Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ira Maya Saputri
"Skripsi ini membahas tentang representasi kota dalam sebuah film sebagai ruang sinematis sehingga kita dapat melihat kota dengan cara yang berbeda melalui film. Sebagai ruang sinematis, kota menjadi sebuah ruang yang ada di dalam film dan digunakan sebagai latar tempat yang memiliki unsur fisik dan intrinsik. Selain itu, terdapat hubungan geografis antar unsur fisik yang ada di dalamnya dan tandatanda yang menuntun penonton merasakan pengalaman ruang secara sinematis. Dengan menggunakan dua studi kasus, yaitu film Laskar Pelangi dan Nagabonar jadi 2 maka terlihat perbedaan representasi kota yang ditampilkan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan unsur fisik dan intrinsik serta kehadiran karakteristik film setelah masa orde baru yang secara langsung terkait dengan kondisi sosialekonomi saat dua film tersebut diproduksi (2007-2008).

This thesis discusses the representation of city in film as a cinematic space, so that we can see a city in a different way through the film. As cinematic space, city become a space in film and it?s used as backround which has physical and intrinsic elements. In addition, there are geographic relationships between the physical elements on it and signs which lead the spectators to feel the cinematic experience. By using two case studies, Laskar Pelangi (The Rainbow Troops) and Nagabonar jadi 2, there is a difference of representation of the city on screen. It is caused by a difference of physic and intrinsic elements and also the appearance of film?s characteristic after New Order period which directly has a relationship with socio-economic condition in Indonesia when that films are produced (2007-2008)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43307
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faradillah Ekaputri Agusman
"Bagi sebagian manusia yang sedang mengalami ruang sempit, elemen-elemen ruang berpotensi memberikan efek pada otak untuk dipersepsikan sebagai ancaman yang mengarah pada perasaan terperangkap. Perasaan terperangkap berpotensi menciptakan respons biologis seperti panik, berkeringat, jantung berdebar lebih cepat, hingga menuju pada tindakan "fight, flight, or freeze". Manusia berinteraksi dengan ruang sekitar dan mendeteksi ancaman-ancaman yang berada di sekitar tubuhnya melalui ruang peripersonal. Menentukan respons yang sesuai dengan ancaman dapat dibantu oleh interposition. Interposition berperan sebagai mekanisme dalam melihat jarak ancaman pada ruang peripersonal. Sebagai studi kasus penulis mengambil dua subjek yang memiliki karakteristik kecenderungan takut akan ruang sempit untuk mengalami sebuah lorong di pasar modern yang memiliki kualitas sempit. Pada akhir skripsi ini, disimpulkan bahwa melalui interposition, manusia melihat ancamannya terlebih dahulu, kemudian mencari celah, sebelum akhirnya memperkecil atau memperbesar ruang peripersonalnya untuk merespons posisi dan jarak jauh-dekatnya potensi ancaman dengan tubuh.

For some humans who are experiencing a narrow space, spatial elements potentially have an effect on the brain to be perceived as threats that leads to the feeling of being trapped. Feelings of being trapped may create biological responses such as panic, sweating, faster heart-rate, whilst all leading to "fight, flight, or freeze" actions. Humans interact with the surrounding space and detect threats around their bodies through the peripersonal space (PPS). Determining an appropriate response to a threat can be aided by interposition. Interposition acts as a mechanism for seeing the distance of threats in the peripersonal space. As a case study, the author takes two subjects who share the characteristics of having fear of narrow spaces to experience an aisle in a modern market that has a narrow spatial quality. At the end of this essay, it concludes that through interposition, humans see the threat first, then they try to look for gaps, before finally shrinking or enlarging their peripersonal space to respond to the position and distance of potential threats from their body."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldilla Annisa
"Sentuhan merupakan salah satu indera manusia yang kaya karena memiliki perangkat taktil yang berfungsi untuk mendeteksi rangsangan yang timbul dari interaksi fisik dengan lingkungannya. Dalam kajian ini saya ingin mencari tahu apakah aspek sentuhan dapat berperan dalam usaha manusia menentukan tindakan ketika menempati suatu ruang. Oleh karena itu, saya mencoba untuk melihat apakah perilaku dan pergerakan manusia yang terjadi di ruang transit terjadi karena pengaruh aspek taktil yang ada di dalamnya. Untuk kedepannya, kajian ini saya harapkan dapat berkembang ke arah perencanaan ruang untuk menciptakan keefektivitasan program ruang.

