Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Widdyastuti
"Skripsi ini membahas bagaimana persebaran tipologi factory outlet di Kota Bandung menurut kelas jalan serta hubungannya dengan karakteristik pengunjung dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan analisis deskriptif keruangan. Hasil penelitian adalah Factory outlet di Kota Bandung cenderung berlokasi pada jalan dengan kegiatan wisata dan fasilitas pendukung pariwisata serta didominasi oleh factory outlet yang mengutamakan kelengkapan barang dan fasilitas. Ditemukan perbedaan karakteristik pengunjung pada factory outlet yang berlokasi di jalan wisata pada hari libur dan hari kerja dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya. Tidak ditemukan perbedaan karakteristik pengunjung pada factory outlet yang berlokasi di luar dari jalan wisata pada hari libur dan hari kerja dilihat dari asal dan tipologi pengunjungnya.

This theses discuss on how is the distribution of factory outlet typology in Bandung. Based on customers characteristics in terms of place of origin and their typology. This is a qualitative research which using spatial description analysis. In Bandung, factory outlets tend to distibute dominantly on tourism street. Those outlets are categorized as complete products and services or facilities. There are customers characteristics differences between factory outlets which are located on the tourism street in the holidays and working days. There are no customers characteristics differences between factory outlets which are located on the non tourism street in the holidays and working days."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34153
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lisayoesti Puspa
"Skripsi ini membahas bagaimana jangkauan pelayanan factory outlet yang dilihat berdasarkan karakteristik factory outlet dan karakteristik konsumen di Kota Bogor. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan analisis keruangan. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah jangkauan pelayanan factory outlet Kota Bogor mencakup daerah Jabodetabek dan dibagi menjadi 3 kelas yaitu <20 km, 20-40 km, dan 40-60 km. Jika dilihat dari karakteristik factory outlet terdapat perbedaan persentase jumlah konsumen antara kategori yang satu dengan yang lainnya pada masing-masing jangkauan. Sedangkan jika berdasarkan karakteristik konsumen tidak terlihat perbedaan pada tiap jangkauannya.

This thesis describes how the range of services is seen factory outlet based on the characteristics of factory outlet and characteristics of consumers in Bogor City. This research was a qualitative descriptive with a spatial analysis. The results of this research is range of services factory outlet in Bogor City covers Jabodetabek areas and divided into 3 classes which is <20 km, 20-40 km, and 40-60 km. When viewed from the characteristics of factory outlet there is a difference between the percentage of consumers that category to another at each range. Whereas, if based on consumer characteristics there is not seen significant differences on each reach."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1027
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Zaenal Hakim
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang pemberdayaan penyandang cacat melalui Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM), yang dilaksanakan dikelurahan Dago kecamatan Coblong kota Bandung. Sebagai wujud dari keterlibatan masyarakat dan pamerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang cacat, program Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) bagi penyandang cacat ini telah membina penyandang cacat melalui keberadaan kader RBM dalam melakukan pembinaan pembinaan dan rehabilitasi menyangkut rehabilitasi medis, pendidikan, keterampilan dan rehabilitasi sosial terhadap penyandang cacat dalam keluarga dan masyarakat. Untuk melihat hasil yang telah dicapai penyandang cacat melalui program RBM ini, maka peneliti mencoba menelusuri pelaksanaan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat bagi penyandang cacat tersebut.
