Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30719 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmeang, Ronnyko J.
"Stasiun relay TRANS7 berfungsi sebagai stasiun repeater yang terdiri dari dua subsistem yaitu subsistem komunikasi satelit yang digunakan untuk mengirimkan sinyal gambar dan suara dari stasiun pusat Jakarta ke stasiun relay di daerah dan subsistem komunikasi teresterial untuk mengirimkan sinyal gambar dan suara dari ke rumah-rumah pemirsa yang berada pada wilayah cakupan. Stasiun Transmisi TRANS7 Jakarta dibangun di Jl. Raya Joglo no.100, Joglo -Jakarta Barat, sistem komunikasi satelit yang digunakan adalah Satelit TELKOM-1 pada transponder 10H dengan spesifikasi frekuensi downlink 3989 Hz, daya pancar stasiun bumi rata-rata 43,2 dBm, diameter antena uplink 12 ft, diameter antena downlink 10 ft. Adapun konfigurasi sistem komunikasi teresterial yang dibangun adalah pemancar dengan daya 60 kW pada saluran 49 UHF, dengan ketinggian menara antena 250m, tinggi antena 20m, menggunakan antena panel directional berpolarisasi horisontal. Dengan konfigurasi sistem diatas, diperoleh nilai Eb/No berdasarkan perhitungan sebesar 16,417 dB dengan BER kurang dari 1,0 x 10-6 yang melewati nilai threshold perangkat receiver pada stasiun transmisi TRANS7 Jakarta. Sedangkan data pengukuran memberikan nilai yang bervariasi dari 11,9 dB sampai 13,9 dB karena kondisi langit yang tidak tetap sehingga redaman atmosfir berubah-ubah pula. Konfigurasi pemancar memberikan hasil pengukuran pada test point: Cipinang Kel. Pisangan Timur 104.5 dB_V/m, Pasar Rebo 72 dB_V/m, Kel. Pulo Gebang - Bekasi Barat 69 dB_V/m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 65.5 dB_V/m, Kel.Tebet Timur 70 dB_V/m, Bukit Cinere Indah - Desa Cinere 92 dB_V/m, Kel. Sawangan Baru Kec. Sawangan 91 dB_V/m, Kec. Bogor Utara 93.5 dB_V/m, Kel.Kapuk Muara 85 dB_V/m, Kel.Kembangan 94 dB_V/m, Kel. Rengas 109 dB_V/m, Lippo Karawaci 101.5 dB_V/m. Sedangkan hasil perhitungan diperoleh : Cipinang Kel. Pisangan Timur 110.4 dB_V/m, Pasar Rebo 110.8 dB_V/m, Kel. Pulo Gebang - Bekasi Barat 106.5 dB_V/m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 109.4 dB_V/m, Kel.Tebet Timur 113.3 dB_V/m, Bukit Cinere Indah - Desa Cinere 115.3 dB_V/m, Kel. Sawangan Baru Kec.Sawangan 110.8 dB_V/m, Kec. Bogor Utara 107 dB_V/m, Kel.Kapuk Muara 109.8 dB_V/m, Kel.Kembangan 120,1 dB_V/m, Kel. Rengas 120.1 dB_V/m, Lippo Karawaci 114,2 dB_V/m. Perbedaan nilai kuat medan hasil pengukuran dan perhitungan disebabkan oleh kondisi geografis di lokasi tiap-tiap pengukuran yang dapat berupa daerah lapang, dan daerah lintasan gelombang yang dapat berupa bangunan / gedunggedung tinggi, perbukitan, dan daerah pepohonan rimbun.

