Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100277 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suwasti Dewi Anitasari
"Kemajuan zaman yang didukung dengan kemajuan teknologi menjadikan semakin terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa didukung dengan semakin lunturnya kesadaran akan nilai budaya para penyandangnya baik secara pribadi maupun kelompok. Namun temyata nilai adat dan budaya yang dirniliki oleh masyarakat Baduy tidak membuat kepercayaan mereka akan nilai budaya yang dimilikinya luntur bersamaan dengan terjadinya gempuran-gempuran dari luar seperti berkembanganya kegiatan wisata diwilayah ini beserta keinginan oleh orang Baduy sendiri memperoleh pengetahuan yang lebih tentang dunia luar dengan melakukan perjalanan keluar wilayah Baduy seperti Jakarta serta adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pihak luar seperti penyerabotan hak ulayat tanah Baduy dengan melakukan penebangan liar diwilayah hutan titipan atau adat orang Baduy. Sesuai dengan tujuan penulisan ini adalah untuk melihat dan memahami cara kerja dan fungsi jaringan komunikasi yang terbentuk pada masyarakat Baduy, khususnya dalam menyampaikan dan melaksanakan pesan adat yang secara tidak langsung merupakan wujud dari upaya pelestarian nilai adat dan budaya yang telah lama menjadi bagian hidup dan diturunkan oleh nenek moyang mereka, ditengah gempuran-gempuran yang datang dari luar seperti pengerusakan hutan dan penyerabotan tanah hak ulayat warga Baduy, kegiatan wisata yang terus berkembang serta dari dalam sendiri yakni keinginan warga Baduy mendapatkan pengetahuan tentang dunia luar dengan melakukan perjalanan ke wilayah luar Baduy, serta mengetahui dan memahami faktor-faktor pembentukan pola jaringan komunikasi tersebut. Metode penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Objek pengamatan difokuskan pada masyarakat Baduy yang tinggal di wilayah Baduy Dalam-Cibeo, dimana objek yang diamati berkenaan dengan Pola Jaringan Komunikasi menyangkut Individu, Personal Network, Dyad dan Klik dengan jumlah informan sebanyak 25 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui obeservasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Sedangkan teknis analisis dilakukan dengan cara mengklasifikasikan terlebih dahulu data-data yang ditemukan dilapangan. Setelah dilakukan klasifikasi melihat pola-pola komunikasi yang ada dan menganalisis dengan mencari makna yang terdapat pada data-data yang telah diklasifiskasi tersebut terhadap peran-peran yang muncul seperti star, liason, bridge, isolate maupun negelectee berdasarkan kerangka teori yang ada. Berdasarkan basil analisis dari kumpulan data yang ada serta dilihat dari gambar hubungan social pola jaringan komunikasi masyarakat Baduy khususnya Cibeo terbentuk tiga klik yakni satu klik besar dan dua klik kecil. Klik-klik tersebut terbentuk dari jalinan komunikasi yang kuat dan dinamis karena individuindividu yang berada dalam jaringan berperan sebagai penjalin memiliki himpitan yang dekat dan kekuatan ikatan tersebut terbentuk dilihat dari banyaknya waktu yang dikeluarkan oleh jalinan komunikasi, ikatan emosional antara pasangan diadik, kedekatan fisik, intensitas berkomunikasi hingga faktor kepentingan juga berpengaruh pada pembentukan klik tersebut. Sedangkan peran-peran individu yang terbentuk dalam jaringan adalah stars, bridge, liason dan negelectee. Implikasinya bahwa fungsi pola jaringan komunikasi yang biasanya sebagai difusi informasi pada masyarakat Baduy — Cibeo Pola Jaringan Komunikasi yang ada berfungsi sebagai alat filter pelestarian nilai adat dan budaya tradisionalnya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"the baduy community has been living according to their ancestor's strich rules in the south part of banten since 600 years ago. although they live not far from modern culture, yet they still maintain their traditional culture. research was done to describe indigenous knowledge of baduy which related to agricultural practice and forest conversation . considering the limited forest area and the fast growing of the population which resulted in severe land degradation, the slash and burn cultivation is not a sustainable practice and can no longer maintain their subsistence . therefore, to preserve their unique culture, some improvement should be adopted for their agricultural practice such as adding organic fertilizer. however, in order to be effectively implemented the decision should be made by the community themselves and should be harmoniously in accordance with their culture."
