Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15906 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Limbah fotografi mengandung perak dalam jumlah besar, yaitu 3000 - 8000
ppm. Bila perak dari limbah ini dapat dipisahkan, didapat dua keuntungan
sekaligus: mengurangi limbah dan bila diolah lebih lanjut akan didapat perak dalam
bentuk mumi. Ekstraksi cair-cair (solvent extraction) dapat diterapkan dalam
mengolah perak dari limbah fotografi. Metode ini merupakan metode pemisahan
berdasarkan perbedaan koefisen distribusi suatu zat yang berada dalam 2 larutan
berbeda. Larutan Ekstraktan yang dipakai adalah senyawa Dithizone yang
dilarutkan dalam Chloroform. Larutan ini nantinya membenluk senyawa chelate
logam dengan perak yang akan mengurangi kadar perak dalam limbah fotografi.
Penelitian memperhatikan 3 variabel yang berkorelasi dengan persentase
ekstraksi, yailu molaritas ekstraktan, waktu dan pH. Dalam penelitian, terlihat
bahwa waktu, molaritas ekstraktan dan pH merupakan variabel yang rnempengaruhi
persentase ekstraksi. Secara umum proses ekstraksi semakin baik bila konsentrasi
larutan ekstraktan dan waktu meningkat serta dalam kondisi pH saat perak hampir
terhidrolisis.
Bisa disimpulkan dari penelitian, ekstraksi yang didapat dari penelitian
dapat mencapai lebih dari 90%. Titik optimal ekstraksi dicapai pada saat 0,08 M
larutan ekstraktan mengekstrak Iimbah dalam waktu 2 jam dan kondisi pH 9 dengan
persentase ekstraksi sebesar 99,7%. Dari sini terlihat bahwa metode ekstraksi
merupakan metode yang tepat untuk pengolahan Iimbah fotografi. Namun
dibutuhkan langkah selanjutnya, yaitu mendapatkan perak murni dari larutan yang
telah dipisahkan dari proses ekstraksi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Andreayani
"ABSTRAK
Saham merupakan salah satu bentuk unit penyertaan yang umum digunakan
sebagai aset investasi yang mengandung risiko. Atas risiko tersebut, maka
dibutuhkan aset lainnya yang dapat berperan sebagai hedge dan safe haven ketika
kondisi pasar saham mengalami keterpurukan. Aset yang diujikan yaitu logam
mulia yang terdiri atas emas, perak, dan platina serta indeks volatilitas atau VIX.
Atas periode 1997 hingga 2014, peneliti membaginya menjadi lima sub-periode
yang didalamnya termasuk dua krisis yang melanda wilayah emerging Asia.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tiga buah metode yaitu OLS, GARCH
(1,1), dan TGARCH atau model GJR. Hasil pengujian menyatakan bahwa model
TGARCH memberikan estimasi yang paling baik karena dapat menangkap efek
leverage yang terdapat pada model. Secara umum, logam mulia ditemukan tidak
dapat berperan dengan baik sebagai hedge dan safe haven atas keseluruhan
periode waktu tetapi VIX memberikan performa yang baik sebagai hedge dan safe
haven yang kuat terutama saat periode krisis melanda. Analisis kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengujian portofolio pasca guncangan selama 20
hari atas logam mulia dan indeks volatilitas (VIX) secara individual terhadap
indeks pasar saham negara, ditemukan VIX dapat memberikan kecepatan
pemulihan atas kerugian terbaik sedangkan perak dapat meminimalisir kerugian
paling baik dalam jangka waktu 20 hari.
ABSTRACT
Stock is one of commonly used as investment assets containing risks. As risks
come by, there is a need of other assets which can have a role as hedge or safe
haven when capital market is bearish. Those are gold, silver, platinum, and also
volatility index (VIX) which are tested in this research. From 1997-2014 periods,
we divided into five subperiods including two crisises which hit emerging Asia
region. The model is tested using three models which are OLS, GARCH (1,1),
and TGARCH or GJR model. The results show that TGARCH model gave the
best estimation because the ability of capture the leverage effect in the model. In
general, precious metals found tend not to be hedge and safe haven for all period
but VIX does an outstanding performance as hedge and safe haven especially
when during the crisis period. The research will be continued to analyze portfolio
performance 20 days after negative shocks of gold, silver, platinum, and VIX
individually against countries’ capital market index. VIX is found as a good
choice to be hold for recovering investors’ loss in very short period but silver is
found can do the best performance after 20 days of the shocks."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Aditya Wicaksono
"Bijih nepheline mengandung unsur-unsur dominan berupa Al, Si, Na dan K. Untuk pengembangan pemanfaatan bijih ini di Indonesia lebih menguntungkan jika kandungan unsur aluminium pada bijih tersebut dapat diekstraksi secara efektif dan ekonomis. Hal ini dikarenakan pada negara berkembang, konsumsi logam aluminium meningkat secara pesat dalam satu dekade terakhir. Hal ini bertujuan agar Indonesia dapat memenuhi konsumsi akan pemakaian aluminium sendiri.
