Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105653 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani
"Senyawa trifeniltimah asetat merupakan senyawa golongan trifeniltimah karboksilat yang mempunyai kegunaan antara lain sebagai insektisida, dengan mekanismenya sebagai antifeedant. Senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antifeedant karena kemampuannya untuk mempengaruhi indera perasa dari serangga, sehingga keinginan untuk makan dari serangga tersebut akan menurun. Sintesis trifeniltimah asetat ini dilakukan dengan menggunakan material awal trifeniltimah klorida dalam pelarut aseton dan dengan penambahan natrium asetat berlebih. Produk yang dihasilkan berupa kristal yang berwarna putih, yaitu sebanyak 0,6327 g dengan kemurnian yang cukup baik, jika dilihat dari kromatogram yang dihasilkan dari GC, yaitu dengan luas area 100 %, persentase yield dari produk yang dihasilkan adalah 30,9 %. Karakterisasi juga dilakukan dengan menggunakan uji titik leleh, nilai kisaran titik leleh yang terbaik adalah 120,6 ? 124,6 0C, nilai tersebut didapatkan jika produk direfluks selama 3 jam. Begitu juga dengan serapan pada daerah infra merah, menunjukkan hasil yang mendekati dengan standar jika produk tersebut direfluks selama 3 jam, yaitu sudah tidak terdapat serapan pada daerah 300-400 cm-1, yang merupakan daerah serapan Sn-Cl. Identifikasi dengan GC yang menghasilkan satu puncak, kemudian dengan menggunakan detektor spektrometri massa, didapatkan fragmentasi dari senyawa trifeniltimah asetat hasil sintesis adalah adalah m/z 351 m/z 274 m/z 197 m/z 120. Selanjutnya senyawa trifeniltimah asetat tersebut diuji efektivitasnya sebagai antifeedant bagi ulat grayak. Hasilnya menunjukkan, bahwa dengan kenaikan konsentrasi, maka terjadi penurunan keinginan untuk makan dan karena konsumsi makanan berkurangl, maka ulat tersebut akan mati. Banyaknya ulat yang mati semakin besar jumlahnya, dengan kenaikan konsentrasi trifeniltimah asetat yang diberikan pada makanannya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninda Virlia Sasmita
"Penelitian bertujuan untuk melihat pengarurfaaanya gugus karbdksilat
pada serat rayon yang dimodifikasi dengan gugus amida melalui penentuan
harga kemampuan pertukaran ion, harga log Kd dan selektivitas pertukaran
terhadap Ion-ion logam berat, serta kecepatan pertukaran lonnya pada
beberapa suhu terhadap logam Cu (II). Selain itu juga dilakukan uji pendahuluan
pertukaran serat Pg-Am terhadap anion nitrat, sulfat, dan phosfat.
Percobaan dilakukan pada serat rayon yang telah dimodifikasi dengan
pencangkokan {grafting) dengan monomer akrilamida (Pg-Am) dengan 141,3
% grafting dan pada serat rayon yang dicangkok dengan campuran akril
amida dengan asam akrilat (Pg-AmAA) dengan 104,4% grafting. Kemampuan
pertukaran ditentukan dengan meng-gunakan HCI/NaOH pada beberapa konsentrasi.
Selektivitas pertukaran dipelajari dengan menentukan perbandingan
konsentrasi ion logam dan anion dalam serat dan dalam larutan pada
berbagai pH. Kecepatan pertukaran ion dipelajari dengan memvariasikan
waktu kontak serat yangtelah dimodifikasi dengan larutan Cu (II) pada suhu 25°, 36°, 45° dan 60°C. Pengukuran konsentrasi logam pada penelitian ini
dilakukan dengan AAS sedangkan pengukuran konsentrasi anion dalam
larutan ditentukan dengan spektrofotometer UV Vis.
