Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23497 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heyster, Sis
Djakarta: Balai Pustaka, 1965
370.15 HEY g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Boys are in a crisis-boys in treatment and boys next door. Practitioners need to know more about research that helps to elucidate this crisis of boyhood as well as new clinical insights, derived from a modern rethinking of boyhood."
150 PPS 37 (2-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiella Damaputri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara distres psikologis dan hardiness pada mahasiswa. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang berjumlah 1962 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25 untuk mengukur distres pikologis dan Dispositional Resilience Scale 15-Revised DRS 15-R untuk mengukur hardiness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara distres psikologis dan hardiness r=-0,252, n=1962.

This study was conducted to examine the correlation between psychological distress and hardiness among college students. Respondents in this study were 1962 students from various colleges in Indonesia. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 to measure psychological distress and Dispositional Resilience Scale 15 Revised DRS 15 R to measure hardiness. The result indicated there is a significant negative correlation between psychological distress and hardiness r 0,252, n 1962, p"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Ayu Saraswati
"Self-disclosure di media sosial kini menjadi semakin lazim, tetapi dibarengi dengan risiko negatifnya. Mindfulness, yang berfokus pada kesadaran saat ini, dapat mengatasi risiko- risiko ini, meskipun hubungan langsungnya belum diketahui dengan baik. Di sisi lain, fear of missing out (FoMO), sebuah fenomena yang menjadi umum, diketahui memengaruhi online self-disclosure. Penelitian ini mengusulkan bahwa FoMO memediasi hubungan antara mindfulness dan online self-disclosure. Untuk mengukur ketiganya, peneliti menggunakan alat ukur Revised Self-Disclosure Scale (Wheeles & Grotz, 1976), Mindful Attention Awareness Scale (MAAS) (Brown & Ryan, 2003) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Yusainy (2019), dan Online Fear of Missing Out (ON-FoMO) (Sette et al., 2020) yang diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Kurniawan dan Hardianti (2022). Penelitian pada 140 dewasa muda di Indonesia menunjukkan bahwa FoMO memediasi hubungan keduanya dalam hal kedalaman, tetapi tidak dalam hal kesediaan, jumlah, valensi, dan keakuratan online self-disclosure. Selanjutnya, ditemukan juga hubungan langsung yang kuat antara mindfulness dan valensi dari online self-disclosure. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk meneliti hubungan ini pada konteks media sosial dan jenis akun yang spesifik sehingga dapat mengontrol faktor-faktor yang dipengaruhi oleh jenis media sosial dan akun tertentu, seperti audiensi, privacy concern, dan anonimitas.

Self-disclosure on social media is increasingly common, yet it carries negative risks. Mindfulness, which emphasizes present awareness, could counters these risks, though their direct relationship is not well understood. Additionally, fear of missing out (FoMO), a prevalent phenomenon, is known to influence self-disclosure. Revised Self-Disclosure Scale (Wheeles & Grotz, 1976), Mindful Attention Awareness Scale (MAAS) (Brown & Ryan, 2003) that were adapted to Indonesian by Yusainy (2019), and also Online Fear of Missing Out (ON-FoMO) (Sette et al., 2020) that were adapted to Indonesian by Kurniawan and Hardianti (2022) were used to assess online self-disclosure, mindfulness, and FoMO respectively. This research suggests that FoMO mediates the relationship between mindfulness and online self-disclosure. The result shows that FoMO mediates this relationship regarding depth, but not the intent, amount, valence, and accuracy of online self-disclosure. Furthermore, it also shows a strong direct effect of mindfulness on the valence of online self-disclosure. It is suggested that the following researches explore this relationship within the context of specific social media and account types, thus controlling the factors that are influenced by certain types social media and account, such as audience, privacy concern, and anonimity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Salsabilla Ibrahim
"Fenomena COVID-19 menimbulkan distres pada dewasa muda. Distres dewasa muda salah satunya disebabkan oleh interaksi di dalam keluarga, saat dewasa muda harus tinggal bersama keluarga selama masa pandemi. Studi kuantitatif ini bertujuan untuk melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor distres psikologis pada dewasa muda selama pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 411 orang berusia 18 sampai 25 tahun (M=20,7). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Family Assessment Device (FAD) dan General Health Questionnaire (GHQ-12). Ditemukan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi distres psikologis pada orang dewasa muda (R2 = 0,235, p<0,05) dan dimensi komunikasi dalam keberfungsian keluarga dapat memprediksi secara signifikan distres psikologis dewasa muda (β= -0,245, p<0,05). Lebih lanjut, ditemukan distres psikologis yang lebih tinggi pada dewasa muda perempuan dibandingkan laki-laki dan laki-laki mempersepsikan keberfungsian keluarganya lebih baik dari perempuan.

