Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85786 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gede Eka Lesmana
"Pengaruh variansi putaran terhadap stabilitas dari uyala api premix campuran Udara -LPG diteliti secara eksperimental. Berdasarkan grafik Fuidge (AFR vs BL) dianalisis kontur dari nyala api Yellow Tip dan Lift Off untuk menentukan daerah stabilitas nyala api. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemakaian mixer jenis Rotating Fan Mixer (RFM) meningkatkan daerah stabilitas nyala yang didefinisikan sebagai beta*s = AT / A * T_{w} yaitu sebesar 59,1% terhadap mixer standar (tanpa fan) khususnya pada putaran n fin =0 rpm. Tidak ditemukan terjadinya fenomena Back Fire selama pemakaian mixer RFM, bahkan daerah Lift Off-nya semakin tinggi yaitu pada kualitas campuran yang semakin kurus (AFR semakin tinggi).
Pada penelitian ini dipergunakan dua buah tabung pembakar ukuran diameter 14-23 mm panjang 210 mm dan diameter 14-30 mm panjang 420 mm yang dilaksanakan pada daerah aliran laminer dengan bilangan Reynold, Re = 500 sampai dengan 1200.
Ternyata pengaruh putaran Fan pada RFM mengakibatkan terjadinya aliran pusar hingga ujung tabung pembakar, sehingga homogenitas campuran udara LPG semakin baik dan hal ini dibuktikan dengan:
- Meningkatnya Burning Velocity dan Burning Rate Factor: phi=(T f -T ig )/(T ig -T u ). dimana Burning Rate Factor didefinisikan sebagai rusio kenaikan suhu pada Reaction Zone terhadap kenaikan suhu pada Preheating Zone sekitar 17% sampai dengan 30%.
- Turunnya suhu penyalaan mencapai nilai minimun (T igmin =497^ C) dan meningkatnya suhu nyala api mencapai nilai maksimun (T f mod = 1871K ) sehingga panjang apl luminous semakin pendak (h + eta_{0} + eta_{R}) sekitar 3% s/d 11%.
Hasil eksperimental tersebut menunjukkan kesesuaian dengan hasil pembahasan perhitungan teoritis sebelumnya.
The effect of rotation variable on stabilization of LPG-Air premix bunsen flame is experimentally investigated. Both the flame Yellow Tip and Lift Off contours are determined in Fuidge Diagram Air Fuel Ratio versus burning load (AFR vs BL.) for define flame stabilization area. The experimental result showed that using Rotating Fan Mixer (RFM) increase the flame stabilization area is defined as beta s = AT / A T st that is 59,1% against RFM without fan at n Fan =0 rpm. Back Fire Phenomena is not found as long as using RFM, Lift Off area is much higher, in compared with mixer RFM without fan, because the mixture quality was leaner.
The experimentally of premix flame stability to be executed in laminer flow region with Reynolds mumber in between Re = 500 to 1200, using two type of Bunsen's barrel: $14-23 mm length 210 mm and phi / d - 30 mm length 4.20 mm.
The effect of rotating fan increase swirling flows of mixture convected out from the Burner's tip, so that help to increase burning intensitas through enhanced homogenity of mixing LPG air premixed. Its proved by the experimentally as shown as the result:
- Increase Burning Velocity and Burning Rate Factor phi=(T r -T ig )/(T ig -T u ), with Burning Rate Factor defined as the ratio of temperature increase in reaction zone to temperature increase in Preheating zone about 17% to 30%
- Ignation temperature decrease until Tigmin 497 °C and flame semperature increase until T fmax =187I K. its affected the luminous flame length . shorted about 39% to 1196 h = eta_{0} + eta_{r}
The result of the experimental findings are shown to be in accordance with the prior theoretical investigation.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T38829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noris Subekti
"Pengaruh variasi putaran terhadap stabilitas nyala api premix campuran udara dengan gas Hycool HCR 22 diteliti menggunakan bunsen bumer dengan menggunakan Roraling Fan Mixer (RPM). Dengan variabel bebas adalah laju aliran udara., fenomena yang diambil adalah fenomcna Yellow Tip, Flashback dan LQ? Off Perhitungan AFR, luas daera stabilitas nyala (AT), burning load, serta burning velocity juga didapatkan dengan perhitungan tempeatur campuran belum terbakar (Tu), temperatur ignition (Ti) dan Temperatur nyala api (Tr). Dari grafik luas daerah stabilitas nyala diperoleh untuk A BL konstan didapat nilai luas stabilitas optimum pada BL; = 6 MW/m2 dan BL; = 8 MW/m2 yajtu sebesar 20.958 m2 pada putaran 1400 rpm. Dengan meningkatkan putaran RFM secara signifikan didapatkan bahwa kencepatan nyala api cenderung naik. Hal ini disebabkan kecepatan putar dari RFM tersebut ikut memperbesar kecepatan campuran udara-bahan bakar yang keluar tabung pembakar (Vu). Dengan semakin besamya Vu otomatis akan ikut memperbesar SL.