Dari percobaan disimpulkan bahwa gugus karboksiiat tidak terialu
memberikan pengaruh pada kemampuan pertukaran ion serat Pg-Am. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin pekat konsentrasi HCI/NaOH
yang dipakai, semakin tinggi pula harga kemampuan tukar ion serat Pg-Am
dan Pg-AmAA. Kemampuan pertukaran ion untuk serat Pg-Am dan serat Pg-
AmAA berturut-turut mencapai 9,5 mek/gr dan 10,1 mek/gr. Penentuan harga
Kd serat-serat Pg-Am dan Pg-AmAA menunjukkan urutan selektivitas ion-ion
logam yang berbeda untuk pH asam maupun basa. Adanya gugus kartx)ksilat
berpengaruh terhadap selektivitas dan meningkatkan distribusi logam dalam
serat. Mekanisme penukaran ion yang terjadi pada serat Pg-Am adalah mekanisme
koordinasi sedangkan pada serat Pg-AmAA terjadi mekanisme koordinasi
dan mekanisme pertukaran ion. Pada uji penukaran anion, diperoleh
hasil bahwa serat Pg-Am tidak dapat berfungsi sebagai penukar anion untuk
phosfat. Urutan selektivitas anion yaitu P04^'< CH3C00' < NOs" < S04^'.
Serat Pg-Am mempunyai kecepatan pertukaran terhadap Cu (II) yang lebih
tinggi daripada serat Pg-AmAA. Untuk serat Pg-Am dalam waktu 1 menit,
85% - 95% gugus aktif telah ditukar oleh Cu (11) dan untuk Pg-AmAA dalam
waktu 2 menit baru 50% gugus yang dipertukarkan. Adanya gugus
karboksiiat juga meningkatkan kestabilan serat pada suhu tinggi.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvia Marsentiani
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kopolimer
grafting radiasi asam akrilat (AA) dan campuran asam akrilat dengan akrilamid
(AmAA) sebagai penukar ion logam berat. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengamh gugus amida terhadap sifat-sifat pertukaran ion serat rayon yang
dimodifikasi dengan gugus karboksilat. Parameter yang dipelajari adalah
kapasitas pertukaran, selektivitas pertukaran dan kinetika pertukaran. Dari data
yang diperoleh juga didapatkan informasi panas adsorpsi serat P-g-AA dan P-gf
AmAA terhadap logam Cu (II).
Penentuan kapasitas dilakukan dengan metode kolom dan titrasi asambasa.
Selektivitas pertukaran dilakukan terhadap logam Cu (II), Co (II), Cd (II), Cr
(III), Ni (II), Pb (II), Zn (II) dan Fe (III) dengan sistem batch dan larutan yang tidak diserap oleh serat diukur menggunakan AAS. Kinetika pertukarfn dan pai^^s^^
adsorpsi ditentukan dengan variasi waktu kontak dan suhu antara serat P-g-AA
(jan p.g-AmAA terhadap logam Cu (II).
Hasil yang diperoleh menunjukkan hubungan linear antara kapasitas tukar
Ion (mek/g) dengan % grafting maslng-masing serat. Makin tinggi % grafting,
kemampuan serat untuk menukarkan ionnya akan semakin tinggi pula.
