Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Munardi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S35476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Iskandar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T 25135
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chairully Salam
"Pipa elbow biasanya digunakan sebagai sambungan (fitting) ketika terjadi perubahan orientasi yang cukup ekstrim pada jalur pipa transmisi. Jalur pipa transmisi biasanya ditanam didalam tanah (underground) yang rentan terhadap korosi eksternal sehingga perlu dilakukan analisis keandalan. Analisis keandalan dilakukan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo dengan terlebih dahulu mengukur pH, resistivitas tanah dan menghitung laju korosi eksternal. Keandalan pipa elbow pada segmen I adalah 39.56%, segmen II adalah 75.68%, dan segmen III adalah 99.99% Nilai resistivitas tanah pada segmen I berada pada level very corrosive (<500Ω-cm), segmen II berada pada level corrosive (500-1000 Ω-cm), dan segmen III berada pada level moderately corrosive (1000-2000 Ω-cm). Nilai pH berada pada rentang 5-7 untuk semua segmen. Laju korosi pipa elbow berkisar antara 0.029-0.765 mm/year, dan meningkat seiring penurunan nilai resistivitas tanah. Pengamatan struktur mikro menunjukkan ukuran butir pipa elbow adalah sebesar 16,5 µm. Hasil permodelan Autodesk Inventor memperlihatkan bahwa terjadi konsentrasi tegangan pada pipa sebesar 160 MPa , sementara itu hasil permodelan Caesar II.5.1 menunjukkan bahwa bending stress pada pipa elbowmerupakan stress paling tinggi (666-679 kg./sq. cm) pada saat kondisi operasi.

Elbow pipe is commonly used as fitting when pipeline shows an extreme change on its direction. Generally, transmission pipeline is buried underground which severe to external corrosion, thus reliability analysis is required. Reliability analysis was performed by using Monte Carlo simulation by first measured pH, soil resistivy and external corrosion rate. Reliability of elbow pipe at segment I was 39.56%, segment II was 75.68%, and segment III was 99.99%. Soil resistivity value at segment I was on very corrosive level (<500Ω-cm), while segement II was on corrosive level (500-1000 Ω-cm), and segment III was on moderately corrosive level (1000-2000 Ω-cm). pH value ranged from 5-7 for all segments. Corrosion rates ranged from 0.029-0.765 mm/year, and increased gradually as decreased of its soil resistivity value. Microstructure examination showed that grain size on elbow pipe was 16,5 µm. Autodesk Inventor modelling revealed that stress concentration was occured on innert side of elbow pipe as much as 160 MPa , while Caesar II.5.1 modelling showed that bending stress was the highest stress (666-679 kg./sq. cm) in operating condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S835
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Redian Wahyu Elanda
"ABSTRAK
Jaringan pipa adalah salah satu sarana transportasi minyak dan gas yang paling aman dan ekonomis sehingga pipa tidak boleh mengalami kegagalan saat beroperasi. Pipa lurus dalam suatu pipeline adalah pipa dengan geometri yang paling sering dijumpai. Jalur pipa transmisi biasanya ditanam didalam tanah (underground) sehingga rentan terhadap korosi eksternal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis keandalan, terutama pada geometri lurus. Pengujian keandalan
dilakukan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Untuk mengetahui pengaruh tanah terhadap laju korosi pipa maka dilakukan pengukuran pH , resistivitas tanah dan laju korosi pipa pada setiap segmen. Hasil dari pengukuran laju korosi pipa lurus kemudian dibandingkan dengan laju korosi pipa elbow.
Pengamatan mikrostruktur dilakukan untuk mengetahui penyebab perbedaan laju korosi kedua jenis pipa tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya Stress Corrosion Cracking pada pipa lurus dilakukan permodelan menggunakan Autodesk Inventor. Nilai resistivitas tanah pada segmen I berada pada level very corrosive (<500Ω-cm), segmen II berada pada level corrosive (500-1000 Ω-cm),
dan segmen II berada pada level moderately corrosive (1000-2000 Ω-cm). Nilai pH berada pada rentang 5-7 untuk semua segmen. Laju korosi pipa lurus meningkat seiring penurunan nilai resistivitas tanah, dengan range nilai antara 0.15-0.83 mm/year,. Pengamatan struktur mikro menunjukkan ukuran butir pipa lururs adalah sebesar 10.84 μm. Hasil permodelan Autodesk Inventor memperlihatkan bahwa terjadi konsentrasi tegangan pada pipa sebesar 122,2 Mpa. Keandalan pipa lurus pada segmen adalah 36.35%, segmen II adalah 56.03%, dan
segmen III adalah 96.61%.

