Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyudin Permana
"Dalam pemasangan rig, diperlukan guyline untuk menahan gaya-gaya horizontal pada rig untuk menjaga agar rig tidak jatuh dan untuk menambah kapasitas beban dari well yang bisa diangkat. Diperlukan alat ukur untuk mengukur tegangan pada guylines. Alat ukur yang dirancang adalah menggunakan strain gage sebagai tranducer. Pengembangan dari dudukan strain gage dari alat ukur tegangan guylines dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini untuk mempertimbangkan posisi penempelan strain gage agar regangan kecil yang terjadi dapat terbaca, sehingga akurasi alat ukur menjadi baik. Selain itu, bentuk dudukan strain gage harus mempunyai ketahanan yang baik dari beban bending dan buckling.

On setting up a rig, guylines are needed to counter horizontal forces to hold rig do not fall and to add load capacity in carrying well. Measurement tool is needed to measure stresses on guylines. The designed of measurement tool uses strain gage as transducer. Development of strain gage mounting is done in this final project. It is to consider the position of attaching strain gage in order to be able to measure small strain, so that the accuracy of the measurement tool becomes high. Besides that, the shape of stain gage mounting must have high durability on buckling and bending stresses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Dwi Saptioratri Budiono
"Pada pemasangan menara pengeboran minyak di darat (onshore rig) diperlukan tali baja (guyline) untuk menahan gaya horizontal yang berasal dari angin dan ketidakrataan tanah, untuk menjaga agar rig tidak jatuh dan untuk menambah kapasitas beban dari well yang bisa diangkat. Standar yang mengatur pemasangan guylines adalah 4G API, yang salah satunya mengatur tentang besarnya tegangan pemasangan tali baja yang bisa didapatkan dari suatu alat ukur. Alat ukur ini harus dapat membaca tegangan guyline secara aksial, akurat ,dan presisi. Pengembangan alat dilakukan dengan menggunakan empat strain gages sebagai tranducer yang ditempel pada sebuah dudukan logam agar sesuai dengan kondisi guyline dan keakuratan alat ukur.
Penelitian ini adalah pengembangan dari penelitian sebelumnya dengan melakukan pengembangan dan pembuatan model dudukan strain gage. Untuk lebih mendapatkan keakurasian model, pengembangan dilakukan dengan lebih mempertimbangkan posisi penempelan strain gage agar regangan kecil yang terjadi dapat terbaca, yaitu dengan menggunakan empat buah strain gages agar sensitivitasnya meningkat. Bentuk model dudukan strain gage harus mempunyai ketahanan yang baik dari beban bending dan buckling. Selain itu, model bentuk dudukan strain gage juga harus mempunyai sebaran tegangan yang merata. Hal ini disebabkan apabila sebaran tegangan tidak merata sampai pada posisi penempelan strain gage maka keakuratan hasil dari pembacaan strain gage akan berkurang.

Setting up onshore rig is needed a guylines to counter horizontal forces, because of wind and unflatness of soil, to hold rig do not fa ll and to add load capacity in carrying well. Guylines must be put based on authorized standard, called 4G API stndard, that control amount of stress in setting up guylines. In order to set the guylines according to standard, so measurement tool is needed to measure stresses on guylines. The designed of measurement tool uses strain gage as transducer that is attached on a mounting, designed to catch up the condition of guyline and increase the accuracy of the measurement tool.
