Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992
338 DIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Noor Afifah
"Kelompok Usaha Kecil dan Menengah adalah salah satu pelaku perekonomian nasional yang mempunyai posisi strategis untuk terus dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh daya serapnya terhadap tenaga kerja cult-up besar. Selain itu, diketahui bahwa kelompok usaha skala ini ternyata lebih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi dibandingkan kelompok usaha besar. Sehingga dapat dikatakan bahwa mereka adalah katup pengaman perekonornian nasional ketika kelompok usaha besar menghadapi kesulitan saat terjadinya krisis ekonomi. Maka perlulah kiranya dilakukan penelitian secara mendalam tentang posisi UKM dalam sistem perekonomian Indonesia. Dalam ekonomi makro, terdapat keterkaitan yang kuat antar sektor ekonomi. Kemajuan di suatu sektor tidak mungkin dicapai tanpa dukungan sektor-sektor lainnya. Hubungan antar sektor ini dapat dianalisis dengan menggunakan model input-output, yaitu dengan metode dekomposisi fields of influence.
Model dekomposisi fields of influence dalam hal ini digunakan untuk menganalisis pengaruh dari perubahan struktur di sebuah kelompok sektor (skala usaha) dalam sistem perekonomian multisektor, baik pengaruh terhadap intra¬kelompok skala usaha itu sendiri maupun terhadap kelompok skala usaha sisa perekonomian.
Dan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada setiap sektor di masing¬masing kelompok skala usaha dikctahui bahwa persentase perubahan total output terbesar terjadi jika simulasi dilakukan pada kelompok usaha skala besar. Simulasi dengan perubahan koefisien direct input sebesar 5 persen maka menghasilkan perubahan terhadap total perekonomian untuk kelompok usaha skala besar sebesar 5.21 persen; menengah 1.42 persen dan kecil sebesar 2.83 persen. Khusus untuk melihat dampak perubahan terhadap UKM maka dapat dilakukan dengan membandingkan perubahan pada kelompok usaha skala kecil akibat perubahan di kelompok usaha skala kecil sendiri yaitu sebesar 1,368 persen, perubahan pada kelompok usaha skala menengah akibat perubahan di kelompok dirinya sendiri sebesar 0.651 persen serta dampak terhadap perubahan kelompok sisa (gabungan kecil dan menengah) akibat perubahan di kelompok usaha besar yaitu sebesar 1,782 persen.
Berdasarkan temuan tersebut di atas dapat disimpulkan secara ekonomi akan lebih menguntungkan jika shock diberikan pada kelompok usaha skala besar saja, karena ini akan menghasilkan tingkat pertumbuhan output paling tinggi. Hal ini terjadi karena biasanya sektor dalam kelompok usaha besar mempunyai forward dan backward linkage yang besar. Sehingga jika tejadi perubahan pada kelompok ini akan memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian. Sedangkan jika shock diberikan pada kelompok UKM maka menghasilkan perubahan total output yang lebih kecil. Hal ini terkait bahwa kelompok usaha UKM menghasilkan output berupa barang-barang final demand.
Tapi jika hanya menekankan pada kelompok usaha skala besar saja maka akan muncul potensi permasalahan baru yaitu masalah disparitas. Agar kelompok UKM tidak tertingal jauh dengan pertumbuhan kelompok usaha besar maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat linkage antara kelompok usaha skala besar dengan kelompok UKM. Fenomena missing of the middle (MoM), yang terjadi secara universal di beberapa negara maju, juga terjadi di Indonesia, di mana terjadi kegagalan kelompok usaha skala menengah menjadi penggerak perekonomian nasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sandjojo MJ
"Kebijakan dan program kemitraan usaha yang telah dicanangkan sejak pertengahan Pelita III dimaksudkan untuk menjembatani kerjasama antara usaha kecil dengan usaha besar. Kebijaksanaan kemitraan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengembangan ekonomi nasional perlu adanya keserasian dan keterpaduan penkembangan antara usaha kecil dan usaha besar.
