Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S38608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S38641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Dwidhyana Ksamawati
"

Dengan meningkatnya tren komunikasi yang beralih dari layanan analog ke digital dengan basis internet, operator seluler masih menghadapi tantangan yaitu peningkatan pengguna dan konsumsi trafik pada jaringan di tengah permasalahan dasar yang ada yaitu keterbatasan spektrum. Pada dasarnya operator seluler ingin menyediakan infrastruktur dan layanan yang mampu menjawab kebutuhan tersebut baik dari ketersediaan, sisi kapasitas, dan reliabilitas. Di sisi lain, evolusi teknologi nirkabel 4G LTE memberikan kontribusi yang signifikan dengan adanya ekspansi untuk dapat mencakup keseluruh negeri. 3GPP melihat kesempatann ini dengan mengenalkan teknologi LTE-Advanced Pro (4.9G) melalui 3GPP release-13 yang disebut dengan teknologi Licensed Assisted Access (LAA). LAA menggunakan teknologi carrier aggregation yang dapat terjadi pada frekuensi tanpa lisensi (unliscensed) 5GHz. Dengan melakukan utilisasi unlicensed spectrum operator diharapkan dapat memenuhi kebutuhan terhadap trafik dengan lebih efisien. Penelitian ini mencoba untuk melakukan analisis tekno ekonomi serta melihat respon perilaku konsumer (consumer behaviour) terhadap penerimaan dan penggunakan teknologi LAA di daerah dense urban. Penelitian dilakukan dengan studi kasus kota Jakarta sebagai ibukota negara, dengan pusat ekonomi bisnis serta kepadatan penduduk yang tinggi. Dari hasil capacity planning, LAA mampu menambah kapasitas  tersebut mencapai 41,95 % hingga 61,67% untuk periode 2020 – 2030 dari kapasitas yang disediakan LTE eksisiting saat ini. Selain itu coverage planning penelitian ini memetakan kebutuhan site terhadap 40 titik Point of Interest (POI) sejumlah 72 site outdoor dan 119 site indoor. Sedangkan berdasarkan analisis kelayakan bisnis, implementasi LAA di area dense urban dapat dikatakan layak dengan nilai NPV positif sebesar Rp390.653.517.937 dengan IRR > rate dengan nilai 40,61%, serta payback period selama 3 tahun 3 bulan. 

 


The number of mobile network subscribers has increased over the past few years rapidly. 4G LTE, as a part of wireless technology, made a significant contribution through the coverage expansion around countries but still faces critical issues, namely spectrum scarcity. However, the growth of data users and data consumption seems to be increased. The Mobile Network Operator (MNO) tried to provide the infrastructures and services that capable of responding to the necessity of capacity, reliability, and availability. 3GPP saw the opportunity by introducing the LTE-Advanced Pro (4.9 G) technology with 3GPP Rel-13 that called Licensed Assisted Access (LAA). LAA uses carrier aggregation technology, both licensed and unlicensed band of 5GHz. Through utilizing the unlicensed band, MNO tried to face the necessity of improvement with the cost-efficiency. This paper tries to introduce the LAA implementation in a dense urban area of Indonesia. Based on the calculation result of capacity and coverage planning in Jakarta, LAA is ale to increase the capacity for 41.95% to 61.67% in time period 2020 – 2030 based on exiting LTE capacity. Besides capacity planning, the coverage planning resulted the amount of required LAA site to covered 40 Points of Interest (POI) area by 72 outdoor LAA, and 119 indoor LAA. According to business feasibility analysis for economy aspects, LAA business implementation in dense urban area is categorized as feasible with positive NPV value at IDR 390,653,517,937; IRR > rate at 40.61%, and 3 years and 3 months payback period (PP).

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifelly Dewi Astuti
"Telepon selular sebagai alat komunikasi yang penting saat ini bukan hanya dipilih berdasarkan fungsinya saja, namun lebih dari itu ponsel juga telah dianggap sebagai alat untuk mengekspresikan diri, menigkatkan status sosial, dan gengsi seseorang. Produsen-produsen ponsel pun berusaha untuk memenuhi keinginan tersebut, dengan menciptakan produk-produk yang dianggap mewakili diri seseorang, sehingga tidak mengherankan pertumbuhan pelanggan telepon selular meningkat dengan tajam, bahkan diperkirakan mulai tahun 2002 jumlahnya akan melebihi jumlha pelanggan telepon tetap. Oleh karena itu pengelompokkan atau segmentasi konsumen khususnya pengguna ponsel tidak lagi cukup jika hanya menggunakan pendekatan demografi, pendekatan secara psikografi dibutuhkan untuk dapat menajamkan pengetahuan produsen tentang konsumennya, sehingga dapat dibuat strategi-strategi pemasaran yang efektif. Salah satu alat yang dapat membuat segmentasi berdasarkan psikografi khususnya life style dan values adalah VALS 2 dari SRI, yang sudah digunakan untuk memetakan penduduk Amerika Serikat berdasarkan psikografinya. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel di 4 perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Universitas Negeri Jakarta, dan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, sebanyak 200 responden mahasiswa. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan 4 segmen dengan karakteristik yang berbedabeda secara psikografi, behavioral, dan demografi. Dengan hasil segmentasi ini maka penulis memberikan saran dan rekomendasi bagi strategi pemasaran khususnya pada program pengembangan produk dan promosi untuk para produsen ponsel."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S19427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benhardi
"

Teknologi 5G yang diharapkan dapat dikomersialisasikan mulai tahun 2020 diperlukan untuk memenuhi peningkatan permintaan komunikasi data. Salah satu tantangan mewujudkannya terletak pada pemilihan spektrum frekuensi yang tepat untuk implementasi 5G di Indonesia.