Pada pH asam (3,0), urutan keselektifan logam adalah Cu > Pb > Cr > Zn
> Co > Ni > Cd > Fe untuk serat P-g-AA dan Cu > Cr> Pb > Fe > Ni > Co > Zn >
Cd untuk serat P-g-AmAA. Sedangkan pada pFI basa (8,0) adalah Pb > Cu > Cr
> Zn > Cd > Ni > Co > Fe untuk serat P-g-AA , dan Fe > Zn > Co > Pb > Ni > Cr
> Cd > Cu untuk serat P-g-AmAA. Pada kedua serat, penyerapan terlihat
melalui mekanisme pertukaran ion dan mekanisme koordinasi antara serat
dengan ion-ion logam. Kedua serat tidak selektif untuk digunakan pada pH
asam, sehingga baik sebagai penyerap ion-ion logam yang berasal dari limbah
industri. Dengan mengetahui harga Kd masing-masing logam, maka dapat
dilakukan pemisahan antara logam yang satu dengan yang lain,
Pengujian sifat kecepatan penyerapan menunjukkan bahwa waktu kontak
10 detik , serat belum mencapai kejenuhan. Jumlah ion Cu (II) yang diserap akan
semakin besar sesuai dengan kenaikan suhu. Reaksi antara serat P-g-AA dan
f
P-g-AmAA adalah reaksi endoterm, yang berarti menyerap panas untuk
melangsungkan reaksinya dengan logam Cu (II)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifah Mumtaz
"Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang melimpah di atmosfer dan dapat menyebabkan pemanasan global. Konversi atau pemanfaatan CO2 menjadi bahan yang bernilai tambah dapat menjadi strategi untuk mengurangi emisi gas CO2 di atmosfer. Berbagai pendekatan reaksi untuk mengubah CO2 telah dipelajari, salah satunya reaksi karboksilasi. Pada penelitian ini, nanopartikel NiAg berhasil disintesis dengan bantuan CTAB sebagai capping agent dan NaBH4 sebagai agen pereduksi untuk menghasilkan katalis bimetalik. Analisis XRD menunjukkan puncak pada 38,13°, 44,37°, 64,54°, 77,41°, dan 81,62° yang menandakan terbentuknya logam Ag(0) dan Ni(0) pada nanopartikel NiAg. Analisis SEM-EDX menunjukkan morfologi NiAg berbentuk seperti butiran dengan permukaan yang kasar, serta persebaran logam Ni dan Ag yang merata. Analisis TEM menunjukkan ukuran rata-rata partikel NiAg sebesar 22,684 nm yang termasuk ke dalam nanomaterial. Nanopartikel NiAg hasil sintesis digunakan dalam reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2 dalam medium DMF dan DBU. Penambahan jumlah ekivalen DBU dilakukan untuk meningkatkan performa katalis dalam menghasilkan produk asam karboksilat dalam reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2. Analisis HPLC menunjukkan hasil optimum diperoleh dengan penambahan 10 ekivalen DBU pada temperatur 55 °C selama 4 jam dengan yield sebesar 0,5382% untuk asam fenilpropiolat dan 0,3459% untuk asam sinamat, serta konversi fenilasetilena mencapai 78,8452%.

Carbon dioxide is a greenhouse gas abundant in the atmosphere and can cause global warming. Conversion or utilization of CO2 into value-added materials can be a strategy to reduce CO2 gas emissions in the atmosphere. Various reaction approaches to convert CO2 have been studied, one of which is the carboxylation reaction. In this study, NiAg nanoparticles were synthesized with CTAB as a capping agent and NaBH4 as a reducing agent to produce a bimetallic catalyst. XRD analysis of NiAg showed peaks at 38,13°, 44,37°, 64,54°, 77,41°, and 81,62°, indicating the formation of Ag(0) and Ni(0) metals. SEM-EDX analysis showed that NiAg morphology was granular with a rough surface, and the distribution of Ni and Ag metals was uniform. TEM analysis showed the average size of NiAg particles to be 22,684 nm, which belongs to the nanomaterial category. The synthesized NiAg nanoparticles was used in the carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2 in the DMF and DBU medium. The addition of DBU was carried out to improve the catalyst performance in producing carboxylic acid products in the reaction of phenylacetylene carboxylation with CO2. HPLC analysis showed that the optimum results were obtained with the addition of 10 equivalents of DBU at 55 °C for 4 hours, with yields of 0.5382% for phenylpropiolic acid and 0.3459% for cinnamic acid, and phenylacetylene conversion reached 78.8452%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Andriyanti
"Carbon dioxide is a renewable C1 resource for synthesis chemicals. CO2 in carboxylation reactions requires catalysts Ni complex for CO2 activation. However, the use of Ni complex homogeneous catalysts in the reaction is still less efficient due to the difficult in separating the product and catalyst. Therefore, it is necessary to heterogenize the Ni complex in solid supporting such as mesoporous carbon. In this research, a carboxylation reaction with CO2 was tested using a Ni catalyst that was functionalized with phenanthroline (phen) ligand impregnated on the solid support of mesoporous carbon. Soft template method has been successfully used in mesoporous carbon synthesis with phloroglucinol and formaldehyde prekursors as a carbon source, Pluronic F127 as a structural directing agent, and HCl as an acid catalyst. Modification of the catalyst was carried out by impregnation of Ni from Ni(NO3)2.6H2O which was then functionalized with phenanthroline (phen) ligands into mesoporous carbon to form Ni-phen/MC catalysts. Mesoporous carbon material (MC) and Ni-phen/MC are characterized by FT-IR, XRD, SEM-EDX, and SAA. The results of SAA characterization showed that the pore diameter of MC was 6.7174 nm and Ni-phen/MC was 5.08 nm which indicate that the material was mesoporous. Ni-phen/MC material was then used as a heterogeneous catalyst in the carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2. The reaction were carried out in several variations of conditions, temperature variations (25oC, 50oC and 75oC), time variations (4 hours, 8 hours and 16 hours), variations in catalyst types (MC, Ni-phen and Ni-phen/MC). Based on the results of the reaction, the optimum conditions was obtained at 25oC for 8 hour of reaction time using Ni-phen/MC catalyst. The main product of the carboxylation reaction is identified by the HPLC instrument, while the remaining catalyst that has been used in the reaction was identified using the FT-IR instrument.