This research is continuation of the research before and done with the Development model of strain gage mounting. It is to consider the position of attaching strain gage in order to be able to measure small strain, so that the accuracy of the measurement tool becomes high.strain gages, used to readthe sress, consist of four strain gages in order to increase strain gage sesitivity, so it will increase the accuracy of the measurement tool. The shape of strain gage mounting must have high durability on buckling and bending stresses. Beside that, shape of the strain gage mounting must have good stress distribution. Because, if the stress ditribution do not same to the strain gage attachment position, it will decrase the accuracy of measurement tool.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Frederik Felani
"Tali baja (wire rope) digunakan sebagai tali penyeimbang (guylines)/tali penahan pada menara pengeboran minyak bumi atau gas alam (mast) untuk menahan gayagaya horisontal yang terjadi apabila menara akan rubuh. Gaya horisontal ini dapat disebabkan oleh gaya luar yang mengakibatkan keseimbangan menara terganggu mis: semburan liar (blow out), bencana alam, atau gaya-gaya pada keadaan operasional menara ini, seperti: gaya akibat berat tubing yang disandarkan pada tubing board, angin, momen gaya yang terjadi pada saat pengangkatan tubing, dsb. Pada spesifikasi API recommended practice 4G second edition, Oktober 1998 dengan judul : Recommended Practice for Maintenance and Use of Drilling and Well Servicing Structures. Mengatur tentang besar gaya pengencangan awal yang dianjurkan/aman pada tali baja penyeimbang ini, indikator untuk mengetahui besar gaya pengencangan awal dapat diukur dari simpangan/kekenduran tali baja yang diinstalasikan. Untuk mengukur besar simpangan yang terjadi yaitu salah satunya dengan cara mengukur gaya tegang tali baja (wire rope) dengan alat yang disebut dynamometer pada ujung bawah tumpuan tali baja (dekat jangkar). Analisa yang dilakukan yaitu memahami mekanisme dan kapasitas semua bagian yang berhubungan dengan lingkup ini dan mencoba mendesain model alat ukur ini dengan pelat alumunium yang ditempel strain gage yang cara kerjanya mirip dengan dynamometer, dan menguji fungsional dan keefektifan dari alat ukur ini dengan model pengganti tali baja yaitu dengan rantai. Hasil penelitian dari model alat ukur ini diharapkan akan diteruskan untuk pembuatan prototype dan terus dikembangkan lagi, sampai akhirnya mampu memproduksi alat ini yang memenuhi standar safety dan dapat dilempar ke pasaran.

Wire rope has been use as guylines in a mast/rig for countering horizontal load of the mast/rig from collapsing. This horizontal load could produce from external load which produce unbalance resultant exp: blow out, natural catastrophe or from operational load of this mast, like: weight of tubing string on the tubing board, wind load, moment load because of tubing lifting, etc. On the API recommended practice 4G second edition, October 1996 with title: Recommended Practice Maintenance and Use of Drilling and Well Servicing Structures. Contained of several rule for pretension load on the wire rope and the sag. This term is made in order to have a safe condition in the working area. Indicator for knowing the pretension load, is from the sag on guylines. And the technique for measuring the sag we can calculate it from the pretension load, one technique for measuring load at the ground end of guylines is by the load indicator of dynamometer that attached at that point. Research on this paper is to know the mechanism and capacity of all part that related with this topic and then we can determine the specification of the measuring device and try to design a measuring device model using aluminum plate bonded with strain gage as stress sensor which have same mechanism with dynamometer. This measuring device is tested for function and ability on the model guylines using chain. The result of this model experiment should develop to the prototype and finally can produce high quality measuring device according to API standard, then it can be use by the society."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saaddin Nur Said
"ABSTRAK
Penelitian impedansi buah terhadap waktu simpan telah dilakukan oleh para
peneliti untuk mengetahui sifat buah. Teknik pengukuran impedansi yang
diterapkan menggunakan metode 4 elektroda yang mampu mengurangi impedansi
parasitik yang terjadi pada pengukuran impedansi 2 elektroda. Realisasi teknik
pengukuran tersebut menggunakan AD5933 Evaluation Board yang dihubungkan
dengan Analog Front End yang didesain penulis. Hasil pengukuran impedansi
dilakukan fitting dengan model rangkaian listrik Cole untuk mengetahui kaitan
sifat listrik dan biologis pada buah. Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa
impedansi buah pepaya dan mangga menurun seiring bertambahnya frekuensi
sesuai dengan karakteristik listrik pada jaringan biologis. Impedansi pepaya tua
secara umum menurun terhadap waktu simpan, sedangkan untuk pepaya muda,
mangga tua, dan mangga muda secara umum impedansinya tidak berubah
signifikan terhadap waktu simpan.
