Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nandang Mulyana
"Masalah kesehatan pada usia balita di Indonesia yang saat ini dihadapi adalah masih tingginya angka kesakitan dan kematian.Salah satu penyebabnya adalah Infeksi Saluran Nafas Akut (SKRT, 1995). Pola penyakit terbanyak di Puskesmas ISPA 5,05 %, dan dirawat nginap di rumah sakit ISPA 11,16 % di KabupatenfKotamadya se Jawa Barat masih tetap merupakan urutan dua besar setelah cliare (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2000).
Untuk mengatasi masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita diperlukan upaya program penanganan yang terintegrasi antara masyarakat dan pemerintah. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan upaya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia serta menipakan bagian clan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (Diijen P2M DepkesRí, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pola masak sebagai faktor resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita.
Rancangan penelitiannya adalah Kasus-Kontrol, dengan jumlah sampel 252 kasus dan 252 kontrol. Teknik pengambilan sampel secara simple random yang dilakukan terhadap setiap kasus ISPA yang berobat ke Puskesmas Garuda dengan kontrol sebagal tetangganya. Hipotesa yang diajukan adalah lnfeksi. Saluran Pemafasan Akut (ISPA) pada balita dapat diterangkan dan faktor resiko pola masak yang meliputi bahan bakar yang digunakan, frekuensi masak, lama masak, ventilasi tempat masak dan keberadaan anak di tempat masak. Analisa yang dipergunakan adalah uji statistik Regresi Logistik Ganda.
Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa pola masak merupakan faktor resiko terjadinya ISPA path balita. Penggunaan bahan bakar minyak tanah-kayu bakar memupunyai Rasio Odds 4,45 (selang kepercayaari 95 % 2,68 - 740),nilai Attributable fraction 0,59 (selang kepercayaan 95 % 0,50 - 0,66). Frekuensi memasak mempunyal Rasio Odds 3,86 (selang kepercayaan 95 %, 1,91 - 7,81), nilai Attribu.table fraction 0,20 (selang kepercayaan 95 % 0,16 - 0,23). Lama memasak mempunyai Rasio Odds 3,06 (selang kepercayaan 95 % 1,89 - 4,97), nilai Attributable fraction 0,40 (selang kepercayaan 95 % 0,30 - 0,47). Ventilasi mempunyai Rasio Odds 11,93 (selang kepercayaan 95 % 6,83 - 20,84), dengan Attributable fraction 0,52 (selang kepercayaan 95 % 0,50 - 0,94). Keberadaan anak di tempat masak mempunyaí Rasio Odds 4,01 (selang kepercayaan 95 % 2,46 - 6,52) dengan Attributabk fraction 0,46 (selang kepercayaan 95 % 0,38 - 0,52). Selain itu merokok merupakan faktor perancu (konfowider) dengan Rasio Odds 5,16 (selang kepercayaan 95 % 2,32- 11,48), nilai Attributable fraction 0,65 (selang kepercayaan 95 % 0,42 - 0,78). Imunisasi mempunyai Rasio Odds 2,87 (selang kepercayaan 95 % 1,50 - 5,49) dengan Attributable fraction 0,15 (selang kepercayaan 0,09 - 0,19).
Adapun saran adalah petugas kesehatan (Puskesmas) hendaknya membenkan penyuíuhan kepada keluarga balita untuk menyedialcan ventilasi yang optimal di tempat masak, menjauhkan anak dan tempat memasak, serta setiap anggota keluarga untuk tidak merokok disekitar balita. Program imunisasi untuk tetap digalakan terutama BCG, DPT dan Campak dalam upaya mcncegah ISPA.

The health problem suffered by under five years old in Indonesia recently relates to the high rates of illness and death. One of their causal factor's reffered to Acute Infection of Repiratory Tract (SKRT, 1995). The most disease pattern at puskesmas (Public Health Center) ISPA 5,05 % and hospitalization at hospital (ISPA 11,16 %) in West Java Regency/Municipality still places the second level after diarrea ( Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2000).