ABSTRACT
The pipeline is one means of transportation of oil and gas are the most safe and economical so that the pipe should not fail during operation. Straight pipe in a pipeline is a pipe with the geometry of the most frequently encountered. Transmission pipelines are usually planted in the ground (underground) so susceptible to external corrosion. Therefore it is necessary for the reliability analysis, especially in a straight geometry. Reliability testing is done using Monte Carlo simulations. To determine the influence of soil on the rate of corrosion of pipes is carried out measurements of pH, soil resistivity and corrosion rate of pipes on each segment. Results of straight pipe corrosion rate measurements were then compared with the corrosion rate of elbow pipe. Microstructural observations performed to determine the cause of differences in the corrosion rate of the two
types of pipe. To determine the possibility of Stress Corrosion Cracking in a straight pipe made from modeling using Autodesk Inventor. Soil resistivity values in the segment I was at the level very corrosive (<500Ω-cm), segment II at the level of corrosive (500-1000 Ω-cm), and segment II at the level of moderately corrosive (1000-2000 Ω-cm). PH value in the range 5-7 for all segments. Straight pipe corrosion rate increases with decrease in soil resistivity values, the values range between 0.15-0.83 mm / year,. Observation of the microstructure shows a grain size of the pipe lururs is 10.84 μm. Autodesk Inventor modeling results show that there are stress concentration on the pipe at 122.2 MPa. Reliability straight pipe segment was 36.35%, segment II is 56.03%, and segment III is 96.61%"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1468
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Marta Nurjaya
"Pada sistem transmisi gas melalui pipa yang ditanam dalam tanah, seringkali pipa-pipa yang digunakan mengalami kebocoran ataupun kerusakan lainnya yang diakibatkan oleh korosi. Penyebab utama korosi yang menyerang pipa-pipa gas tersebut adalah lingkungan tempat pipa tersebut ditanam. Salah satu metode pencegahan yang dapat dilakukan pada pipa adalah dengan sistem proteksi halodik metode arus landing. Metode proteksi katedik arus landing ini diperlukan penelitian dan perancangan yang lebih mendalam terutama mengenai kondisi lingkungan tempat pipa gas tersebut ditanam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Ramadhani
"Tujuan Tesis ini adalah untuk menganalisa pengaruh jika terjadi kenaikan Tarif terhadap keekonomian dari sisi Shipper, Transporter dan Pemerintah dengan menggunakan variasi kenaikan Tarif mulai dari US$ 0,8 / MSCF sampai US$ 2,0 / MSCF.
Dari sisi Shipper, setiap kenaikan Tarif sebesar US$ 0,1 / MSCF maka akan menurunkan Net Contractor Share sebesar US$ 69 juta pada level TOP, US$ 73 juta pada level DCQ dan US$ 83 juta pada level MDQ.
Dari sisi Transporter, hasil evaluasi terhadap analisa IRR menunjukkan bahwa setiap kenaikan Tarif sebesar US$ 0,1 / MSCF akan menaikan IRR Transporter sebesar kurang lebih 1%.
Dari sisi Pemerintah, setiap kenaikan Tarif sebesar US$ 0,1 / MSCF akan menurunkan Penerimaan Negara menjadi US$ 143 juta pada level TOP , US$ 151 juta pada level DCQ dan US$ 173 juta pada level MDQ.
Selain itu juga dibuat perbandingan terhadap keekonomian investasi pembangunan pipa baru dengan besarnya tambahan biaya yang muncul karena adanya kenaikan Tarif. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa biaya investasi pembangunan pipa baru akan menjadi lebih murah ketika Tarif dinaikkan mulai dari US$ 1,2 / MSCF.

The purpose of this thesis is to analyze the economic effect of the Shipper, Transporter and Government if there is any Tarif increase started from US$ 0,8 / MSCF to US$ 2,0 / MSCF.
From Shipper point of view, every increase in Tariff for US$ 0,1 / MSCF will decrease Net Contractor Share to US$ 69 Million at TOP level, US$ 73 Million at DCQ level and US$ 83 Million at MDQ level.
From Transporter point of view, the evaluation results of the IRR analysis shows that every increase in Tariff for US$ 0,1 / MSCF will raise IRR by 1%.
From Government point of view, every increase in Tariff for US$ 0,1 / MSCF will decrease Goverment Revenue to US 143 Million at TOP level, US$ 151 Million at DCQ level, and US$ 173 Million at MDQ level.
Comparison has also been made between investment cost to build new pipeline with additional cost appear due to Tariff increase. The analysis result shows that the investment cost will be cheaper when Tariff is being increased started from US$ 1,2 / MSCF.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T28371
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Dwi Septianto
"Perhitungan optimasi digunakan sebagai data dasar dalam analisis keekonomian, untuk memberikan gambaran seluruh biaya selama investasi. Dan juga manfaat yang diperoleh selama investasi, pajak dan tingkat pengembalian, baik tingkat pengembalian internal IRR maupun tingkat pengembalian minimum MARR. Kemudian ditutup dengan perbandingan manfaat terhadap biaya B/C, sebagai kesimpulan layak atau tidaknya proyek tersebut dikerjakan.