The influence of rotation of variation to air mixture premix flame stability with Hycool HCR 22 gas is investigated with Bunsen Burner by using Rotating Fan Maker (RFM). With free variable is air flow, the phenomenon taken are Yellow Tar, Flashback and LM Off The calculation of AFR, flame stability area (Ay, burning load and burning velocity are obtained with the calculation from unburned mixture Temperature (Tu), ignition temperature (Tig) and flame temperature (Tj. From the flame stability area, it is obtained that for A BL constant, the optimum stability area value is achieved for BL; = 6 MW/m2 and BL; == 8 MW/rn? that is equal to 20. 958 m2 at rotation of 1400 rpm. By increasing the rotation of RFM significantly, it is obtained that burning velocity tends to go up. This is caused that rotation of RFM also increasing air-fuel mixtured that leave the tube (Vu). The increasing of V., will also enlarge SL automatically."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Rahmat Hidayat
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengaruh variasi pularan kipas terhadap linggi nyala api dari campuran
premix udara - propane akan diteliti secara eksperimental. Penelilian dilaksanakan
dengan menggunakan bahan baker gas propane (Hycool HCR-22), tabung pembakar
pipa ganda dengan ukuran diameter 14 - 30 mm panjang 420 mm dan peralatan
Bunsen’s Burner jenis rolaring fan mixer (RPM). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan mixer jenis rotating fan mixer alkan menyebabkan terjadinya
aliran pusar hingga ujung tabung pembakar (barrel) sehingga campuran udara -
bahan bakar akan menjadi semakin homogen. Peningkatan putaran kipas akan
menyebabkan peningkatan nilai burning velocity yang menyebabkari menurunnya
ketinggian nyala api. Peningkatan putaran kipas pada RPM akan menyebabkan
meningkatnya nilai Temperatur Flame (Tr), Burning Rafe Factor (φ), Burning
Velocity (Sr) dan Reaction Zone Thickness (ηR) serta akan menyebabkan
menurunnya nilai temperatur ignition (Tig), tinggi nyala api Luminous (h) dan
Preheat Zone Thickness (no ). Bunsen’s Burner dengan menggunakan rotating fan
mixer" dan memakai gas propana (Hycool HCR-22) sebagai bahan bakarnya
mempunyai nilai deviasi tinggi nyala api luminous sebesar -4,667 % pada putaran
1000 rpm dan -5,537 pada putaran 1600 rpm serta nilai deviasi temperatur nyala api
yang terjadi sebesar 2,347 % pada putaran 1000 rpm dan 2,746 pada putaran 1600
rpm. Hal ini berarti bahwa Bunsen's Burner dengan rotating fan mixer akan bekerja
lebih baik pada putaran kipas diatas 1000 rpm dibandingkan apabila burner tersebut
bekerja pada putaran kipas dibawah 1000 rpm karena pada putaran kipas diatas
1000 rpm nilai deviasinya relatif stabil."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asryan Abrar Ramadhian
"Penelitian berikut ini bertujuan untuk mengamati fenomena flashback flame yang terjadi pada pembakaran rendah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan berupa LPG produk swasta, dan proses pembakaran yang terjadi pada Bunsen burner yang telah dilengkapi rotating fan. Tabung burner dibuat dari bahan pyrex untuk mengamati kecepatan nyala flashback. Penelitian difokuskan terhadap variasi rasio udara-bahan bakar dan variasi putaran rotating fan serta variasi diameter burner. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju rambat nyala flashback akan cepat terjadi pada diameter burner 15 mm dibandingkan dengan diameter 20 mm dan 25 mm. Adanya putaran rotating fan memperlambat kecepatan nyala flashback dan memperbesar nilai rasio udara bahan bakar pada setiap diameter barrel.