A certain effort of handling program which's integrated between society and government needs to be applied to solve Acute Infection of Respiratory Tract problem suffered by under five years old. The application of elimination program towards the disease of Acute infection of Respiratory Tract (ISPA) is a way to support the increasing of human resources quality, beside as a part of preventive methode and elimination attainment againts contagious disease (Dùjen P2M Depkes RI, 2000).
The aim of this reseach.is gaining the knoledge of cooking patern as a risk factor towards the accurace of Acute Infection of Respiratory Tract.
The design used this research is Case Control, take from 252 sample and 252 controls. The technique conducted in collecting the samples is simple random, which's carried out from each case of ISPA treated at Puskesmas Garuda and its neigbor as a comparison. The hipothesis made is that Acute Infection of Respiratory Tract (ISPA) suffer by under five years old can be explained in relation to risk factor of cooking pattern covering the usage of fuel , cooking frequency, cooking duration of time, kitchen ventilation, and existance of children under five year old in the kichen. Logistic Regression analysis was uses to test the hypothesis in it's Study.
The research result shows that cooking pattern is a risk factor of ISPA suffered by under fiye years. The usage of kerosene and firewod as fuel has Odds Ratio of 4,45 (95 % Confidence Interval/Cl 2,68 - 7,40), its value of Attributable fractionis 0,95 ( 95 % CI 0,50 - 0,66). Cooking frequency has Odds Ratio of 3,86 ( 95 % Cl 1,91 - 7,8 1). Its value if Attributable fraction 0,20 (95 % CI 0,16 - 0,23). Cooking duration if time has Odds Ratio of 3,06 (95 % CI 1,89 - 4,97 ), its value of Attributable fraction'S 0,40(95 % CI 0,30 - 0,47). Kichen Ventilation has Odds Ratio of 11,95 ( 95 % CI 683 - 20,84), its imfact 's 0,52 (95 % CI 0,50 0,94). The existance of under five years old in the kichen has Odds Ratio of 4,01 (95 % CI 2,46 - 6,52).Smoking is a conpounding with Odds Ratio of(95 % CI 2,32 - 11,48) and its im1ct fraction is 0,65 (95 % CI 0,452 -0,78). limmunization has Odds Ratio of 2,87(95 % CI 1,50- 5,.49)) and its Attributable fraction of 0,15 ( 95 % CI 0,09-0,19).
However, there are several suggestions offered to medical attendant at Puskesmas (Public Health Center) those are : They should give and illumination about the optimum ventilation provided in the kichen to the family member, keeping away their under five years, and the family member must not around their under five years when they smoke. Furtherm, the iniunization program still has to be held continually in order to prevent ISPA.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Johanes
"Infeksi Saluran Penfasasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan kapang yang ada dalam debu berukuran tertentu. Dapat golongkan dengan Pneumonia berat dan bukan Pnemonia untuk kelompok umur kurang dari dua bulan dan Pnemonia berat, Pnemonia sedang dan bukan Pnemonia untuk kelompok umur dua bulan sampai lima tahun. Kejadian ISPA diperkirakan 10-20% penderita penyakit di Indonesia atau dengan kejadian 1102.542 kasus yang dilaporkan oleh Puskesmas dan 810.124 kasus yang dilaporkan rumah sakit. Di Kabupaten Lima Puluh Kota khususnya di Kecamatan Payakumbuh masih merupakan masalah kesehatan yang utama dimana persentasenya 42,39 % tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak yang di laporkan Puskesmas Kato Baru Simalanggang.
Penelitian ini untuk mengetahui sejauh mama pajanan PM10 terhadap resiko ISPA pada Balita tahun 2006 dengan lingkungan rumah dan sumber pencemaran dalam rumah lainnya dalam rumah sebagai faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross sectional dengan populasi balita yang berada di Kecamatan Payakumbuh sedangkan yang menjadi sample adalah balita yang terpilih dengan six!imatic random sampling. Data diperoleh dengan pengukuran kadar PM10, dan kelembaban, observasi dan pengamatan terhadap luas ventilasi dan iuas rumah dan wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap responden. Analisis data meliputi anal isis Univariat, Bivariat, Multivariat dan Uji lnteraksi.
