Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang hubungan pemberian posisi semi fowler pada klien pneumonia dengan lama hari rawat di ruang rawat inap Pav. Kartika, RSPAD Gatot Soebroto, RSUP Fatmawati. Variabel dari penelitian ini yaitu variabel bebas: posisi semi fowler, variabel terikat: lama hari rawat. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain penelitian kuasi eksperimen dengan menunjukkan hubungan pemberian posisi yang di mobilisasi terhadap lama hari rawat klien pneumonia. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 80 sampel. Hasil analisis hubungan antara posisi semi fowler dengan lama hari rawat dipeoleh hasil : bahwa sebanyak 25 orang melakukan posisi semi fowler dan dirawat selama < 8 hari, kemudian sebanyak 28 orang tidak melakukan posisi semi fowler mengalami hari rawat > 8 hari. Hasil uji statistik diperoleh P Value sebesar 0,001, maka dapat disimpulkan dengan tingkat kepercayaan 95 % bahwa ada hubungan posisi semi fowler pada klien pneumonia dengan lama hari rawat.
Saran peneliti : Dalam melakukan penelitian penting untuk menjadi pertimbangan bahwa populasi yang ada di tempat tersebut kira-kira telah memenuhi jumlah sampel yang ada sehingga karakteristik responden yang didapat sesuai. Diperlukan waktu yang lebih lama dalam pengumpulan data karena responden adalah klien yang dirawat di rumah sakit. Hasil penelitian ini dapat digunakan lebih lanjut dengan variabel lain yang dapat ditambahkan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5357
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Rizkianti
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran kejadian pneumonia pada balita 10-59 bulan yang dirawat inap di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2008 serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut, mencakup antara lain karakteristik balita (jenis kelamin, umur, status gizi, status imunisasi, dan riwayat BBLR), karakteristik ibu (tingkat pendidikan dan status pekerjaan), dan karakteristik pelayanan kesehatan (lama hari rawat). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian pneumonia adalah sebesar 13,4%. Karakteristik balita, karakteristik ibu, dan karakteristik pelayanan kesehatan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian. Akan tetapi, diketahui bahwa balita laki-laki (PR 1,25; 0,48-3,29), berumur 12-59 bulan (PR 0,82; 0,12-5,52), berstatus gizi baik (PR 0,68; 0,23-1,99), memiliki status imunisasi (DPT dan campak) yang tidak lengkap (PR 110; 0,36-3,37), memiliki riwayat lahir normal (PR 0,81; 0,78-1,37), dengan ibu yang tingkat pendidikannya tinggi (PR 0,95; 0,34-2,69), ibu yang bekerja (PR 1,42; 0,43-4,64), dan dirawat ≤5 hari (PR 0,90; 0,33-2,45) memiliki proporsi menderita pneumonia yang lebih tinggi.
Dari hasil tersebut, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko pneumonia pada balita di rumah sakit sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan lebih dini terkait faktor-faktor risiko tersebut; penyuluhan kepada orang tua pasien mengenai gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit pneumonia juga perlu dilakukan sehingga penyakitnya tidak bertambah berat.

The aim of this study is to find out the occurrence of pneumonia among infant age 10-59 months hospitalized in Persahabatan Hospital Jakarta during 2008 and factors related to the occurrence, such as infant characteristics (sex, age, nutritional status, immunization status, and low-birth weight), mother characteristics (education and working status), and health service characteristic (length of stay). This study is a descriptive-quantitative study with cross-sectional design.
The result shows that the proportion of pneumonia within infant is 7%. Infant characteristics, mother characteristics, and health service characteristic is not correlated significantly to the occurrence of pneumonia. Other wise, male infant (PR 1,25; 0,48-3,29), age 12-59 months (PR 0,82; 0,12-5,52), has good nutritional status (PR 0,68; 0,23-1,99), has incomplete immunization (PR 110; 0,36-3,37), normal birth-weight (PR 0,81; 0,78-1,37), with mother in higher grade education (PR 0,95; 0,34-2,69), with mother who works (PR 1,42; 0,43-4,64), and hospitalized ≤5 days (PR 0,90; 0,33-2,45) increased risk of pneumonia.