Touch is one of the rich human senses which has a tactile device that serves to detect the arousal arising from the physical interaction with the environment. In this study I want to find out whether touch aspects can play a role in human effort to determine action when occupying a space. Therefore, I try to see whether the behavior and movement of humans that occur in the transit space occurs due to the influence of tactile aspects that are in it. For the future, I hope this study can evolve toward spatial planning to create space program effectiveness.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nugraha Salim
"Penelitian dilakukan untuk mencari tahu kriteria ruang-ruang publik di kota Gorontalo yang dijadikan sebagai tempat rekreasi masyarakat. Penelitan ini dilakukan berdasarkan fenomena dari kegiatan masyarakat yang menjadikan beberapa ruang publik bukan dengan peruntukan kegiatan rekreasi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan rekreasi. Penelitan juga dikembangkan pada kondisi ruang terbuka dengan peruntukan rekreasi yang ada, untuk menunjukan kriteria-kriteria ruang terbuka yang berhasil. Peneletian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dari wawancara terhadap pengguna ruang terbuka, kuesioner, observasi serta dokumentasi yang dianalisis berdasarkan teori dari studi literatur.
Hasil dari peneltian menunjukan adanya kriteria-kriteria khusus yang membuat masyarakat Kota Gorontalo tertarik untuk berekreasi di suatu ruang terbuka. Kriteria yang dimaksud adalah potensi kualitas ruang lingkungan sekitar berupa lingkungan alami, keadaan eksisting dan fasilitas yang ada di suatu ruang terbuka yang berdampak pada keberhasilan suatu ruang publik kota.