Trans7 relay station which serves as a repeater station consists of two subsystems of the satellite communication subsystem that is used to transmit audio and video signal from Jakarta to the central station in the area of relay stations and terrestrial communication subsystem to transmit audio and video signal into the homes of viewers who located in the coverage area. Trans7 Transmission Station was built in Jakarta at Joglo Raya no.100 St, Jakarta Joglo-West, a satellite communications system used is TELKOM-1 satellite on transponder specifications 10H downlink frequency 3989 Hz, the earth station transmit power an average of 43.2 dBm, the uplink antenna 12 ft in diameter, the diameter downlink antenna 10 ft. As for terrestrial communication system configuration that is built with power 60 kW transmitter on UHF channel 49, with an altitude of 250m antenna tower, 20m high antenna, using a horizontally polarized directional panel antenna. With the above system configuration, the value of Eb / No based on the calculation of 16.417 dB with a BER of less than 1.0 x 10-6 to pass the threshold value of the receiver device at the transmission station Trans7 Jakarta. While the measured data providing value varied from 11.9 dB to 13.9 dB due to sky conditions are not fixed so that atmospheric attenuation varies as well. Configuring the transmitter provides the results of measurements on the test point: Cipinang Kel. East Pisangan 104.5 dB_V / m dB_V Pasar Rebo 72 / m, Kel. Pulo Gebang - West Bekasi 69 dB_V / m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 65.5 dB_V / m, East Kel.Tebet 70 dB_V / m, Bukit Indah Cinere - Village Cinere 92 dB_V / m, Kel. New Sawangan Kec. Sawangan 91 dB_V / m, Kec. North Bogor 93.5 dB_V / m 85 dB_V Kel.Kapuk Estuary / m, Kel.Kembangan 94 dB_V / m, Kel. Rengas 109 dB_V / m, Lippo Karawaci 101.5 dB_V / m. The calculation results: Cipinang Kel. East Pisangan 110.4 dB_V / m, Rebo Market 110.8 dB_V / m, Kel. Pulo Gebang - West Bekasi 106.5 dB_V / m, Kel. Jati Sari, Kec. Jati Asih 109.4 dB_V / m, East Kel.Tebet 113.3 dB_V / m, Bukit Indah Cinere - Village Cinere 115.3 dB_V / m, Kel. New Sawangan Kec.Sawangan 110.8 dB_V / m, Kec. North Bogor 107 dB_V / m, Kel.Kapuk Estuary 109.8 dB_V / m, Kel.Kembangan 120.1 dB_V / m, Kel. Rengas 120.1 dB_V / m, Lippo Karawaci 114.2 dB_V / m. Differences in field strength values measured and calculated results due to the geographical conditions in the location of each measurement can be a spacious area, and the wave track that could be building / tall buildings, hills, and areas of dense trees."
2010
S51306
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Vektorendra Wahyuda
"Makalah ini membahas implementasi NDN ada jaringan V2V. V2V sendiri merupakan bagian dari Vehicular Ad-Hoc Network VANET yang memungkinkan kendaraan dapat berkomunikasi pada kecepatan tinggi. Named Data Networking NDN merupakan protokol baru yang berbasis data sentris dan memungkinkan implementasi V2V dengan lebih baik karena pada NDN lebih berorientasi pada konten data dibandingkan pembentukan sesi antar dua node. Penggunaan node terluar sebagai node relay untuk melakukan proses relay paket data dari produsen ke konsumen memberikan dampak pada kualitasnya, ditunjukkan dengan meningkatnya proses pengiriman kembali paket data ke node konsumen. Node terjauh yang berfungsi sebagai node relay memberikan dampak pada menurunnya interest satisfaction rate di sisi konsumen. Dengan jarak lebih dari 100 meter, interest satisfaction rate akan turun hingga kurang dari 50 . Berdasarkan kondisi ini, perlu dilakukan evaluasi penentuan lokasi node relay yang berfungsi sebagai next forwarder serta daya transmisi yang lebih tepat untuk dapat digunakan dalam proses transmisi data pada komunikasi antar kendaraan dalam protokol NDN sehingga interest satisfaction rate yang dihasilkan dapat mencapai angka di atas 90 . Dengan membandingkan berbagai titik lokasi yang digunakan sebagai node relay dengan daya transmisi yang bervariasi, dapat diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan kendaraan dengan lokasi 70 dari jangkauan maksimum transmisi data dari produsen melalui node relay dengan daya transmisi 15 dBm memberikan hasil terbaik untuk digunakan, dengan ditunjukkan oleh interest satisfaction rate di atas 99 untuk semua kondisi.