Salah satu syarat pokok yang melandasi terlaksananya hubungan kemitraan adalah terbukanya komunikasi dan informasi antara pihak yang terkait. Guna tercapainya komunikasi yang efisien dan efektif, maka hal ini perlu didukung dengan teknologi informasi yang memungkinkan akses dan manajemen terhadap data dan informasi secara tepat, akurat dan cepat.
Penelitian eksploratif ini bertujuan menganalisis pemanfaatan program komunikasi dan teknologi informasi untuk memacu pengembangan kemitraan usaha di DKI Jakarta. Pengumpulan data pada penelitian menggunakan metode desk research, observasi terhadap masalah dan pengkajian terhadap analisis pengembangan sistem dari software untuk komputerisasi data dan informasi kemitraan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah utama yang dijumpai dan perlu diatasi dalam komunikasi pengembangan kemitraan adalah: "Lack of Information" dan perbedaan "Term of Reference" antar pihak yang berkomunikasi. Disamping itu juga perlu diperhatikan overlapping of interest (pautan kepentingan) antar pihak yang berkomunikasi serta ?Iancarnya arus komunikasi? atau terstrukturnya komunikasi antar pihak selaku agent of information, yaitu: Pemerintah - Usaha Besar - Usaha Kecil - LSMI Akademisi. Oleh karenanya disarankan penerapan Model Komunikasi Limas yang dapat dilaksanakan dengan pembentukan Pusat Informasi dan Komunikasi Kemitraan (PIKM). Lembaga PIKM ini harus berfungsi sebagai server data dan informasi, konsultan komunikasi dan informasi, serta pelaksana program komunikasi dan informasi untuk pengembangan kemitraan.
Hasil analisis dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa Komunikasi Pemasaran Terpadu merupakan salah satu solusi untuk efisiensi komunikasi kemitraan. Program-program yang dapat dilaksanakan diantaranya: Program Komunikasi Public Relations, Word Of Mouth, Komunikasi Maxi, serta pemanfaatan teknologi dan program komunikasi Cyber Marketing (Interactive Media).
Dalam pemanfaatan teknologi informasi, secara cermat perlu ditetapkan data dan informasi kemitraan yang dikelola (jenis dan cakupan data input, bentuk keluaran datalpelaporan), information technology platform yang dimanfaatkan (spesifikasi program dan fasilitas program aplikasinya), serta informasi reach-nya, dimana diatur koordinasi, arus informasi dan komunikasi data antar instansi yang terkait dalam komunikasi kemitraan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Small and medium enterprises (SMEs) have been playing significant role since economic crisis emergred in 1997 due to the facts that they have been offering a large number of employments and absorbing huge capital...."
KAJ 13(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Benovito Kurnia
"Kemitraan adalah salah satu bentuk kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas usaha tertentu. Skripsi ini mengkaji pelaksanaan perjanjian dan pengawasan terhadap perjanjian kemitraan antara PT. Grab Teknologi Indonesia dengan mitranya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalar yuridis normatif. Has?l penelitian menemukan bahwa perjanjian kemitraan pada prinsipnya tunduk pada ketentuan perjanjian pada umumnya berdasarkan KUHPerdata. Namun selain dari pada itu tunduk juga pada ketentuan Kemitraan sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 dan PP No. 17 Tahun 2013 yang mensyaratkan bahwa usaha besar tidak boleh memiliki dan/atau menguasasi usaha menengah, mikro dan kecil atar saha menengah tidak boleh memiliki dan/atau menguasasi saha mikro dan kecil. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengawasan kemitraan belum berjalan dengan baik dikarenakan keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia yang ada pada KPPU. Oleh karenanya perlu adanya kerjasama antar instansi pemerintah terkait dalam pengawasan kemitraan

Partnership is a form of cooperation based on agreement and to meet mutual needs in increasing the capacity and capability of certain businesses. This thesis analyzes the implementation of the agreement and the supervision of the partnership agreement between PT Grab Teknologi Indonesia and its partners. The method used in this research is juridical normative. The research found that the partnership agreement in principle is subject to the terms of the agreement in general based on the Indonesian Civil Code. However, apart from the foregoing, it is also subject to the provisions of the Partnership provisions as regulated under Law No. 20 of 2008 and PP. 17 of 2013, which set out that large-scale businesses may not own and / or control medium, micro and small-scale businesses or medium-scale businesses may not own and / or control micro and small-scale businesses. This study also found that the supervision of partnerships has not been going well due to the limited budget and human resources at KPPU. Therefore, cooperation between the relevant government agencies in monitoring partnerships is necessary"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afri Adnan
"ABSTRAK
Kemitraan adalah kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar tersebut dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Masalah kemitraan dilegalisasikan Pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil yaitu undang-undang yang mengatur khusus tentang keberadaan industri kecil di Indonesia. Walaupun agak terlambat, dikeluarkan setelah Indonesia merdeka setengah abad, undang undang ini patut juga disambut baik mengingat belakangan ini masalah kehidupan industri kecil memang sudah sangat penting dan mendesak.
