Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hatanto Reksodipoetro
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Rusbianto
"Kopi merupakan komoditi yang cukup berperan sebagai penghasil devisa negara. Secara sosial ekonomi, kopi Indonesia menjadi tumpuan hidup bagi kurang lebih 7 juta jiwa petani perkebunan. Sebagian besar kopi Indonesia masih di ekspor dalam bentuk biji (green beans coffee), sedangkan produk hasil turunannya lebih banyak dipasarkan di dalam negeri. Dalam lima tahun waktu pengamatan data penelitian (1997-2001), ekspor kopi Indonesia mengalami penurunan dengan laju pertumbuhan - 4,7% per tahun. Sementara itu pertumbuhan produksi kopi Indonesia naik dengan laju pertumbuhan 4,14% per tahun. Secara umum dalam waktu yang lama penawaran kopi dunia meningkat dengan angka pertumbuhan sebesar 3,12% per tahun sedangkan permintaannya hanya tumbuh dengan 1,56% per tahun.
Kopi sebagai komoditi internasional, dalam pemasarannya diwadahi oleh International Coffee Organization (ICO). Fungsi badan ini adalah sebagai penanggung jawab dalam penentuan standard harga kopi internasional, yang antara lain melalui instrumen retensi. Namun, dalam kurun waktu pengamatan data penelitian (1997-2001) harga kopi tidak stabil, berfluktuatif mengikuti dinamika permintaan dan penawarannya. Harga menjadi tidak terkendali karena terjadi inkonsistensi terhadap kesepakatan kebijakan dari beberapa anggota ICO yang menyebabkan kopi dunia mengalami kelebihan penawaran. Harga kemudian turun tidak terkendali hingga mencapai USS 1.013 per kg pads tahun 2001.
Indonesia sebagai salah satu pengekspor kopi terbesar dunia, ikut terimbas dengan permasalahan ini. Krisis ekonomi yang kemudian terjadi, ikut mempengaruhi daya saing kopi Indonesia secara internasional, dimana dalam lima tahun waktu pengamatan data penelitian (1997-2001) ekspor kopi mengalami pertumbuhan negatif. Dapat dipastikan bahwa menurunnya nilai ekspor kopi Indonesia akan mempengaruhi perolehan devisa dari sektor pertanian, serta turunnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi petani perkebunan kopi secara keseluruhan.
Terdorong oleh adanya permasalahan ini, penulis tertarik untuk meneliti tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah pengembangan ekspor kopi Indonesia. Faktor-faktor apa saja yang menjadi leverage factors dalam usaha pengembangan ekspor kopi ke depan.
Adapun metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda system dynamics. Metoda ini merupakan simulasi komputer untuk membentuk model yang mendekati kondisi nyata. Pemodelan dalam system dynamics ini terlebih dahulu dipahami melalui tahapan system thinking, yakni melalui pemahaman hubungan sebab akibat antara variabel di dalam unsur pengembangan ekspor kopi.
Sesuai dengan hasil penelitian, tersusun suatu struktur model causal loop diagram untuk model supply-demand kopi dunia dan sub model ekspor kopi Indonesia. Berdasarkan causal loop diagram ini kemudian dibuat stock flow diagram untuk melihat interaksi antar variabel dalam suatu sistem organisasi supply-demand kopi dunia dan sub sistem ekspor kopi Indonesia yang dinamis. Melalui pengujian validasi model dan uji sensitivitas diperoleh leverage factors untuk pengembangan ekspor kopi Indonesia, yaitu variabel yang amat sangat sensitif adalah ekspor produk turunan, kemudian sangat sensitif adalah kebijakan non retensi dan fraksi produksi, sedangkan yang sensitif adalah fraksi konsumsi, sementara fraksi kebijakan retensi dan distrosi suplly adalah kurang sensitif.