ABSTRACT
Research of fruit impedance against time storage have been done by researchers
for knowing fruit properties. In this research, Impedance measurement method
using 4 electrode method which can decrease parasitic impedance which is occur
in 2 electrode impedance measurement method. The realization is using AD5933
Evaluation Board which is connect to Analog Front End which is designed by
author. Impedance measurement result was fitted by Cole electric circuit model
for knowing relation between electric and biological properties on fruit.
Measurement result show that papaya and mango impedance decrease against
frequency which fits with the electric properties of biological tissue on fruit. In
general, impedance of old papaya decrease against time storage, whereas, young
papaya, old mango, and young mango impedance does not change significantly
against time storage."
2015
S57760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savier Aldyan
"Teaching is an effort to organize the environment to create learning conditions.
The difficulty of studying for student, is usually to learn the concept that is so abstract
and complex. Props for learning believed to assist student in learning material. This
research aims to produce a teaching prop for Strength of Material Class in order to
improve students understanding on the mentioned subject. Strain gauge and Arduino
based circuit are chosen to be the main part so that the cost of the teaching prop could
be lower than most of laboratory equipment. Teaching prop will measure the stress and
moment of cantilever beam, which are part of learned knowledge in Strength of
Material class. Implementation of this research were conducted, which include virtual
experiment and accuracy test. It can be concluded that this teaching prop succeeded to
answer the aim of the research with lower cost material. On the other hand, accuracy
test shows this teaching prop isn’t suitable for industrial measuring equipment for its
far inferiority on error rate when compared to marketed product

Mengajar merupakan upaya menata lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar. Kesulitan belajar bagi siswa biasanya adalah mempelajari konsep yang begitu
abstrak dan kompleks. Alat peraga untuk pembelajaran dipercaya dapat membantu
siswa dalam materi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan alat
peraga pada kelas Mekanika Kekuatan Material dalam rangka meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Strain gauge dan rangkaian berbasis
Arduino dipilih menjadi bagian utama sehingga biaya alat peraga pengajaran bisa
lebih rendah dari kebanyakan peralatan laboratorium. Alat Bantu Ajar akan mengukur
tegangan dan momen balok kantilever, yang merupakan bagian dari pengetahuan
yang dipelajari di kelas Mekanika Kekuatan Material. Implementasi penelitian yang dilakukan meliputi eksperimen virtual dan uji akurasi. Dapat disimpulkan bahwa alat peraga ini berhasil menjawab tujuan penelitian dengan biaya material yang lebih rendah. Di sisi lain, uji akurasi menunjukkan alat peraga ini tidak cocok untuk peralatan ukur industri karena jauh lebih rendah dalam tingkat kesalahan jika dibandingkan dengan produk yang dipasarkan
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patuan Alfon S.
"Sebagai instalasi yang sangat vital untuk mentransportasikan gas dari suatu lapangan untuk sampai kepada pengguna (End User) maka kehandalan sisstem pipa transmisi gas harus terus dijaga. Hal tersebut dilakukan dengan beberapa cara antara lain pelaksanaan inspeksi, program perawatan (maintenance) secara berkala atas sistem pipa transmisi gas tersebut. Metode inspeksi dirasakan masih memiliki beberapa kelemahan antara lain biaya tinggi, pelaksanaan inspeksi lebih ditekankan pada waktu inspeksi dan tidak mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul serta dampaknya bila terjadi kegagalan operasinya. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam hal keinspeksian, di industri migas telah dikenal suatu metode inspeksi yang didasari kepada pertimbangan risiko yang dikenal dengan istilah inspeksi berbasis risiko (Risk Based Inspection/RBI).