Dengan dikeluarkannya undang-undang diatas sangat diharapkan pemberdayaan industri kecil ini akan mengalami peningkatan yang cukup berarti, akan tetapi kenyataannya sekarang adalah bahwa banyak industri besar atau menengah termasuk BUMN yang sudah semakin maju akan tetapi kurang diikuti oleh industri kecil, padahal sekadar pembanding - banyak bukir di negara maju yang menunjukkan bahwa industri kecil sangat potensial dan sangat mungkin untuk dikembangkan menjadi industri pendukung bagi industri lainnya bahkan dapat ditingkatkan menjadi industri yang lebih besar. Hal ini semakin menarik untuk dievaluasi mengingat ada kecenderungan industri besar cenderung makin besar sedang yang kecil tidak menjadi besar kalaupun mungkin tidak makin kecil.
Program yang dulunya lebih dikenal dengan istilah Sistem Bapak Angkat ini telah dilaksanakan pula oleh PT SP, akan tetapi sejauh ini hasilnya belum lagi sebagaimana yang diharapkan. Pelaksanaan kemitraan yang selama diterapkan terkesan masih sekadar melaksanakan himbauan pemerintah, belum lagi merupakan komitmen untuk betul-betul mengangkat industri kecil itu, tidak terpola dan tertata dengan baik, serta masih jauh dari kesan professional.
Sejauh yang dapat diamati, kondisi ini dapat diperbaiki dengan melakukan sedikit perbaikan dan bentuk / pola kemitraan dan yang selama ini dilaksanakan. Pola alternatif ini pada dasarnya hanya menitik beratkan pada bentuk hubungan antara industri besar dan industri kecil sedemikian rupa sehingga pelaksanaanya lebih terpola dan tertata dengan baik, sedang perencanaan starategis dibuat melalui pendekatan metode SWOT sehingga didapatkan empat kelas industri kecil yang menjadi binaan, yaltu : Handal, Berpotensi, Berpeluang, dan Strategis."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, Jerry Hot
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pertumbuhan sektor industri atau keberhasilan industrialisasi yang cukup pesat hingga saat ini, tidak terlepas dari berbagai kebijakan dan strategi yang telah ditempuh pemerintah untuk mendorong dan merangsang investasi di sektor industri. Ternyata keberhasilan industri ini tidak diiringi dengan penyebaran aktivitas industri yang merata secara spasial. Aktifitas industri Indonesia hanya berkonsentrasi di daerah-daerah tertentu saja yang disebut dengan aglomerasi industri
This research of background y growth of industrial sector or efficacy of fast enough industrialization till in this time, not quit of various strategy and policy which have been gone through goverment to push and stimulate invesment in industrial sector. In reality efficacy of this industrialization not accompany with spreading of industrial activity which flatten by spasial. Industrial activity of Indonesia only concentration in just selected areas is so-called with Industrial agglomeration."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sasongko
"Suatu catatan yang dapat dikemukakan dalam kaitan dengan proses industrialisasi yang telah berjalan lebih dari dua dasawarsa terakhir ini adalah mengenai gejala kurang adanya keserasian dalam perubahan struktural antara industri besar dan industri menengah serta industri kecil. Gejala ini mengakibatkan terjadinya ancaman terhadap kelangsungan hidup berbagai industri kecil di satu pihak, dan di lain pihak terjadi kesenjangan yang melebar pada tingkat investasi yang ada. Kenyataan ini, akhirnya menimbulkan permasalahan dualisme struktural di sektor industri. Gejala yang tidak sehat tersebut bila dibiarkan akan mengganggu jalannya pembangunan, terutama vitalitas sektor industri itu sendiri. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar tercipta keterpaduan dalam proses pertumbuhan berbagai skala industri dengan dianjurkannya dilaksanakan program keterkaitan sistem bapak-anak angkat di sektor industri. Serangkaian kebijaksanaan deregulasi belakangan ini, dalam berbagai ukuran, tidak dapat dipungkiri telah memberikan hasil yang amat menggembirakan. Namun kekhawatiran mulai muncul manakala hasil tersebut diukur berdasar pada "berapa" yang telah diperoleh oleh masing-masing kelompok masyarakat.
Bertolak dari uraian di atas, maka penulis mencoba meneliti tentang distribusi pendapatan di antara pengusaha industri besar, industri menengah, dan industri kecil dengan memilih subsektor industri tenun songket dan train jumputan di Palembang, dan subsektor industri baton dan tegel di Gresik. Berdasarkan pemikiran dan kenyataan di atas, pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah bagaimana distribusi pendapatan di antara para aktor produsen, baik di Palembang maupun di Gresik? Untuk menjawab pertanyaan ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan, meliputi bahasan struktur jaringan dan struktur sumber daya, yang mencakup sub bahasan bentuk-bentuk hubungan eksternal dan dinamika hubungan antara aktor di sisi produksi dengan aktor di sisi hulu dan hilir, serta hubungan antar sesama aktor produsen. Juga dibahas pengaruh berbagai macam intervensi pihak luar, khususnya intervensi bapak angkat, terhadap perubahan power ekonomi aktor dalam hubungan pertukaran.
Tujuan pembahasan hal-hal tersebut adalah pertama untuk memberikan gambaran tentang struktur jaringan dan struktur sumber daya sebagai konteks di mana aktor-aktor tersebut melakukan transaksi pertukaran; kedua, untuk memberikan gambaran tentang distribusi pendapatan di antara para aktor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pertanyaan kedua, apa strategic action yang dipilih dan digunakan para aktor tadi dalam konteks struktur industri tersebut, dan bagaimana implikasi strategi yang telah dipilih terhadap perubahan distribusi pendapatan dan perubahan struktur industri tersebut ? Untuk itu akan dibahas mekanisine hubungan dependensi terhadap pihak lain, strategi yang digunakan oleh setiap aktor dalam bersaing dan melakukan pertukaran dengan aktor lain. Tujuan pembahasan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang hambatan yang dihadapi setiap aktor dalam memilih dan menjalankan strategic action akibat perbedaan tingkat sumber power (ekonomi) yang dimiliki.
Pertanyaan ketiga, bagaimana perbedaan karakteristik makrostruktur masyarakat industri Palembang dengan Gresik ? Untuk itu dibahas hubungan antara substruktur dengan superstruktur dalam konteks hubungan pertukaran. Tujuannya ialah mengidentifikasi karakteristik jaringan interorganisasi.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa baik di pasar pembelian maupun penjualan ada sejumlah faktor yang menimbulkan banyak kesulitan bagi para aktor produsen, baik di Palembang maupun di Gresik. Pengaruh sangat kuat atas kedua Jenis pasar itu adalah hambatan yang disebabkan oleh kekuatan perantara. Kekuatan perantara ini mengakibatkan aktor produsen berada pada posisi "tergantung", dalam arti mereka tidak dapat mengetahui alternatif usaha lain dalam pasar pembelian dan pasar penjualan. Ketergantungan para aktor ini karena orang perantara mampu memadu fungsi-fungsi sebagai kreditor sekaligus pembeli untuk menjamin kedudukan monopolinya.