Hasil uji Bivariat terdapat lima variabel yang mempunyai hubungan yang berrnakna dengan kejadian ISPA Balita yaitu: PM10. luas ventilasi rurnah, kepadatan hunian, kebiasaan merokok anggota keluarga dan bahan bakar masak dengan nilai p < 0,05, yaitu PMio OR = 3,07 (95%CI: 1,98 - 4,76) nilai p = 0,00, luas ventilasi OR = 3,48 (95%CI: 2,23 - 5,43) nilai p = 0,00, kepadatan hunian OR = 1,95 (95%CI: 1,15 - 3,32) nilai p = 0,02 kebiaaan merokok OR = 1,76 (95%CI: 1,08 - 2,87) nilai p = 0,03, dan bahan bakar masak OR = 3,74 (95% CI : 1,87 - 7,45) nilai p = 0,00 dengan kejadian ISPA Balita. Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Departemen Kesehatan diharapkan menggalakkan upaya imunisasi dalam pencegahan terhadap ISPA.. Untuk pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA perlu ditunjang dengan persyaratan perumahan sehat dan patut jadi kajian bagi Dinas Kesehatan Kabupaten, Propinsi maupun Departemen Kesehatan, Kepada masyarakat disarankan agar ventilasi rumah minimal 10 % dan luas lantai dan perlunya diberi penyuluhan kepada masyarakat agar tidak merokok dalam rumah dan penggunaan bahan bakar gas untuk keperluan memasak sehari-hari.

Acute respiratory infections (ARI) are a group of diseases that can be induced by air pollution in homes. In Indonesia, the prevalence of ARI is estimated around 10-20% of cases, 1,702,542 cases reported from community health centres (Puskesmas) and 810,124 cases reported from hospitals. In Lima Puluh Kota District, especially in Payakumbuh Subdistrict, ARI remains a major health problem where it is one of the top tell diseases reported by Moto Baru Simalanggang Community Health Center with a prevalence of 42.39%.
The objective of this study is to elucidate the extent of PMIO in affecting risks of ART among toddlers during 2006, with house environment and pollution sources in homes as affecting factors. This study used a cross-sectional research design using systematic random sampling, with toddlers in Payakumbuh Sub District as samples. Data obtained by measuring the level of PMIO and humidity, observing the coverage of ventilation and house area, as well as conducting interviews using questionnaire. Data were analyzed with univariate, bivariate.
Bivariate analysis results showed that there are five variables with significant correlation with the incidence of ARI among toddlers. all with p values < 0.05, namely PM 10 with p value = 0.00 and OR = 3.07 (95%Cl: 1.98-4.76), coverage of ventilation in homes with p value = 0.00 and OR = 3.48 (95%CI: 2.23-5.43), population density in homes with p value = 0.02 and OR = 1.95 (95%CI: L15-3.32), smoking habit within family members with p value = 0.03 and OR = 1.76 (95%CI: 1.08-2.87), and fuel used for cooking with p value = 0.00 and OR = 3.74 (95%C1: 1.87-7.45), It is suggested that the community should he educated to not smoke inside the house, ensure that houses have coverage of ventilation of at least 10% of floor area, and never bring the children along when cooking in the kitchen. District and Provincial Health Offices and Ministry of Health should provide health education to the community regarding all of the above."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Carla K.
"Latar belakang masalah adalah sesuai dengan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan yaitu Perbaikan mutu Lingkungan Hidup untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, sedangkan kondisi perumahan di Jakarta masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit antara lain penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang penularannya terjadi melalui udara.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya pengetahuan mengenai pengaruh lingkungan rumah terhadap terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut, khususnya mengenai pengaruh daripada: kepadatan penghuni, suhu, kelembaban, ventilasi, adanyan sumber penularan dalam rumah dan adanya sinar matahari dengan tidak lupa memperhatikan adanya pengaruh daripada lingkungan sosio-kultural yaitu tingkat pendidikan ibu dan tingkat sosio-ekonomi keluarga.