Based on the results, it is necessary to conduct further study about the risk factors of infant pneumonia in the hospital so that prevention-due to those risk factors can be done earlier; giving the information about pneumonia symptoms to parents is needed in order to prevent disease becomes more severe."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dartini
"Dewasa ini masalah penularan penyakit yang terjadi di RS, makin menjadi perhatian para ahli kesehatan atau dikenal sebagai infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di RS yang disebabkan kuman yang didapat di RS. Dari hasil surveilans infeksi nosokomial di Ruang ICU pada bulan Maret Juni 2003 didapat bahwa kejadian infeksi nosokomial pneumonia menempati rangking tertinggi dibandingkan infeksi lainnya, yaitu 18,2%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor lingkungan dan faktor risiko dengan kejadian infeksi nosokomial pneumonia di ruang ICU. Dengan memakai desain cross sectional. Jumlah sampel sebesar 210 pasien yang dirawat 3 hari dari bulan Agustus 2003 sampai Mei 2004. Pengumpulan data melalui pengukuran kualitas lingkungan dan observasi langsung pada bulan April dan Mei 2004 serta pengumpulan data pasien dan lembar surveilans infeksi nosokomial. Selanjutnya hasil pengumpulan data pasien yang diperoleh di analisis univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji kai kuadrat, dan multivariat dengan regresi logistik, sedangkan data kualitas lingkungan dianalisa secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh kejadian infeksi nosokomial pneumonia sebesar 13,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian infeksi nosokomial pneumonia pada derajat kepercayaan 95% analisis statistik meliputi penyakit dasar pasien (p = 0,047), lama hari rawat dengan (p = 0,02) dan pemakaian ventilator (p < 0,001). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian infeksi - nosokomial pneumonia adalah : umur (p = 0,876), dan jenis kelamin (p = 0,715). Hasil multivariat menunjukkan hanya satu variabel yang hubungannya bermakna (p< 0,05) dengan kejadian infeksi nosokomial yaitu pemakaian ventilator dengan OR 5,6 (CI 95 %: 2,337 - 13,538). Variabel yang paling dominan hubungannya dengan kejadian infeksi nosokomial pneumonia adalah pemakaian ventilator.
Gambaran kesehatan lingkungan di ruang ICU menunjukan secara umum memenuhi syarat berdasarkan SK Dir. Jen PPL&PLP no: HK.00.06.44 kecuali ruang spoelhok kurang dari 12 m2, pencahayaan di ruang nurse station kurang 100 lux, kebisingan seluruh ruangan perawatan tidak memenuhi syarat > 45 dBA, angka kuman di ruang isolasi non infeksi pada bulan Mei 2004 melebihi 350 koloni/m3, sebagian fasilitas cuci tangan kurang lengkap tidak ada sabun dan lap pengering.
Kesimpulan penelitian ini adalah pasien yang memakai ventilator dalam perawatannya mempunyai risiko 5,6 kali lebih tinggi terkena infeksi nosokomial pneumonia dibandingkan pasien yang tidak memakai ventilator. Lingkungan di ruang ICU masih perlu di sempumakan seperti penambahan ruang spoelhok, penganti lampu yang sudah tidak berfungsi, tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan lap pengering, serta tindakan desinfektan dan sterilisasi yang tepat. Disarankan untuk memperhatikan faktor kesehatan lingkungan tanpa mengabaikan kaidah sepsis dan anti sepsis, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani pasien.
Daftar Pustaka : 51 (1982 - 2003)

An Overview of the Environmental Health and Risk Factor for the Pneumonia Nosocomial Infection at ICU Room in Fatmawati Hospital Jakarta 2003-2004Recently, an infection acquired in hospital by a patient who was admitted for a reason other that that infection which is known as nosocomial infections are widespread, which is getting more attention from health expert. Pneumonia was known at the first rank as a nosocomial infection from surveillance data at ICU room in March - June 2003 compare to other disease i.e. 18.2 %.
The goal of this study is to know the overview of the environment factor and risk factor which related with nosocomial infection occurrence at ICU room. Cross sectional design was using by this study. Total sample for this study was 210 for in service patients with length of stay more than 3 days from August 2003 till May 2004 period. Data gathering was done by doing analytical of the environment quality and observation at April - May 2004, and patient medical record from nosocomial surveillance form. Further, univariat analytical was used to find a distribution frequency, bivariat analytical with chi square test, and multivariate with logistic regression. Descriptive analytical was used for the environment quality and observation data.
From data finding showed that pneumonia nosocomial infection occurred at 13.3 %. Bivariat test showed that the variable which linked with the nosocomial infection at confident interval 95 % such as underlying disease (p = 0,047), length of stay (p = <0,02)and ventilator used (p < 0.001). Others variable which have no link with pneumonia nosocomial infection were: age (p = 0.876), and sex (p = 0.715).
The multivariate test showed that there only one variables which has link with pneumonia nosocomial infection (p < 0.05) such as ventilator used (OR = 5,6; CI 95 %:2,336 - 13,528). The ventilator used was a variable which has dominant interaction with pneumonia nosocomial infection occurrence.
