktur sosial Jawa yang berlaku. Tindakan yang dilakukan oleh pengurus tersebut akan berpengaruh pada tingkat trust antar anggota, begitu juga dengan mekanisme kontrol sosial yang ada, tidak dapat berjalan efektif. Kendala yang berasal dari intern pengurus tersebut juga dipengaruhi oleh kendala lain yang bersifat organisatoris seperti jumlah anggota yang mencakup seluruh desa, dan tujuan yang masih abstrak. Kendala-kendala yang ada tersebut menjadikan faktor-faktor penyangga social capital berjalan tidak efektif.
Tesis ini dalam kesimpulannya menegaskan kembali apa yang dikemukakan oleh Coleman bahwa struktur sosial dapat mempermudah social capital merupakan sesuatu hal yang harus ada. Disini berarti, keberadaan social capital harus berada di dalam struktur sosial yang ada Hal ini sekaligus merupakan implikasi teoritis dari temuan di lapangan yang diwakili oleh dua kelompok sosial. Di akhir tulisan, ada beberapa rekomendasi yang dimaksudkan agar keberadaan gotong royong sebagai salah satu bentuk social capital tidak hilang karena adanya program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Salah satu rekomendasi yang memuat hal tersebut adalah peraturan desa (perdes) yang harus dirumuskan secara bersama-sama antara pemeriritahan desa dengan kelompok-kelompok sosial yang ada, hal ini juga menunjukkan adanya sinergi antara kelompok-kelompok sosial dengan pemerintah desa. Adanya peraturan desa (perdes) yang mengatur gotong royong secara tegas dengan melibatkan kelompok-kelompok sosial maka keberadaan gotong royong dapat dipertahankan meskipun ada berbagai program pembangunan yang berpotensi mematikan gotong royong."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T9738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Najib Imanullah
"Pada prinsipnya, Pemerintah tidak akan mengatur tata niaga suatu komoditi. tetapi menyerahkannya pada mekanisme pasar. Pengaturan Baru akan dilakukan apa bila terjadi ketimpangan pasar, yang merugikan kepentingan perekonomian nasional. baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang
Pengaturan tata niaga cengkeh. dimaksudkan untuk menyeimbangkan produkai cengkeh dalam negeri dengan permintaan konsumen. khususnya pabrik rokok kretek. Tercapainya keseimbangan permintaan dan penawaran tersebut. akan menjamin harga cengkeh di tingkat petani stabil dan menguntungkan. Namun demikian, perlu untuk' dikaji, apakah pelaksanaan Peraturan di bidang tata niaga cengkeh dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga tujuan yang hendak dicap.ai, yaitu antara lain meningkatkan pendapatan petani cengkeh. dapat terwujud. Pengkajian ini perlu dilakukan mengingat saah satu tujuan di.keluarkannya suatu Peraturan adalah untuk memberikan manfaat bagi kepentingan masyarakat.
Untuk sampai pada kesimpulan. apakah pengaturan rata niaga cengkeh dapat meningkatkan pendapatan petani cengkeh atau justru sebaliknva- perlu dilakukan.penelitian. Jenis penelitian yang dilakukan adalah diskriptif kualitatif. Pemilihan Jenis ini didasarkan pada kebutuhan untuk memperoleh data atau gambaran yang selengkap mungkin serta mendalam. Penelitian yang dilakukan, meliputi penelitian lapangan dan kepustakaan. Penelitian lapangan dengan cara metakukan wawancara dan observasi, dilakukan di Kabupaten Karanganyar. Penelitian kepustakaan dilakukan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, dengan menggunakan metode con-tent of analysis. Setelah data yang diperlukan terkumpul, dianalisis dengan menggunakan interactive model of analysis.
Dari penelitian yang telah dilakukan. dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tata niaga cengkeh di Kabupaten Karanganvar. belum dapat mewuiudkan tujuan diaturnya tata niaga cengkeh. Demikian pula terhadap upaya untuk peningkatan pendapatan petani cengkeh, juga belum berhasil. Dengan kata lain. pelaksanaan tata niaga cengkeh di Kabupaten Karanganyar belum berpengaruh terdapat peningkatan pendapatan petani cengkeh di Kabupaten karanganyar.
Implikasi dari penelitian ini, dihadapkan Pemerintah mau meninjau kembali pengaturan tata niaga cengkeh, dan kembali menyerahkannya pada mekanisme pasar."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>