Lengkap +
302 JSI 15:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amartya Najla Hustianisa Moeksin
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan peranan jaringan komunikasi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam mendukung kegiatan taman bacaan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling selanjutnya melakukan observasi dan wawancara selama Bulan April sampai Mei 2022. Kemudian teknis analisis data menggunakan model 3 tahapan coding; open coding, axial coding, dan selective coding. Pada penelitian ini ditemukan pola dan peranan jaringan komunikasi di Perpustakaan Umum DKI Jakarta. Pola yang terbentuk adalah pola all channel dan peran yang ditemukan meliputi peran bridge, cosmopolite, dan stars. Kemudian tidak ditemukan peran isolate yang menandakan bahwa pegawai tidak ada yang bersifat pasif dalam komunikasi. Perpustakaan Umum DKI Jakarta memiliki proses komunikasi tersendiri berdasarkan peran jaringan komunikasi sesuai dengan tanggung jawab dan kepentingan yang dimiliki oleh pegawai. Pola dan peranan ini tentu saja mendukung keberlangsungan TBM mulai dari kegiatan, sarana prasarana sampai dengan kualitas sumber daya manusia. Kesimpulannya adalah melalui pola dan peran jaringan komunikasi, Perpustakaan Umum DKI Jakarta dapat mengetahui pola yang digunakan selama berkoordinasi dan peran masing-masing pegawai dalam mendukung TBM. Saran yang dapat diajukan yaitu perlunya kehadiran peran Gatekeepers untuk menyaring informasi yang masuk dan diharapkan untuk penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian dengan komprehensif.

This study aims to identify the pattern and role of the communication network of the DKI Jakarta Provincial Public Library in supporting community-based library activities. The research method used is a case study with a qualitative approach. The technique used in further information is using the purposive sampling technique to conduct observations and interviews from April to May 2022. Then the technical analysis of the data using a model of 3 stages of coding; open coding, axial coding, and selective coding. This study found the pattern and role of network communication in DKI Jakarta Public Library. The pattern formed is an all-channel pattern and the roles found include the roles of bridge, cosmopolite, and stars. Then there is no role isolate which indicates that no employee is passive in communication. The DKI Jakarta Public Library has its communication process based on the role of the communication network following the responsibilities and interests of the employees. This pattern and role of course support the sustainability of community-based library infrastructure starting from activities and facilities to the quality of human resources. The conclusion is through the pattern and communication of the role of the network, the DKI Jakarta Public Library can find out the pattern used during coordination and the role of each employee in supporting community-based library. Suggestions that can be put forward are the need for the role of Gatekeepers to filter incoming information and it is hoped that future research can conduct comprehensive research."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Daniel Fernandez
"Tentang orang Baduy sudah banyak ditulis oleh banyak pihak baik dari kalangan antropolog maupun pemerintah terutama pemerintah Hindia Belanda.
Di antaranya tulisan Ende (1889), Van Trick (1929), Geise (1992), Garna (1987), Ekadjati (1995), dan sebagainya. TuIisan-tulisan itu berupa laporan ataupun etnografi umum.
TuIisan yang lebih spesifik misalnya dari Johan Iskandar (1992) tentang sistem perladangan. Tulisan studi kasus belum banyak yang dipublikasikan.
Dari semua tulisan itu ditemukan bahwa masyarakat Baduy menolak ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mereka tidak terlibat dalam aktivitas modernisasi. Sementara itu, masyarakat di sekitar Baduy sudah terlibat dalam pembangunan dan modernisasi.