Optimization calculations are used as basic data in economic analysis, to presents of all costs for investment. And also the benefits for investment, and tax returns, whether internal rate of return IRR and on a minimum rate of return MARR. Then closed with a benefit cost ratio B / C, as a conclusion whether this project is feasible."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1347
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andra Herdiaz
"Jaringan pipa adalah salah satu sarana transportasi minyak dan gas yang paling aman dan ekonomis sehingga pipa tidak boleh mengalami kegagalan saat beroperasi. Pipa sambungan dalam suatu pipeline adalah pipa dengan geometri yang paling sering dijumpai. Jalur pipa transmisi biasanya ditanam didalam tanah (underground) sehingga rentan terhadap korosi eksternal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis keandalan, terutama pada geometri sambungan. Pengujian keandalan dilakukan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Untuk mengetahui pengaruh tanah terhadap laju korosi pipa maka dilakukan pengukuran pH, resistivitas tanah dan laju korosi pipa pada setiap segmen.
Hasil dari pengukuran laju korosi pipa sambungan kemudian dibandingkan dengan laju korosi pipa sambungan. Pengamatan mikrostruktur dilakukan untuk mengetahui penyebab perbedaan laju korosi kedua jenis pipa tersebut. Nilai resistivitas tanah pada segmen I berada pada level very corrosive (<500 Ω-cm), segmen II berada pada level corrosive (500-1000 Ω-cm), dan segmen II berada pada level moderately corrosive (1000-2000 Ω-cm). Nilai pH berada pada rentang 5-7 untuk semua segmen. Laju korosi pipa sambungan meningkat seiring penurunan nilai resistivitas tanah, dengan range nilai antara 0.03-0.75 mm / year. Keandalan pipa sambungan pada segmen adalah 34,53%, segmen II adalah 64,04%, dan segmen III adalah 99,78%.

Pipeline is one mean of oil and gas transportation which is the most safe and economical so that the pipe should not fail during operation. Tee pipe in the pipeline is a pipe which geometry is the most frequently encountered. Transmission pipelines are usually planted in the ground (underground) so that it is susceptible to external corrosion. Therefore it is necessary to perform the reliability analysis, especially in a tee geometry. Reliability testing was done using Monte Carlo simulations. To determine the influence of soil on the rate of corrosion of pipes, the measurements of pH, soil resistivity and corrosion rate of pipes on each segment were carried out.
Results of tee pipe corrosion rate measurements were then compared with the corrosion rate of the straight pipe. Microstructural observations was performed to determine the cause of differences in the corrosion rate of the two types of pipe. Soil resistivity values in the segment I was at the very corrosive level (<500 Ω-cm), segment II at the corrosive level (500-1000 Ω-cm), and segment II at the moderately corrosive level (1000-2000 Ω-cm). pH value was in the range 5-7 for all segments. Tee pipe corrosion rate increases with the decreasing of soil resistivity values, ranging between 0.03-0.75 mm / year. Reliability tee pipe segment was 34,53%, segment II was 64,04%, and segment III was 99,78%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S55113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Bariyyah
"Selama masa operasional pada jaringan pipa transmisi gas banyak ditemukan potensial hazard yang dapat mengakibatkan kegagalan pipa. Perusahaan operator pipa perlu melakukan analisa risiko dengan mengidentifikasi hazard, menentukan parameter probabilitas (PoF) dan konsekuensi kegagalan (CoF) pipa serta melakukan perhitungan risiko qualitative sehingga dapat mengetahui profil risiko sepanjang pipa dan akibatnya terhadap orang, lingkungan, aset, serta reputasi pada perusahaan. Berdasarkan tingkat risiko yang dihasilkan operator pipa dapat menetukan mitigasi dan rekomendasi yang diperlukan untuk mengurangi risiko pada pipa onshore berupa strategi inspeksi, pemeliharaan dan perbaikan terkait dengan ancaman dampak mekanikal, korosi internal, dan korosi eksternal. Perhitungan analisa risiko menyatakan bahwa 87% segmen pipa berada pada tingkat risiko rendah dan 13% segmen pipa berada pada tingkat risiko menengah. Analisa fitness for service (FFS) yang dilakukan pada pipa tersebut menyatakan bahwa pipa tersebut masih layak dan aman beroperasi pada tekanan MAOP.