American Petroleum Institute telah mengembangkan metodologi RBI tersebut yang pada awalnya masih dikhususkan pada instalasi dan peralatan yang berada pada suatu area tertentu dan memiliki tekanan (pressurize) RBI memfokuskan pelaksanaan inspeksi pada peralatan dan instalasi yang memiliki risiko kegagalan operasi sangat tinggi dengan dampak terhadap manusia sangat berbahaya. RBI dasar dikenal dengan perkalian antara Pof x CoF, dimana PoF itu adalah faktor penyebab kegagalan dan Cof itu adalah dampak yang ditimbulkan. Perkalian Pof dengan CoF menghasilan risiko yang ada pada instalasi dan peralatan. Mengingat parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung PoF dan CoF pada peralatan dan instalasi bersifat tetap, maka menghitung risiko yang ada mudah dilaksanakan. Sebaliknya untuk sistem pipa transmisi gas dengan material baja API 5L X52 yang digelar melintasi berbagai area dimana memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga menjadikan banyak factor ketidakpastian (uncertainity), maka RBI sulit untuk diaplikasikan. Penelitiaan ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengaplikasikan model inspeksi berbasis risiko pada sistem pipa transmisi gas baja API 5L X52 di daratan dengan melakukan analisa permodelan terhadap faktor uncertainity sebagaimana disebutkan di atas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa korosi eksternal menjadi faktor utama penyebab terjadinya kegagalan operasi dengan catatan gas yang mengalir adalah dry gas. Seluruh faktor kondisi tanah sekitar pipa digelar dan ditanam termasuk coating dan proteksi katodik menjadi faktor uncertainity. Untuk mengetahui tingkat risiko pada sistem pipa transmisi gas, maka dilakukan permodelan kuantifikasi dengan penghitungan melalui analisa distribusi weibull, dengan demikian risiko pada setiap segmen dapat diperhitungkan. Pada sistem pipa transmisi gas yang diproteksi dengan pelindung maka coating breakdown factordan penurunan proteksi katodik menjadi parameter yang penting dalam menghitung laju korosinya. Metode pengukuran laju korosi dilakukan dengan menggunakan polarisasi dengan parameter resistivitas tanah dan pH. Hasil pengukuran resistivitasdan pH sepanjang jalur pipa dengan sampel tanah yang diambil dianalisis di laboratorium dengan prinsip mengaplikasikan arus sinyal/AC dalam sel elektrokimia dengan menggunakan sirkuit tiga elektroda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi material baja API 5L X 52 meningkat dengan semakin kecilnya resistivitas tanah dan sebaliknya akan menurun dengan semakin tingginya resistivitas tanah. Laju korosi yang dihasilkan berdasarkan hasil analisis yaitu 0.7409 e –0.002(r) (pH) (CB) (CP). Besaran laju korosi untuk tiap segmen dapat diperhitungkan sehingga PoF dapat ditentukan. Permodelan kedua adalah penghitungan dampak yang diakibatkan bila pipa tersebut mengalami kegagalan operasi dan mengakibatkan kebocoran pipa maka dampak terhadap manusia menjadi hal yang harus diperhitungkan atau dikenal dengan istilah Number Of Death (NOD). Secara spesifik Jo dan Ann telah menemukan bahwa NOD dapat dihitung dan sangat tergantung pada densitas penduduk yang berada pada jarak tertentu dengan jalur pipa itu. CoF dalam hal ini diambil dari hasil perhitungan NOD dan diperhitungan untuk setiap segmen pipa. Pada tingkat fatality 90 % dengan densitas penduduk 0.00769 maka NOD adalah 1.
Permodelan inspeksi sebagai bagian dari mitigasi risiko merupakan tahapan akhir dari proses penelitian ini sebagai respon dari analisis risiko yang dibuat agar pipa transmisi gas dapat dioperasikan dengan handal dan aman.. Skema inspeksi diperoleh melalui perhitungan laju korosi dengan mengetahui tingkat kritikaliti (kekritisan) per tahun atau per segmen. Penurunan risiko secara signifikan mampu mengurangi frekuensi inspeksi dimana meningkatkan efisiensi dan menghemat biaya. Penurunan risiko adalah implementasi metode ALARP yang implementasinya dilaksanakan melalui strategi IMR sebagai keluaran dari proses permodelan inspeksi berbasis risiko pada penelitian ini.

