Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah berisi keterangan yang cukup mendetail tentang beberapa tarian Jawa, termasuk tayuban, kridharini, golek dan bondhan. Naskah kemungkinan ditulis tangan oleh Suwandi sekitar tahun 1930. Informasi tentang sastrawan dan budayawan dari Surakarta itu, lihat deskripsi naskah FSUI/BA.40. Setelah diterima Pigeaud,naskah kemudian dibuat salinan ketik oleh staf Panti Boedaja, tidak disebutkan mengenai tarikh penyalinannya. Dua dari empat salinan ketik tersebut sekarang tersimpan di koleksi FSUI (lihat ST.2). Satu eksemplar terdapat di Museum Sonobudoyo (MSB/T.13). Sisanya tidak diketahui keberadaannya. Deskripsi yang cukup mendetail mengenai naskah koleksi Museum Sono Budoyo tersebut dimuat di Behrend 1990: 624-625. Naskah MSB itu telah dimikrofilm (MSB rol 160.03), oleh karena itu naskah koleksi FSUI ini tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.1-NR 334
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Dua naskah ketikan ini (G 153a-b) merupakan ketikan asli (a) dan tembusan karbon (b) dari naskah FSUI/ST.1, yang dibuat di PAnti Boedaja,Yogyakarta, pada 1938. Untuk informasi selanjutnya lihat deskripsi naskah ST.1 tersebut,dan deskripsi naskah MSB/T.13, yang juga merupakan tembusan karbon dari ST.2 ini. Naskah tidak dimokrofilm"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.2-G 153a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Sastra Kartika
"Buku ini berisi mengenai pakem atau patokan-patokan mengenai tari-tarian, khususnya dari kraton Surakarta Adiningrat. Adapun yang diuraikan adalah nama tari-tariannya kemudian nama irama-iramanya, kemudian tata cara tariannya, cara-cara menggerakkan kaki, jari-jarinya. Aturan mengenai tarian halus, tengahan, dan yang kasar. Penjelasan pacak gulu dan lain-lainnya. Juga disertai dengan hapalan mengenai gendhing dan titilarasnya."
Solo: Algemene Javaansche Boekhandel Trimoertie, 1925
BKL.0110-ST 2
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini memuat catatan yang disusun oleh Sulardi pada Oktober dan November1930, atas permintaan Pigeaud. Rupanya semula ada sejumlah gambar yang dijelaskan oleh Sulardi dengan catatan ini, namun gambar tersebut tidak ditemukan lagi dalam koleksi FSUI. Catatan ini hanya menerangkan empat gambar, sedangkan menurut surat dari Sulardi yang tersisip pada naskah ini (h.7-8), jumlah gambar semua ada 42. Catatan tersebut menerangkan pertunjukan rakyat reyog Panarogo (jaran kepang, jathilan), yang dikaitkan dengan cerita Panji. Diterangkan bahwa reyogmerupakan petikan dari arak-arakan ketika Candrakirana kawin dengan Panji Asamarabangun di Jenggala. Reyog dipertunjukan pada acara pernikahan, sunatan, garebeg dan arak-arakan gunungan (bandingkan MSB/T.11 yang menguraikan tentang hal yang sama). Pada h.5 terdapat uraian tentang acara mejemukan, atau selamatan yang biasa digunakan dalampernikahan dan sunatan, serta pada bulan Bakda Muluddengan slawatan dan dikiran. Naskah ini pernah dialihaksarakan dan diketik oleh staf pigeaud pada tahun 1930-an; untuk salinan ketikan tersebut lihat FSUI/ST.15a"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.15-B 18.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini memuat uraian tentang beberapa pertunjukan rakyat, ialah reyog, mejemukan, bondhan, srandhul, dan bir. Uraian tersebut disusun oleh Sulardi pada tahun 1930, atas permintaan Pigeaud, dan semula dilengkapi dengan sejumlah gambar. Naskah ST.15a ini merupakan salinan ketikan yang diambil dari St.15, tetapi sebagian lagi tidak diketahui naskah sumbernya. Penyalinan dikerjakan staf Pigeaud pada tahun 1930an. Informasi selanjutnya lihat deskripsi naskah tersebut. Pada koleksi FSUI terdapattiogaeksemplar naskah ini, yaitu ketikan asli (B18.02a) dan dua tembusan karbon (b-c). Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
ST.15a-B 18.02a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi mengenai pelajaran menari Jawa khususnya untuk pria. Bagaimana cara-cara menggerakkan tangan berikut jari-jarinya kemudian bagian kaki juga bagaimana cara untuk menggerakkan leher, menyembah sambil bersila, mengangkat kaki sambil ditekuk. Sabetan selendang. Bagaimana cara menghadapkan kepala disesuaikan dengan pandangan wajah."