Tipe penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu bermaksud untuk membuat penggambaran (deskriptif) tentang pemberdayaan penyandang cacat melalui Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM). Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif karena bertujuan untuk memahami dan menafsirkan proses pelaksanaan pemberdayaan penyandang cacat melalui RBM Sesuai dengan katakteristik dari penelitian kualitatif, digunakan pendekatan studi kasus melalui pengumpulan serangkaian informasi yang luas, secara lebih mendalam, dan lebih mendetail terhadap beberapa kasus pelaksanaan pemberdayaan penyandang cacat yang telah dipilih. Untuk mendapatkan informasi tersebut, dalam penelitian ini dilaksanakan wawancara mendalam, pengamatan dan studi dokw-nentasi yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif, ditafsirkan dan diimplementasikan terhadap data tersebut serta ditarik implikasi teoritiknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyandang cacat memiliki latar beiakang kecacatan baik disebabkan sejak lahir maupun diluar kelahiran sebagai akibat dari kecelakaan, menderita penyakit, dan karena permasalahan kehidupan keluarga yang dihadapi. Penyandang cacat mengalami kondisi ketidakberdayaan baik secara internal maupun eksternal. Keluarga yang anggotanya mengalami kecacatan, mengalami situasi kesedihan dan duka cita yang mendalam, perasaan pasrah dan menerima kecacatan yang dihadapi tanpa ada upaya perubahan, kurang memberikan perhatian, serta kurangnya pemahaman dan pengetahuan terhadap kecacatan.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan, tingkat kemandirian yang dicapai penyandang cacat sesuai dengan 23 kriteria kemandirian belum dapat memberikan kemampuan dan keberdayaan penyandang cacat secara penuh, menyangkut kemampuannya dalam pilihan personal dan kesempatan hidup, pemenuhan kebutuhan, pengungkapan gagasan, ide, pemanfaatan sumber, aktifitas ekonorni, serta reproduksi, Kemampuan Kader RBM dalam mendeteksi kecacatan belum mencakup kemampuan dalam mendeteksi kecacatan meliputi aspek medis, pendidikan, keterampilan dan aspek sosial. Masyarakat pada akhirnya belum secara aktif terlibat secara penuh dalam program RBM. Kurang tercapainya tujuan program RBM diatas, didasari atas proses pelaksanaan pemberdayaan yang lebih didominasi oleh Kader RBM, sehingga peran penyandang cacat, keluarga dan masyarakat tidak nampak dalam proses ini.
Berbagai upaya perubahan dan perbaikan perlu dilakukan, khususpya dalam upaya meningkatkan kapasitas, pengetahuan dan kemampuan Kader RBM. Kader harus diberikan kemampuan dan keterampilan yang luas terutama menyangkut deteksi kecacatan secara menyeluruh, meningkatkan kemampuan dalam perannya sebagai educator, fasilitator, representator dan tehnikal, serta pencapaian kemandirian dan kemampuan penyandang cacat secara penuh. Proses pemberdayaan yang dilakukan harus diarahkan pada penampilan peran yang seimbang dan terpadu antara Kader RBM, penyandang cacat, keluarga dan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Mubarok
Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian/Keagamaan Departemen Agama RI, 1996
297.65 ABD s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Sidik Roostandi
"Tesis ini merupakan penelitian mengenai konsumen Factory Outlet (FO). FO menawarkan ideologi baru dalam berbelanja, yaitu menjual 'produk sisa ekspor'. Makna 'sisa' dan 'ekspor' yang dikonstruksi oleh pengusaha (produsen) FO memiliki problematikanya tersendiri ketika dimaknai kembali oleh konsumen. Makna 'sisa' yang diikuti dengan makna 'murah' yang identik dengan konsumen kelas menengah ke bawah dan makna 'ekspor' yang diikuti dengan 'produk high-class' yang identik dengan kelas menengah ke atas menjadi kontradiksi karena pada praktiknya konsumen FO didominasi oleh konsumen kelas menengah ke atas. Tidak hanya itu saja, FO yang memiliki makna sebagai 'toko pakaian' menjadi kontradiksi karena FO juga dimaknai sebagai 'objek wisata'. Keragaman pemaknaan tersebut menggambarkan bagaimana proses pemaknaan konsumen terhadap suatu artefak budaya terus dikontestasikan (ideologis) dan tidak semata-mata 'tunduk' pada ideologi dominan. Hal tersebut membuat ideologi berhubungan dengan identitas konsumen (formasi sosial) yang terbentuk di FO. Ideologi dan identitas konsumen merupakan fokus analisis penelitian ini.