This research is conducted to reveal the criteria of public places in Gorontalo which are potential for the citizens’ recreational spot. This research is done based on the the citizens’ tendency to turn a public space, not meant to be a recreational spot, into one. To show the criteria of a successful open space, this research focuses on the open space with recreational utility. Research data are gathered by interview with open space users, questionnaires, observation and analised documentation based on theories and text studies.
Results shows specific criteria of an open space that attracts citizens of Gorontalo to recreate there. These criteria are the potential environment’s spatial quality which are natural environment, existing site, and facilities in open spaces that contribute to the success of an open city space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsu Hendra Siwi
"Manusia, kegiatan dan wadah merupakan tiga hal penting dalam bahasan arsitektur. Setiap kegiatan manusia membutuhkan ruang. Setiap saat manusia tidak hanya aktif di dalam ruang, merasakan ruang, berada dalam ruang dan berpikir tentang ruang tetapi manusia juga menciptakan ruang untuk menstrukturkan ekspresi dunianya ke dalam bentuk nyata. Ruang sebagai eksistensi, memberikan pemahaman antara hubungan kepentingan manusia dengan lingkungannya.
Ruang menjadi bahasan arsitektur yang sebelumnya sudah menjadi bahasan filsafat dan psikologi. Dalam perkembangannya, ruang dipahami secara subjektivis maupun secara objektivis baik secara epistemologi maupun ontologi. Pada subjektivisme, eksistensi ruang mengacu pada pikiran yang bukan dari sumber-sumber objektif. Kesadaran akan ruang tidak mengacu pada objek di luar. Sedangkan persepsi ruang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman individual penahu. Manusia mengetahui adanya ruang disebabkan oleh idea. Ruang merupakan forma intuisi kita sendiri. Ruang bukan sesuatu bentuk phenomena indera luar, tetapi merupakan kondisi subjek pada perasaan yang merupakan intuisi eksternal yang independen.
Pada objektivisme, pengetahuan bersumber pada:
a-posteori pengalaman. Paham ini menekankan bahwa satu-satunya pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diasalkan dari dan atau dikonfirmasikan oleh pengetahuan inderawi. Ruang sebagai kajian pengetahuan diartikan sebagai objek di luar subjek. Ruang sebagai objek material merupakan wadah fisik yang dapat diamati oleh indera manusia sehingga harus terukur, menempati suatu posisi, mempunyai bentuk dan berada. Ruang tidak bergantung pada persepsi manusia (subjek) walaupun persepsi kita terhadap ruang akan membawa kesadaran kita. Ruang dalam pandangan objektivis ini menjadikan arsitektur dipandang sebagai seni visual yang mementingkan indera penglihatan.
Paham subjektivis dan objektivis mengandung kelemahan-kelemahan. Pemahaman ruang arsitektur secara subjektivis menerjemahkan keberadaan ruang bahwa ruang berada di benak subjek. Pada kenyataannya ruang arsitektur merupakan ruang materiil yang merupakan perwujudan dari ide ruang yang immateriil. Ide ruang direalisasikan menjadi ruang fisik tidak akan sama persis, sehingga antara ide dan realitas tidaklah sama persis, walaupun ada usaha untuk menyamakannya. Dalam arsitektur, ide/ pikiran ruang dapat bersumber dari proses kreatif yang berupa intuisi maupun dari pengalaman inderawi. Hal inilah sebagai kritik terhadap teori pengetahuan yang subjektivis maupun yang objektivis. Pada objektivisme selain tersebut di atas, juga mengandung kelemahan. Bila objektivis memandang hal yang tampak saja, arsitektur bukan hanya permasalahan yang tampak saja akan tetapi juga yang tidak tampak, seperti harapan, keinginan-keinginan, fantasi, obsesi dan sebagainya.
Hal yang tampak maupun yang tidak tampak merupakan phenomena yang harus dapat ditangkap yang kemudian direduksi sehingga akan mendapatkan yang esensi. Seluruh dimensi manusia (manusianya sendiri, kegiatan dan lingkungannya) menjadi phenomena dalam fenomenologi. Fenomenologi dipakai sebagai pendekatan untuk menjawab kelemahan-kelemahan dari subjektivisme dan objektivisme. Dengan Fenomenologi ruang akan lebih kaya makna dan dapat terungkap secara lebih lengkap. Fenomenologi merupakan metoda untuk menangkap semua phenomena yang ada, akan tetapi untuk mengungkapkan phenomena yang tak tampak yang berupa ketidaksadaran pada subjek manusia diperlukan suatu pendekatan psikologi yaitu Psikoanalisis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T7027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Prikasih Farasara
"Dalam kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari tampilan tempat yang memiliki susunan objek dan hirarki. Masing-masing tampilan tersebut berperan penting dalam mempermainkan emosi manusia, perasaan yang selalu berubah setiap berada di suatu tempat yang berbeda dari sebelumnya. Tempat yang memiliki jiwa, membuatnya berkesan hidup dan memberi semangat!
Dengan mengenali apa yang membentuk tempat dan bagaimana manusia mengenali tempatnya, serta mengalami sendiri proses pengenalan tempat, dapatlah diketahui faktor apa saja yang mendukung jiwa suatu tempat dapat timbul."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afro Nusaibah
"Skripsi ini mengungkapkan afeksi apa saja yang muncul pada saat kegiatan menunggu di bandara. Afeksi dipengaruhi oleh emosi, yang berasal dari dalam diri manusia dan atmosfer, ruang yang melingkupi manusia itu sendiri. Penelitian dilakukan dengan menganalisis aktivitas dan gesture pada saat duduk menunggu dengan melihat kesesuaian desain yang ada berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Apabila desain yang ada telah tepat guna maka akan menghasilkan kenyamanan, bentuk afeksi positif dari orang-orang yang menunggu. Hasil Penelitian akan memperlihatkan desain ruang tunggu yang ada telah tepat guna atau tidak. Selain itu dari hasil ini juga dapat menjadi rekomendasi untuk mempertimbangkan kegiatan menunggu dalam menentukan desain ruang transit yang menciptakan afeksi positif.