[place of publication not identified]: Ngayogyakarta Java Institut, [date of publication not identified]
BKL.0111-ST 3
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Opy Novitasari
"ABSTRAK
Sintren sebagai tradisi lisan masih bertahan hingga saat ini. Dalam pertunjukan sintren terdapat prinsip kelisanan, yaitu saat pertunjukan berlangsung, penyanyi sudah memahami formula dalam membawakan tembang. Sebagai bagian dari alur perubahan kehidupan manusia, kebudayaan ikut berubah sesuai dengan kelangsungan hidup masyarakatnya.Hal ini juga berlaku pada kelangsungan pertunjukan sintren. Penelitian ini berfokus pada struktur dan fungsi pertunjukan sintren Mekar Jaya di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan proses pergeseran struktur dan fungsi sintren Mekar Jaya dan menganalisis faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran tersebut. Sumber data diperoleh dari data lapangan dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi pergeseran fungsi sintren sebagai ritual ke hiburan.Selain itu, struktur sintren juga mengalami pergeseran.

ABSTRACT
Sintren as an oral tradition is still widely used until now. There is a principle of oral in performing sintren that is when the show progresses, the singer already understand the formula to sing tembang. As a part of the changing flow of human life, culture will also change along with the society. This also applies to the continuity of sintren performances. This study focuses on the structure and function of Mekar Jaya sintren performance in Majenang Sub district, Cilacap Regency. The objective of this study is to describe the shifting process of structure and function of Mekar Jaya sintren and to analyze the factors that cause the shift. Sources of data were obtained from field data and literature study. The result of this study indicates that there is a shift of function in sintren as a ritual to entertainment purpose. In addition, the structure of sintren also experienced a shift. "
2017
S69667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Sastrakartika
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1979
398.208 9 MAS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sastri Sunarti
"Penelitian sastra lisan perlu dilakukan untuk memahami hakikat sistem kelisanan dan sekaligus mengetahui masyarakat yang melahirkan sastra tersebut, seperti penelitian terhadap sastra lisan bailau sebagai salah satu ragam sastra lisan dari daerah Bayang Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Selain dari itu, penelitian terhadap sastra lisan baiIau dapat juga mengungkapkan bahwa sastra lisan ini pernah ada keberadaannya pada saat kepunahan khasanah sastra lisan di Indonesia sedang di ambang pintu. Saya mendukung pernyataan James J. Fox (1986:3) yang menyatakan bahwa sastra lisan merupakan sesuatu yang lebih dari sekadar cermin masa lampau suatu masyarakat; melainkan bahwa sastra lisan itu juga merupakan gambaran tentang rakyat yang diungkapkan dan diproyeksikan sepanjang waktu.
Pandangan J. Fox tersebut diperkuat oleh pernyataan Finnegan (1973:3) yang menyebutkan bahwa sastra lisan adalah salah satu gejala kebudayaan yang terdapat pada masyarakat dan isinya mungkin mengenai berbagai peristiwa yang terjadi atau kebudayaan masyarakat pemilik sastra tersebut. Finnegan (1978:7) juga menjelaskan bahwa membicarakan sastra lisan tidak sempurna kalau kita hanya membicarakan karya sastranya saja melainkan kita harus juga menghubungkannya dengan pencerita, penceritaan, pendengar, atau khalayaknya. Untuk menghargai sepenuhnya karya lisan, menurut Finnegan, tidak cukup hanya kalau berdasarkan hasil analisis melalui interpretasi kata-kata, nada, struktur statistik, dan isinya saja. Gambaran tentang sastra lisan hendaknya juga membicarakan penggubah atau pencerita, variasi yang terjadi yang disebabkan oleh khalayak, saat penceritaan, reaksi khalayak, sumbangan alat-alat musiknya, dan konteks sosial tempat cerita itu dilaksanakan.