Altematif strategi yang diambil untuk pemasaran ekspor kopi Indonesia ke depan adalah dengan melakukan diversifikasi produk dan pembukaan serta perluasan pasar diluar pasar retensi. Hal ini dinyatakan melalui alternatif strategi kebijakan fungsional dan alternatif strategi kebijakan struktural. Setiap strategi memiliki kegiatan pelaksanaannya, sedangkan urutan prioritas disesuaikan dengan tingkat sensitivitas dari setiap variabel. Penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan tools system dynamics memang bukan mutlak sebagai satu-satu nya cara. Tetapi pendekatan system dynamics setidak-tidaknya memilih kemampuan dalam memetakan permasalahan ekspor kopi Indonesia secara lebih komprehensif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Edward H.
"ABSTRAK
Globalisasi merupakan perluasan dan pendalaman integrasi pasar barang, j asa. dan
keuangan antara negara di dunia. Proses globalisasi telah mengalami akselerasi seperti
tercermin dalam peningkatan rasio perdagangan dunia dan investasi. Proses akselerasi
mi disebabkan oleh faktor universal untuk liberalisasi dan internasionalisasi produksi
dan distribusi.
Dengan adanya proses globalisasi mi peluang pasar global bagi produk-produk ekspor
Indonesia meningkat walaupun pada saat yang sama tingkat persaingan bertarnbah
ketat. Indonesia hanis bersaing dengan eksportir negara lain. terutama negara-negara
ASEAN. yang menghasilkan produk manufaktur padat karya, padat modal, dan
teknologi (seperti tekstil dan elektronika yang merupakan produk ekspor unggulan)
yang inemiliki keunggulan komparatif yang serupa.
Keunggulan komparatif Indonesia dengan biaya tenaga kerja yang relatif rnurah dan
kekayaan alain yang melimpah tidak cukup lagi untuk dapat mempertahankan, apalagi
rneningkatkan, daya saing ekspor Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia hams mencari
sumber-sumber keunggulan baik melalui peningkatan efisiensi dan produktivitasnya,
kapabilitas inovasi dan teknologi, kinerja dunia usahanya, maupun dukungan dan
pemerintab melalui kebij akaii deregulasi yang transparan dan debirokratisasi yang
konsisten.
Akhir kata se-lain Pemerintah dan dunia keuangan nasional, dunia Usaha Swasta dan
BUMN sebagai pelaku ekonomi nasional, perlu rnernbina sumber-sumber
keunggulannva untuk rneningkatkan keunggulan kompetitifnya di samping bersikap
antisipatif serta responsif terhadap perubahan pasar global. Dalam berbisnis, pelaku
ekonomi nasional harusnya telah tertransforrnasi melakukan usaha dengan standar dan
kinerj a- global dan tidak lagi - rnengharapkan fasilitas ataupun proteksi pemerintab.
Pemerintah rnelalui segala kebijakannya hendaknya mendorong terciptanya iklim -usaha yang kohdusif yalmi terjadinya mekanisme pasar bagi sernua pelaku ekonomi
nasional.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uus Danu Kusumah
"Hutan memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sistem penyangga kehidupan. Hutan memiliki beragam manfaat baik manfaat ekologis, manfaat ekonomis dan manfaat sosial. Manfaat ekonomis hutan dalam perekonomian negara I:idak dapat dipandang remeh. Selama iebih dari 3 dekade, sumber daya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional dan berkontribusi dalam bentuk peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pengembangan wilayah. Salah satu bentuk pemanfaatan hutan dari sisi ekonomis adalah dengan berdirinya industri pengolahan kayu.
FAO maupun Departemen Kehutanan melaporkan bahwa produksi basil hutan utama Indonesia pada tahun 1980 adalah kayu bulat yang diikuti dengan kayu gergajian dan kayu lapis, demikian pula dengan jumlah hasil hutan yang diekspor. Produksi kayu bulat menurun drastis pada tahun 1985, sementara produksi kayu gergajian dan kayu lapis meningkat sangat tajam pada tahun tersebut demikian pula dengan jumlah ekspornya, bahkan ekspor kayu lapis sudah jauh melampaui jumlah ekspor kayu gergajian. Ini berkaitan dengan dikeiuarkannya SKB Tiga Menteri (Pertanian, Perdagangan/Koperasi, dan Perindustrian) pada bulan Mei 1980 tentang penyediaan kayu dalam negeri dikaitkan dengan ekspor kayu bulat. SKB tersebut ditindaklanjuti dengan SKB Empat Dirjen (Kehutanan, Aneka Industri, Perdagangan Dalam Negeri, Perdagangan Luar Negeri) pada bulan April 1981 tentang peningkatan industri pengolahan kayu terpadu yang berintikan industri kayu lapis.