The COVID-19 phenomenon causes distress in young adults. One of the causes of young adults distress is due to interactions within the family, when young adults have to live with their families during the pandemic. This quantitative study aims to look at family functioning as a predictor of psychological distress in young adults during the COVID-19 pandemic. The participants in this study were 411 people aged 18 to 25 years (M=20,7). The measuring instruments used in this study were the Family Assessment Device (FAD) and the General Health Questionnaire (GHQ-12). It was found that family functioning significantly predicts psychological distress in young adults (R2 = 0.235, p<0.05) and the communication dimension in family functioning can significantly predict psychological distress in young adults (β= -0.245, p<0.05). Furthermore, it was found that psychological distress was higher in young adult women than men and men perceived their family functioning as better than women. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Kartono
Bandung: Nandar Maju, 1992
155.3 KAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Kartono
Bandung: Alumni, 1981
155.633 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Oktavia
"Pandemi COVID-19 menjadi kondisi baru yang harus dihadapi seluruh lapisan masyarakat di dunia. Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang rentan mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat stress remaja selama masa pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di salah satu sekolah di Jakarta pada bulan Mei-Juni 2021. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja usia 13-14 tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan total sampel 350 anak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil: Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat stres responden pada penelitian ini tergolong rendah, variabel yang berhubungan dengan stres adalah pembelajaran jarak jauh (p= 0.004). Kesimpulan: Pembelajaran jarak jauh memiliki hubungan dengan tingkat stres pada remaja. Tingkat pengetahuan terkait COVID-19, usia, jenis kelamin, dan pendapatan keluarga tidak memengaruhi tingkat stres pada remaja selama masa pandemi COVID-19. Implikasi pada bidang keperawatan adalah optimalisasi promosi kesehatan mental pada remaja. Rekomendasi pada penelitian selanjutnya adalah melaksanakan penelitian pada cakupan populasi yang lebih luas dengan rentang usia remaja yang lebih variatif atau menganalisis faktor lain yang dapat memengaruhi stres pada remaja.

COVID-19 becomes a new condition which must be faced by all people in the world. Adolescence is a group age which vulnerable to stress. This study aims to determine the factors which affect the adolescent’s stress level during COVID-19 outbreak. Methods: this study used the cross-sectional design and implemented at one of the school in Jakarta in Mei-June 2021. The sample was adolescents age 13- 14 years old and choosed by purposive technique sampling. The total sample in this study is 350 students. This study used univariate and bivariate descriptive statical analysis with chi square test to analyze the data. Results: the results show that the adolecent’s stress level in this study is low and distance learning is the only one factor affecting adolescents’s stress level (p= 0.004). Conclusion: Distance learning is correlated with with adolescent’s stress level. There is no correlation between knowledge about of COVID-19, age, different gender, and family income with adolescent’s stress level. Nurses can optimize the mental health promotions to help them stable. For futher, researches can do the same research with wider population or analyze another factors which can affect the adolescent’s stress level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ircham Maulana
"Beberapa tahun terakhir, banyak remaja di Indonesia yang tinggal hanya dengan orang tua tunggal terutama dengan ibu, tanpa kehadiran pengasuhan dari ayah remaja berisiko mengalami perilaku agresif. Maka dari itu, penelitian ini hendak melihat hubungan mindfulness dengan perilaku agresif pada remaja akhir yang tidak mendapat pengasuhan dari ayah. Dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional, penelitian ini melibatkan 150 partisipan (N=150) yang berusia 17-22 tahun di wilayah Jakarta dan Jawa barat. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Buss & Perry Aggression Questionnaire (BPAQ) untuk mengukur perilaku agresif dan Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) untuk mengukur mindfulness. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara mindfulness dan perilaku agresif (r = - 0,402; p < ,000; one-tailed). Temuan menekankan pentingnya penerapan mindfulness dalam menurunkan perilaku agresif pada remaja.

In recent years, many adolescents in Indonesia who live only with single parents, especially with mothers, without the presence of care from fathers, adolescents are at risk of experiencing aggressive behavior. Therefore, this study aims to examine the relationship between mindfulness and aggressive behavior in late adolescents who do not receive care from their fathers. Using quantitative correlational method, this study involved 150 participants (N=150) aged 17-22 years old in Jakarta and West Java. The measuring instruments used in this study are Buss & Perry Aggression Questionnaire (BPAQ) to measure aggressive behavior and Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) to measure mindfulness. The results showed that there was an insignificant negative relationship between mindfulness and aggressive behavior (r = - 0.402; p < .000; one-tailed). The findings emphasize the importance of implementing mindfulness in reducing aggressive behavior in adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Azalea Vargas
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja di Jakarta Pusat. Masalah perilaku yang diukur dalam penelitian ini adalah masalah emosional, distres psikologis, conduct problem, dan perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur keterlibatan ayah, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional dan conduct problem, Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis, dan alat ukur perilaku kekerasan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berasal dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Pusat dan ayah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sebanyak 403 responden anak dan 133 responden ayah dipilih melalui teknik random sampling. Berdasarkan teknik analisis data pearson correlation test, terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan tiga bentuk masalah perilaku, yakni masalah emosional, distres psikologis, serta conduct problem. Adapun pada perilaku kekerasan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan keterlibatan ayah.

This quantitative study investigated the relationship between father involvement and behavior problems among adolescents in Central Jakarta. Behavior problems consisted of emotional problem, psychological distress, conduct problem, and violent behavior. Father involvement inventory are used to measure father involvement, subtest of emotional symptom and conduct problem of The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure emotional and conduct problem, The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress, and violent behavior inventory to measure violent behavior. There were 403 adolescents and 133 father participated in this study, selected by random sampling. According to measurement using Pearson Correlation Test, the results indicated that there were significant relationships between father involvement and emotional problem, psychological distress, as well as conduct problem. No significant relationships were found between father involvement and violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>