Adapun penelitian ini merupakan survei analitik, "Cross sectional study" yang didahului dengan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi. Pemilihan sampel secara "cluster sampling" dan "simple random sampling". Penelitian di lapangan dilakukan dengan wawancara, pengamatan dan pengukuran-pengukuran. Analisa data dilakukan dengan komputer mempergunakan program statistik "Stat Pao" dan "SPSS/PC".
Kesimpulan yang diperoleh ialah dari faktor-faktor lingkungan fisik rumah berupa : kepadatan penghuni, suhu, kelembaban, ventilasi, sumber penularan dalam rumah dan adanya sinar matahari, yang jelas memperlihatkan pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap kejadian ISPA pada balita ialah kelembaban, disamping faktor suhu dan tingkat sosio-ekonomi keluarga yang juga memperlihatkan adanya pengaruh yang bermakna secara statistik. Untuk penelitian yang akan datang konsep mengenai ventilasi, sumber penularan dalam rumah dan adanya sinar matahari sebaiknya dipertajam lagi. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joon Sumargono
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Berdasarkan Survai Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, ISPA menempati urutan paling atas dalam daftar penyebab kematian seluruh golongan umur (13,7%) dan menurut pola penyakit pada bayi didapatkan ISPA 42,4% dan pada umur 1-4 tahun 40,6. Dalam Pelita IV prioritas utama dalam bidang kesehatan adalah penurunan angka kematian bayi, yang di galakkan dalam kegiatan terpadu K5-Kesehatan (Posyandu) tetapi belum terlihat adanya program khusus untuk menanggulangi ISPA.
Keterbatasan sumber dana operasional menyebabkan pemberantasan ISPA terlambat di mulai walaupun sudah sejak lama diketahui bahwa masalah ISPA di Indonesia sangat besar. Di negara berkembang termasuk Indonesia, pola kebiasaan hidup erat hubungannya dengan tingginya "rate" dari ISPA yang disebut sebagai faktor risiko yang berhubungan erat dengan tingkat sosial ekonomi seperti tinggal dilingkungan yang padat, ventilasi rumah yang kurang, polusi asap dapur, pendidikan yang rendah, higiene perorangan yang buruk dan sebagainya. Maka mengurangi atau menghindari faktor risiko merupakan salah satu cara yang dapat mencegah terjadinya ISPA.
Dengan dasar hal-hal diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko tersebut dan seberapa jauh pengaruhnya. Jenis penelitian ini adalah kohort prospektif pada 534 balita yang dipilih secara random sampling pada tiap berdasarkan pemilikan barang dalam keluarga. Pemantauan dilakukan selama tiga bulan untuk melihat jumlah episod ISPA yang terjadi. Teknik analisa yang digunakan adalah Chi Square, RR dan Logistik Regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh terbesar untuk jumlah episod ISPA ringan secara berturut-turut adalah pencemaran udara, pendidikan ibu, gizi balita, umur balita dan imunisasi. Untuk jumlah ISPA sedang pengaruh terbesar berturut-turut adalah pemilikan barang dalam keluarga, pencemaran udara dan kepadatan dalam rumah.