Kebijakan larangan ekspor kayu bulat ini, yang dike!tkan - dengan pengembangan industri pengolahan kayu di dalam negeri yang berintikan kayu lapis, bertujuan: (a) meningkatkan perolehan devisa dan ekspor kayu olahan, (b) memperluas kesempatan kerja di bidang industri hasil hutan, (o} meningkatkan nilai tambah, dan (d) memacu perkembangan ekonomi regional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Banda's nutmeg oil is one of the moluccas export commodities beside seeds and mace. Nutmeg oil is produced by steam distilation of the dried seeds that do not fulfill export quality..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Purnomo
"AJIAN KINERJA EKSPOR KOPI INDONESIA : STUDI PENDEKATAN
KONSTANTA PANGSA PASAR
x + 128 halaman, 17 tabel, 5 Iampiran
Daftar Pustaka : 9 buku + 3 jumal + 10 majalah + 8 makalah (1994-2000)
Kopi merupakan komoditas yang cukup berperan sebagai penghasil
devisa bagi negara. Selain sebagai pemasok devisa, kopi juga berperan
dalam menghidupi Iebih kurang 7 juta petani perkebunan yang terlibat dalam
proses produksinya. Tunmnya pertumbuhan ekspor komoditas ini,
herdampak kepada menurunnya perolehan devisa dan pendapatan para
petani perkebunan kopi. Analisis dengan menggunakan Konstanta Pangsa
Pasar (Constant Market Share-ICMS) dapat memperiihatkan kinerja ekspor
komoditas kopi Indonesia. Dari hasil analisis dapat diketahui pengamh impor
dunia, komposisi komoditas dan daya saing terhadap pertumbuhan ekspor
kopi Indonesia. Berdasarkan pengaruh ketiga fakior tersebut dapat
dipergunakan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. erdasarkan analisis dari hasil perhitungan CMS, diketahui bahwa di
pasar Polandia_ kinelia ekspor extract. etc. of coffee Indonesia Iebih baik
dibandingkan dengan co#ee, not. roasted. Di pasar Jepang, kineria ekspor
coffee, roasted dan extract. etc. of coffee Indonesia, juga Iebih baik
dibandingkan dengan coffee, not roasted. Seperti halnya di Polandia, kurang
baiknya kinelja coffee, not roasted Indonesia di Jepang, juga diakibatkan
karena Indonesia mengkonsentrasikan ekspor komoditas ini ke .Jepang yang
rata-rata pertumbuhan pennintaanya berada dibawah rata-rata permintaan
keseluruhan komoditas yang diimpor Jepang.
Berdasarkan hal-hal tersebut, untuk ekspor coffee, not roasted
Indonesia baik ke Polandia maupun ke Jepang, disarankan untuk
mengkonsentrasikan ekspornya ke pasar yang pertumbuhan kcmoditasnya
relatif Iebih cepat. Disamping itu, diharapkan Indonesia dapat Iebih
mendorong peningkatkan ekspor extract. etc. ofcoffee dengan pertimbangan
bahwa selain Indonesia memiliki daya saing, komoditas ini memiliki nilai
tambah yang tinggi. Hal Iain adalah perlu dilakukannya studi Iebih Ianjut
untuk mengidentitikasikan pengaruh daya saing pada industii kopi Indonesia
untuk membantu pengembangan kebqakan yang tepat sebagai upaya
meningkatkan daya saing komoditas kopi indonesia.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T 5705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karya Budiana
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1981
S16543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Iska Huberta
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dengan 2 (dua) negara produsen Jainnya (B=jl dan Colombia) dan menganalisa beberapa faktor yang dipertimbangkan mempengaruhi kinerja ekspor kopi Indonesia, anf&a lain tingkat pendapatan, nilai tukar dan tingkat daya saing (comparative advantage).