Pada penelitian ini difokuskan pada proses ekstraksi dengan menggunakan proses pelindian yaitu metode Proses Bayer dimana dalam prosesnya metode ini sederhana dan relatif murah. Dalam metode Proses Bayer ini digunakan larutan NaOH teknis 1 M sebagai larutan pelarut. Hal yang akan diamati dalam penelitian ini adalah pengaruh temperatur proses pelindian terhadap % recovery aluminium. Temperatur yang dipakai adalah 140°C, 170°C, 200°C dan 230°C. Dari hasil yang didapat, % recovery tertinggi ada pada temperatur 140°C.

Nepheline ore contains some dominant elements such as Al, Si, Na and K. Developing this ore's utilization in Indonesia are profitable if aluminium's contain can be extracted efectively and economically. Because in developing country like in Indonesia, aluminium consumption is incresing drastically in the last decade. One of this experiment's goal is to make Indonesia can fulfill aluminium consumption itself.
This experiment focus on leaching process with Bayer's Process methode. This methode used because its simple and economic. NaOH 1 M industrial liquid are used in this leaching process. The effects of temperature in leaching process to Al % recovery will be obeserved and analyst. Temperature that used in this experiment are 140°C, 170°C, 200°C and 230°C. From the experiment result, highest % recovery happened in temperature 140°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42896
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frendy Lumban Batu
"Berbagai penelitian mengenai ekstraksi alumina/aluminium dari bauksit dengan menggunakan proses Bayer sudah banyak dilakukan. Akan tetapi dengan jumlah bauksit kadar tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan baku proses Bayer terbatas jumlahnya di alam. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang sumber bahan baku selain bauksit seperti nepheline.
Pada penelitian ini dilakukan beberapa eksperimen meliputi karakterisasi awal bijih nepheline, klasifikasi float-sink, dan pelindian menggunakan natrium hidroksida. Karakterisasi bijih nepheline dilakukan dengan menggunakan EDX dan AAS. Bijih nepheline kemudian diklasifikasi dengan proses float-sink untuk mendapatkan mineral dengan kadar alumina yang tertinggi dari proses tersebut Proses pelindian pada penelitian ini menggunakan larutan natrium hidroksida pada variasi konsentrasi yaitu 0,1M; 0,2M; 0,5M; dan 1,0M. Jumlah alumina yang larut ke dalam larutan dianalisis menggunakan Atomic Absorbance Spectroscpy (AAS).
Dari hasil yang didapatkan, pelindian dengan konsentrasi pelarut 1,0M NaOH peningkatan konsentrasi alumina yang diperoleh yaitu sebesar 13,85%. Selain itu, diketahui juga bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi pelarut maka peningkatan konsentrasi alumina akan semakin tinggi.

Various studies on the extraction of alumina/aluminium from bauxite using the Bayer process has been studied over past several decades. However, the amount of high grade bauxite which can be used as raw materials for Bayer process are limited. Therefore, further research is needed for other source of raw materials.
At this research, several experiments were conducted including characterization of nepheline ore, float-sink classification and leaching by natrium hydroxide. Characterization of nepheline ore was done using EDX and AAS. Nepheline was classified with float-sink process to obtain ore with highest alumina content. Leaching process at this research utilize natrium hydroxide solution at various concentration which is 0,1M, 0,2M, 0,5M and 1,0M. The number of alumina dissolution is measured using Atomic Absorbance Spectroscopy (AAS).