An overview of the environmental health aspect at ICU Room showed that in general the room condition is fulfill the national requirement according to the Director General of CDC and EH Decree No. 1.00.06.44, except speolhok room < 12 m 2; light at nurse station is less than 100 lux ;'noise level at all room is not meet the requirement i.e. > 45 dB A, bacterial number at isolation room non infection on May 2004 is more than 350 coloni/m3; and no soap and dry towel was provided at hand washing facility.
In summary for patient with ventilator used has higher risk to get pneumonia nosocomial infection compare to patient with non ventilator used. Environment at ICU room need more improvement such as adding of spoelhok room, lamps changing, furnish the hand washing facility with soap and drier, and need for disinfecting and sterilization. Based on this study, it was suggested to give more attention for the environmental health condition without ignoring the sepsis and anti sepsis, hand washing behavior for before and after handling the patients.
References: 51 (1982 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Casman
"Pengetahuan ibu merupakan faktor penting untuk keberhasilan merawat balita pneumonia, baik di rumah sakit maupun di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh edukasi audiovisual pneumonia terhadap pengetahuan ibu, lama hari rawat dan rehospitalisasi balita di RSUD DKI Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen dengan two group pre post test design. Sebanyak 64 responden yang diambil menggunakan tekhnik consecutive sampling. Masing-masing diberikan edukasi selama 3 hari, 32 melalui audiovisual dan 32 melalui leaflet.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan ibu, lama hari rawat, dan rehospitalisasi pada kedua kelompok (p<0,05). Pengetahuan post edukasi merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi lama hari rawat dan rehospitalisasi pneumonia balita setelah dikontrol dengan pendidikan ibu dan kepadatan hunian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah edukasi audiovisual lebih efektif meningkatkan pengetahuan ibu sebelum dan setelah edukasi (p=0,001), memperpendek lama hari rawat (p=0,001), dan mengurangi risiko rehospitalisasi (p=0,047) dibandingkan dengan edukasi melalui leaflet. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya adalah melakukan randomisasi dengan menggunakan desain eksperimen murni.

Mother's knowledge is a main factor of pneumonia care in young ages children, while hospitalization or after discharge. Our Objective was determined the effectiveness education used audiovisual to mother’s knowledge, length of stay and re-admission at 3 Public Hospitals DKI Jakarta. This research used quasy-experimental with pre post test design. Total was 64 respondent included, 32 each group. Intervenstions was given for 3 days, one group used audiovisual  and other used leaflet.
The results showed that both groups was significant diferenciance on mother’s knowledge, length of stay and re-admission (p <0.05). Knowledge after education is the most dominant factor of length of stay and re-admission of pneumonia under five years children. Audiovisual education more effective increased mother’s knowledge before and after education (p=0.001), shorted length of stay (p=0.001), and reduced the risk of re-admission (p=0.047) than leaflet education. Further research especially intervention research, it is necessary to randomized used RCT.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Isti Purwanti
"Angka kesakitan dan kematian karena ISPA pada kelompok umur balita di Indonesia masih tinggi, maka penatalaksanaan program dititik beratkan kepada penanggulangan pneumonia pada balita. Pada akhir-akhir ini salah satu upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian tersebut adalah dengan adanya peningkatan pengetahuan ibu tentang ISPA , sikap dan perilaku pencarian pengobatan, serta praktek pengobatan oleh para petugas kesehatan setempat.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pencarian pengobatan pertama penderita pneumonia pada balita di Kabupaten Majalengka tahun 2003.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol, dengan menggunakan data penderita pneumonia pada balita yang pencarian pengobatan pertama tidak ke fasilitas kesehatan ( kasus ), dan penderita pneumonia pada balita yang pencarian pengobatan pertama ke fasilitas kesehatan ( kontrol ). Adapun untuk pemilihan kasus dan kontrol adalah seluruh balita penderita pneumonia yang berobat ke puskesmas (16 puskesmas ) pada bulan Juni 2003.
Dari basil penelitian ini menunjukkan pengetahuan kurang baik (OR = 3,592 ; dan 95 % CI 2,054 ; 6.282 ), sedangkan sikap yang negatif ( OR = 2,166 ; dan 95 % CI 1,230 ; 3,815 ) merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan pencarian pengobatan pertama penderita pneumonia pada balita.
Dari hasil penelitian ini terlihat masih sangat diperlukannya kegiatan-kegiatan dari petugas kesehatan, terutama kegiatan penyuluhan mengenai penyakit pneumonia pada ibu-ibu yang memiliki balita terutama pada tanda bahaya penyakit pneumonia, sehingga apabila balitanya menderita pneumonia langsung dibawa berobat ke fasilitas kesehatan.