This thesis points out affections that appear during waiting activity in an airport. Affection is affected by emotions that come from within a man and space quality covering the man himself. The study was conducted by analyzing activities and gestures that appear during waiting while sitting down and finding conformity of the existing design based on observation and interview result. If the existing design were already efficient, then it would generate comfortability a form of positive affection from the people waiting. Research outcome would show whether the waiting area design were already efficient. Moreover, the outcome of this study could become a recommendation to consider waiting activity in determining transit room design that create positive affections.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariddin Attar
"Jumlah penduduk yang terus tumbuh diikuti dengan kebutuhan baru. Salah satunya adalah kebutuhan lahan untuk tempat tinggal yang semakin lama menjadi berkurang. Isu mengenai keterbatasan ruang telah memicu munculnya inovasi berupa portabilitas pada yaitu arsitektur portable. Skripsi ini membahas mengenai portabilitas yang menyebabkan pembentukan ruang yang flesibel dan mobile pada arsitektur portable dan kaitannya dengan smart arhitecture. Metode penulisan skripsi ini adalah studi kasus dengan mengambil contoh-contoh pada arsitektur portable untuk dibahas ke-portabilitasannya dalam bentuk tahapan transformasi serta mobilitasnya. Kemudian dikaitkan dengan lingkungan serta manusia sebagai penggunanya. Dalam hal ini portabilitas dalam arsitektur yang smart berhubungan dengan transportable environment.

The growth of population is followed by the growth of necessity. One of the cases is the requirement of dwelling place becomes narrow than before. The issue about limitation space has already inspired the emerge of innovation in architect field which is portable architecture. This thesis discusses the portability that causes the formation of space and flexible and mobile in relation to architecture and smart portable arhitecture. Method of this thesis is a case study by taking samples on portable architecture portabilitasannya to discuss all stages of transformation in the shape and mobility. Then linked to the environment and humans as users. In this case the smart portability in architecture related to Transportable environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galavia Permata
"Seiring dengan perkembangan zaman, manusia memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Begitu pula pada bidang konstruksi dan perancangan arsitektur. Kehadiran teknologi lambat laun menggantikan peranan alam dalam keseharian manusia. Rusaknya kondisi alam dan menipisnya sumber daya alam menarik perhatian publik serta melahirkan konsep konstruksi yang berkelanjutan berupa arsitektur hijau. Namun banyak produk arsitektur hijau hanya cenderung menekankan pada performa bangunan yang ramah akan kondisi alam dan lingkungan namun belum memenuhi kebutuhan dasar manusia wellbeing secara tepat.
Kehadiran alam dalam ruang yang terbangun built environment khususnya ruang dalam interior dapat membantu manusia dalam mencapai kondisi wellbeing yang optimum, salah satunya adalah dengan mengaplikasikan perancangan biofilik. Representasi alam dalam ruang dapat dihadirkan dengan banyak cara dalam perancangan biofilik Biophilic Design . Melalui studi kasus pada Google Asia Pacific diketahui bahwa untuk menghadirkan peningkatan yang signifikan pada wellbeing manusia, terdapat faktor internal fisik dan faktor eksternal non-fisik yang harus dipenuhi secara konsisten dan komperhensif.

As the time goes by, technology took big part in fulfilling human everyday needs. Likewise, in the design and construction field architecture, technology gradually replaces the role of nature in human rsquo s everyday life. The destruction of nature and the depletion of natural resources finally get the publics attention, ad then it develope a new concept of sustainable construction in the form of green architecture. However, the output of green architecture itself, tend to emphasize the technical performance of the buildings which environmentally friendly, but has not fulfilled the human needs and wellbeing.
The presence of nature in built environment, specifically interior space, has the potential to help human reaching the optimum condition of wellbeing. Nature representation within space could be applied in many form by applying Biophilic Design. Through a study on Google Asia Pacific, it is found that to achieve a significant improvement in human wellbeing, there are internal physical and external non physical factors that must be presented consistently and comperhensively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>