This paper disscuses the implementation of NDN on V2V network. V2V is part of the Ad Hoc Network Vehicle VANET technology that enables data communications on high speed. Named Data Networking NDN is new protocol that based on data centric and considered to implement V2V because NDN more oriented to data content than creating sessions between two nodes. Outer relay node as a relay node to retransmitt data packets from the producer to the consumer have some impacts in increasing the data packet re transmitting process to the consumer relay nodes. The furtherst node as relay node has an impact on decreasing the interest satisfaction rate on the consumer side. With a distance of more than 100 meters, the interest satisfaction rate drops to below 50 . Based on this condition, it is necessary to evaluate the relay node location that acts as a next forwarder, as well as more precise transmission power to be used in data transmission process on Vehicle to Vehicle V2V communication in the NDN protocol. Therefore the data packet to be delivered can provide the success rate of delivery more tha 90 . By comparing various location points that used as relay nodes with varying transmission power, we can concluded that by using a vehicle with a location of 70 of the maximum range of data transmitted as a relay node with 15 dBm transmission power will provide the best result, which is characterized by the Interest satisfaction rate of more than 99 for all conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Chandra Tirtalaga
"Daerah layanan (coverage area) dari suatu stasiun pemancar televisi merupakan daerah dimana sinyal yang dipancarkan oleh stasiun pemancar dapat diterima dengan baik, dengan ukuran nilai yang sesuai dengan standar tertentu. Dalam hal ini mengacu pada standar nilai yang telah ditentukan oleh Direktorat Jendral Pos dan Telekomunkasi.
Pola radiasi dari antena pemancar dapat membentuk suatu bentuk pola daerah layanan pada daerah geografis wilayah pemancar. Penentuan daerah layanan bagi stasiun televisi swasta ditentukan dalam segi bisnis atau target pasar. Hal tersebut dilakukan dengan survey pasar dengan tujuan untuk melihat daerah mana yang mempunyai potensi pasar yang bagus, pembangunan ekonomi yang baik dan populasi penduduknya.
Langkah-langkah dan pertimbangan-pertimbangan untuk penentuan hal-hal yang terkait dengan pembangunan stasiun pemancar dibahas dalam tulisan ini. Mulai dari penentuan penggunaan frekuensi kerja transmisi, penentuan lokasi tempat dibangunnya stasiun pemancar, besarnya daya pancar pemancar, ketinggian menara dan antena pemancar yang dipergunakan.
Dari Tugas Akhir ini dapat disimpulkan bahwa penentuan lokasi, besar daya pancar, pengarahan antena, dan ketinggian menara sangat menentukan daerah layanan yang akan dicakupi. Penentuan hal-hal tersebut juga terkait dengan efisiensi anggaran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Alfiyah
"Wilayah Jabodetabek yang terdiri dari kota-kota besar dan pusat perekonomian memicu terjadinya urbanisasi. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah perjalanan, kebutuhan akan sistem transportasi yang memadai akan diperlukan untuk menunjang mobilitas. Pemerintah telah menyediakan berbagai moda transportasi umum masal seperti layanan bis dan juga kereta api, namun jumlah pengguna angkutan umum masih rendah. Dalam rencana induk transportasi Jabodetabek terdapat target untuk meningkatkan jumlah pengguna angkutan umum sebesar 60% dari total seluruh pergerakan yang ada sehingga dapat mengurangi kemacetan. Sebagai sebuah kebijakan baru dalam pembangunan transportasi, pemerintah perlu menganalisis untuk mengetahui keberhasilan dalam upaya meningkatkan jumlah pengguna angkutan umum dan manfaat lain yang didapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu model dan mengeksplorasi alternatif kebijakan yang dapat menunjang pemenuhan public transport share menggunakan sistem dinamis. Penelitian ini befokus pada dua faktor objektif yaitu jumlah pengguna angkutan umum dan V/C ratio yang menggambarkan kondisi lalu lintas. Terdapat tiga skenario yang dapat mendorong tercapainya objektif, yaitu pembatasan kendaraan pribadi, perluasan jaringan angkutan umum dan penambahan kapaitas angkutan umum. Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa model yang dirancang dapat mensimulasikan kondisi dan elaborasi perilaku dan penyebabnya.