Daftar Pustaka : 35 ( 1975 - 2002 )

Morbidity and mortality rates of ARI among under fives in Indonesia is still very high, thus program management is emphasized on efforts to overcome pneumonia among under fives. At the present time, one effort to reduce morbidity and mortality rates of pneumonia among under fives is by improving mother's knowledge about ARI, improving mother's attitude and health seeking behavior, and improving medication practices provided by local health personnel.
This study aimed to investigate the relationship between knowledge and attitude with health seeking behavior among under fives with pneumonia in Majalengka District in 2003.
This study employed case-control study design with under fives with pneumonia whose first health seeking behavior was not directed to health facility as cases and under fives with pneumonia whose first health seeking behavior was directed to health facility as controls. Those cases and controls were all under fives with pneumonia who went to community health center for medication (16 CHCs) during June 2003.
The study showed that poor knowledge (OR=3.592; 95% CI 2:054:6.282) and negative attitude (OR=2.166; 95% CI 1.230:3.815) were risk factors related to first health seeking behavior among under fives with pneumonia.
The study showed the importance and the necessity of improving health personnel activities, mainly those related to extension and community education about pneumonia targeted to mothers with under fives, particularly those with pneumonia danger signs. Therefore, whenever the child is getting sick, the mother would seek for health care to health facility at the first time.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Widodo
"ABSTRAK
Pneumonia adalah radang paru-para dengan diagnosa nafas ccpat dan sesak serta
adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke daiam. Pneumonia disebabkan oleh
milcroorganisme patogen (bakteri, virus, mikoplasma), aspirasi bahan atau produk
berbahaya Pneumonia dipengaruhi antara lain faktor linglcungan tisik rumah dan
karalcteristik anak. Pneumonia masih menjadi masalah di Indonesia khususnya di Kota
Tasikmalaya. Diperkirakan proporsi penyakit pneumonia penyebab keniatian pada bayi
sebesar l6,4%, sedangkan proporsi penyakit pneumonia pada balita sebesar 25%.
Tujuan penelitian ini adaiah untuk mengetahui hubungan kcjadian pneumonia pada
balita dengan faktor lingkungan Esik kamar tidur dan karakteristik anak.
' Desain penelitian case control dengan pendekatan retrospektifl Sampel sebanyak
300 responden terdiri dari 150 orang kasus dan _150 orang kontrol. Hasil analisis data
diperoleh hasil yaitu dari sepuluh variabel diteliti, yang mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian pneumonia yaitu hanya delapan variabel terdizi dari jenis kelamin
(p=0,00l;OR=2,3), status imunisasi (p=0,009;OR=1,9l), status gizi (p=0,013;
OR=5,04), pembeiian ASI(p=0,028;OR=0,58), ventilasi (p=0,003;OR=0,48),
pencahayaan (p=0,022,0R=0,55), kepadatan hunian (p=o,oo9;oR=o,s) dan asap obat
nyamuk bakar (p=0,003; OR=2,l ). -
Dari hasil uji multivariat tanpa interaksi, faktor dominan yang mempengaruhi
kejadian penyalcit pneumonia pada anak balita adalah status gizi dengan nilai B 1,799
dan OR = 6,041 (CI 95%=l,607-22,713). Scdangkan hasil uji multivariat dengan
intemksi diperoleh' hasil bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kejadian
pneumonia anak balita adalah interaksi antara asap obat nyamuk dengan status gizi
dengan nilai B 1,040 dan OR-2,828 (CI 95%=1,66?7-4,7988). Pada perhitungan
probabiiitas didapatkan hasii bahwa balita yang menderita pneumonia memiliki
probabililas adds 15,6 kali punya riwayat status imunisasi tidak Iengkap (DPT dan
Campak), status gizi kurang dan ada asap obat nyamuk bakar di dalam kamar tidur
dibanding balita yang tidak menderita pneumonia Dari hasil penelitian ini disarankan agar anak balita diimunisasi Iengkap (DPT
dan Carnpak), diberi asupan makanan dengan gizi seimbang, dan tidak menggunakan
obat anti nyamuk bakar di dalam kamar tidur, serta perlu disosialisasikan faktor-faktor'
yang berhubungan dengan kcjadian pneumonia pada balita.

ABSTRACT
Pneumonia is implementation of lengs with fast breath and short - winded
diagnosis and existence of chest wall with drawal at down part move inside. Pneumonia
is caused of pathogen microorganism (bacterium, virus, rnicoplasma), materials
aspiration or dangerous product Pneumonia is aifected by the factors of house physical
environment and children characteristics. Pneumonia still become serious problem in
Indonesia especially at T asikmalaya City. It was predicted that proportion of pneumonia
disease caused to the death of baby is l6,4%, while proportion of pneumonia desease of
chlidren imder Eve is 25%. The objective of this research was to lcnow the relation
between pneumonia case of children under tive years with physical environment factor
of badroom and child characteristic.
