Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aimee Dawis
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010
305.859 8 AIM o (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Afthonul Afif
Depok: Kepik, 2012
305.895 AFI i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
E. Dwi Arya Wisesa
"Skripsi ini membahas kiprah Partai Boeroeh Indonesia (PBI) yang lahir tidak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945. Namun, sejak berdiri pada awal November 1945 hingga akhir Juni 1946, partai politik yang menyandang nama ?buruh? ini selalu diterpa berbagai masalah, baik internal maupun eksternal. Pemimpin buruh dan serikat buruh yang bermunculan pada periode awal kemerdekaan juga banyak yang menolak eksistensi PBI, terlebih lagi ketika partai ini memilih jalur perjuangan revolusioner berseberangan dengan jalan diplomasi yang diambil Pemerintah Republik.

This study discusses the activity of the Party Boeroeh Indonesia (PBI), who was born shortly after the proclamation of Indonesian independence in 1945. However, since its establishment in early November 1945 until the end of June 1946, the political party which bears the name "workers" has always been buffeted by various problems, both internal and external. Labor leaders and unions that emerged in the early period of independence as well as many who reject the existence of PBI, even more so when these parties choose the path of revolutionary struggle across the road taken by the Government of the Republic of diplomacy."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S663
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dwiyanto
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018
351 AGU i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Cahaya Hati
"Indonesia merupakan bangsa polietnik yang terdiri dari keberagaman suku bangsa. Salah satu kelompok minoritas yaitu suku bangsa Tionghoa masih menjadi perdebatan mengenai penerimaannya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Beberapa pihak menyatakan tidak setuju jika kelompok Tionghoa dianggap bagian masyarakat asli Indonesia. Orang Tionghoa kini mencari identitas diri dan mengartikan Tionghoa dalam kehidupan mereka. Keluarga merupakan agen yang penting mengenalkan identitas sebagai Tionghoa. Penguatan identitas terjadi ketika berinteraksi dengan orang di luar kelompoknya khususnya di sekolah. Mengamati orang muda di Belitung dalam pemaknaan identitas dari cara mereka menjalankan tradisi Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan zaman membawa pengaruh terhadap pandangan pemuda Tionghoa mengenai identitas kesukubangsaan dan identitas nasional. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik setempat turut mempengaruhi pemaknaan identitas suatu kelompok. Pemuda Tionghoa di Belitung menyadari posisi mereka sebagai warga negara Indonesia namun tidak melupakan asul usul nenek moyang serta tradisi yang diwariskan. Menjadi Tionghoa bukan sebuah pilihan melainkan didapatkan dari keluarga. Proses sosialisasi yang terus menerus dilakukan menghasilkan pemaknaan identitas diri oleh orang muda Tionghoa Belitung.

Indonesia is a polytethnic nation that is very rich in ethnic diversities. One of the minority groups is ethnic Tionghoa that is still in a debate regarding the approval as a ethnic group of Indonesian. Some groups in Indonesia refuse to accept the ethnic Tionghoa group as a part of the Indonesian people circle. The Tionghoa people in Indonesia have been searching for their identities and meanings of being a 'Tionghoa' in their daily lives. Family is an important agent to introduce and nurture someone's identity as a 'Tionghoa'. Confirmation of 'Tionghoa' as an identity occurs whenever they interact with someone with different ethnic background. This social phenomenon especially happens in school. This paper highlights how 'Tionghoa' as a social identity is always in the process of lsquo meaning making'regarding their lived tradition among the daily lives of Tionghoa youth in the context of modernity that clearly influences their perspectives about ethnic identity and national identity. Besides that, the social, economic and political conditions in a local context also influence the lsquo meaning making'of a group's idenity. The Tionghoa youth in Belitung realizes their position as Indonesian citizens, yet they also do not forget their ancestors and tradition. Due to the continuous socialization process from the family that influences them to interpret their social identity, being a 'Tionghoa' is not a choice, but it is inherited.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Asruchin