The Jabodetabek area, consisting of large cities and economic centers, becomes an urbanization spot. The increasing total population and commutes require a sufficient transportation system to support people's mobility. In doing so, the government has provided various modes of mass public transportation, such as bus and train services. However, the total of public transportation users is still low. In the Master Plan of the Jabodetabek Transportation System, there is a target to increase the total of public transportation users by 60% of the total existing movements to reduce traffic jams. As a new policy in transportation development, the government requires to analyze its success to increase the total of public transportation users and other benefits. Then, this research aims to obtain a model and explore alternative policies that can support the satisfaction of public transportation sharing using a dynamic system. Particularly, the study focuses on two objective factors, such as the total of public transportation users and the V/C ratio, which describes traffic conditions. Three scenarios could encourage the achievement of objectives, such as limiting private vehicles, expanding the public transportation network, and increasing public transportation capacity. Based on the analysis results, it can be concluded that the designed model could simulate the conditions and elaboration of behavior and its causes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rialdo Farizky
"Perkembangan sistem tenaga listrik mengarah menuju penggunaan pembangkit energi terbarukan (EBT). Pembangkitan EBT umumnya menggunakan inverter guna mengubah tegangan listrik searah (DC) menjadi tegangan listrik bolak balik (AC). Pembangkit berbasis inverter umumnya dimodelkan secara Voltage Controlled Current Source (VCCS) dimana saat terjadi kondisi gangguan hubung singkat arus listrik yang keluar dari inverter terbatas sebesar 1,2 p.u. Pembatasan arus yang keluar dari inverter membuat rele inverse tidak bisa merespon atau lambat dalam mendeteksi gangguan arus lebih atau short cicuit. Ketidakmampuan atau keterlambatan dalam mendeteksi gangguan tersebut dapat membuat gangguan seperti terbakarnya panel surya dan kerusakan pada komponen sistem tenaga listrik yang terhubung. Oleh karena itu, diusulkan metode adaptif pengaturan rele arus lebih dengan memanfaatkan faktor pengali Voltage Current Multiplier (VCM) agar rele dapat memberikan sinyal perintah tripping lebih cepat saat terjadi gangguan. Pada penelitian ini dilakukan pada sistemtransmisiIEEE9Bus dimana panelsurya dihubungkan pada bus 5.

The development of power systems is shifting towards the utilization of Renewable Energy Sources (RES). RES generation commonly employs inverters to convert Direct Current (DC) into Alternating Current (AC). Inverter Based Generations (IBGs) are typically modeled as Voltage Controlled Current Sources (VCCS), where during overcurrent conditions, the short-circuit response of the inverter is limited to 1-1,2 p.u. This limitation in short-circuit current during faults (1.2 p.u) renders inverse relays unable to promptly detect or respond, or may cause delays in their response. The inability or delayed response during faults may result in issues such as solar panel fires and damage to interconnected power system components. Therefore, an adaptive overcurrent relay setting method is proposed, utilizing the Voltage Current Multiplier (VCM) factor, to enable relays to issue tripping commands during disturbances. This research simulate in IEEE 9 Bus transmission system, with solar panels connected to bus 5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nadhif
"Kota Depok termasuk dalam model perwilayahan transportasi yang berarti wilayah ini mempunyai karakteristik sistem transportasi bersifat modern, berciri perkotaan yang dikaitkan dengan keterkaitan yang erat dengan sistem transportasi metropolitan Jakarta. Konsekuensi dari adanya pola komuter yang tinggi adalah dibutuhkannya sistem transportasi terpadu antara jalan rel dan jalan raya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan wilayah jangkauan pelayanan stasiun KRL Kereta Rel Listrik di kota Depok Stasiun Depok, Stasiun Depok Baru, Stasiun Pondok Cina dan Stasiun Universitas Indonesia.
