Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryadi
"ABSTRAK
Tulisan ini memuat analisis tekstual dua ragam sastra lisan Minangkabau, yaitu dendang Pauah dan rebab Pesisir Selatan. Analisis tekstual ini difokuskan pada aspek kebahasaan teks kedua ragam sastra 1isan itu.
Tujuan analisis adalah untuk mengetahui aturan yang mengua­ sai penci ptaan teks sastra 1isan tersebut. Teks sastra lisan tersebut didendangkan oleh pendendangnya tanpa naskah dengan kecepatan dan ketepatan yang mengagumkan, padaha1 penciptaan itu tunduk pada aturan matra yang ketat. Oalam satu malam pertunjukan tercipta tidak kurang dari 2500-an baris. Mengingat panjangnya teks itu, mustahil ia diciptakan dengan teknik penghapalan. Lagi pula berdasarkan perbandingan hasil pertunjukan ragam yang sama (bahkan oleh pendendang yang sama pula), terlihat bahwa teks yang dihasilkan memiliki variasi. Ini menunjukkan bahwa proses pencip­ taan atau penggubahan teks itu bukan dengan cara penghapalan.
Secara teori, budaya ke1isanan adalah budaya mengingat(remembering), sedangkan budaya keberaksaraan terkait erat dengan penghapa1an (memorisasi). Oleh karenanya dapat diasumsikan bahwa dalam penciptaan teks sastra lisan yang panjang itu dengan kete­ patan dan ketepatan yang mengagumkan, tanpa naskah, tunduk kepada aturan matra yang ketat, pendendang memiliki "kunci" tertentu. Seorang peneliti, Albert B. Lord, telah membuktikan adanya "kunci" itu dalam penciptaan teks sastra lisan Yugoslavia; Kata­ nya, penciptaan teks satra lisan tersebut oleh para gus7ar (pendendang sastra 1isan di Yugos1avia) dituntun oleh formu1a tertentu. Ia merumuskan formu1a itu sebagai "seperangkat unsur bahasa yang siap pakai yang secara teratur digunakan dalam kon disi matra yang sama untuk mengungkapkan ide yang hakiki."
Teori tersebut diaplikasikan dalam analisis terhadap teks dendang pauah dan rebab Pesisir Selatan. Hasil analisis itu membuktikan bahwa baik dalam teks dendang Pauah yang berbentuk pantun, maupun teks rebab Pesisir Selatan yang berbentuk prosa liris terdapat formula yang menjadi pedoman pengubahan bagi pendendangnya. Formula tersebut terdapat pada tataran kouplet, kelompok baris yang berpasangan, satu baris, dan bagian baris (tingkat frasa, klausa, kata, dan suku kata).
Pada teks dengan Pauah, intensitas pengoperasian formula itu tinggi dalam baris-baris sampiran; banyak ditemukan konstruksi (bagian) baris sampiran yang sama yang dipasangkan dengan baris-baris isi yang berbeda-beda. Pada teks rebab Pesisir Selatan operasional formula itu tampak pada keseluruhan baris dengan satu pola formula. Jadi, dalam masyarakat niraksara, tidak ada teks atau wacana yang baku. Penyelamatan dan pentransformasian hasil budaya dalam masyarakat niraksara sangat tergantung kepada keformulaikan wacana."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Effendy
"Raje Ngalam atau 'Raja Alam' merupakan satu teks sastra lisan Sambas. Teks yang dianggap sakral oleh masyarakatnya itu masih terus ditransmisikan sehingga teksnya terdapat dalam sejumlah teks variabel. Hal itu menunjukkan bahwa teksnya masih fungsional bagi masyarakat pemiliknya.Penelitian ini berusaha mengungkap konvensi dan sistem yang mendasari terciptanya Raje Ngalam serta re-sepsinya. Usaha itu dilakukan dengan cara (a) mengungkap tempat teks dalam sejarah perkembangan masyarakat Sambas khususnya dan Melayu pada umumnya; (b) mengungkap struktur teks; (c) memahami sambutan penikmat sepanjang sejarah transmisi teks dari dahulu hingga masa kini, yang berarti pula memahami kedudukan dan fungsi teks dalam dinamik sistem dan sejarah sastra; (d) dan menyajikan teks yang terbaca oleh pembaca masa kini dalam bentuk teks suntingan dan terjemahannya.Raje Ngalam hidup dalam tradisi bedande', sedangkam teks-teks variabelnya--Wan Unggal, Dayang Dandi, Si Gantar Alam, dan Anak Mayang Susun Delapan