Saya sangat terkesan dengan pernyataan Ibu Pudentia di ruang kelas mata kuliah sastra lisan bahwa peneliti sastra lisan Indonesia saat ini berpacu dengan kematian sastra lisan itu sendiri. Hal yang senada dengan pernyataan tersebut juga dilontarkan oleh Nani Tuloli (1991:2) bahwa besar kemungkinan akan hilangnya kekayaan budaya seiring berubah dan hilangnya ragam sastra lisan jika tidak segera diadakan penelitian dan usaha-usaha melestarikan sastra lisan ini. Setidaknya kita akan kehilangan proses pewarisan sastra lisan ini karena penutur sastra lisan yang ada saat ini kebanyakan adalah penutur yang sudah berusia lanjut, sebagaimana yang saya temukan pada tukang bailau dari daerah Bayang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Paramitha
"Perbudakan di Amerika yang terjadi pada masa Antebellum telah merupakan cerita yang stereotip, yaitu adanya kekuasaan majikan kulit putih yang mengeksploitasi tenaga budak terutama di Selatan. Di dalam Bab I, pada latar belakang permasalahan dijelaskan nyanyian rakyat sebagai sarana prates sosial dan sebagai bentuk folklor budak Negro yang merupakan ciri dari kebudayaan folklor Afro-Amerika. Hudak mencari kebebasannya dengan berbagai cara, yaitu dengan menebus diri sendiri, hadiah pembebasan oleh majikan (manumission), memberontak, melalui perkawinan dengan Afro-Amerika bebas atau wanita kulit putih, dan melarikan diri dengan bantuan golongan Abolisionis. Bagi budak yang tidak dapat menggunakan cara-cara tersebut di atas, maka cara yang ditempuh adalah hanya dengan menggugah hati nurani majikan kulit putih. Nyanyian-rakyat (folksong) yang berupa teriakan-teriakan, terdiri dari Marian hollers, shouts, calls, cries dan spiritual, lirik-liriknya menyatakan penderitaan dan harapannya untuk mendapat kebebasan.
Selanjutnya Bab. II. menjelaskan mengenai adanya tragedi di Selatan pada masa Antebellum (1776-1866), ditandai dengan semakin kokoh dan suburnya lembaga yang tidak lazim (peculiar institution), sebagai suatu lembaga yang masih mempertahankan sistem perbudakan. Setelah Perang Kermerdekaan Amerika terkenal sebagai bangsa yang memperjuangkan hak azazi manusia, melalui Deklarasi Xemerdekaan (Declaration of Independence) di seluruh dunia. Demikian pula beberapa pasal dalam Konstitusi Amerika (Amandemen ke (1791). Amandemen ke XIII (1865), Amandemen ke-XIV (1868), Amandemen ke XV (1870), sebenarnya telah menghapuskan perbudakan dan menghilangkan diskriminasi terhadap etnik Afro-Amerika di bumi Amerika, ternyata perbudakan tetap ada. Hal ini disebabkan tenaga budak sebagai salah satu faktor produksi yang produktif dan tahan lama dibandingkan dengan tenaga kulit putih. Selain itu, budak dianggap sebagai "harta benda" (property) daripada sebagai "manusia" (person) yang dapat dipindah tangankan secara hukum misalnya dijual. Dalam bab II menjelaskan mengenai perbudakan di Selatan dan organisasi Underground Rail-road telah membantu budak mendapatkan kebebasan dengan Cara melarikan diri.
Sedangkan Bab III, menjelaskan arti nyanyian-rakyat (folksong) budak yang terdiri dari beberapa jenis teriakan yang dikenal sebagai hollers, shouts calls, cries dan spiritual untuk berkomunikasi dengan sesama budak dan Tuhan mereka. Semua bentuk nyanyian-rakyat tersebut mewarnai kehidupan budak sehari-hari dalam rangka budak mendambakan kebebasannya. Selain itu nyanyian-rakyat mempunyai fungsi pelipur lara, sarana pendidikan bagi generasi yang lebih muda, pernyataan angan-angan yang terpendam dan sarana protes sosial terhadap kebebasan (freedom) dan persamaan (equality) sebagai nilai-nilai demokrasi yang tercantum di dalam Deklarasi Kemerdekaan dan Konstitusi Amerika.
Adapun pada Bab IV, dijelaskan struktur (text) nyanyianrakyat lebih memenuhi persyaratan sebagai balada karena liriknya mempunyai tema yang bebas, menggambarkan cerita kehidupan budak atau sejarah perbudakan, demikian pula bait-baitnya tidak terikat oleh ketentuan tertentu seperti pada bentuk folklor peribahasa atau teka-teki. Sedangkan penyebarannya adalah hubungan (context) dengan masyarakat penerima folklor tersebut, menandakan bahwa nyanyian-rakyat dapat bertahan hidup (survival), karena dipertahankan oleh budak secara turun temurun.
Bab V. Merupakan kesimpulan dari isi tesis ini, fokusnya adalah mengenai fungsi nyanyian-rakyat dilihat dari lirikliriknya, ternyata sebagai sarana protes sosial budak atas diskriminasi, segregasi dan penyimpangan dari azas demokrasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T5466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>