This thesis examines Factory Outlet (FO) consumers. FO comes up with a 'new ideology of shopping; selling excess export products'. The meaning of 'excess' and 'export' which is defined by the cultural producer have their own contradiction when it is redefined by the consumers. The quality of 'excess' that implies the quality of 'cheap' and the quality of 'export' that implies the quality of 'high-class product' represents a particular group of consumers. The lower-middle class is identified with the quality of 'cheap' while the upper-middle class is identified with 'high-class product'. The identifications present a contradiction when, on the practice, the FO is dominated by the upper-middle class consumer. Moreover, FO as a place has two meanings; as a clothing store and as a tourist object. The various meanings of FO occupy consumers as the significant element of culture that actively defines a cultural artifact (FO). Consumer activities in FO are considered ideological since they contest their ideology with the dominant ideology of shopping. Therefore, ideology relates to the construction of consumer identity or social formation in FO. Ideology and identity of FO consumers are the frameworks of this research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T39168
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Sumiati
"Teknologi pembuatan alat batu sudah dikenal sejak masa prasejarah, dari pembuatan yang sangat sederhana sampai dengan teknik pembuatan yang lebih maju. Kemampuan manusia prasejarah untuk memanfaatkan bahan batuan yang dijadikan alat membutuhkan seperangkat pengetahuan untuk mengelola bahan alam tersebut. Salah satu pengetahuan yang penting adalah mengetahui jenis batuan yang bisa digunakan sebagai alat. Salah satu bahan batuan yang bisa digunakan sebagai alat adalah bahan batuan obsidian. Batuan obsidian yang telah menjadi data arkeologi di temukan di Indonesia dengan lokasi dan jumlah yang terbatas. Maka dari itu artefak batu obsidian jarang ada yang membahasnya secara rinci Akan tetapi ada salah satu tempat penghasil artefak obsidian yang cukup kaya yaitu di daerah sekitar Dataran Tinggi Bandung. Daerah-daerah itu pernah di teliti oleh peneliti BeIanda yaitu Koenigswald (1931) dan Bandi (1951), akan tetapi sampai dengan sekarang belum ada penelitian di daerah tersebut baik untuk temuan artefak obsidian, maupun temuan arkeologis yang lainnya. Dengan alasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji temuan di sekitar Dataran Tinggi Bandung, khususnya artefak obsidian, mengingat artefak obsidian yang telah dikumpulkan sampai sekarang telah bertambah. Di samping belum adanya tipologi dasar untuk pengelompokkan artefak obsidian itu sendiri. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana tipologi dasar artefak obsidian di Situs Dago, dengan tujuan bisa dijadikan acuan dalam penelitian artefak obsidian di Dataran Tinggi Bandung dan di Indonesia pada umumnya. Ruang lingkup data dalam penelitian ini hanya dibatasi untuk satu daerah penelitian. Hal ini dilakukan karena cakupan wilayah yang sangat luas dan temuan yang sangat banyak. Daerah yang dijadikan penelitian adalah Situs Dago. Situs ini cukup untuk mewakili penelitian karena temuan di Situs Dago lebih banyak dan lebih baik daripada daerah lainnya. Secara keseluruhan jumlah temuan artefak obsidian berjumlah 2285 buah. Kesimpulan yang dihasilkan pada penelitian ini pada dasarnya merupakan pengembangan yang telah dilakukan oleh Koenigswald dan Bandi. Dari 2285 buah artefak obsidian yang di temukan ini di terbagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok bahan baku, alat, perkakas, dan limbah. Kelompok bahan baku yang di temukan berupa bongkahan yang berjumlah satu buah. Kelompok alat yang di temukan terbagi dalam beberapa tipe yaitu Serpih pakai, Serut, Lancipan, Gurdi, Mata panali, Pisau dan Limas. Pada Tipe Serut terbagi dalam sub tipe, yaitu Serut samping, Serut Cekung, Serut Ujung, Serut gerigi dan Serut berpunggung tinggi. Tipe Gurdi juga terbagi dalam sub tipe yaitu Gurdi bertipe dan Gurdi non tipe. Pada kelompok limbah_ terdiri dari batu pukul yang berjumlah 2 buah. Sedangkan pada kelompok limbah terbagi kedalam 3 tipe yaitu batu inti, serpih, dan serpihan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Mayasari
"Banyak dari masyarakat kita yang berbelanja tanpa mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak membutuhkan barang yang mereka beli. Berbelanja saat ini merupakan jawaban alas segata kebutuhan dan keinginan dari konsumen, walaupun dewasa ini motif sosial menjadi latar belakang yang panting untuk ditelusuri, karena berbelanja merupakan salah satu aktivitas yang konsumtif. Dan semakin berkembangnya gaya hidup masyarakat terutama di kota-kota besar menyebabkan berbelanja bukan hanya sekedar suatu aktivitas pembelian barang atau jasa, tetapi sesungguhnya lebih rumit dan kompleks dibandingkan yang kelihatan di permbkaan.
