Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 326 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1977
301.23 IND l (1);301.23 IND l (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
P. Hariyono
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1993
303.482 HAR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tanggok, M. Ikhsan
"Permasalahan tesis ini adalah "Bagaimana Sikap WNI keturunan Cina Terhadap Pembauran". Tujuannya adalah untuk mengetahui sikap WNI keturunan terhadap pembauran. Setelah diadakan penelitian sebanyak 100 orang responden dari kalangan WNI keturunan, ternyata 90% diantaranya mendukung terhadap pembauran, dan 10% sisanya tidak mendukung terhadap pembauran. Kesimpulannya adalah sikap WNI keturunan di Pontianak mendukung terhadap pembauran. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan perbedaan, bahwa sebagian besar WNI keturunan belum dapat membaur dengan baik pada kelompok pribumi. Jadi dukungan yang mereka nyatakan dalam kuesioner itu adalah bersifat bayes.
Ada beberapa kendala yang membuat WNI keturunan dan pribumi masih sulit untuk membaur, pertama masalah budaya yang berbeda, kedua masalah sejarah warga keturunan dimasa lalu yang kurang menguntungkan bagi persatuan dan kesatuan, ketiga masalah bahasa, warga keturunan di Pontianak sebagian besar masih menggunakan bahasa Cina dalam pergaulan sehari-hari, keempat mereka hidup masih bersipat eksiusif dan tempat tinggalnya masih terpisah dari kelompok pribumi. Jadi, kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa keinginan warga keturunan untuk membaur dalam kelompok pribumi sudah ada namun penerapannya di lapangan belum sepenuhnya dapat dilakukan. Untuk itu, apa bila dilihat dari sudut Ketahanan Nasional, daerah Pontianak (Kalimantan Barat) masih cukup rawan terhadap disintegritas bangsa."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardietyo Hartoro
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2018
T52474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Setianingsih
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan identity fusion ke Islam dan identity fusion ke Indonesia pada relawan yang beragama Islam dan bekewarganegaraan Indonesia. Pengukuran identity fusion menggunkan skala yang dikembangkan oleh Swan et al (2009) yang dikembangkan menjadi 39 item dari semula hanya 13 item. Alat ukur ini menggunakan skala bipolar, pengembangan dari skala semantic differential, dengan Islam dan Indonesia di masing-masing kutub. Partisipan penelitian ini berjumlah 96 orang relawan Islam yang menyebar di berbagai kota di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan antara identity fusion ke Islam dan identity fusion ke Indonesia dengan signifikansi 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Selain itu juga ditemukan bahwa mean skor identity fusion ke Islam lebih besar dibandingkan identity fusion ke Indonesia.

This research was conducted to see if there is a difference between identity fusion to Islam and identity fusion to Indonesia on volunteers who has Indonesian citizenship identity dan Islam identity. Measurement of identity fusion either using a scale developed by Swan et al (2009) which developed into 39 items from originally only 13 items. These measuring instrument using a bipolar scale, development of semantic differential scale, with Islam and Indonesia at each pole. Participants in this research were 96 volunteers that spreads in various cities in Indonesia. The results of this research shows that difference between identity fusion to Islam and identity fusion to Indonesia with significance value of 0.000 which means smaller than significance value of 0.05. Besides that, mean score identity fusion to Islam is larger than identity fusion to Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998
305.895 1 KAP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Husnul Innaya
"Hibridtas merupakan kondisi trans-kultural pada kebudayaan yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal berkaitan dengan adanya kekuatan ekonomi, politik dan budaya pada suatu tempat. Hibriditas dalam material budaya merupakan hasill dari pengabungan dua atau lebih ciri budaya pada satu benda material pada satu daerah yang plural dan heterogen. Lasem sejak abad XIII sudah menjadi kota pelabuhan yang ramai akan pendatang asing seperti Eropa, Arab dan Cina untuk berdagang maupun untuk sekedar singgah sebelum bertolak ke Batavia atau kembali ke daerah asalnya. Heterogenitas budaya di Lasem tidak hanya didominasi oleh etnis Tionghoa dan bangsa koloni saja tapi juga kebudayaan Jawa sebagai kebudayaan lokal, sehingga Lasem menjadi salah satu contoh yang penting dari adanya hibriditas budaya yang nyata. Semaraknya Lasem akan etnis Tionghoa terlihat dari jajaran perumahan khasnya yang secara kasat mata dicirikan sebagai rumah khas Tionghoa. Penelitian ini membahas mengenai hibriditas yang tampak pada salah satu rumah khas Tionghoa milik keluarga Oei Am di Lasem. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi analisis melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data serta eksplanasi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa wujud-wujud tinggalan materi pada rumah keluarga Oei Am memperlihatkan adanya hibriditas tersebut, yaitu pada bentuk atap, dinding, fondasi, dan juga halaman dalam. Berdasarkan kajian hibriditas pada rumah Oei Am diketahui pula bahwa rumah ini mendapat pengaruh dari budaya Jawa dan Eropa (kolonial) karena disebabkan adanya dorongan faktor ekonomi, politik, dan fungsi ruang secara praktis.