For installations that are vital for transporting gas from a field to get to the user (End User) the reliability system gas transmission pipeline must be maintained. This is done in several ways, among others, the implementation of the inspection, maintenance program (maintenance) periodically over the gas transmission pipeline system. Perceived inspection method still has some drawbacks include high cost, the implementation of the inspection more emphasis on inspection time and do not consider the possible risks and impacts in the event of failure of the operation. In order to improve efficiency in terms of inspection, in the oil and gas industry has known an inspection method that is based on the consideration of risk is known as risk-based inspection ( Risk Based Inspection / RBI ).
The American Petroleum Institute has developed the RBI methodology which initially was devoted to the installation and equipment located in a particular area and have the pressure ( pressurize ) RBI to focus inspections on equipment and installations that have a very high risk of failure with extremely harmful effects on humans. RBI base known as the multiplication between POF x CoF, which PoF it is a factor that is a failure and Cof impact. Multiplication POF with CoF produce risk of the installation and equipment. Given the parameters used to calculate the PoF and CoF on equipment and installations are fixed, then calculate the risks that exist easily implemented. In contrast to the gas transmission pipeline system with API 5L X52 steel materials are held across a range of areas which have different properties and characteristics that make a lot of uncertainty factors ( uncertainity ), the RBI is difficult to apply. The aim of this research to develop and apply models of risk -based inspection system of gas transmission pipeline API 5L X52 steel in the mainland by analyzing uncertainity modeling of the factors mentioned above.
The results of this study indicate that external corrosion becomes a major factor causing the failure of the operation to record the flowing gas is gas cleaning. All factors of soil around the pipe was held and planted including coatings and cathodic protection uncertainity factor. To determine the level of risk in the gas transmission pipeline system, it is done by calculating the quantification modeling through analysis of weibull distribution, thus the risks on each segment can be calculated. In the gas transmission pipeline systems protected with the protective coating breakdown factordan decrease in cathodic protection becomes an important parameter in calculating the corrosion rate. The method of corrosion rate measurements done using polarization with soil resistivity and pH parameters. Results ressitivity dan pH measurements along a pipeline with soil samples taken were analyzed in the laboratory by applying the principle of signal flow / air in an electrochemical cell using a three- electrode circuit.
The results showed that the corrosion rate of the steel material API 5L X- 52 increased with the size of the soil resistivity and vice versa to decrease with increasing soil resistivity. The resulting corrosion rate based on the results of the analysis are 0.7409 e -0002 ( r ) ( pH ) ( CB ) ( CP ). The amount of corrosion rate can be calculated for each segment so that PoF can be determined. The second is the calculation modeling the impact caused when the pipe failure resulting in leakage of pipeline operations and the impact of humans into things that must be considered or known as Number Of Death ( NOD ). Specifically Jo and Ann have found that NOD can be calculated and is highly dependent on the density of the population who are at a certain distance with the pipeline. CoF in this case are taken from the calculation of NOD and reckoned for each pipe segment. At the fatality rate of 90 % with a population density of 0.00769 then NOD is 1.
Modeling inspection as part of risk mitigation is the final stages of the research process in response to the risk analysis made to the gas transmission pipeline can be operated reliably and safely. Inspection scheme is obtained by calculating the corrosion rate by knowing the level kritikaliti ( criticality ) per year or per segment. Decreased risk significantly reduced the frequency of inspections which improve efficiency and save costs. The reduction in risk is ALARP method implementation are implementation strategies implemented through IMR as the output of a risk -based inspection process modeling in this study.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1485
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendras Dwi Wahyudi
"Peningkatan keamanan dalam pengendaraan sepeda motor terkait dengan pengukuran kemiringan rodanya akan sangat membantu masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini belum ada alat yang bisa digunakan untuk mengukur kemiringan roda sepeda motor secara akurat. Oleh karena itu, dengan konsep alignment yang mengacu pada metode spooring pada mobil, dirancang alat untuk mengukur kemiringan roda sepeda motor yang dilakukan dengan memperhitungkan 2 parameter, yaitu camber angle pada arah vertikal roda, dan slip angel pada arah horizontal roda. Swing arm dan shaft roda digunakan sebagai acuan kelurusan badan motor secara keseluruhan.