Tesis ini membahas secara spesifik aspek tekno-ekonomi dalam menguji kelayakan investasi spektrum frekuensi 28 GHz untuk 5G di Indonesia. Dua indikator utama yang dijadikan sebagai bahan masukan dalam pendekatan Cost-Benefit Analysis dalam studi ini yaitu faktor BHP Izin Penggunaan Spektrum Frekuensi yang dijadikan sebagai acuan biaya investasi operator dan faktor pendapatan operator dari sisi data layanan 4G.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa investasi pada spektrum frekuensi 28 GHz untuk implementasi 5G di Indonesia akan mencapai titik impas setelah melewati tujuh tahun semenjak implementasi komersial layanan 5G dimulai. Dalam jangka waktu sepuluh tahun investasi, operator memperoleh keuntungan finansial setelah berinvestasi layanan 5G pada spektrum frekuensi 28 GHz.

Selain operator, regulator dalam hal ini negara Indonesia juga dapat meningkatkan penerimaannya yang berasal dari BHP yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari sektor industri telekomunikasi. Oleh karenanya, studi pada tesis ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan rekomendasi bagi regulator di Indonesia dalam menentukan spektrum frekuensi yang tepat untuk era 5G yang sebentar lagi akan dimulai.


The 5G technology that is expected to be commercialized starting in 2020 is needed to meet the increasing demand for data communication. One of the challenges in making it happen lies in the selection of the right frequency spectrum for the implementation of 5G in Indonesia.

This thesis discusses specifically the techno-economic aspects in testing the feasibility of investing the 28 GHz frequency spectrum for 5G in Indonesia. The two main indicators that are used as input in the Cost-Benefit Analysis approach in this study are the BHP factor Permission for the Use of Frequency Spectrum which is used as a reference for operator investment costs and operator income factors in terms of 4G service data.

Based on the analysis conducted, it was found that investment in the 28 GHz frequency spectrum for 5G implementation in Indonesia would break even after passing seven years since the commercial implementation of the 5G service began. Within ten years of investment, operators obtain financial benefits after investing 5G services in the 28 GHz frequency spectrum.

In addition to operators, regulators in this case the Indonesian state can also increase its revenue from BHP which is a Non-Tax State Revenue from the telecommunications industry sector. Therefore, the study in this thesis is expected to be one of the references and recommendations for regulators in Indonesia in determining the right frequency spectrum for the era of 5G which will soon begin.

"
2019
T52915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Ilman Fadli
"Saat ini pertumbuhan pelanggan telepon seluler di Indonesia meningkat sangat pesat. Namun, peningkatan ini tidak diiringi oleh peningkatan pengetahuan pelanggan terhadap produk telepon seluler dan peningkatan kualitas jaringan yang merupakan tulang punggung komunikasi seluler. Sehingga banyak masalah yang dialami oleh pelanggan dalam menggunakan produk telepon seluler. Call Center merupakan salah satu titik layanan yang paling mudah dan paling sering diakses oleh pelanggan. Dengan bertambahnya pelanggan yang menghubungi dan beraneka ragamnya produk yang ditawarkan, membuat Agent Call Center kesulitan dalam melayani. Mulai dari lemahnya pengetahuan terhadap produk hingga kualitas layanan yang jelek. Pada akhirnya membuat citra perusahaan dimata pelanggan menjadi turun dan pelanggan pindah menggunakan produk kompetitor. Proyek Akhir ini akan memberikan analisa terhadap rposes bisnis yang terkait dalam menjaga performansi Agent Call Center dan perancangan arsitektur teknis sistem Agent Performance Management yang digunakan oleh PT. Telkomsel dalam mempertahankan performansi Agent Call Center baik secara kualitas maupun kuantitas.