Selanjutnya disarankan agar dilakukan perbaikan kesehatan lingkungan, dalam hai ini terutama ditujukan pada perbaikan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, penyuluhan tentang pengaruh buruk dari merokok pada kesehatan balita, meningkatkan pendidikan kesehatan pada ibu-ibu balita mengenai ISPA. Juga disarankan untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan meningkatkan gizi balita di Posyandu serta menambah keterampilan ibu balita untuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Terakhir disarankan untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh faktor-faktor risiko yang tidak dapat di buktikan dalam penelitian ini. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani Tika Wulandria
"Antibiotik sebagai salah satu pilihan terapi penyakit infeksi saluran pernafasan akut banyak digunakan pada anak-anak. Penggunaan antibiotik yang tepat akan mengurangi angka kejadian resistensi dan efek samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan antibiotik pada balita dengan infeksi saluran pernafasan akut di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat. Penelitian ini bersifat observasional dengan metode retrospektif berdasarkan rekam medis dengan desain potong lintang. Analisis dilakukan secara deskriptif. Sampel adalah anak-anak berusia 12-<60 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut dan diberikan terapi antibiotik. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Sampel yang didapatkan sebanyak 66 pasien yang terdiri dari 53,03% laki-laki dan 46,97% perempuan. Terdapat 3 jenis infeksi saluran pernafasan akut yang diderita yaitu faringitis (95,45%), laringitis (1,51%), dan pneumonia (3,04%). Sebanyak 9 jenis antibiotik digunakan yaitu amoksisilin (2,5%), gentamisin (6,3%%), kloramfenikol (1,3%), sefadroksil (5,0%), sefiksim (5,0%), sefotaksim (30,0%), seftriakson (42,5%), sulfametoksazol-trimetoprim (antimikroba) (5,0%), dan tiamfenikol (2,5%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketepatan penggunaan antibiotik pada sampel dilihat dari segi indikasi (100%), pemilihan antibiotik (100%), regimen dosis (83,8%), dan lama penggunaan (50,0%). Data diuji dengan Metode Kai Kuadrat dan hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat hubungan yang lemah antara jenis antibiotik yang digunakan dengan ketepatan dosis, serta tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis antibiotik yang digunakan dengan ketepatan lama penggunaan.

Antibiotics, as a treatment option for acute respiratory tract infection were widely used in children. Appropriate use of antibiotics could reduce the incidence of resistance and adverse drug effects. The purpose of this research was to analyze the use of antibiotics in children with acute respiratory tract infection in Dr. Mintohardjo?s Naval Hospital Central Jakarta. This was an observational research with retrospective method based on medical records and cross sectional design. Descriptive analyze was performed. Samples were children aged 12-<60 months with acute respiratory tract infection and antibiotic therapy. Sampling?s technique used was total sampling. The numbers of samples were 66 children consist of 53.03% males and 46.97% females. The types of acute respiratory tract infections were pharyngitis (95.45%), laryngitis (1.51%), and pneumonia (3.04%). Total of 9 types of antibiotics used were amoxicillin (2.5%), gentamicin (6.3%), chloramphenicol (1.3%), cefadroxil (5.0%), cefixime (5.0%), cefotaxime (30.0%), ceftriaxone (42.5%), sulfamethoxazole-trimethoprim (antimicrobial) (5.0%), and tiamfenikol (2.5%). From this research, it can be concluded that appropriate used of antibiotics in the samples in terms of indication (100%), antibiotic treatment (100%), dose regimen (83.8%), and duration of use (50%). Data were tested by Chi Square Methods and the results show that there were a weak relationship between the types of antibiotic used with appropriate dosage, and there were no significant relationship between the types of antibiotic used to the appropriate duration of used."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S52584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Exhalation Channel Infection Disease of Acute (ISPA) be one of health problem of main public because still height of mortality because ISPA espicially at baby and balita. In Sub-Province Bandung death because ISPA reachs 54,55% and in kecamatan Gununghalu x'self patient ISPA at balita experiences improvement from the year 2003 until the year 2005. Risk the increasing of ISPA can be influenced by low economic social status , condition of housing which still varying according to quality of its (the building, causing is required research about factor relating to case of ISPA at balita. This researh type is analytic observasional with planning cross sectional. Variable which is accurate is house wall type, house floor type, ventilation wide of house, situation of house temperature, house dampness, existence of hole smoke of kitchen, unmate density, ripe fuel type, usage of anti mosquito drug, smoking habit member of family, umminization status, status gizi, time body weight borned and case of ISPA at balita. Result of research with test chi square there is relationship having a meaning (of) between house wall types (p value = 0,044 and OR = 3, 338), ventilation wide of house (p value = 0,030 and OR = 3,589), house temperature (p value = 0.023 and OR = 2,972) existence of hole smoke of kitchen (p value = 0,014 and OR = 3,824) smoking habit member of family (p value = 0,022 and OR = 6,182) status gizi (p value = 0,000 and OR = 12,600) and time body weight borned (p value = 0,049 and OR = 5, 800) dengan case of ISPA at balita. suggestion is given by intensifying counselling to public about healthy house and preventive effort the happening of ISPA at balita."