Salah satu komponen alat ukur yang berfungsi sebagai sensor, akan mengalami defleksi akibat kemiringan roda. Kemampuan defleksi komponen dipengaruhi oleh kemampuan bending yang bergantung pada dimensi komponen dan sifat material dari yang dijadikan bahan baku. Aluminium dijadikan pilihan supaya didapatkan komponen yang elastis namun sensitif untuk mendeteksi kemiringan roda. Pemasangan strain gage sebagai sensor dilakukan setelah alat uji selesai dibuat, selanjutnya dilakukan kalibrasi untuk pengukuran. Tujuan dari perancangan ini adalah memperoleh hasil pengukuran yang cukup akurat untuk menentukan kemiringan roda.

The improvement of riding motorcycles security, related with the wheel's misalignment measurement will be very helpful to people. However, there's still no measuring equipment that could assure the accuracy of that kind of measurement. Therefore, using alignment concept based on car's spooring method, a measurer was designed as it's considering 2 parameters ; camber angle which is at vertical axis and slip angle which is at horizontal. The swing arm and the wheel's shaft are used as the representatives of the vehicle's alignment.
One of the components of the measurer, which is functioning as a sensor, will be deflected as a result of miss-alignment of the wheel. Its deflecting ability is effected by the bending ability which is very dependent on the component's dimension and the material properties of its basic material. Aluminium has been chosen as the basic material so that the component will be elastic and sensitive enough to detect the deflection of the wheel. Strain gage as a sensing instrument is being installed after miss-alignment measurer have been manufactured. Calibration procedure is being held for the next measurement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herdina Jane Puspachinta
"Penilaian Risiko Keselamatan pada Sistem Perpipaan Gas Onshore di PT. X Sumatera Tahun 2013 dilakukan mengingat perlunya mengetahui tingkat risiko keselamatan pada proses pembangunan sistem perpipaan gas onshore ini dan daerah bertanah gambut yang banyak pepohonan dan sangat rentan terhadap kebakaran hutan yang akan mengancam keselamatan masyarakat di sekitar jalur pipa. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik menggunakan metode analisis semi kuantitatif dengan tujuan untuk mendapatkan nilai dan tingkat risiko yang ada. Penilaian dilakukan menggunakan sistem skoring berdasarkan Model Studi Zulkifli Djunaidi.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari sistem perpipa gas onshore yang diteliti adalah 36,21 pts dengan nilai konsekuensi sebesar 1,56 pts. Nilai risiko relatif didapatkan sebesar 26,62 pts yang termasuk kategori low risk berdasarkan Tabel Kriteria ALARP. Oleh sebab itu, tindakan perbaikan tidak perlu dilakukan namun disarankan untuk memelihara kualitas pengendalian yang sudah dilakukan untuk meminimalisasi risiko.

Safety Risk Assessment for Onshore Gas Pipeline System at PT. X Sumatera 2013 done because it is important to know the level of risk of this gas pipeline system which still under construction and the land has a peat soil with many trees and susceptive to fire. This can be really harmful to the society. This research is an analytical descriptive that uses semi-quantitative analytical method to get the score and level of this pipeline risk. This assessment uses scoring system based on Zulkifli Djunaidi’s Study Model.