This research intent to observe flame-flashback phenomenon on lean-fuel combustion. As primary fuel was used LPG and Bunsen burner who completed with rotating fan mixer. Burner tube was made from pyrex to observe and analyze flame-flashback velocity. Else, this experiment was conduct on variation of burner diameter and variation of rotation from rotating fan mixer. As the result, speed of flame flashback would be occurred on burner diameter of 15 mm than burner diameter 20 mm and 15 mm. Rotation of rotating fan mixer would be reduce flashback speed and also increasing the value of Air Fuel Ratio at each barrel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Ernandi
"Stabilitas nyala api merupakan salah satu aspek penting dari teknik pembakaran yang memiliki aplikasi yang sangat luas, baik dari segi kebermanfaatan energi maupun keselamatan dari kebakaran. Penggunaan dari daerah stabilitas nyala api terlihat dari kemampuan untuk mengatur letak pembakaran, tinggi nyala sesuai dengan konsumsi udara yang dibutuhkan. Upaya kajian teoritis untuk meningkatkan luas stabilitas nyala api terus ditingkatkan. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan luas stabilitas nyala api pada penggunaan bahan bakar LPG dengan cara penambahan “swirl flow” (aliran pusar) saat pencampuran udara dan bahan bakar pada nyala api premix. Swirl flow dihasilkan oleh rotating fan mixer dan dikuantifikasikan dengan bilangan tak berdimensi swirl number sesuia dengan peningkatan putaran. Variasi swirl number yang digunakan adalah 0, 0.44, 0.86, 1.28, 1.69, 2.06, 2.17. Laju aliran LPG divariasikan pada 300 cc, 350 cc,400 cc, 450 cc, 500 cc, 550cc, 600 cc. Pada penelitian ini, menganalisis pengaruh swilr number terhadap peningkatan luas stabilitas nyala api berdasarkan grafik fuidge (AFR vs BL). Grafik fuidge dianalisis kontur dari nyala api yellow tip dan blow off untuk menentukkan daerah stabilitas nyala api. Ternyata pengaruh peningkatan swirl number juga meningkatkan homogenitas campuran udara dan bahan bakar semakin baik dengan bukti penurunan ketinggain panjang api. Hasil penelitian ini menunjukkan luas stabilitas nyala api meningkat seiring dengan peningkatan Swirl Number. Hasil penelitian menunjukkan dengan peningkatan swirl number, luasan stabilitas nyala api meningkat sebesar 7.09 %, 16.67 %, 27%.50 %, 29.41 %, 41,43 % dan 57.65 % seiring dengan peningkatan swirl number.
Flame stability is one important aspect of the combustion technique has a very wide application, both in terms of usefulness and safety of fire energy. The use of a visible flame stability regions of the ability to adjust the combustion, flame height in accordance with the required air consumption. Efforts to improve the broad theoretical study flame stability improved. This study was conducted to improve flame stability in wide use LPG fuel by adding "swirl flow" (flow navel) when mixing air and fuel in premix flame. Swirl flow generated by the fan rotating mixer and quantified with a dimensionless number swirl number matching with increase in rotation. Variations number of swirl used is 0, 0.44, 0.86, 1.28, 1.69, 2.06, 2.17. LPG flow rate was varied at 300 cc, 350 cc, 400 cc, 450 cc, 500 cc, 550cc, 600 cc. In this study, to analyze the effect of the increase in number swilr wider flame stability based on graph fuidge (AFR vs. BL). Graph fuidge analyzed contours of yellow flame tip and blow off the area to menentukkan flame stability. It turns out that the effect of the increase in swirl number also increases the homogeneity of the mixture of air and fuel is getting better with the evidence of a decrease in length of fire taller. The results of this study showed extensive flame stability increases with increasing Swirl Number. The results showed with the increase in swirl number, size flame stability increased by 7:09%, 16.67%, 27%, 50%, 29.41%, 41.43% and 57.65% with increasing swirl number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manggarsari
"ABSTRAK
Penerapan Collaborative Learning dan Problem-based Learning dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan stimulus bagi mahasiswa karena baru diterapkan
pada program studi keperawatan Universitas Indonesia sejak tahun 2008. Penelitian
ini menggunakan desain deskriptif untuk menggambarkan karakteristik serta persepsi
mahasiswa Keperawatan program sarjana mengenai penerapan metode Collaborative
Learning dan Problem-based Learning dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Responden penelitian berjumlah 107 orang. Hasil penelitian menunjukkan persepsi
yang dibentuk mahasiswa adalah positif (51,4%). Masih ada hal yang perlu
diperbaiki, seperti keseragaman pemahaman mahasiswa, komunikasi mahasiswa dan
pengajar, serta peran pengajar sebagai fasilitator dan motivator. Evaluasi lebih lanjut
perlu dilakukan untuk menemukan solusi yang tepat.