Pada karya akhir ini digunakan pendekatan perilaku konsumen sebagai acuan untuk melihat lebih jauh proses yang terjadi pada saat individu atau konsumen memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang atau jasa yang dibelinya, ide bahkan pengalaman yang pernah dialaminya yang kesemuanya itu berguna bagi pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen itu sendiri. Sudut pandang individu atau konsumen sebagai pemegang peran mengakibatkan individu tersebut memiliki cara pandang, aturan bahkan penampilan yang berbeda pula yang sejalan dengan peran yang dilakoninya, selain dari tuntutan akan perubahan jaman dan gaya hidup dimana individu itu berada.
Factory outlet di Bandung merupakan salah satu alternatif tempat belanja yang menyenangkan bagi sebagian besar masyarakat Jakarta. Mengingat pertumbuhan factory outlet di kawasan tersebut semakin ramai. Padahal sat ini banyak pula factory outlet yang berdiri di Jakarta, tetapi mengapa tetap saja konsumen pergi ke factory outlet yang ada di Bandung. Apa yang ada di pikiran dan benak sebagian besar konsumen Jakarta pada saat mereka memilih untuk lebih berbelanja ke factory outlet di Bandung ? Sebagai wadah bare, factory outlet telah menjadi suatu daya tank tersendiri. Factory outlet menjadi penyedia sarana untuk memenuhi dorongan konsumtif dengan iming-iming harga yang murah, yang sangat jauh berbeda dibandingkan produk aslinya sehingga terus-menerus menjadi pendorong bagi konsumen untuk membeli barang-barang yang mungkin sesungguhnya tidak terlalu dibutuhkan. Tidak aneh jika banyak konsumen di Jakarta yang rela bennacet-macet di jalan raya pada akhir minggu, menyetir mobil dari Jakarta ke Bandung, hanya demi sekedar satu atau dua potong pakaian_ Pada hari libur atau akhir minggu, factory outlet tersebut penuh dijejali oleh pengunjung yang sebagian besar adalah konsumen dari Jakarta.
Nita dapat melihat bahwa masing-masing individu tersebut memiliki persepsi yang berbeda tentang pilihan mereka untuk tetap datang ke factory outlet di Bandung. Persepsi itu sendiri diartikan sebagai suatu proses bagaimana suatu rangsangan dari luar diartikan, dipilih dan dianalisa melalui panca indera manusia. Belum lagi pengaruh dari prang lain yang ikut menentukan apa yang menjadi keinginan konsumen sangatlah kuat. Hal tersebut dipandang sebagai purlieu mengapa konsumen di Jakarta memilih pergi ke Bandung dari sekian banyaknya pilihan factory outlet di Jakarta. Meski setelah penelitian dilakukan, ternyata atribut yang didapat belum memenuhi sepenuhnya gambaran dari persepsi yang ada di benak konsumen, tetapi atribut dasar seperti faktor kualitas barang, pelayanan, harga dan pengalaman belanja di factory outlet Bandung tetap merupakan faktor kunci bagi pengembangan atribut persepsi selanjutnya.

Some people shop even though they do not necessarily intend to buy anything at all, whereas others have to be dragged to a mall. Shopping is a way to acquire need products and services, but social motives for shopping also are important. Shopping is an activity that can be performed for either utilitarian or hedonic. Indeed, some researchers suggest that most woman shop to love while men are shop to win. Obviously, there are many exceptions to this view points, but nonetheless it is clear that the reason we shop are more complex than may appear on the surface.
In this research, using the consumer behavior approach as a general guideline to see the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or dispose of products or services, ideas, or even experiences to satisfy needs and desires. The perspective of role theory takes the view that much of consumer behavior resembles actions in play, and as in a play, each consumer has a different lines, props and costume necessary to put on a good performance., instead of the dynamical changing in the urban lifestyles where the people takes place.
Factory Outlet in Bandung is one of the alternatives to go for most people in Jakarta. As these factory outlet growth very fast in that area, even there are many similar factory outlet in Jakarta. But why people prefer go to Bandung then ? What is on their mind while they are deciding go to Bandung for shopping even only for one or two pieces cloths? We might say that factory outlet is becoming a new phenomena at this point that they provide such a hedonic consumption, low price in order to attract people buying without knowing they need it or not. It is common today for seeing many people in Jakarta facing the heavy traffic way to Bandung on weekend and long holiday.