"Sebagai negara yang bersemboyan Bhineka Tungal Ika_, memang Indonesia terbantuk dari beraneka ragam suku bangsa-1engkap dengan segala identitasnya yang melekat. Mereka itu terdiri dari suku bangsa yang diketahui sebagai penduduk asli dari pulau- pulau/daerah yang terbentang luas mulai Sabang sampai Morauke, maupun suku-suku bangsa ketu_runan dari luar yang telah lama menetap dan mengakui Republik Indonesia sebagai tanah air satu-satunya. Di antara kelompok masyarakat tersebut, suku bangsa Tionghoa merupa_kan tipe yang amat menarik untuk di jadikan sumber peneli_tian sosial.Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan masalah Tiong_hoa merupakan masalah yang selalu aktual di manapun, tidak terkecuali di negara kita. Masalah ini cukup peka di kalangan masyarakat, sehingga perlu mendapatkan penanganan _"
Depok: Universitas Indonesia, 1979
S12711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
371.151 STU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniardi Setiawan Azis
"Penelitian mengenai orang-orang Tionghoa di Malang pada tahun 1942-1949 ini ditujukan untuk melengkapi penulisan tentang sejarah lokal dan sejarah etnis Tionghoa di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Selain menggunakan sumber-sumber tertulis, penelitian ini juga dilengkapi dengan menggunakan sumber-sumber lisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan orang-orang Tionghoa di Malang pada tahun 1942 _ 1949, yang merupakan masa pendudukan Jepang dan masa Revolusi, mengalami beberapa perubahan dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. Di bidang politik, pemerintah Jepang memaksa orang-orang Tionghoa yang memiliki orientasi politik berbeda-beda untuk bersatu serta melarang seluruh organisasi sosial dan politik Tionghoa. Di bidang sosial, pemerintah pendudukan Jepang menutup sekolah-sekolah Tionghoa dan menerapkan kebijakan pengerahan massa terhadap orang-orang Tionghoa sebagaimana diterapkan juga kepada orang-orang pribumi. Di bidang ekonomi, pemerintah pendudukan Jepang menganggap orang-orang Tionghoa sebagai sumber pendapatan ekonomis yang potensial. Untuk itu, pemerintah pendudukan Jepang membentuk Komite Hoakiao Penolong Kesengsaraan sebagai wadah untuk mengumpulkan derma dari orang-orang Tionghoa Malang. Kehidupan orang-orang Tionghoa di Malang pada masa Revolusi juga mengalami beberapa perubahan. Di bidang politik, persatuan antara orang-orang Tionghoa kembali pecah. Mereka terbagi-bagi ke dalam orientasi-orientasi politik yang berbeda-beda. Di bidang sosial, salah satu persoalan yang dihadapi orang-orang Tionghoa di Malang adalah pendidikan bagi anak-anak Tionghoa. Persoalan ini baru terpecahkan pada tahun 1949 dengan kembali dibukanya sekolah Tiong Hoa Hwee Kwan. Di bidang ekonomi, potensi ekonomi yang dimiliki orang-orang Tionghoa di Malang digunakan oleh pemerintah Republik. Pada bulan November 1945, mereka memberikan sumbangan sebesar f. 50.000 kepada pemerintah Republik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998
305.895 1 KAP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amorettya Minayora
"Tulisan ini secara umum memaparkan bagaimana orang Tionghoa Indonesia dipahami dewasa ini dan sejauh mana kebijakan asimilasi yang disuarakan oleh pemerintah Orde Baru mempengaruhi mereka dalam proses penggantian agama. Kemudian dipaparkan pula bagaimana mereka memandang diri mereka dalam bersosialisasi dengan pribumi, setelah memeluk agama Islam. Metode yang dipakai dalam menyusun penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan di bidang Sosial dan Budaya serta penelitian lapangan melalui serangkaian wawancara dengan tokoh-tokoh yang paham mengenai masalah Tionghoa Indonesia dan Islam. Di akhir penelitian terlihat bahwa selain karena adanya kebijakan mengenai asimilasi, terdapat pula beberapa faktor lain yang mendorong orang Tionghoa Indonesia memutuskan memeluk agama Islam. Asimilasi bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong mereka untuk memeluk agama Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13987
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>