The research design was case control design and retrospective approach. The
samples were 300 respondents consist of 150 and 150 controls. The result of data
analysis was got : fiom ten variables studied, the variables that have significant relation
ave 8 varables consisted of sex (p=0,00l,OR=2,3), immunization status (p=0,009,
OR=l,9l), nutrition status (p=0,0l3,0R=5,04), giving ASI (p=0,027,0R=0,58),
ventilation (p=0,022,0R=0,48), lighting (p=0,22,0R=0,55), bed room density
(p=0,009,0R=0,5), smoke of medicine for fighting mosquito (p=0,003,0R=2,l). From
multivariate test result without interaction was indicated that dominant factors which
affected on pneumonia disease occurrence of children under live years old were
nutrition status by B-value = l,799 and OR-value == 6,041 CI 95% = 1,607-22,7l3,
whereas multivariate test by interaction was obtained a result that dominant factors
which affected on pneumonia occurrence of children gander five years old were
interaction between smoke of medicine for fighting mosquito and nutrition status by B-
value = 1,040 and OR~value = 2,828 Cl 95% = 1,667-4,7988. At probability calculation,
it was got the result that children under tive years old who suliered from pneumonia had
odd probability 15,6 times of having incomplete immunization status (DPT and
Measles), less nutrition statins and there were smoke of bumed mosquito repellent in the bed room compared to chlidren under tive years who suffered from pneumonia. From
the result ol' research, it was suggested that children under five years old should be
immunized completely (DPT and Measles immunization) it must be given thc lbod
suply with ballanced nutrient and don't use burned mosquito repellent in bad room and it
need to be sosialized the factors which have relation with pneumonia cases of children
under five years old.

"
2007
T34530
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mika Hananto
"Pneumonia khususnya pada balita masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini terlihat dengan masih tingginya morbiditas dan mortalitas pneumonia di Indonesia. Salah satu upaya untuk menurunkannya adalah dengan diketahuinya faktor risiko terjadinya pneumonia pada balita. Dengan demikian diharapkan penaggulangan dan pencegahan penyakit ini dapat lebih tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di 4 propinsi di Indonesia tahun 2001. Desain yang digunakan adalah kasus kontroI, dimana kasus adalah semua balita 0-59 bulan yang tercakup dalam survei ini dan didiagnosis pneumonia, sedangkan kontrol adalah semua balita 0-59 bulan yang tercakup dalam survei ini dan hasil diagnosisnya tidak rnenderita pneumonia. Besar sampel yang digunakan dengan perbandingan 1 kasus (177 orang) dibandingkan 3 kontrol (513 orang) atau jumlah seluruh sampel sebanyak 708 balita. Data yang dipergunakan adalah hasil survey BES (Benefit Evaluation Study) yang dilakukan oleh Badan Litbang Depkes bekerjasama dengan Proyek ICDC (Intensified Communicable Disease Control) yang dikelola oleh Ditjen P2M-PL, yang meliputi 4 propinsi di Indonesia (Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah) tahun 2001.
Hasil penelitian didapatkan, dari 10 faktor risiko yang diduga berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita ternyata hanya 4 variabel yang berhubungan yaitu pendidikan ibu, status ekonomi, umur balita dan kepadatan hunian. Faktor sosio demografi ibu yang berhubungan adalah pendidikan ibu dan status ekonomi. Balita yang ibunya berpendidikan rendah berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,00 kali (95% CI: 0,95-4,21) dibandingkan balita yang ibunya berpendidikan tinggi, sedangkan balita yang ibunya berpendidikan sedang berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,30 kali (95% CI: 1,11-4,74) dibandingkan balita yang ibunya berpendidikan tinggi. Balita yang berstatus ekonomi rendah berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,49 kali (95% CI: 1,39-4,47) dibandingkan yang berstatus ekonomi tinggi, sedangkan balita yang berstatus ekonomi sedang berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,16 kali (95% CI: 1,20-3,70) dibandingkan balita yang status ekonominya tinggi. Faktor biologi balita yang berhubungan adalah umur, dimana balita yang berumur < 12 bulan berpeluang untuk terjadi pneumonia sebesar 2,27 kali (95% CI: 1,55-3,31) dibandingkan balita yang berumur > 12 - 59 bulan. Faktor pelayanan kesehatan tidak ada yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Dari keempat variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di 4 Propinsi di Indonesia ternyata yang paling dominan adalah variabel status ekonomi.