We may see that each of them have their own perceptions, needed or desires. Perception is the process by which these sensation or immediate response are selected, organized, and interpreted in order to give them meaning. Perceptions of brand comprise both its functional attributes and symbolic attributes. As we generally think that consumer is a person who identifies a need or desires, making a purchase decision and pass the three stages of consumption process. In many cases, different people may be involved in this sequence of events_ The purchaser and user might not be the same person. Another person may act as influencer, providing recommendation for certain products without actually buying or using them. Finally, consumers may take the decision involved in purchasing products that will be used by many.
After analyzing the product attribute that might have correlations into perception, it is suggested that next research should have more widely attributed to be analyzed instead of more sample of respondent. Four perceptions attributed such as product quality, service, price and experience may become basic attributed to be explored in the next future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ediviani
"Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat melimpah di Indonesia. Jerami padi mengandung polisakarida dalam bentuk selulosa dan hemiselulosa, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas produksi bioetanol dari sampel hidrolisat jerami padi dengan menggunakan ragi roti (ragi kering-Fermipan) dan ragi tapai (ragi padat-Sae).
Penelitian dilakukan dengan memfermentasikan sampel menggunakan kedua jenis ragi tersebut dan isolat murni khamir Saccharomyces cerevisiae sebagai kontrol. Kadar glukosa diukur menggunakan glucometer dan kadar bioetanol dianalisis menggunakan high-performance liquid chromatography. Rancangan penelitian menggunakan Split Plot Design dengan dua faktor perlakuan; pemberian ragi (R) dan waktu fermentasi (T).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis ragi pada produksi kadar bioetanol dari sampel memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata; namun perlakuan Sae menghasilkan kadar bioetanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan Fermipan; laju produksi bioetanol pada perlakuan Sae juga lebih tinggi dibandingkan dengan laju produksi bioetanol pada perlakuan Fermipan. Kesimpulan dari penelitian adalah perlakuan Sae lebih efektif dalam memproduksi bioetanol dari sampel hidrolisat jerami padi.

Rice straw is one of the most abundant agricultural waste in Indonesia. Rice straw contains polysaccharide in the form of cellulose and hemicellulose, which can be used as raw materials in the production of bioethanol. This study aims to examine the effectiveness of bioethanol production from rice straw‘s hydrolyzate using baker's yeast (dry starter - Fermipan) and tapai‘s starter (solid starter - Sae).
Research was carried out by fermenting the sample using two types of starters with a control of pure yeast Saccharomyces cerevisiae. Glucose level was measured by using glucometer and ethanol level was analyzed by using high-performance liquid chromatography. This study using Split Plot Design with two treatment factors; starter‘s inoculum (R) and time of fermentation (T).
The study shows that both types of starters has no significant difference on the bioethanol level production; however, Sae‘s treatment produced higher level of bioethanol compared to the Fermipan‘s; rate of bioethanol production at Sae‘s treatment is also higher than the rate of bioethanol production in Fermipan‘s. The conclusion of the study is Sae is more effective in producing bioethanol from rice straw hydrolyzate samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Legowo
"Berkembangnya suatu kota dapat dilihat dari kegiatan ekonominya. Saat ini kita melihat adanya suatu perkambengan besar dalam bisnis retail dl kota Bandung dengan menyebamya Factory Outlet di berbagai sudut kota Bandung, misalnya saja di JI. Ir. H. Juanda, JI. Otten, JI. Setiabudi, JI. Sukajadi, JI. R.E. Martadinata. dll. Fenomena bisnis retail di bidang garmen int mutai bermunculan pada saat keadaan ekonomi di negara ini mengalami masa kemunduran, krisis moneter. Kegiatan komarsial yang bisa mencapai omset pakalan sampai 100.000 potong ini atau ratusan ribu rupiah perharinya, merupakan usaha yang menjanjikan di tengah keadaan ekonomi negara yang buruk, sehingga bukan hat yang mengherankan jika kondisi menjamurnya Factory Outlet juga secara Iatah muncul di kota-kota besar Iainnya di P. Jawa termasuk Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>