Analisis data yang digunakan adalah analisis komparatif dan analisis data deskriptif secara spasial. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Stasiun dengan karakteristik sangat strategis-fasilitas sangat baik memiliki aksesibilitas tinggi dan fasilitas terlengkap terdapat pada stasiun Depok Baru. Perubahan wilayah jangkauan pelayanan stasiun di Kota Depok yang signifikan dari wilayah pelayanan dan jangkauan pekerjaan penumpang memiliki karakteristik stasiun strategis-fasilitas baik dan stasiun sangat strategis-fasilitas sangat baik yaitu stasiun Pondok Cina dan stasiun Depok Baru.

Depok become a part of transportation region model that means has transportation system characteristic that modern. This urban transport system link with Jakarta metropolitan transportation system. The consequence of commuter pattern that high is the need of integrated transportation system between rail and road. The purpose of this research is to know the change of service coverage area of KRL Railway Station in Depok city Depok Station, Depok Baru Station, Pondok Cina Station and University of Indonesia Station.
Data analysis that used are comparative analysis and spatial descriptive data analysis. The results of this study indicate that stations with very good strategic facility characteristic have high accessibility and the most complete facilities. That characteristic of station is in Depok Baru station. The change of service coverage area in Depok significantly from the service area and the range of passenger occupations that have the characteristics of strategic facility station is good and strategic facility is very good are Pondok China Station and Depok Baru Station.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Ichsan Benhard
"Gardu Induk Sarulla adalah gardu induk yang dioperasikan oleh PT.PLN Persero yang baru beroperasi sejak awal tahun 2018. Semenjak beroperasi GI Sarulla telah cukup banyak mengalami gangguan, sedikitnya dalam kurun waktu satu tahun terakhir telah terjadi 28 gangguan temporer atau permanen. Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk melakukan peninjauan ulang atas setting relay untuk menjamin keamanan peralatan pada gardu induk dan meningkatkan keandalan sistem. Analisis diawali dengan menghitung arus hubung singkat pada titik lokasi gangguan yang sudah ditentukan, kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari waktu operasional relay ketika terjadi gangguan hubung singkat pada titik lokasi gangguan. Hasil analisis perhitungan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan setting hasil perhitungan dan existing berturut-turut sebesar : 38% pada OCR penyulang; 7% pada GFR penyulang; 11% pada OCR incoming, dan 6% pada GFR incoming. Jika dibandingkan dengan standar pengujian karakteristik kubikel tegangan menengah yang ditetapkan oleh pihak PLN pusat, perbedaan-perbedaan ini melampaui batas error maksimum sebesar 5%. Ditinjau dari hasil analisis kurva TCC dengan perangkat lunak ETAP 12.6.0 ditunjukkan bahwa, koordinasi dari relay OCR dan GFR perhitungan sudah baik, tidak ada kurva yang berpotongan dan grading time antar relay sudah memenuhi standar IEC 60255. Untuk analisis kurva TCC untuk kondisi existing diperoleh waktu operasi relay OCR penyulang dan incoming berturut-turut adalah 0,499 detik dan 0,852 detik, nilai ini tidak memenuhi standar Inverse Definite Minimum Time (IDMT). Di samping itu ditunjukkan pula relay yang tidak beroperasi pada gangguan 3 fasa, relay tidak beroperasi pada jarak >60% sedangkan pada gangguan 2 fasa, relay tidak beroperasi pada jarak >40% dari gardu induk. Berdasarkan hal tersebut disarankan agar pihak PLN GI Sarulla melakukan peninjauan ulang atas setting relay OCR dan GFR serta membangun gardu segmen pada lokasi 26,225 km dari gardu induk.