ABSTRACT
The Collaborative Learning and Problem-based Learning in Competency-based
Curriculum could be a stimulus for students because it was newly applied in Nursing
Major in University of Indonesia since 2008. This research used descriptive design to
describe the undergraduate Nursing student's characteristics and perceptions about
the application of Collaborative Learning and Problem-based Learning in
Competency-based Curriculum. The respondents were 107 students. Student's
perception in this research was positive (51,4%). The evaluation could be in the
uniformity of student's comprehension, communication between student and lecturer
and the role of lecturer as a facilitator and motivator. Further evaluation is needed to
find the best solution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43694
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rachmat Harris Firmansyah
"Penelitian tentang pembakaran yang hemat, bersih dan stabil berkembang ke dua arah yang berbeda yakni menjaga stabilitas nyala api dengan mengembalikan kondisi lift-off atau nyala api menjauhi ujung burner dan sebaliknya tetap menjaga kestabilan nyala jauh dari ujung burner. Penelitian yang akan dilakukan adalah pada arah menjaga kestabilan nyala jauh dari ujung burner dengan memasang ring. Sebelum nyala api berada pada ring timbul fenomena yang belum banyak diteliti yakni lift-up. Sehingga nyala api di ring pada jarak tertentu dari ujung burner dapat disebut flame lift-up. Fokus penelitian ini adalah kondisi nyala api sebelum dan setelah terjadinya lift-up atau flame lift-up ini.
Kestabilan nyala api premix diteliti dengan menggunakan alat ukur Flame Propagation dan Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551. Parameter yang diukur adalah laju bahan bakar dan udara pada saat terjadinya fenomena lift-up dan blowoff dan juga panjang nyala api premix. Panjang nyala api akan diukur dari mulut barrel dengan mistar baja secara visual.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin tinggi nilai burning load maka nilai AFR akan menurun. Penggunaan ring terbukti menambah kestabilan nyala api premix karena nilai AFR saat blow-off berada di atas nilai AFR tanpa penggunaan ring. Ring berdiameter dalam 10 mm menunjukkan kestabilan lebih baik daripada ring berdiameter dalam 7 mm dan 14 mm untuk jarak pasang rendah. Sedangkan untuk jarak pasang jauh ring berdiameter dalam 7 mm lebih stabil dari kedua ring lainnya. Semakin tinggi jarak pasang ring kestabilan nyala api premix semakin menurun kecuali ring berdiameter dalam 7 mm. Selain itu didapatkan hasil bahwa panjang nyala api premix dari mulut barrel semakin panjang seiring dengan bertambahnya jarak pasang ring. Sedangkan panjang nyala api premix dari atas ring semakin pendek dengan pertambahan jarak ring.

Research on economic, clean, and stable combustion has been developed to two different direction, keeping flame stability by return the lift-off condition or the flame moving away from burner tip and the other side keeping flame stability on some distance from burner tip. This experiment will do to keep flame stability on some distance from burner tip by using the ring. Before flame sits on the ring, the phenomenon that not much be investigated is appear and it is called lift-up. So the flame that sitting on the ring is called flame lift-up. The focus on this experiment is flame condition before and after the lift-up or flame lift-up appear.
Premix flame stability is investigated use Flame Propagation dan Stability Unit P.A. Hilton Ltd C551. Measured parameter are fuel and air flow rate when lft-up and blow-off phenomenon appear and also premix flame lenght. Premix flame lenght is measured visually using a steel ruler.
This experiment result show that increase of burning load causes decrease of AFR. Using of ring was found can increases premix flame stability because its value of AFR is above the value of AFR without ring. The ring with 10 mm inner diameter show better stability than 7 mm and 14 mm inner ring diameter for the distance near barrel tip. Whereas for the distance far from barrel tip, the ring with inner diameter 7 mm more stable than two others. Results also show that premix flame stability decrease while the position of ring increase except for the ring with 7 mm inner diameter. Besides, the experiment also show that the higher position of ring can increase premix flame lenght from barrel tip while premix flame lenght from the top of ring decrease.