The results showed alumina recovery by leaching using 1,0M sodium hydroxide is 13,85% wt. Furthermore alumina recovery will increase if the concentration of sodium hydroxide increases.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42919
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Sulistiyani Damayanti
"Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia dari PT ANTAM Tbk memiliki departemen marketing communication sebagai humas perusahaan yang menangani kegiatan kehumasan dan pemasaran. Sehubungan dengan hal tersebut, marketing communication menjalankan program MPR salah satunya adalah kegiatan publikasi yang termasuk kedalam alat utama dan strategi MPR. Kegiatan publikasi dilakukan secara daring melalui media sosial Instagram untuk mendukung kegiatan promosi dan menaikkan penjualan produk, serta meningkatkan brand awareness. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana departemen marketing communication pada UBPP Logam Mulia Antam berperan dan berfungsi sebagai humas perusahaan dalam meningkatkan brand awareness melalui akun media sosial Instagram. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivisme dan pendekatan kualitatif-deskriptif, serta data diperoleh dengan wawancara mendalam semi terstruktur. Hasil dari penelitian ini adalah departemen marketing communication UBPP Logam Mulia sebagai humas perusahaan menjalankan program MPR. Salah satu programnya adalah kegiatan publikasi dengan menggunakan strategi push dan pass melalui media sosial dengan mengelola akun Instagram milik UBPP Logam Mulia sebagai akun bisnis, serta memanfaatkan fitur seperti feed, story dan Instagram TV, menggunakan tagar dan melakukan perencanaan konten publikasi untuk meningkatkan brand awareness masyarakat.

PT ANTAM Tbk's Precious Metal Processing and Refinery Business Unit (UBPP Logam Mulia) has a marketing communication department that carries out the corporate's public relations function to handle public relations and marketing activities. In this regard, one of the marketing public relations (MPR) programs carried out by the marketing communication department is publication activity, which is the main strategy and tool of the MPR. Online publication activities are carried out through social media like Instagram to support promotional activities, improve product sales, and increase brand awareness. This study aims to analyze how the marketing communication department at UBPP Logam Mulia plays a role and functions as corporate public relations in order to increase brand awareness through their social media account on Instagram. This research uses a post-positivism paradigm and qualitative-descriptive approach and the data is obtained through a semi-structured in-depth interview. The result of this research shows that the marketing communication department of UBPP Logam Mulia, as the corporate’s public relations, executes the MPR program. One of the programs is a publication activity using a push and pass strategy through social media by managing the Instagram account of UBPP Logam Mulia as a business account, as well as utilizing features such as feeds, stories and Instagram TV, using hashtags and planning publication content to increase public brand awareness."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Benedictus
"ABSTRAK
Limbah cair fotografi mengandung logam perak dalam bentuk ion kompleks Ag(S2O3)2 . Berbagai metode pengambilan logam perak dari Iimbah cair fotografi telah banyak dikembangkan, antara lain metode pemindahan logam, pengendapan, elektrolisis dan penukar ion. Metode penukar ion memiliki keunggulan yaltu dapat memekatkan konsentrasi dan memisahkan perak dan bahan-bahan kimia lain yang terkandung dalam limbah cair fotografi.
Penelitian ini bertujuan mengambil perak dan Iimbah cair fotografi dengan metode penukar ion. Resin penukar ion yang digunakan yaitu Lewatit MP-64, suatu resin penukar anion basa Iemah. Pertukaran ion dilakukan dengan variasi pH dan kecepatan alir influen, sedangkan regenerasi dilakukan dengan variasi jenis regeneran dan konsentrasi regeneran. Untuk mendapatkan logam perak dilakukan elektrolisis larutan hasil regenerasi resin penukar ion dengan melakukan variasi potensial katoda terkontrol. Perak yang dihasilkan diamati secara fisik dan kekuatan lapisan diuji dalam HNO3 4 M.