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"[Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit yang sering diderita oleh anak berusia dibawah 5 tahun. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan faktor resiko yang sering menimbulkan OMA. Baik OMA maupun ISPA merupakan penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, namun hingga saat ini masih sedikit data yang tersedia untuk kedua penyakit ini, terutama OMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi OMA dan hubungannya dengan ISPA dan faktor sosioekonomi di Jakarta Timur. Penelitian menggunakan desain cross-sectional. Data berasal dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik 125 balita dari kelurahan Cawang dan Cipinang-Melayu Jakarta Timur yang diambil pada Mei 2012 dan dianalisis menggunakan uji chi square. Prevalensi OMA lebih tinggi pada anak yang berjenis kelamin laki-laki, memiliki ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, pendapatan keluarga yang lebih rendah, dan tinggal di kawasan pemukiman padat. Uji chi-square menunjukkan ada hubungan bermakna antara ISPA dengan OMA (p<0.05). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian lain yang dilakukan di negara lain dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini juga berguna untuk mengetahui gambaran OMA pada masyarakat dengan faktor sosioekonomi yang berbeda., Acute otitis media (AOM) is a common disease for infant under the age of five. Upper respiratory tract infection (URTI) is one of the most common risk factor which known to cause AOM. Both AOM and URTI have high prevalence in Indonesia, yet the data available for these disease is minimal. This study was aimed to assess the prevalence of AOM and its associaton with URTI and other socioeconomic factor in East Jakarta. This study used cross-sectional design. Data was obtained from anamnesis and physical examination done to 125 infant from kelurahan Cawang and Cipinang-Melayu East Jakarta which was obtained on May 2012 and analyzed using chi-square test. AOM has higher prevalence in male infant, infant with mother who has lower education level, lower income family, and live in densely populated neighborhood. Chi-square test shows significant association between URTI and AOM (p<0.05). These results is consistent with other studies done in other countries and may be used as reference for future research. These results also useful for knowing the general picture of AOM in general population with variable socioeconomic factors.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Parulian
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) termasuk pneumonia masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, dimana angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) penyakit ISPA pada balita cukup tinggi. Oleh karena itu pemberantasan penyakit ISPA merupakan program nasional, untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. Meningkatnya kejadian penyakit ISPA dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor lingkungan. Sebagian besar (80%-90%) waktu balita setiap harinya berada dalam rumah, dimana terdapat pajanan polusi udara dalam rumah yang diantaranya adalah PM10, Strategi yang paling tepat dilakukan dalam program pemberantasan penyakit ISPA adalah peningkatan kualitas udara indoor rumah tinggal.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cakung Timur Kota Jakarta Timur, untuk mengetahui kejadian penyakit ISPA pada balita, kondisi lingkungan yang berkaitan dengan kejadian penyakit ISPA, dan hubungan antara partikulat debu PMIO rumah dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol. Sebanyak lima puluh kasus dipilih dan daftar kasus ISPA terjadi di Puskesmas pada 2 bulan terakhir, sedangkan lima puluh balita yang sehat menjadi kelompok kontrol diambil dan tetangga terdekat kasus. Beberapa variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA adalah kelembaban, suhu, kepadatan hunian ruang tidur, ventilasi, bahan bakar memasak, asap rokok, pencahayaan, status gizi balita, riwayat imunisasi, dan jenis lantai. Data primer dikumpulkan dan pengukuran parameter kualitas udara indoor, lingkungan perumahan, dan karakteristik balita. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari pencatatan dan pelaporan Puskesmas Kelurahan Cakung Timur.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh staf puskesmas, teknis laboratorium dari BTKL Jakarta, dan staf Kelurahan Cakung Timur, melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi terhadap lingkungan rumah tinggal. Kejadian ISPA pada balita dipengaruhi oleh beberapa factor yang meliputi faktor lingkungan rumah, kondisi social, dan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara PM10 dan kejadian penyakit ISPA pada balita. Risiko untuk menjadi ISPA pada balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM10 lebih dari 70 μg/m3 adalah 6,1 kali dibanding balita yang tinggal dalam rumah dengan PM10 kurang atau sama dengan 70 μg/m3. Dengan mengontrol factor ventilasi rumah dan status gizi balita maka angka risiko tersebut akan berkurang menjadi 4,25 kali.