"
2008
S37332
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Mariam
"Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dalam menghadapai tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah merespon melalui proses penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan visi PNJ menjadi politeknik berkelas dunia pada tahun 2029. Faktanya, PNJ melakukan inovasi melalui kurikulum berbasis KKNI dan kebutuhan industri, penelitian berorientasi pada HAKI dan paten, pengabdian berbasis pada pemberdayaan masyarakat serta penyelenggaraan pendidikan inklusi untuk siswa berkebutuhan khusus. Collaborative knowledge creation (CKC) yang terjadi dalam organisasi digunakan dalam menjawab “the right knowledge” untuk “the right people” pada “the right time”. Merujuk pada Alvarez (2012) penerapan CKC di dalam organisasi merupakan syarat agar bertahan di dalam persaingan global. Sedangkan Du Chatenier et.al., (2009) menggambarkan empat tahapan implementasi CKC, yaitu : (1) externalizing and sharing, (2) interpreting and analyzing, (3) negotiating and revising dan (4) combining and creating.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pembelajaran yang partisipatif berdasarkan budaya di dalam kerangka suatu sistem terbuka yang rumit dan kompleks berbentuk human activity systems (HAS) pada organisasi Politeknik melalui konsep CKC dengan pendekatan dual imperative systems yang menggunakan soft systems methodology (SSM) serta meminjam PNJ sebagai laboratorium untuk kepentingan research interest dan problem solving. Dalam research interest, SSM hanya dilakukan sampai tahap keenam dan penerapan CKC di PNJ memiliki karakteristik yang sama dengan ciri dan keunggulan Politeknik sebagai pendidikan tinggi vokasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan empat tahapan dalam CKC (externalizing and sharing, interpreting and analyzing, negotiating and revising, dan combining and creating) digunakan dalam proses penyusunan dan pengembangan model pendidikan tinggi vokasi dan mendukung peningkatan kualitas pelaksanaan Tri Dharma PT. Penelitian ini melibatkan aktor yang berwenang dan berkompeten, dimulai dari tingkat individu, kelompok, organisasi dan antar organisasi Politeknik. Penerapan setiap tahapan CKC dalam proses penyusunan dan pengembangan model pendidikan tinggi vokasi memerlukan kontribusi peran dari setiap individu (Direktur, Pudir, Kajur, KPS, Kepala Unit dan dosen), kelompok (Pimpinan PNJ, Pimpinan Jurusan, Pimpinan Unit), organisasi (PNJ) dan antar organisasi (Forum Direktur Politeknik, wakil dari Dikti, dunia industri serta asosiasi profesi). PNJ memainkan peran penting melalui penyempurnaan kelembagaan yang didukung kebijakan pemerintah, meningkatkan kualitas lulusan dan mutu pembelajaran, memperkuat daya inovasi, kerja sama dengan dunia industri, pemerintah dan institusi lainnya.

In facing the challenges of globalization and information technology, State Polytechnic of Jakarta ( PNJ ) has responded by implementation of the Tri Dharma of Higher Education with PNJ vision become a world-class polytechnic in 2029. In fact, PNJ innovation is done through standard curriculum needs of the industry, the number of research oriented, intellectual property rights and patents, devotion based on community development and the implementation of inclusive education for students with special needs. Collaborative knowledge creation ( CKC ) is happening in the organization used to answer "the right knowledge" to "the right people" at "the right time". Referring to Alvarez ( 2012) application of the CKC in the organization is a requirement in order to survive in the global competition. While Du Chaternier et al, (2009 ) describes four stages of implementation CKC: (1) externalizing and sharing, (2) analyzing and interpreting, (3) negotiating and revising, and (4) combining and creating.
The purpose of this study is aimed to analyze the learning process in a participatory of CKC and based culture within the framework of an open complicated and complex form of human activity systems (HAS) at the Polytechnic organization with dual imperative systems approach that use soft systems methodology (SSM) and borrow PNJ as a laboratory for the benefit of research interests and problem solving. In the research of interest, SSM only done until the sixth stage and the application of the CKC in PNJ has the same characteristics with the characteristics and advantages of the Polytechnic as higher vocational education.
The results showed that all four stages in CKC (externalizing and sharing, analyzing and interpreting, negotiating and revising, and combining and creating) used in the formulation and development of higher vocational education models and support the implementation of quality improvement “Tri Dharma” of higher education. Research involving actors and competent authorities, starting from the level of the individual, group, organizational and inter-organizational Polytechnic. CKC application of each stage in the process of drafting and development of higher vocational education model requires the contribution of each individual role ( Director, Vice Director , Head of Department, Head of Unit and Lecturer ), group (Director and Vice Director, Head of Department, Head of Unit), organization (PNJ) and inter organizational ( Polytechnic Director 's Forum, representatives of Higher Education: Ministry of Education and Culture, industries and professional associations ). In the face of globalization and helping to improve the nation's competitiveness, PNJ have an important role through institutional improvements and supported by government policies, improve the quality of the graduates, the quality of learning and teaching process, strengthen innovation and do collaboration with industries, gevernment and other institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1908
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>