Carbon dioxide is a renewable C1 resource for synthesis chemicals. CO2 in carboxylation reactions requires catalysts Ni complex for CO2 activation. However, the use of Ni complex homogeneous catalysts in the reaction is still less efficient due to the difficult in separating the product and catalyst. Therefore, it is necessary to heterogenize the Ni complex in solid supporting such as mesoporous carbon. In this research, a carboxylation reaction with CO2 was tested using a Ni catalyst that was functionalized with phenanthroline (phen) ligand impregnated on the solid support of mesoporous carbon. Soft template method has been successfully used in mesoporous carbon synthesis with phloroglucinol and formaldehyde prekursors as a carbon source, Pluronic F127 as a structural directing agent, and HCl as an acid catalyst. Modification of the catalyst was carried out by impregnation of Ni from Ni(NO3)2.6H2O which was then functionalized with phenanthroline (phen) ligands into mesoporous carbon to form Ni-phen/MC catalysts. Mesoporous carbon material (MC) and Ni-phen/MC are characterized by FT-IR, XRD, SEM-EDX, and SAA. The results of SAA characterization showed that the pore diameter of MC was 6.7174 nm and Ni-phen/MC was 5.08 nm which indicate that the material was mesoporous. Ni-phen/MC material was then used as a heterogeneous catalyst in the carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2. The reaction were carried out in several variations of conditions, temperature variations (25oC, 50oC and 75oC), time variations (4 hours, 8 hours and 16 hours), variations in catalyst types (MC, Ni-phen and Ni-phen/MC). Based on the results of the reaction, the optimum conditions was obtained at 25oC for 8 hour of reaction time using Ni-phen/MC catalyst. The main product of the carboxylation reaction is identified by the HPLC instrument, while the remaining catalyst that has been used in the reaction was identified using the FT-IR instrument."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"We suggest a chemical model for the composition and atmospheric processing of mixed organic-inorganic aerosol. The PITZER model
was modified and parameterized to better
describe atmospheric relevant conditions and mixture compositions. Using the wide range of data for the following systems containing malonic acid (H2Malo): H+? Na+? HMalo-? Cl-?H2Malo ? H2O and H2Malo ? H2SO4? H2O. With these modifications the activities of inorganic
salt solutions and acids are well represented up to high ionic strength. The first model is a result of mixtures containing NaCl, water and either malonic acid, succinic, oxalic, glutaric or adipic
at room temperature. The parameterization of direct inorganic/organic
interactions strongly improves the agreement between experimental
and modelled activity coefficients for the
diacids/ water/ salt solutions. The system compositions are given in terms of ions in the cases where acid dissociation was considered. Tropospheric aerosols contain a mixture of inorganic
salts, acids, water and organic compounds. An
interaction between neutral or charged components in such a mixture leads to discrepancies from ideal thermodynamic behavior.
Using component activities instead of molar concentrations one can co
unt for this non idea behavior."