Kekuatan pasar dalam tangan perantara dapat mengakibatkan "eksploitasi" pengusaha kecil dan sebagian menengah, sehingga perusahaan ini hampir tidak dapat menaikkan modal dan produktivitasnya ke tingkat yang diinginkan. Selain itu, kekuatan pasar dalam tangan perantara menghalangi pengusaha kecil dan menengah untuk mencoba atas usaha sendiri mencari pasar bahan baku dan pasar penjualan yang baru. Mereka tidak mempunyai kesempatan untuk belajar dari, percobaan-percobaan dengan pasar ini, seperti mencoba berbagai teknologi dan siasat pemasaran yang lain. Pada saat yang sama terjadi pula variasi hubungan antar sesama produsen. Namun dasar dan variasi tersebut dan akibatnya tetap sama, yakni ketergantungan pabrik skala kecil kepada pabrik skala besar, dan dominasi pabrik skala besar terhadap keputusan-keputusan panting di pabrik skala kecil.
Struktur jaringan seperti ini membatasi jumlah alternatif 'strategi yang mungkin bisa dipilih oleh setiap aktor produsen. Kian tergantung seorang aktor pada aktor lain, makin sedikit alternatif strategi yang dapat dipilihnya. Juga derajat ketergantungan pada pihak lain mempengaruhi perspektif yang bisa dipilih. Makin tergantung kepada aktor lain, kian pendek perspektif strategi yang bisa dipilih. Faktor penentu kunci semua hubungan tersebut adalah besar kecilnya peluang yang ditimbulkan oleh derajat ketergantungannya. Besar-kecilnya peluang inilah yang akhirnya menentukan apakah pabrik, baik di Palembang maupun di Gresik, bisa hidup pada tarap sekedar "survival" atau dapat berkembang pada tarap antisipasi dan pemupukan modal.
Di Lain pihak, intervensi pemerintah maupun pihak swasta tidak mampu menciptakan peluang ekonomi yang merata untuk setiap aktor. Malahan berbagai program bantuan dan pembinaan yang telah diberikan kian meneguhkan dominasi pabrik seala besar dan para perantara terhadap pabrik skala kecil. Dengan sistem ekonomi terbuka seperti saat ini, sering kali bidang usaha yang ditekuni oleh aktor produsen kecil bila mempunyai daya tarik pasar maka setiap waktu bisa dimasuki oleh pendatang baru, bahkan oleh industri menengah dan besar. Hal ini bisa terjadi karena selama ini belum ada Undang-undang anti monopoli. Padahal dengan UU anti monopoli bisa menjamin terwujudnya "keseimbangan berusaha" karena UU anti monopoli mencegah praktik dominasi dari pengusaha besar terhadap pengusaha yang lebih kecil. Juga hingga kini belum adanya UU perlindungan terhadap industri kecil yang menjamin terwujudnya "reservation scheme" bagi pengusaha industri kecil. Dengan belum adanya kedua UU tersebut, maka belum ada yang mampu menjamin adanya "kepastian berusaha" bagi pengusaha industri kecil."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Augustin Rina Herawati
"UMKM secara signifikan menyumbang ekonomi suatu negara, baik dari sisi penyerapan tenaga kerjanya maupun dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonominya. Dalam perkembangannya, UMKM mengalami permasalahan. Permasalahan UMKM tersebut antara lain diatasi melalui program kemitraan yang saling membantu antara UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Namun demikian, implikasi dari hubungan kemitraan dalam organisasi, tentunya tidak terlepas dari adanya permasalahan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini dapat diringkas dalam pertanyaan umum sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur hubungan antar unsur yang saling mempengaruhi pada UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dengan menggunakan model Systems Archetype ? 2. Bagaimanakah leverage dari masing-masing model Systems Archetype dalam UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah : menganalisis struktur hubungan antar unsur yang saling mempengaruhi pada UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dengan menggunakan model Systems Archetype; dan menganalisis leverage dari masing-masing model Systems Archetype dalam UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills.