Sarulla Substation is a substation operated by PT. PLN Persero has only been operating since the beginning of 2018. Since operating the Sarulla GI has experienced quite a several disturbances, at least in the last year there have been 28 temporary or permanent disturbances. Therefore, it is deemed necessary to review the relay settings to ensure the safety of equipment at the substation and improve system reliability. The analysis begins by calculating the short-circuit current at a predetermined fault location point, then calculations are carried out to find the operational time relay when a short-circuit fault occurs at the fault location point. The results of the calculation analysis show that there are differences in settings between the calculation results and existing, respectively: 38% in the OCR of the feeder; 7% on feeder GFR; 11% on OCR incoming, and 6% on GFR incoming. When compared with the standard for testing the characteristics of medium voltage cubicles set by the central PLN, these differences exceed the limit error maximum of 5%. Judging from the results of the TCC curve analysis software ETAP 12.6.0 indicated that, the coordination of the relay OCR and GFR calculation is good, no curves intersect, and grading time between relay already meet the standards of IEC 60255. For an analysis of TCC curves for existing obtained the operating time of the relays feeder and OCR incoming are 0.499 seconds and 0.852 seconds, respectively, this value does not meet the Inverse Definite Minimum Time (IDMT) standard. In addition, it is also shown that the relay does not operate at a 3-phase fault, the relay does not operate at a distance of >60% while in a 2-phase fault, the relay does not operate at a distance of >40% from the substation. Based on this, it is recommended that PLN GI Sarulla conduct a review of the relay settings OCR and GFR and build a segment substation at a location 26,225 km from the main substation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Dewi Puspasari
"ABSTRAK
E-Filing merupakan bentuk penerapan e-Government oleh Direktorat Jenderal Pajak yang telah diterapkan selama lebih dari 10 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi satu dekade kebijakan pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi dengan e-Filing studi di wilayah Jabodetabek dengan menguji indikator evaluasi William N. Dunn untuk periode 2008 hingga 2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online ke Wajib Pajak Orang Pribadi yang berdomisili di Jabodetabek, dilengkapi dengan wawancara mendalam, serta studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tersebut telah sesuai dengan indikator evaluasi William N. Dunn, sehingga dinyatakan berhasil.

ABSTRACT
E Filing is a form of the implementation of e Government by the Directorate General of Taxation which has been applied for more than 10 years. This study aims to evaluate a decade of the policy of reporting annual income tax return of individual with e Filing study in Jabodetabek area by testing the evaluation indicators of William N. Dunn for the period 2008 to 2017. This study uses quantitative approach, with data collection techniques using questionnaires distributed online to individual taxpayers domiciled in Jabodetabek, equipped with in depth interviews, and library research. The results of the study indicate that the policy has been in accordance with the evaluation indicator of William N. Dunn, so declared successful."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Wahyudhia
"Pada sistem tenaga listrik, terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam menyalurkan energi listrik, yaitu sistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Dalam beberapa kasus, digunakanlah saluran hibrida yang menggabungkan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan saluran kabel bawah tanah (SKTT) dengan pertimbangan tertentu seperti keterbatasan biaya dan pertimbangan lingkungan. Namun, perbedaan karakteristik antara kedua jenis saluran tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam deteksi lokasi gangguan. Untuk meningkatkan keandalan sistem, digunakan sistem proteksi yang bertugas mengamankan sistem tenaga listrik dengan melakukan identifikasi dan pemindaian terhadap gangguan yang terjadi, sehingga dapat meminimalisasi kegagalan pasokan listrik yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Dilakukan pengujian antara relai jarak dengan relai gelombang berjalan untuk mendeteksi lokasi gangguan menggunakan perangkat lunak MATLAB. Data hasil simulasi menunjukkan Rata-rata persentase kesalahan deteksi lokasi gangguan pada sistem gelombang berjalan ujung tunggal adalah sekitar 1,12%, sedangkan pada sistem gelombang berjalan ujung ganda hanya sekitar 0,36%. Di sisi lain, relai jarak menunjukkan tingkat kesalahan yang jauh lebih tinggi, dengan rata-rata sekitar 33,73%. Dari penelitian ini terungkap bahwa sistem proteksi gelombang berjalan ujung ganda lebih efektif dalam mendeteksi lokasi gangguan dibandingkan dengan sistem gelombang berujung tunggal dan sistem proteksi relai jarak.