[Fakultas Teknik UI, University of East Anglia. School of Environmental Sciences], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hilya Auliy
"Pada penelitian ini, asam risinoleat diesterifikasi dengan dry metanol dan katalis KOH dengan sistem reflux. Metil risinoleat yang terbentuk dioksidasi pada ikatan rangkapnya membentuk diol menggunakan KMnO4 encer dalam suasana basa pada suhu 0oC. Metil risinoleat kemudian diamidasi menggunakan asam amino glisin dan asam amino fenilalanin untuk menghasilkan senyawa lipoamida. Hasil karakterisasi lipoamida yang terbentuk menggunakan FTIR menunjukkan adanya pita serapan ulur N-H dan O-H yang overlaping pada bilangan gelombang 3445,47 cm-1 untuk lipoamida glisin-risinoleat dan 3434,06 cm-1 untuk lipoamida fenilalanin-risinoleat. Selain itu, muncul puncak serapan medium vibrasi C-N pada bilangan gelombang 1217,90 cm-1 pada lipoamida glisin-risinoleat dan 1217,59 cm-1 pada lipoamida fenilalanin-risinoleat. Hal ini menunjukkan ikatan amida yang terbentuk dari proses amidasi. Hasil uji sitotoksik MTT senyawa lipoamida terhadap sel HeLa menunjukkan bahwa nilai IC50 lipoamida glisin-risinoleat sebesar 120 µg/mL yang termasuk ke dalam kategori cukup aktif, sedangkan IC50 lipoamida fenilalanin-risinoleat sebesar 250 µg/mL yang tergolong memiliki sifat sitotoksisitas yang lemah terhadap sel HeLa.

In this study, ricinoleic acid from castor oil was esterified with dry methanol and KOH catalyst using the reflux system. The methyl ricinoleate formed was oxidized on its double bonds to form a diol using dilute KMnO4 under alkaline conditions at 0oC. Methyl ricinoleate was then reacted through amidation process using amino acid glycine and amino acid phenylalanine to produce lipoamides. The results of characterization of lipoamides formed using FTIR showed that there were overlapping N-H and O-H stretch bands at wave numbers 3445.47 cm-1 for glycine-ricinoleate lipoamide and 3434.06 cm-1 for phenylalanine-ricinoleate lipoamide. In addition, the medium absorption peak of C-N appeared at the wave number 1217.90 cm-1 for glycine-ricinoleate lipoamide and 1217.59 cm-1 for phenylalanine-ricinoleate lipoamide. These showed that the amide bonds were formed from the amidation process. The results of the MTT cytotoxic assay of lipoamide compounds against HeLa cells showed that the IC50 value of glycine-ricinoleate lipoamide was 120 µg / mL which was considered quite active, while the IC50 value of phenylalanine-ricinoleate lipoamide was 250 µg / mL which was classified as having weak cytotoxicity properties against HeLa cells"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milda Paramita
"Senyawa jay amin hydroxamic acid (JAHA) merupakan senyawa modifikasi dari suberoyl anilide hydroxamic acid (SAHA) yang merupakan senyawa berbasis ferrocene. Hal ini dikarenakan SAHA memiliki banyak efek samping yang merugikan apabila dikonsumsi. Senyawa berbasis ferrocene telah banyak diteliti sebagai agen terapi maupun sebagai obat kanker. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi senyawa JAHA pada bagian tutup hidrofobik dan kemudian dilakukan penapisan berdasarkan beberapa parameter yakni nilai ΔGbinding dan drugscan. Penelitian ini dilakukan secara in silico dengan menggunakan metode molecular docking dan simulasi dinamika molekular. Berdasarkan penapisan nilai ΔGbinding hampir semua ligan memiliki nilai ΔGbinding lebih rendah dibandingkan SAHA untuk setiap HDAC, tetapi hanya beberapa ligan yang nilai ΔGbinding lebih rendah dibandingkan JAHA. 10-15 ligan terpilih berdasarkan hasil screening nilai ΔGbinding untuk setiap HDAC kelas II. Ligan tersebut kemudian menjalani drugscan yang meliputi : uji bioavailabilitas oral, druglikeness, drugscore, mutagenisitas, karsinogenisitas dan ADMET/tox. Berdasarkan drugscan tersebut terpilihlah 1 ligan terbaik untuk setiap HDAC yakni ligan M0069j untuk HDAC 4, Homo JAHA 2 y untuk HDAC 5 dan 10, Homo JAHA 3 a untuk HDAC 6 dan 7, dan M0286p untuk HDAC 9. Semua ligan terbaik menjalani simulasi dinamika molekular untuk mengamati kestabilan komplek enzim-ligan tersebut. Hasil simulasi dinamika molekular menunjukkan semua komplek enzim ligan stabil pada kurva RMSD sehingga membuktikan bahwa interaksi kompleks enzim-ligan terbaik merupakan salah satu kandidat alternatif sebagai inhibitor potensial histon deasetilase kelas II Homo sapiens.