Beberapa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian penyakit ISPA pada balita dalam penelitian ini adalah PM10, ventilasi, status gizi balita, kelemababan. Sedangkan variabel lain seperti kepadatan hunian ruang tidur, bahan bakar memasak, asap rokok, pencahayaan, riwayat imunisasi, suhu, dan jenis lantai tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita. Didapatkan bahwa PM10 merupakan predictor utama terhadap kejadian ISPA pada balita. Sebagai factor risiko utama pada ISPA, pajanan PM10 di udara dapat terhirup melalui pernapasan sehingga menyebabkan iritasi pada system saluran pernapasan yang selanjutnya menyebabkan ISPA. Penelitian ini menganjurkan agar setiap rumah dapat memiliki ventilasi yang cukup sehingga dapat menetetralisir sirkulasi PM10 di dalam rumah. Hal yang lain yang juga dianjurkan adalah dengan peningkatan status gizi akan dapat mencegah/menurunkan risiko balita terkena ISPA.

An Acute Respiratory Infection (ARI) including pneumonia is still becoming one of the public health problems in Indonesia because it causes high morbidity and mortality among children under-five year of age. Therefore, ARI has been included in the national program for prevention and control of ARI which goal is to achieve human resources quality of life, The increase of occurrence of ARI is influenced by many factors including environmental factors. Everyday, most of the time, 80-90% children under-five live in the house, which are exposed with indoor pollution including PM10. The main strategy of the national prevention and control program for ARI is to improve air quality of housing.
This study is carried out in the working areas of Community Health Center in the sub-district of East Cakung, East Jakarta Municipality. The purposes of the study were to identify the occurrence of ARI among children under-five, environmental conditions related to ART, and the relationships between PM10 and the occurrence of ART among children under-five. A case-control study design was employed in the study. A total of fifty cases of children under-five were randomly selected from the Community Health Center and fifty control groups were randomly selected from the field of neighboring household of the cases. The cases and control groups were drawn from a similar population in the working areas of East Cakung. Data on ART were based on the recall period of 2 months. In addition, several variables including humidity, temperature, beds, ventilation, cooking woods, cigarette smoking, lighting, nutritional status of children, morbidity, immunization and type of floors were involved to control its relationships.
The primary data was collected from several sources including the measurement of indoor air quality, housing environment, and children under-five characteristics. The secondary data was collected from the recording and reporting of the Health Center in East Cakung. Data were collected by the researcher with the help of Health Center staff, laboratory technician of CDC Laboratory in Jakarta, and local staff of East Cakung through interviews using a administered questionnaires and observation its housing environment. The occurrence of ARI among children under-five is influenced by many factors including its housing environment, social conditions, and health services. There is a significant relationship between PM10 and the occurrence of ART among children under-five, The risk of having ART for children under-five living in the housing with PM10 more than 70 ug/m3 was 6.1 times more than those living in the housing with PMI0 70 uglm3 or less. With the control of ventilation and nutritional status, the relationships reduce to 4,25 times.
Of the total variables involved in the study, only several variables including particulate matter (PM10), ventilation, nutritional status of children, and relative humidity having significant relationship with the occurrence of the diseases. The other variables including beds, cooking woods, cigarette smoking, lighting, immunization, temperature, and the kind of floor do not indicate significant relationship with ARI. PM10 is considered as the predictor of the occurrence of ARI among children under-five. The main risk factor of ARI is PM10; its exposure in the air will be inhaled through respiratory system, which causes irritation of respiratory system, which leads to the occurrence of ARI. It is suggested that every house should have proper and adequate ventilation so as to prevent and neutralize PMI0 circulating indoors. It is also suggested that improving of nutritional status could prevent children under-five to ART.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
T12930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>