Susun Sem--belan di Kayangan Anak Cuco' Si Gantar Alam--hidup da-lam tradisi becerite. Perbedaan kedua tradisi itu terletak pada cara penyajian teksnya. Teks-teks becerite dituturkan dengan cara biasa. Sebaliknya, teks-teks bedande' didendangkan. Meskipun demikian, kedua tradisi itu, termasuk pula tradisi tulis, tidak hidup secara otonom. Terdapat hubungan dinamik di antara ketiganya.Tradisi becerite kini masih tumbuh subur, sedangkan tradisi bedande' memprihatinkan. Dari tiga jenis bedande' yang pernah ada, kini hanya tinggal dua. Masing-masing tradisi itu kini hanya memiliki satu orang pedande'. Usia pedande' tunggal kini sudah tua. Oleh sebab itu, jika dalam waktu dekat tidak terdapat kaderisasi, jenis kesenian ini akan punah.Berdasarkan ciri dan konvensinya, Raje Ngalam me-rupakan prosa berirama, satu genre yang memiliki si-fat-sifat puisi dan prosa. Sebagai puisi, ia mengeks-ploitasi unsur bunyi sehingga menimbulkan sajak dan irama. Pengeksploitasian unsur bunyi itu menyebabkan totalitas teksnya ritmis dan melodius. Sebagai prosa, ia mengeksploitasi cerita. Unsur tersebut dibina oleh serangkaian peristiwa yang ditata secara episodis, bio-grafis, dan romantis.Telaah struktur menunjukkan bahwa wacana teksnya memanfaatkan sejumlah besar formula yang tumbuh dalam"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
D1648
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gazali
Djakarta : Tintamas, 1958
899.2 GAZ l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bakar Hatta
Jakarta : Ghalia Indonesia , [1984]
899.221 BAK s (1);899.221 BAK s (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jamilah Haji Ahmad
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, 1981
899.28 JAM k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Soetarman Mahayana
"Dasawarsa tahun 1950-an bagi Malaysia merupakan tahun yang amat panting mengingat pada dasawarsa itulah gerakan ke­ bangsaan Malaysia dalam usaha bangsa itu memperoleh kemerdeka­ annya, makin memperoleh bentuk yang lebih jelas. Berbeda de­ ngan dengan Indonesia yang kemerdekaannya diraih melalui pe­ rebut kekuasaan dan kontak senjata, di Malaysia perjuangan ke­merdekaannya dilakukan dengan kekuatan 1 pena. Dalam hal ini peranan wartawan dan sastrawan dalam menumbuhkan dan menggelo­ rakan semangat kebangsaan, sungguh besar artinya "Merekalah yang secara gi9ih menolak pembentukan Malayan Union yang amat rnerugikan bangsa Melayu dan kemudian menyerukan aqar Malaysia segera memperoleh kemedarkaannya.
Mengingat peranan para sastrawan dan wartawan panting, maka aistem penerbitannya ikut menentUkan berhasil atau tidaknya usaha perjuangan mereka Ternyata,' keberhasilan sistem penerbitan itu sangat ditentukan oleh tiga faktor:
Pertama, peran ganda sastrawan-wartawanKurangnya tenaga wartawan, menuntut banyak sastrawan yang. bekerja sebagai war­ tawan atau diminta untuk mengelola rubrik tertentu yang dise­ lenggarakan berbagai media massa. Dengan begitu, memungkinkan karya sastra mereka dipublikasikan di media massa bersangkutan.
Kedua, peran ganda sastr.awan--karyawan Tidak sedikit sastrawan yang bekerja di bidang penerbitan. Oleh karena itu, memungkinkan karya mereka diterbitkan penerbit bersangkutan.
Ketiga, beberapa sastrawan ada yanq juga sebagai pemilik sebuah penerbitan atau pengelola salah satu rn dia mereka umumnya diterbitkan oleh penerbitannya sendiri. Ketiga faktor itulah yang memunqkinkan sistem penerbitan di Malaysia tahun 1950an."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Soraya Saleh
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mana Sikana
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988
899.309 MAN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Arena Wati
Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1967
899.33 ARE j
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>