Penelitian ini menggunakan kerangka teori kemitraan dari Riane Eisler dan Alfonso Montuori (1998), yang menitikberatkan pada pendekatan sistem, dengan mempertimbangkan adanya pengaruh lingkungan organisasi dalam pertumbuhan organisasi. Stephen M. Dent (2006), memperkenalkan teori Partnership Relationship Management, yang mengemukakan adanya 4 (empat) keuntungan yang diperoleh bila menggunakan pola kemitraan dan aliansi, yaitu : Keterbukaan (openness); Kreativitas (creativity); Kecepatan (agility); dan Kelenturan (resiliency). Dalam penelitian ini dengan melihat berbagai aspek kemitraan maka sebagai acuan untuk menentukan perspektif dalam menganalisa UMKM Mitra, yaitu : a) Informasi Usaha, b) Kompetensi Usaha, dan c) Akses Usaha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah system dynamics. Teknik pem odelan yang digunakan adalah sistem archetypes. Sistem archetypes merupakan kombinasi umpan balik Reinforcing dan Balancing yang umum terjadi, terdiri dari dua atau lebih umpan balik. Terdapat 8 (delapan) model archetypes, namun dalam penelitian ini hanya memilih beberapa model archetypes. Hal ini dengan pertimbangan berdasarkan kondisi temuan penelitian di lapangan, dianalisis melalui tahapan : berdasarkan pengalaman (story line); identifikasi variabelvariabel kunci; grafik Behaviour Over Time; dan struktur causal loop diagram (CLD); diperoleh hasil 3 (tiga) pemodelan archetype yang sesuai, yaitu : Success to the Successful, Limit to Success, dan Growth and Under Investment.
Hasil analisis terhadap struktur hubungan antar unsur yang saling mempengaruhi pada UMKM Mitra PT. ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, dengan pemodelan Systems Archetype, adalah sebagai berikut : (a) Success to the Successful. Perspektif : Informasi Usaha. Struktur dasar : pelatihan ketrampilan; permodalan; dan promosi usaha. (b) Limit to Success. Perspektif : Kompetensi Usaha. Struktur Dasar : keberlangsungan produksi; monitoring dan evaluasi; peningkatan omset usaha; dan pemberian insentif. (c) Growth and Under Investment. Perspektif : Akses Usaha. Struktur Dasar : pengembangan pasar; mempertahankan hubungan; dan hubungan emosional. Sedangkan leverage dari masing-masing model Systems Archetype pada UMKM Mitra PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills, yaitu : (a) Leverage dalam model Success to the Successful. Strategi yang mungkin dilakukan bagi UMKM Non Mitra adalah dengan memperluas sumber daya yang terbatas, yaitu melakukan kemitraan dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. (b) Leverage dalam model Limit to Success. Strategi yang mungkin dilakukan bagi PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills dengan UMKM Mitra adalah dengan mengantisipasi unsur keterbatasan yang akan datang, dan memonitor serta mengelola sistem untuk mengurangi dampak keterbatasan atau mengubah sistem sehingga tidak bergantung pada sumber daya, tunggal terbatas. (c) Leverage dalam model Growth and Under Investment. Strategi yang diambil adalah meningkatkan kapasitas produksi yang ditanggung bersama oleh UMKM Mitra produk sejenis yang tergabung dalam Paguyuban. Paguyuban yang terbentuk memiliki standar kinerja yang mendukung peningkatan kapasitas produksi.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : kemitraan yang dilakukan oleh UMKM dengan PT ISM Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills ini merupakan suatu investasi ? bukan cost ? dan dapat menghasilkan win-win solution atau sinergi yang menghasilkan keadilan bagi masyarakat dan keamanan berusaha serta keserasian dengan lingkungan. Kemitraan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip : komitmen, trust, transparansi, dan akuntabel, antara pihak-pihak yang bermitra dan dikembangkan secara rasional. Prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan azas kekeluargaan sebagaimana amanah dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (1), yaitu Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