Today, the growth in the number of cellular customers in Indonesia is moving fast. But, the growth is not followed by improvement of customer knowledge about cellular products and about the quality of network, as the back bone of cellular communication. As a result, many customers are having problems with using the cellular products. Call Center is one of the service points that is easy and frequently accessed by the customers. With increasing number of calls and variety of products, Call Center Agents face a difficult challenge in serving the customers. The company must deal with problems ranging from poor product knowledge to poor quality of service."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Arief Fahmi
"Norma sosial dirasakan sangat kental keberadaannya di Negara dengan tingkat keanekaragaman masyarakatnya tinggi, seperti Indonesia. Bahkan norma sosial menjadi penting untuk dilihat dalam model penerimaan pelanggan dari sebuah layanan yang tak terlihat (intangible services). Mobile telecommunication sebagai salah satu layanan tak terlihat yang memiliki nilai tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, seperti telepon seluler, memiliki pertumbuhan penggunaan yang pesat. Di Indonesia, jumlah pengguna telepon seluler nasional di akhir tahun 2012 mencapai 230 juta pelanggan. Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap fungsi dari peralatan komunikasi seluler ini menjadikan alat komunikasi yang selalu di bawa dan berada dekat dengan pemiliknya.
Fenomena ini kemudian dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan komunikasi secara one on one kepada konsumen dan menggunakannya sebagai media beriklan atau lebih dikenal dengan mobile advertising. Mobile advertising berbasis LBA SMS sangat digemari oleh pemasar di Indonesia karena dapat spesifik ditujukan kepada pelanggan yang secara fisik berada d lokasi tertentu. Keberadaan fisik pelanggan yang mengetahui pesan iklan tertentu ini diharapkan dapat memudahkan terjadinya transaksi pembelian. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pelanggan terhadap iklan LBA SMS.
Terdapat penolakan maupun penerimaan terhadaap hipotesis penelitian. Faktor kegunaan kontekstual (.000**), kepercayaan (.003*), dan norma sosial (.000**) memiliki hubungan yang positif. Sedangkan faktor kendali (.955) dan faktor kegunaan (.047) memiliki hubungan positif namun tidak signifikan dan faktor pengorbanan yang memiliki hubungan yang negatif signifikan (.040). Secara simultan, faktor yang memiliki pengaruh terbesar adalah norma sosial dengan level signifikansi .000**.

Perceived social norms highly considered for its existence in the high state level diversity society, such as Indonesia. Even social norms have being seen as one of important important aspect to see the customer acceptance of intangible services. Mobile telecommunications, as one of intangible services carrier, such as cell phones, have rapid growth in usage. In Indonesia, the number of mobile phone users nationwide at the end of 2012 reached 230 million subscribers. Dependence of high society to function of mobile communication equipment makes communication tool that is always on and are brought close to the owner.
This phenomenon then used the company to conduct one on one communication to consumers and use it as a medium to advertise, or better known as mobile advertising. LBA SMS-based mobile advertising is very popular for marketers in Indonesia because it can specifically targeted to customers who physically are in business specific location coverage. Physical presence of customers who know a particular advertising message is expected to facilitate the purchase transaction. This study discusses the factors that influence the acceptance customers against LBA SMS advertising.
There is a rejection or acceptance terhadaap research hypothesis. Contextual factors (.000 **), Trust (.003 *), and social norms (.000 **) have a positive Relationship. While the control factor (.955) and the utility factor (.047) had an unsignificant positive relationship and sacrifice factors have a significant negative Relationship (.040). Operating simultaneously, social norms factor has the greatest influence with significance level is 0.000**.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T45120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catra Evan Ramadhani
"Penyebaran telepon seluler di negara-negara berkembang memiliki implikasi yang signifikan bagi negara-negara tersebut. Meskipun berbagai penelitian telah mengkaji berbagai keuntungan penggunaan telepon seluler, hubungan antara akses telepon seluler dan kesejahteraan ekonomi rumah tangga relatif masih menjadi perdebatan. Oleh karena itu, makalah ini mengkaji pengaruh telepon seluler terhadap pengeluaran rumah tangga pada tahun 2007 dan 2014 dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) atau Survei Aspek Kerumahtanggaan Indonesia (Sakerti) yang dikombinasikan dengan Survei Potensi Desa (PODES). Ordinary Least Square (OLS), Endogenous Treatment Regression (ETR), Quantile Regression, dan Two-way Fixed Effect Estimation digunakan untuk mengidentifikasi efek homogen dan heterogen dari penggunaan telepon seluler. Menurut hasil estimasi, akses telepon seluler dan kualitas sinyal meningkatkan pengeluaran rumah tangga secara signifikan. Menurut hasil Quantile Regression, akses telepon seluler memiliki pengaruh terbesar pada rumah tangga dengan distribusi pengeluaran yang tinggi. Hal ini menyoroti pentingnya mempromosikan kebijakan yang meningkatkan penggunaan telepon seluler dan infrastruktur pendukung pada rumah tangga dengan distribusi pengeluaran yang lebih rendah.

The proliferation of mobile phones in developing countries has significant implications for these countries. Although numerous studies have examined the various advantages of mobile phone use, the relationship between mobile phone access and the economic welfare of households has received comparatively little attention. Consequently, this paper examines the effects of mobile phone on household expenditures in 2007 and 2014 utilising the Indonesian Family Life Survey (IFLS) combined with Potential Village Survey (PODES). Ordinary Least Square (OLS), Endogenous treatment regression (ETR), quantile regression, and two-way fixed effect estimations are used to identify the homogeneous and heterogeneous effects of mobile phone use. According to the estimated results, mobile phone access and signal quality significantly increases household expenditure. According to the results of quantile regression, mobile phone access has the greatest effect on the household with higher expenditure distributions. It is highlighting the importance of promoting a policy that increases mobile phone and the supporting infrastructure on the household with lower expenditure distributions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>