Dan hasil penelitian disimpulkan penggunaan resin penukar anion basa lemah Lewatit MP-64 efektif untuk mengambil perak dan Iimbah cair fotografi dengan kondisi operasi : pH influen 4,00 dengan kecepatan alir 0,21 - 0,15 BV/menit, regenerasi dengan (NH4)2S203 2 M memberikan efisiensi regenerasi 90,6 %. Elektrolisis hasil regenerasi dengan elektroda Pt pada potensial -0,23 V vs EKJ menghasilkan perak dengan kemurnian 98,7 %. Daya tahan produk menurun apabila proses elektrolisis berjalan cepat dan meningkatnya pengotor yaftu sulfur pada lapisan katoda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merisa Aulia
"Ekstraksi padat cair logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit dengan menggunakan asam sulfat telah diteliti. Dalam studi ini, limbah tailing bauksit digunakan karena kandungan logam tanah jarang yang terdapat didalamnya tinggi dan ketersediaanya yang melimpah di Indonesia. Limbah tailing bauksit didalamnya masih terdapat pengotor sehingga perlu dilakukan pre-treatment berupa pencucian, pengeringan dan grinding untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga luas kontak antara asam sulfat dengan logam tanah jarang meningkat. Ekstraksi padat cair dengan asam sulfat dilakukan setelah pre-treatment dengan pemberian panas untuk mempercepat reaksi dan pengadukan untuk menghindari terjadinya penggumpalan. Untuk mendapatkan logam tanah jarang hidroksida dilakukan pengendapan dengan reagen garam natrium sulfat dan natrium posfat dengan penyesuaian pH dari leachate. Feed awal tailing bauksit dan hasil leachate pada tahap ekstraksi diuji dengan ICP-OES untuk mengetahui nilai konversi dari logam tanah jarang yang didapatkan dan juga analisis energi aktivasi reaksi kimia dan difusi pada proses ekstraksi. Logam tanah jarang hidroksida terbentuk dalam bentuk endapan sebanyak 9,8 gram dengan yield 90,75 melalui kondisi optimum sebagai berikut: pelarut asam sulfat 3M, suhu ekstraksi 60oC dan waktu ekstraksi 30 menit.

The rare earth liquid element solid extraction of bauxite tailing waste using sulfuric acid has been investigated. In this study, bauxite tailing waste is used because of the rare earth element content contained in it 39 s high and abundant availability in Indonesia. The bauxite tailings waste therein still contains impurities which require pre treatment in the form of washing, drying and grinding to minimize particle size, so the contact area between sulfuric acid and rare earth metals increases. The liquid solid extraction with sulfuric acid is carried out after pre treatment with heat to accelerate the reaction and stirring to avoid precipitation. To obtain a rare earth element hydroxide was carried out a precipitation with a sodium sulfate salt reagent and sodium phosphate with a pH adjustment of the leachate. Initial feed of bauxite tailings and leachate at the extraction stage was tested with ICP OES to determine the conversion value of the rare earth elements obtained and also the energy activation analysis of chemical reaction and diffusion in the extraction process. The rare earth metal hydroxide formed in the form of sediment as much as 9.8 gram with 90.75 yield through the following optimum conditions 3M sulfuric acid solvent, 60oC extraction temperature and 30 minutes extraction time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Limbah fotografi mengandung perak dalam jumlah besar, yaitu 3000 - 8000 ppm. Bila perak dari limbah ini dapnt dipisahkan maka didapat dua keuntungan sekaligus, yaitu mengurangi limbah dan bila diolah lebih lanjut akan didapat perak dalam bentuk murni. Ekstraksi cair-cair (solvent extraction) dapat diterapkan dalam mengolah perak dari limbah fotografi. Metode ini merupakan metode pemisahan berdasarkan perbedaan koefisien distribusi suatu zat yang berada dalam 2 larutan berbeda Larutan ekstraktan yang dipakai adalah tri -n- butil fosfat yang dilarutkan dalam kerosin. Larutan ini akan mengekstraksi logam perak dalam lirnbah fotografi dengan sistem pelarutan (solvating). Penelitian memperhatikan 4 parameter yang berkorelasi dengan ekstraksi, yaitu pH limbah, molaritas ekstraklan, waktu, jenis senyawa dan konsentrasi larutan terhadap proses stripping. Penelitian dilakukan secara bertahap, dimana percobaan kedua harus menunggu percobaan pertama dan percobaan ketiga harus menunggu percobaan kedua demikian seterusnya. Hal ini disebabkan percobaan berikutnya menggunakan data yang didapat dari data sebelumnya. Percobaan dilakukan secara konvensional, untuk tempat reaksi digunakan glass beaker dan alat pemisah larutan menggunakan labu pemisah. Dalam penelitian ini, terlihat babwa waktu, molaritas ekstraktan dan pH merupakan variabel yang mempengaruhi persentase ekstraksi. Secara umum proses ekstraksi semakin baik bila konsentrasi larutan ekstraktan dan waktu meningkat serta dalam kondisi pH alami. Pada proses stripping pada umumnya semakin baik bila konsentrasi larutan asam meningkat. Jenis larutan asam yang berbeda akan memberikan...