MsMes significantly contribute a country?s economy, both in terms of employment or economic growth and development. In its development, MSME experienced some problems. These problems can be solved by partnership program in helping each other, between MSMEs, or between MSMEs and major businessman inside or outside the country, to avoid the This research uses system dynamics method. The modeling technique is archetypes system. Archetypes system is a combination of Reinforcing and Balancing feedback which often happen. They insist of two or more feedbacks. There are 8 (eight) models of archetypes, but this research only chooses some of them. The consideration is because: based on research findings condition in the field, analyzed by several steps: based on experience (story line); key variables identification; Behaviour Over Time graphic; and causal loop diagram (CLD) structure; the appropriate archetype model has been obtained: Success to the Successful, Limit to Success, and Growth and Under Investment.
The analysis results about the inter-elements relationship structure which effects MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, with the System Archetype model, are as follow: (a) Success to the Successful. Perspective: Business Information. Basic structure: skills training; capital; and business promotion. (b) Limit to Success. Perspective: Business Competence. Basic structure: production sustainability; monitoring and evaluation; increase in business earnings; and incentive provision. (c) Growth and Under Investment. Perspective: Business Access. Basic Structure: market development; maintaining relationship; and emotional relationship.
Whereas the leverage from each Systems Archetype model on MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, are: (a) Leverage in the Success to the Successful model. The strategy that might be done by MSME Non Partner to increase a limited resource is by doing a partnership with PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division. (b) Leverage in the Limit to Success model. The strategy that might be done by PT ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division with MSME Partner is by anticipating the limitations that will come, and by monitoring and managing the system to reduce the impacts of limitations or changing the system so it does not depend on a limited, single resource. (c) Leverage in the Growth and Under Investment model. The strategy that can be taken is by increasing production capacity which is shared by MSME Partner in similar products which is incorporated in a community. The established communities have a standard performance which supports production capacity enhancement.
The conclusion of this research is: the partnership which is done by the MSME with PT ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division is an investment ? not a cost ? and can obtain a win-win solution or synergy that obtains justice for the community and security in doing business, and harmony with the environment. The partnership conducted is based on some principles, which is: commitment, trust, transparency, and accountable, between the partner parties and developed rationally. These principles is accordance with the kinship principle as mandated in UUD 1945 clause 33 subsection (1), the Economy is structured as a joint venture based on the kinship principle. occurrence of monopoly in business. However, the implication from partnership relationship in an organization cannot be separated from problems. According to these issues, the research problem can be summarized as follow: 1. How does the inter-element relationship structure interplays MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, using Systems Archetype model? 2. How is the leverage of each Systems Archetype model in MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division? Whereas the purpose of this research is: to analyze the inter-element relationship structure interplays MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division, using Systems Archetype model; and to analyze the leverage of each Systems Archetype model in MSME Partner PT. ISM Tbk, Bogasari Flour Mills Division.
This research uses partnership theoretical framework from Riane Eisler and Alfonso Montouri (1998), which focuses on a systems approach, taking into account the influence of organizational environment in the organization?s growth. Stephen M. Dent (2006) introduced the Partnership Relationship Management Theory, which claimed 4 (four) benefits that can be achieved if using the partnership and alliance pattern, that is: Openness; Creativity; Agility; and Resiliency. In this research, looking through several partnership aspects, then as a reference to decide a perspective to analyze the MSME partner are: a. Business information, b) Business competence, and c) Business access.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D1294
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>