Dengan hasil ini, mengingat pendidikan ibu dan status ekonomi merupakan faktor resiko kejadian pneumonia pada balita, maka diharapkan kepada depkes untuk bekerja sama dengan lintas sektor terkait karena untuk mangatasi masalah ini sangat erat kaitannya dengan sektor lain. Kepada pengelola proyek ICDC dalam perencanaan program pemberantasan pneumonia pada balita lebih menekankan kepada faktor risiko (pendidikan ibu yang rendah, status ekonomi rendah dan juga kelompok umur balita < 12 bulan). Sedangkan kepada peneliti lain perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih jauh apakah faktor-faktor risiko kejadian pneumonia pada balita dalam penelitian ini juga berlaku untuk daerah lain di Indonesia dan juga faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pustaka: 38 (1982-2003)

Analysis on Risk Factors That Related to Pneumonia Incidence among Under-fives in Four Provinces in IndonesiaPneumonia among under-fives is still remains a health issue in Indonesia, which could be seen by mortality and morbidity rate in Indonesia. One of the efforts to decrease the mortality and morbidity rate is to find out risk factors of pneumonia among under-fives in order to find the right handling on coping with and prevention of pneumonia.
The objective of this study is to reveal the risk factors which related to pneumonia incidence among under-fives in four provinces of Indonesia year 2001. Design that has been used is case control design, where the case is all of under-fives (0-59 months) which covered in this study and diagnosed has ARI, while the control is all of under-fives (0-59 months) which covered in this study and diagnosed has not ARI. Number of sample that has been used by comparing 1 case (177 people) to 3 controls (513 people) or number of ill samples is 708 under-fives. The data that has been use is from Benefit Evaluation Survey (BES) which has carried out by R&D of Department of Health and Intensified Communicable Disease Control (ICDC) project which administrated by Ditjen P2M-PL, included four provinces in Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, and Sulawesi Tengah) year of 2001.
The result of this study has found that from 10 risk factors which suspected to have relation to pneumonia incidence among under-fives, apparently only 4 variables which related which are economics status, age, and density of residence. Social demography factors of mothers which related are mother's education and economics status. Under-five which has low educated has a chance to get pneumonia 2.00 times (95% CI: 0.95-4.21) compared to those who has high educated mother. Meanwhile, under-five which has enough educated mother has a chance 2.30 times (95% CI: 1.11-4.74) compared to those who has high educated mother. Under-five which has low economics status has a chance 2.49 times (95% CI: 1.39447) to get pneumonia compared to those who has high economics status, while under-five which has middle economics status has chance 2.16 times (95% CI: 1.20-330) to get pneumonia compared to those who has high economics status. Biological factor which has relationship is age, where under-five with age 12 months and below has a chance to get pneumonia 2,27 times (95%CI:1.55-3.31) compared to under-fives with age betweenl2 to 59 months. Health services factor have no relationship with pneumonia incidence among under-fives. From those four variables which related to pneumonia incidence among under-fives in four provinces in Indonesia, reveal that the dominant variable is economics status.
Based on the result of this study, considering mother's education and economics status as the factors of pneumonia incidence, it hoped to Department of Health Issue to establish cooperation to related sectors. To ICDC project management in planning the pneumonia controlling program more emphasize to the risk factors such as, mother's education, economics status and under-fives below 12 months. And to other researchers need advanced studies to discover if these risk factors of pneumonia among under-fives still valid in other regions and also if there are other factors which have not be studied in this study.
References: 38 (1982-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randhy Fazralimanda
"Latar Belakang: Pneumonia berat masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dan dunia. Sistem imun diketahui memiliki peranan penting dalam patogenesis pneumonia, namun tidak banyak studi yang menilai hubungan antara kadar CD4 dan CD8 darah dengan mortalitas akibat pneumonia berat pada pasien dengan status HIV negatif.
Tujuan: Mengetahui data hubungan dan nilai potong kadar CD4 dan CD8 darah dengan angka mortalitas 30 hari pada pasien pneumonia berat di RSCM.
Metode: Penelitian berdesain kohort prospektif yang dilakukan di ruang rawat intensif RSCM periode Juni-Agustus 2020. Keluaran berupa kesintasan 30 hari, nilai titik potong optimal kadar CD4 dan CD8 darah untuk memprediksi mortalitas 30 hari dan risiko kematian. Analisis data menggunakan analisis kesintasan Kaplan-Meier, kurva ROC dan multivariat regresi Cox.
Hasil: Dari 126 subjek, terdapat 1 subjek yang loss to follow up. Mortalitas 30 hari didapatkan 26,4%. Nilai titik potong optimal kadar CD4 darah 406 sel/μL (AUC 0,651, p=0,01, sensitivitas 64%, spesifisitas 61%) dan kadar CD8 darah 263 sel/μL (AUC 0,639, p=0,018, sensitivitas 62%, spesifisitas 58%). Kadar CD4 darah < 406 sel/μL memiliki crude HR 2,696 (IK 95% 1,298-5,603) dan kadar CD8 darah < 263 sel/μL memiliki crude HR 2,133 (IK 95% 1,035-4,392) dengan adjusted HR 2,721 (IK 95% 1,343-5,512). Bila sepsis dan tuberkulosis paru ditambahkan dengan kadar CD4 darah dan CD8 darah, didapatkan nilai AUC 0,752 (p=0,000).