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Permintaan terhadap logam tanah jarang meningkat sangat cepat akibat pertumbuhan yang tajam pada bidang teknologi terkini. Penelitian mengenai teknik pengambilan senyawa logam tanah jarang dari limbah pertambangan telah banyak berkembang, salah satunya adalah menggunakan limbah tailing bauksit yang dilakukan oleh Aulia 2018. Salah satu tahapan pengambilan kembali dari penelitian tersebut adalah ekstraksi padat-cair. Ekstraksi padat cair ini dilakukan dengan menggunakan asam sulfat. Melihat betapa tingginya permintaan terhadap logam tanah jarang, peningkatan skala ekstraksi logam tanah jarang dari skala penelitian menjadi skala industri sangatlah penting. Untuk dapat meningkatkan skala ekstraksi, maka perlu didesain alat ekstraktor dengan skala yang lebih besar pula. Dalam mendesain ekstraktor, pemodelan terhadap bagaimana ekstraksi logam tanah jarang ini harus dilakukan. Dengan adanya model ekstraksi, memprediksi ukuran ekstraktor yang diperlukan lebih mudah dengan biaya dan waktu yang lebih sedikit.
Pada penelitian ini dilakukan pengembangan pemodelan ekstraksi logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit di dalam ekstraktor unggun diam. Tujuannya adalah untuk mengetahui yield ekstraksi tertinggi dan mendapatkan model yang dijadikan dasar landasan terhadap perancangan ekstraktor dengan aplikasi. Pada penelitian ini model matematik dan simulasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi yaitu: ukuran partikel, laju alir fluida, dan konsentrasi asam terhadap yield yang didapatkan. Ekstraktor unggun diam dengan ukuran tinggi unggun 30 cm dan diameter unggun 3 cm menghasilkan total ekstrak logam tanah jarang sebesar 0,0065761 gram selama waktu ekstraksi 300 menit. Hasil ekstraksi meningkat apabila ukuran jari-jari partikel tailing bauksit yang digunakan semakin kecil, laju alir asam sulfat semakin kecil dan konsentrasi asam sulfat yang digunakan semakin besar. Berdasarkan studi kelayakan ekonomi maka ekstraksi menggunakan ekstraktor unggun diam pada penelitian ini dinilai tidak layak secara ekonomi karena mendapatkan nilai net present value yang negatif sebesar Rp465.094.967. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan pemodelan untuk ukuran ekstraktor yang lebih besar dimana perlu memperhatikan koefisien dispersi secara angular dan tangensial. Ukuran ekstraktor yang lebih besar juga diharapkan memberikan hasil yang lebih optimum sehingga dapat lebih ekonomis.

Demand of rare earth elements is growing rapidly due to significant growth in advance information technology industry and other electronic appliances. Research about rare earth elements recovery from mining waste has been developed widely, one of them from bauxite tailing is done by Aulia 2018. Leaching is one of these recovery technology step. This leaching method uses sulfuric acid as solvent. Due to the high demand of rare earth element, scaling up extraction of rare earth element from laboratorium scale to industry scale has become very important. In order to scale extraction up, a larger extractor scale need to be designed. In designing extractor, model of how rare earth element extraction phenomeno happen has to be made. With this model, it will help to predict extractor size needed with less cost and time.
In this research, rare earth element extraction from bauxite tailing waste inside fixed bed extractor model is developed. Aim of this research are to know highest extraction yield and to obtain a model to be used in extractor designing. In this research, mathematics modelling and simulation are done to understand effect of operation condition such as particle size, fluid velocity, and acid concentration to yield obtained. Fixed bed extractor with size of 30 cm in height and 3 cm in diameter extracts 0.0065761 gram of rare earth element for 300 minutes of extraction. Extraction yield will increase if particle size is decreased, sulfuric acid flow rate is decreased and concentration of sulfuric acid is increased. Usage of this fixed bed extractor is not economically feasible with a negative net present value of Rp465.094.967. Research advancement could be done by creating model for bigger extractor size which consider angular and tangensial dispersion coefficient. Bigger extractor output is expected to have higher yield so that it will be more economic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>