Model yang digunakan untuk estimasi dalam penelitian ini adalah adopsi dan penelitian yang dilakukan oleh Changjun Yue dan Ping Hua (2002) yang menggunakan pendekatan indeks Daya Saing (Revealed Comparative Advantage) dan faktor faktor
pendapatan riil negara produsen, dan pendapatan riil partner dagang. Penelitian ini
menggunaan data panel dengan deret waktu 8 tahun (1999-2006) dan unit cross section 26 negara.
Dalam analisis data panel, pemilihan model estimasi yang efisien dilakukan melalui uji spesifikasl F-test untuk mengetahui adanya efek individu, kemudian uji Hausmann untuk menentukan Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM) dan penelitian yang efisien untuk analisis faktor­ faktor yang mempengamiti kinerja ekspor kopi Indonesia adalah Random Effect Model."
2008
T21044
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imanuddin
"Sampai pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, Indonesia masih terus menggalakkan dan mencari peluang pasar yang baru untuk meningkatkan ekspor non-migas. Sebahagian besar produk ekspor non-migas Indonesia dijual dalam bentuk bahan mentah dan bahan setengah jadi. Hanya sebahagian kecil produk ekspor dalam bentuk barang jadi, termasuk salah satunya adalah pakaian jadi. Pakaian jadi merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang menunjukkan· peningkatan volume maupun nilai ekspor pada beberapa tahun terakhir ini. Selain itu, masih terlihat adanya peluang pasar yang baru sejalan dengan terjadinya perubahan kebijakan politik dan ekonomi di beberapa negara Eropa, khususnya Eropa Timur. Sementara itu, proses globalisasi tingginya tingkat perekonomian dunia menyebabkan semakin persaingan dalam hal produksi maupun Hal ini juga perdagangan di distribusi dari produk-produk yang dihasilkan. menjadi sebab utama blok-blok beberapa kawasan terbentuknya pe.rdagangan dunia, seperti rene ana pembentukan Pasar Bersama Eropa oleh negara-negara anggota Masyarakat Eropa. Terbentuknya blok-blok perdagangan tersebut merupakan jawaban bagi tingginya tingkat persaingan ekonomi global dewasa ini, yang tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan pangsa pasar dunia yang selama ini dikuasai, agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Hal ini merupakan dasar berdirinya Pasar Bersama Eropa. Akibat dari adanya Pasar Bersama Eropa tersebut, maka strategi ekspor pakaian jadi Indonesia selama ini perlu dinilai kembali, khususnya strategi ekspor untuk memasuki dan bersaing di Pasar Bersama Eropa. Hal ini perlu karena dengan adanya PBE tadi, maka beberapa peraturan khusus mengenai ekspor pakaian jadi ke Eropa akan diterapkan oleh Komisi Ekonomi Masyarakat Eropa. Atas dasar inilab skripsi ini ditulis. Selanjutnya, sebagai dasar untuk melakukananalisa dampak dari adanya Pasar Bersama Eropa terhadap prospek ekspor pakaian jadi Inaonesia ke Eropa, maka digunakan data-data ekspor selama ini dan literatur-literatur serta pendapat para ahli mengenai peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan oleh Masyarakat Eropa. Karena itu, penulisan skripsi ini lebih mengarah kepada studi literatur. Sebagai pelengkap, pada bahagian akhir dari penulisan skripsi ini diberikan kesimpulan dan saran."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Martono Rustamadji
"Krisis ekonomi melanda Indonesia sejak Juli 1997, namun sampai dengan saat ini belum menunjukkan adanya perbaikan, bahkan kurs rupiah terhadap dolar Amerika terus melemah. Salah satu jalan yang perlu ditempuh untuk keluar dari krisis ekonomi adalah mendorong ekspor, terutama ekspor produk industri yang berbasis sumber daya dalam negeri (basic resource industry). Tanpa mendorong ekspor, mustahil Indonesia dapat keluar dari krisis ekonomi.