Kesimpulan: Kadar CD4 dan CD8 darah memiliki akurasi yang lemah dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien pneumonia berat. Kadar CD4 darah < 406 sel/μL dan kadar CD8 darah < 263 sel/μL memiliki risiko mortalitas 30 hari yang lebih tinggi.

Background: Severe pneumonia is a major health problem in Indonesia and the world. The immune system is known to play an important role in the pathogenesis of pneumonia, but few studies have assessed the relationship between blood CD4 and CD8 count and mortality from severe pneumonia in patients with negative HIV status.
Objectives: Knowing the correlation data and the cut-off value of blood CD4 and CD8 count with a 30-days mortality rate in severe pneumonia patients at RSCM. Methods. This study is a prospective cohort study conducted at RSCM intensive care rooms from June to August 2020. The outputs were 30-days survival rate, optimal cut-off value for blood CD4 and CD8 count to predict 30-days mortality and mortality risk. Data analysis used Kaplan-Meier survival, ROC curves and multivariate Cox regression analysis.
Results: Of the 126 subjects, there was 1 subject who lost to follow up. The 30- days mortality rate was 26.4%. The optimal cut-off value for blood CD4 count was 406 cells/μL (AUC 0.651, p=0.01, sensitivity 64%, specificity 61%), blood CD8 count was 263 cells/μL (AUC 0.639, p=0.018, sensitivity 62%, specificity 58%). CD4 blood count < 406 cells/μL had a crude HR of 2.696 (95% CI 1.298- 5.603) and blood CD8 count < 263 cells/μL had a crude HR of 2.133 (95% CI 1.035-4.392) with an adjusted HR of 2.721 (CI 95% 1,343-5,512). If sepsis and pulmonary tuberculosis were added to the blood CD4 and CD8 count, the AUC value was 0.752 (p=0.000).
Conclusion: Blood CD4 and CD8 count had poor accuracy in predicting 30-days mortality in patients with severe pneumonia. The group with blood CD4 count < 406 cells/μL and blood CD8 count < 263 cells/μL had a higher risk of 30-days mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurni Nurmaliyati
"Rata-rata setiap bayi dan anak akan mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) 3 - 6 kali dalam setahun. Penyakit ISPA merupakan bagian terbesar pasien yang datang berobat ke Puskesmas. Penyakit ISPA yang menyerang pada usia bayi dan anak antara 2 bulan - <5 tahun, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi peningkatan jumlah kejadian ISPA pada balita perlu ditunjang dengan peningkatan upaya dan peningatan dukungan sumber daya termasuk dalam peningkatan pelaksanaan program P2 ISPA. Tanda dan gejala ISPA antara lain batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, sakit telinga dan Iain-lain. Tatalaksana ISPA berdasarkan klasifikasi yaitu untuk klasifikasi pneumonia berat pasien segera dikirim ke Rumah Sakit dan beri anti biotik I dosis dan berikan obat bila ada whezing, untuk klasifikasi pneumonia berikan anti biotik selama 5 hari dan anjurkan ibu untuk kontrol dua hari atau lebih cepat bila keadaan memburuk, dan bila demam serta adanya whezing obati segera, untuk klasifikasi bukan pneumonia bila batuk > 30 hari segera rujuk ke Rumah Sakit dan obati penyakit lain bila ada, nasehati ibu untuk perawatan di rumah, bila demam dan whezing segera diobati.
Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan karakteristik balita dengan kejadian ISPA (pneumonia). Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasi. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan tanggal 17 -21 Januari 2002 didapatkan hasil :jumlah sampel 68 orang yang dapat digunakan 64 orang, 4 orang out. Dari jumlah sampel tersebut di dapatkan data-data : usia 2 - 3 tahun 73,43% jenis kelamin perempuan 59,37%, berat badan 9 - 13 kg 64,06%, imunisasi tidak pemah diberikan 9,37%, yangtidak diberikan ASI 40,62%, tidak pernah diberikan asupan vitamin A 14,06%, kurang pengetahuan ibu 54,68%, pelayanan kesehatan di Puskesmas 75%. Faktor-faktor yang diteliti hubungan antara karakteristik balita dengan kejadian ISPA (pneumonia) pada usia balita Setelah dilakukan penghitungan statistik dengan tabel x2 didapatkan hasil sebagai berikut : tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, berat badan, waktu pelayanan kesehatan dengan kejadian ISPA (pneumonia) pada usia balita, ada hubungan antara imunisasi, lama pemberian ASI. asupan vitamin A, pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA (pneumonia) pada usia balita. Kesimpulannya perlu peran orang tua dalam melakukan perawatan dan pengobatan dalam penanggulangan P2 - ISPA."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5102
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hermiati
"Puskesmas Sukaraja Kecamatan Telukbetung Selatan merupakan salah satu dari 27 puskesmas yang ada di Kota Bandar Lampung dengan cakupan kasus pneumonia yang tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain yaitu tahun 2008 dari 5.661 seluruh kasus, sebanyak 32,56% terdapat di Puskesmas Sukaraja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi rumah meliputi Kelembaban, suhu, pencahayaan, ventilasi, kepadatan hunian kamar, penggunaan obat nyamuk bakar, jenis bahan bakar untuk masak, dan kebiasaan merokok dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung dan pengaruh karakteristik balita antara lain jenis kelamin, status gizi, asi eksklusif, imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung.
Disain penelitian kasus kontrol dengan jumlah responden 240 orang yang terdiri atas kasus 120 orang dan kontrol 120 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 12 - 59 bulan yang tinggal di wilayah Puskesmas Sukaraja dengan kriteria: Kriteria inklusi kasus dan kontrol sebagai berikut: Sampel tinggal di wilayah puskesmas Sukaraja dan dinyatakan menderita pneumonia sesuai dengan gejala demam, nafas cepat 40 kali per menit atau lebih dan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK), sampel memiliki KMS, responden mau bekerjasama dengan peneliti, kontrol merupakan balita yang rumahnya paling dekat dengan kasus dan tidak menderita pneumonia berdasarkan hasil pemeriksaan tenaga kesehatan di Puskesmas Sukaraja. Kriteria ekslusi kasus dan kontrol: Sampel memiliki penyakit menahun atau kronik seperti tuberculosis dan asma, sampel menderita pneumonia namun tinggal di luar wilayah Puskesmas Sukaraja, sampel atau responden menolak untuk diwawancara.
Variabel terikat kejadian pneumonia pada balita dan variabel bebas terdiri dari ventilasi, kepadatan hunian kamar, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk bakar, suhu, pencahayaan, kelembaban, jenis kelamin, status gizi, ASI eksklusif, dan imunisasi. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita yaitu jenis kelamin, status gizi, imunisasi, kepadatan hunian kamar dan kelembaban. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita adalah variabel kelembaban. Upaya yang dilakukan adalah promosi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit pneumonia, rumah sehat, status gizi balita dan imunisasi.

Sukaraja Public Health Center Kecamatan Telukbetung Selatan to from one of them for 27 Public Health Center which any in Bandar Lampung City with to seize problem pneumonia which high to equal with other Public Health Center such on 2008 for 5.661 all problem, to much 32,56% found in Public Health Center Sukaraja. This research done for to know the conditions influence of house such as dampness, temperature, lighting, ventilation, full room habitation, to use remedy against gnats, the kind fuel oil for cook, and smoking habitually with pneumonia happening for the baby in Sukaraja Public Health Center in Bandar Lampung City and characteristic influence the baby such as gender, nutritious statu, asi eksklusif, imunisasi with pneumonia influence for baby in Sukaraja Public Health Center Bandar Lampung City.
The research design case control with total respondent 240 people which to consist of 120 problem people and 120 control people. Sample with this research are all the babies age 12-59 months which live in Sukaraja Public Health Center district with criteria: problem inclusive criteria and as follow control: live sample in Sukaraja Public Health Center district and to make clear suffering pneumonia to match with fever indication, fast breath 40 time per minute or more and pull chest partition part of the bottom into deep, Sample have KMS, respondent wants to cooperate with researcher, to form control the baby who the house near with the problem and no pneumonia suffer the based on inspection result paramedic in Sukaraja Public Health Center. Problem exclusi ease and control: Have sample to stay for one year illness or chronic such as tuberculosis and asma, pneumonia suffer sample in spite of live in out Sukaraja Public Health Center district, sample or respondent reject for interview.
Bunch variable happenings pneumonia for the baby and free variable such as ventilation, full room habitation, the kind fuel oil, to use remedy against gnats, temperature, gender, nutritious status, asi eksklusif, imunisasi. Risk factor which influential towards pneumonia happenings for the baby that is gender, nutritious status imunisasi, full room habitation, dampness. The most dominated factor influence pneumonia happenings for the baby is dampness variable. The action which to do is promotion and socialization to public about pneumonia, healthy house, the baby nutritious status and imunisasi.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33934
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>