JAHA as a ferrocene-based compound is the modified compound of suberoyl anilide hydroxamic acid (SAHA). It?s because SAHA has many adverse effect when consumed. Ferrocene-based compounds have been widely examined as a therapeutic agent or as a cancer drug. This study aims to modify JAHA at the hydrophobic cap and then conduct the screening based on several parameters such as ΔGbinding value and drugscan. This study was conducted in silico by using molecular docking and molecular dynamics simulations. Based on screening ΔGbinding value almost all the ligands have ΔGbinding value lower than SAHA for each HDAC, but only few ligands have ΔGbinding value lower than JAHA. Ten until fifteen ligands were selected based on screening result of ΔGbinding value for each enzymes. Then the ligand underwent drugscan screening, and the included parameters are oral bioavailability, druglikeness, drugscore, mutagenicity, carcinogenicity and ADMET/tox. Based on drugscan, one ligand for each HDAC have been selected, which are ligand M0069j for HDAC 4, Homo JAHA 2 y for HDAC 5 and 10, Homo JAHA 3 a for HDAC 6 and 7, also M0286p for HDAC 9. All the best ligands underwent molecular dynamics simulations to observe the stability of the enzyme-ligand complex. The results of molecular dynamics simulations indicated that all the enzyme-ligand complexes are stable showed that at RMSD curve. So, it proved that the interactions of enzyme-ligand complexes is one of the best alternative candidate as a potent inhibitor of histone deacetylase class II Homo sapiens."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faika Dwiyanti
"Tubuh kita memerlukan asam lemak essensial, yang dapat dipenuhi
dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak essensial
tersebut. Salah satu bahan makanan yang mengandung asam lemak
essensial adblah kacang panjang {Vigna sesquipedalis). Tetapi, kacang
panjang juga mengandung enzim lipoksigenase yang mengkatalisis reaksi
oksidasi asam linoleat oleh oksigen menjadi hidroperoksida. Senyawa ini
bersifat tidak stabil dan dapat dioksidasi lebih lanjut m^nghasilkan senyawasenyawa
yang menimbulkan ketengikan dan mempunyai dampak negatif bagi
kesehatan. Oleh karena itulah, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi
enzim lipoksigenase dari kacang panjang serta menentukan aktifitas enzim
tersebut sebagai biokatalisator pada reaksi oksidasi asam linoleat. Juga
dilakukan penentuan kondisi optimum reaksi, yaitu pH dan suhu inkubasi
optimum. Purifikasi enzim yang telah diisolasi dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu fraksionasi dengan ammonium sulfat, dialisis, dan kromatografi penukar
anion DEAE Sellulosa. Berdasarkan hasil pengukuran, ternyata aktifitas
spesifik enzim lipoksigenase meningkat mulai dari tahap ekstraksi (0,226
U/mg), fraksionasi dengan ammonium sulfat 60-90 % (0,418 U/mg), sampai
dialisis (0,523 U/mg). Aktifitas enzim meningkat secara tajam setelah
dilakukan kromatografi 350,6 U/mg (puncak I) dan 177,1 U/mg (puncak II). Sedangkan untuk kondisi optimum reaksl diperoleh pH optimum pada pH 9,0
dan suhu inkubasi optimum pada 30° C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>