During the operational period of gas transmission pipelines are found a potential hazard that could result in pipeline failure. Pipeline operator companies need to do a risk analysis to identify hazards, determine the parameters of probability and consequences of pipeline failure and conduct qualitative risk analysis due to know the risk profile along the pipe and the failure consequence for people, environment, assets and company reputation. Based on the risk level, pipeline operator can determine the mitigation and recommendations to reduce risk in the form of strategic onshore pipeline inspection, maintenance and repairs related to the mechanical impact threats, internal corrosion and external corrosion. Calculation of the risk analysis states that 87% of the pipeline segments are at low risk and 13% of the pipelines are at intermediate risk. Analysis of fitness for service (FFS) conducted in the pipeline is stated that the pipeline is feasible and safe to operate at MAOP pressure."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30585
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Iskandar
"Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan konversi penggunaan minyak bumi ke gas bumi yang menyebabkan peningkatan permintaan terhadap gas bumi di Indonesia. Salah satu penyediaan dan mentransportasikan gas bumi sebagai sumber energi dilakukan melalui jaringan pipa, baik di darat atau bawah laut yang kemudian akan didistribusikan ke pelanggan. Beberapa metode yang digunakan agar suatu jaringan pipa tetap dapat mengalirkan gas bumi dengan baik dan aman antara lain dengan melakukan inspection (pengawasan), maintenance (pemeliharaan) dan repair (perbaikan jika dibutuhkan) secara teratur. Dengan tidak terintegrasinya metoda-metoda tersebut sehingga potensi kegagalan pada jaringan pipa masih cukup besar, sehingga dilakukan suatu studi terintegrasi pada jaringan pipa gas alam yaitu Pipeline Integrity Management System (PIMS).
Pipeline Integrity Management System meliputi pemodelan atau simulasi yang dilakukan melalui proses assesment yang berkelanjutan dari suatu sistem baik dari segi desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan yang sesuai dengan jaringan pipa gas bumi. Tindakan yang dilakukan untuk mengimplementasikan pemodelan ini adalah mencari dan mengintegrasikan informasi yang ada, mengidentifikasi penyebab kegagalan serta melakukan analisa resiko, mengembangkan rencana integrity management, mengimplementasikan program integrity management yaitu inspeksi dan survey, menganalisis hasil untuk memutuskan program yang tepat (perbaikan atau penggantian) terhadap jaringan pipa tersebut, melakukan evaluasi dari tindakan yang diambil, kemudian melaporkan dan melakukan improvement berkelanjutan.
Hasil dari studi yang dilakukan pada jaringan pipa gas alam bawah laut di lapangan jawa barat bagian utara dengan metode Pipeline Integrity Management System (PIMS) menunjukkan bahwa tingkat risiko beberapa jaringan pipa gas alam tersebut kategori high. Jaringan pipa gas alam bawah laut yang mempunyai kategori high akan dilakukan analisa ekonomi. Analisa ekonomi yang akan dilakukan yaitu membandingkan biaya yang dibutuhkan untuk menjaga dan memelihara integritas jaringan pipa dengan memasang atau laydown jaringan pipa. Analisa keekonomian ini dilakukan untuk mengetahui dan merekomendasikan kepada pihak manajemen jika jaringan pipa gas alam bawah laut mengalami kegagalan. Rekomendasi yang dikeluarkan yaitu jaringan pipa akan diperbaiki atau diganti dengan melakukan pemasangan jaringan pipa baru.

According to policy of government regarding conversion oil into the natural gas and increasing demand for natural gas in Indonesia. One of supply and transportation of natural gas as energy source is done by through pipeline, either in onshore or offshore which then will be distributed to customer. Some methods applied that pipeline still can deliver natural gas with properly and safely by doing inspection, maintenance and repair (if it is required) regularly. Nevertheless this method is not so well integrated so the potential failure on the pipeline still quite large. To overcome the lack of the previous methods, we conduct an integrated study for the pipeline known as Pipeline Integrity Management System (PIMS).
Pipeline Integrity Management System (PIMS) includes modeling or simulation conducted through a process of ongoing assessment of a system in design, construction, operation, maintenance, which according to the natural gas pipeline. To implement this modeling is to search and integrates existing information, identifies the root causes of failure and conduct a risk analysis, develops an integrity management plans, inspections and surveys, analyzing the results to decide the appropriate program to the pipelines and evaluating the actions taken, makes a report and continuous improvement.
Result from studies conducted at natural gas pipeline at offshore North West Java field with methods Pipeline Integrity Management System (PIMS) indicates that level of risk some the natural gas pipeline is category high. This result is obtained through risk assessment model of probability and consequences Natural gas pipeline at offshore North West Java having category high will be conduct economics analysis. Economics analysis which will be done that is comparing cost required to maintain pipeline integrity and installing or laydown new pipeline. Economics analysis conduct is to shown and recommends to the top level management if offshore natural gas pipeline failure. The recommendations to the pipeline is will be keep maintain integrity or install of new pipeline."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25135
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>