Salah satu industri yang berbasis sumber daya dalam negeri adalah kelapa sawit. Sejak krisis ekonomi, ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia terus meningkat. Namun ironisnya pada saat negara membutuhkan devisa, justru ekspor CPO dihambat. Hal ini tertuang dalam SK Menperindag No.456/MPP/Kep/12/1997, tentang alokasi pasokan di dalam negeri yang mulai di berlakukan tanggal 19 Desember 1997 dan SK Menkeu No. 622/KMK.01/1997 tentang Pajak Ekspor Tambahan (PET) mulai berlaku sejak tanggal 17 Desember 1997. Karena peluang ekspor sangat menarik kebijakan tersebut tetap tidak bisa membendung produsen untuk mengekspor CPO, sehingga pada tanggal 30 Desember 1997 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih keras yaitu menghentikan ekspor CPO dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 1998. Kebijakan tersebut menimbulkan berbagai reaksi dan protes dari berbagai pihak terutama pelaku bisnis CPO, akibatnya kran ekspor dibuka kembali pada bulan April 1998, namun tetap dikenakan pajak ekspor sebesar 40 persen dan dinaikan menjadi 60 persen, pada bulan Juli 1998 melalui SK Menkeu No. 334/KMK/07/1998.
Indonesia mempunyai keunggulan komperatif dalam industri kelapa sawit, saat ini Indonesia sebagai produsen maupun eksportir terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Kalau dilihat sebagai produsen terbesar kedua di dunia, seharusnya tidak ada masalah dengan suplai di dalam negeri. Bahkan di tahun 1996, produksi dikurangi konsumsi masih surplus 2 juta ton. Namun karena harga CPO dunia terus meningkat, maka produsen lebih untung mengekspor daripada menjual di dalam negeri. Akibatnya suplai di dalam negeri terganggu, dan dianggap memberikan kontribusi terhadap kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri. Sangat disayangkan kebijakan menghambat ekspor tersebut, karena kontribusi ekspor Indonesia terus meningkat. Sehingga ada kemungkinan citra Indonesia akan buruk, apabila tata niaga CPO terus dicampuri oleh pemerintah, yang juga berakibat harga internasional terus meningkat.
Walaupun hal ini merupakan dilema bagi pemerintah, namun sebenarnya ada kebijakan lain yang mungkin lebih bijaksana yang harus ditempuh. Kebijakan subsidi minyak goreng yang dilakukan pemerintah selama ini sering tidak tepat sasaran, sebab orang yang mampu juga diberikan subsidi. Sebaiknya orang yang memang tidak mampu membeli diberikan bantuan langsung, misalnya dengan operasi pasar. Sebab pemakai minyak goreng yang jumlahnya besar justru orang mampu, yang tidak perlu di subsidi.
Melihat pasar CPO dunia yang baik, maka prospek agribisnis kelapa sawit Indonesia cukup cerah. Sebaiknya pemerintah terus mendorong pengembangan industri ini, karena produksinya terus meningkat. Sedangkan pesaing utama kita, yaitu Malaysia justru mengalami penurunan produksi. Moment yang baik ini harus bisa dimanfaatkan untuk melampaui pangsa pasar Malaysia. Namun untuk mendorong pengembangan industri ini harus dilakukan berbagai reformasi, terutama dalam hal pengurusan perijinan yang terlalu birokratis, serta koordinasi antar departemen yang masih kurang, yang berakibat tidak adanya kepastian bagi investor dalam melakukan investasi. Disamping itu, perbankan di Indonesia seharusnya mulai melirik ke industri ini, untuk membantu modal kerja serta pembiayaan ekspor. Perbankan harus mau membiayai industri ini karena industri ini mempunyai prospek yang cerah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T6553
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>