The result shows that the probability’s score is 36,21 pts with consequences 1,56 pts. Based on ALARP Criteria Table, the level of risk is low with the score of relative risk is 1,56. Therefore, immediate control is not needed but need to maintain the quality of exising control in order to minimize the risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyawan Haditomo
"ABSTRACT
Rig mast structures in Indonesia are faced with a problem of aging. The current solution of detailed maintenance, inspection and load capacity rating assessment has been employed to ensure the safety of use and structural feasibility, however, taking into consideration of the service life of the equipment, a new method of assessment is needed to answer lingering time-driven questions such as how long the structure will last. The new solution to this problem is Remaining Life Assessment (RLA) based on fatigue and corrosion using SN-approach and API 510. The result of the remaining life assessment both by fatigue and corrosion analysis has proved that the structure is more than capable to be used for future operations under the current operational load condition. Two fatigue life prediction was given in this research denoted as normal and extreme prediction. The remaining life was estimated to be approximately 1265 years and 74 years respectively according to the current operational loading condition. Remaining life based on corrosion provides a shorter prediction with 23 years of remaining life and corrosion rate of 0,0119 mm/year. However, it was found during this research that due to various reasons, API 510 approach is not very suitable to be used to conduct remaining life assessment for onshore rig mast. Using trailing analysis for corrosion, it was found that the remaining life of the structure is 88 years. Furthermore, this research also proved that it is possible to conduct remaining life assessment using data obtained through inspection and other supporting documents owned by rig owner.

ABSTRACT
Dewasa ini, banyak struktur menara rig di Indonesia yang sedang mengalami penuaan. Metode-metode yang ada untuk saat ini seperti maintenance inspection, dan hanya dapat menjamin kelayakan struktur tanpa memberikan kepastian secara waktu. Oleh karena itu skripsi ini fokus terhadap menjawab pertanyaan tersebut dengan cara mengkaji sisa umur dari struktur menara rig (Remaining Life Assessment). Menurut hasil dari kajian sisa umur pakai berdasarkan kelelahan dan korosi, dapat disimpulkan bahwa struktur masih aman untuk dioperasikan di masa depan dengan kondisi pembebanan seperti saat ini. Dua prediksi kelelahan diberikan dalam skripsi ini yang dilambangkan sebagai prediksi normal dan ekstrem. Sisa umur dari struktur diperkirakan sekitar 1265 tahun dan 74 tahun berdasarkan prediksi normal dan ekstrem. Umur sisa berdasarkan korosi menghasilkan prediksi lebih singkat dengan hasil 23 tahun dan laju korosi 0,0119 mm/tahun. Namun, pendekatan menggunakan API 510 diputuskan tidak terlalu sesuai untuk digunakan sebagai metode memprediksi sisa umur terhadap menara rig dikarenakan berbagai alasan yang telah diutarakan. Metode trailing analysis juga turut digunakan untuk memprediksi umur struktur dimana hasil sisa umur adalah 88 tahun. Lebih dari itu, skripsi ini berhasil membuktikan bahwa pengkajian sisa umur menara rig dapat dilakukan menggunakan data hasil inspeksi dan dokumen menara rig lainnya."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricardo Agung Pribadi
"
ABSTRAK
Untuk Mengantisipasi ketatnya persaingan antar perusahaan dibidang industri dan persiapan daiam menghadapi pasar bebas di era globalisasi, maka perusahaan-
perusahaan manufaktur dalam negeri dipaksa untuk meningkatkan segi kompetitinnya untuk menghasilkan produk yang handal baik dad segi kualitas maupun harga yang diberikzm pada konsumen.
Maka untuk meningkatkan mutu produknya., harus diadakan pengujian untuk produk tersebut. Pengujian tersebut bertujuan untuk rnengetahui sejauh mana ketahanan produk tersebut dalam hal ini steering axle forklift PFD-30T dalam menerirna beban sesuai dengan kondisi lapangan dirnana forklift tersebut dioperasikan.
Pengujian ini dimulai dengan mempelajari hal-hal apa saja yang mempengaruhi kinerja dan steering axle tersebut, kemudian meneliti arah-arah gaya yang teljadi pada steering axle forklw tersebut. Setelah itu diadakan persiapan untuk pengujian dengan metode strain gage, hasil yang didapat bempa tegangan (sfress)
yang diterima oleh steering axle selama dalam pengujian. Pengujian ini dilgakukan sesuai dengan kondisi dilapangan yang diwalcilkan oleh lrack khusus untuk pengujian.
Analisa hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan tegangan (stress)
yang didapat dari hasil pengujian dengan Tegangan ijin bahan, dalam hal ini yield point dan fatique point.
"
1997
S36636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>