In the electrical power system, there are three crucial components that play roles in delivering electrical energy, namely generation, transmission, and distribution systems. In some cases, hybrid channels combining high-voltage overhead lines (SUTT) and underground cable channels (SKTT) are utilized with certain considerations such as cost limitations and environmental concerns. However, differences in characteristics between these two types of channels can lead to errors in fault detection. To enhance system reliability, a protection system is employed to secure the power system by identifying and scanning disturbances that occur, thus minimizing power supply failures that could lead to system instability. Testing is conducted between distance relays and traveling wave relays to detect fault locations using MATLAB software. Simulation data shows that the average error percentage of fault location detection in the single-ended traveling wave-based system is approximately 1.12%, while in the double-ended traveling wave-based system it is only about 0.36%. On the other hand, distance relays exhibit a much higher error rate, averaging around 33.73%. This research reveals that the double-ended traveling wave protection system is more effective in detecting fault locations compared to the single-ended traveling wave system and the distance relay protection system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah Wardany
"[ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian toponimi yang bertujuan untuk mendapatkan asal
usul penamaan tempat yang saat ini dijadikan nama stasiun kereta api Commuter
Jabodetabek. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk menemukan apakah suatu
penandaan toponim telah menjadi mitos. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
dengan sumber data didapatkan dari lapangan dan literatur. Penelitian ini berhasil
mengumpulkan 60 data dari 51 titik pengamatan. Data toponimi didapatkan dari 78
narasumber yang terdiri atas 1 narasumber utama dan 77 narasumber dari masyarakat.
Sementara itu, literatur didapatkan dari peta sejak abad 16 hingga abad 20 serta naskah
Perjalanan Bujangga Manik. Teknik analisis data menggunakan kajian etimologi dan
semiotik Barthes. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 12 toponim yang mengalami proses
menuju mitos. Hasil lain yang ditemukan terdapat 15 bahasa yang menjadi sumber
penamaan stasiun kereta api, yaitu Arab, Bandan, Belanda, Bali, Betawi, Hokkian,
Indonesia, Inggris, Jawa, Jawa Kuna, Melayu, Manggarai, Portugis, Sunda, dan Sunda
Kuna.

ABSTRACT
This research uses toponymy to obtain the origin of placenames that currently are used as
station names of Commuter train stations in Jabodetabek. Besides, this research also aims
to find out signification among toponyms that has developed into myth. The method that
has been used for this research was qualitative with data from informants and literature.
Data of 60 toponyms have been collected from 51 locations. The toponym data was
taken from 78 informants who consist of 1 primary informant and 77 informants from
local people. The literature is based primarily on map from 16th until 20th century and The
Story of Bujangga Manik: a pilgrim?s progress manuscript. Etimology and Barthes?s
semiotic theory were used as techniques to analyze the data. The result shows that there
are 12 toponyms that under process becoming myth. Another result shows that there are
15 languages as station naming sources which are Arabic, Bandanese, Dutch, Balinese,
Betawi, Hokkian, Indonesian, English, Javanese, Old Javanese, Malay, Manggarai,
Portuguese, Sundanese, and Old Sundanese., This research uses toponymy to obtain the origin of placenames that currently are used as
station names of Commuter train stations in Jabodetabek. Besides, this research also aims
to find out signification among toponyms that has developed into myth. The method that
has been used for this research was qualitative with data from informants and literature.
Data of 60 toponyms have been collected from 51 locations. The toponym data was
taken from 78 informants who consist of 1 primary informant and 77 informants from
local people. The literature is based primarily on map from 16th until 20th century and The
Story of Bujangga Manik: a pilgrim’s progress manuscript. Etimology and Barthes’s
semiotic theory were used as techniques to analyze the data. The result shows that there
are 12 toponyms that under process becoming myth. Another result shows that there are
15 languages as station naming sources which are Arabic, Bandanese, Dutch, Balinese,
Betawi, Hokkian, Indonesian, English, Javanese, Old Javanese, Malay, Manggarai,
Portuguese, Sundanese, and Old Sundanese.]"
2015
T44734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>