Hibridity is a trans-cultural condition in culture with internal and external factors related to the existence of economic, political and cultural forces in a place. Hybridity in material culture is the result of combining two or more cultural features on one material object in a plural and heterogeneous area. Since the XIII century Lasem has become a port city that is bustling with foreign arrivals such as Europeans, Arabs and Chinese for trade or just to stop by before traveling to Batavia or returning to their home areas. The cultural heterogeneity in Lasem is not only dominated by the Chinese and the colonist but also Javanese as a local culture, therefore Lasem is an important example of cultural hybridity. This can be seen from from the housing that been identify as Chinese houses. This research discusses the hybridity in one of the typical Chinese houses belonging to the Oei Am family in Lasem. This research used descriptive analysis method through the stages of data collection, data processing and explanation. Based on the results of the analysis, it is known that the forms of material inheritance in the Oei Am family house show this hybridity, namely in the form of the roof, walls, foundations, and also the inner courtyard. Based on the hybridity study of Oei Am's house, it is also known that this house was influenced by Javanese and European (colonial) culture due to the encouragement of economic, political, and practical spatial functions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Worsley, Peter
"Balinese paintings from the nineteenth and early twentieth centuries shed light on how painters and their works speak to their viewers both about how Balinese in this period knew, imagined, thought, and felt about the world in which they lived, and about the visual representation and communication of these ideas, imaginings, and feelings through the medium of narrative paintings. In this paper I discuss five Balinese paintings of the Malat. The first two illustrate the episode in which Raden Misa Prabangsa stabs Raden Ino Nusapati’s horse. The third and fourth paintings illustrate Prabu Melayu’s rescue of his sister Princess Rangkesari of Daha from the court of the King of Lasem, and the fifth, the reuniting of Princess Rangkesari with her parents, the King and Queen of Daha. However, before I consider the paintings, I discuss briefly a number of historiographical issues concerning the reception of ideas, imaginings, andfeelings conveyed in these five narrative paintings of the Malat and which need to be kept in mind when assessing interpretations of them."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
909 UI-WACANA 21:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bob Aditya Hidayat
"Penelitian ini membahas mengenai film yang mengangkat tema kebudayaan Minangkabau, yaitu Film Surau dan Silek. Film Surau dan Silek adalah sebuah film yang menceritakan tentang surau dan silek yang merupakan bagian dari kebudayaan Minangkabau. Penelitian ini melihat bagaimana kebudayaan Minangkabau direpresentasikan di dalam film berdasarkan persepsi generasi muda Minangkabau dan menggali mengenai surau dan silek dalam kebudayaan Minangkabau. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Film Surau dan Silek berhasil merepresentasikan kebudayaan Minangkabau menurut generasi muda dilihat dari cerita yang diangkat dan tampilan visual seperti simbol kebudayaan, latar tempat, bahasa yang digunakan, dan hal lainnya yang merepresentasikan kebudayaan Minangkabau dalam film. Akan tetapi hal-hal mendasar dari surau dan silek sebagai kebudayaan Minangkabau tidak dijelaskan dengan baik di dalam film serta dalam kehidupan masyarakat Minangkabau saat ini kebiasaan untuk belajar di surau dan mempelajari silek sudah sangat jarang ditemukan

This study discusses about a movie that elevates Minangkabau culture theme, which are Surau dan Silek the Movie. Surau dan Silek the Movie is a movie that depicts about surau and silek which are parts of Minangkabau culture. This study views how Minangkabau culture is represented in the movie based on the young Minangkabau generation’s perception and digs more about surau and silek in Minangkabau culture. This study uses constructivist paradigm and qualitative approach. The result of this study shows that Surau dan Silek the Movie succeeds to represent Minangkabau culture according to the young generation as observed through the appointed storyline and visual views such as cultural symbols, background scene, the language that is used, and other things that represents Minangkabau culture in the movie. However, the basics of surau and silek as Minangkabau culture is not explained well in the movie along with theMinangkabau community’s life nowadays the habit to study in surau and to learn silek is rarely to be found."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Junus Jahja
Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa, 1988
923.6 JUN (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>