Masyarakat Baduy sengaja menghambat modernisasi di komunitasnya dengan Cara mempertahankan tradisi sistem pewarisan budaya mereka. Masalah yang diteliti adalah bagaimana peranan transmisi pengetahuan di keluarga Baduy terhadap upaya mempertahankan tradisi nenek moyang mereka.
Tujuan penelitian adalah, memahami proses pewarisan budaya atau transmisi pengetahuan melalui studi pola pengasuhan anak di Gajeboh, salah satu dusun di Baduy Luar.
Temuan penelitian antara lain, orang Baduy tidak mengenal sekolah dan media massa sebagai agen sosialisasi. Transmisi pengetahuan terjadi di keluarga dan masyarakat sekitarnya. Hampir semua wujud pengetahuan diperoleh melalui orang tua dengan peranan ibu yang dominan dibandingkan ayah atau kerabat dekat lainnya. Ketika menjelang remaja transmisi pengetahuan dilakukan oleh teman bermain atau masyarakat di sekitarnya.
Transmisi pengetahuan dari luar Baduy mengalami hambatan oleh adat istiadat yang berlaku, meskipun demikian pelanggaran adat sering terjadi. Sanksi terhadap pelanggaran tidak tegas bahkan ada yang tidak diberi sanksi selain pergunjingan. Peluang untuk perubahan tetap ada karena hagi masyarakat Gajeboh, apa yang dianggap baik boleh ditiru, meskipun kemudian dibambat pula oleh adat Sunda Wiwitan.
Orang Baduy yang mendapat transmisi pengetahuan dari keluarga dan masyarakat komunitasnya, memang masih mepertahankan adat istiadat terutama larangan menerima ilmu pengetahuan dan teknologi, bersawah, beternak kecuali ayam, memelihara ikan dan sebagainya. Bagi mereka yang ingin melakukan perubahan tradisi diperbolehkan meninggalkan Baduy dan tidak diakui sebagai orang Baduy lagi secara adat."
Lengkap +
2000
T1770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizadini M.
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran tentang jaringan komunikasi dalam sebuah sistem, khususnya dalam konteks mempertahankan budaya setempat. Untuk itu dipilih jaringan yang terdapat di Banjar Pengabetan, Desa Adat Kuta, Bali. Jaringan komunikasi yang diamati difokuskan pada hubungan antara generasi tua dan generasi berikutnya dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat. Di sini iklim komunikasi berperan penting dalam pencapaian tujuan kelompok tersebut. Dalam melihat arus-arus komunikasi dalam jaringan digunakan sosiometri sebagai alat untuk menganalisa dengan individu sebagai unit analisanya. Snowball sampling terbatas dipilih untuk mengumpulkan 20 orang responden. Dengan pola pengambilan sampel ini seorang responden secara otomatis akan merujuk pada seseorang lain dimana is biasa mengkomunikasikan suatu pesan tertentu. Dengan snowball sampling ini juga sekaligus akan terlihat arus-arus komunikasi yang membentuk jaringan. Hasil penelitian menunjukkan pesatnya pertumbuhan industri pariwisata di Bali menimbulkan kecemasan pada generasi tua akan melemahnya pengaruh budaya lokal pada anak-anak mereka. Kekhawatiran ini disampaikan kepada generasi mudanya melalui serangkaian aktivitas dalam banjar. Iklim komunikasi yang baik memperlancar pendekatan-pendekatan yang dilakukan kedua pihak untuk memperoleh pengertian yang sama tentang perlunya mempertahankan budaya lokal, sekaligus memudahkan kedua generasi untuk mencari jalan tengah. Dari iklim komunikasi tersebut terlihat adanya peran-peran penentu dalam jaringan yang merupakan tokoh-tokoh kunci dalam memperlancar tujuan banjar. Dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa generasi muda Bali yang tinggal dalam lingkungan banjar Pengabetan secara umum siap menghadapi pertumbuhan industri pariwisata tanpa meninggalkan budaya lokal, bahkan memanfaatkannya secara maksimal untuk keperluan pariwisata. Disamping itu sebagai pemeluk Hindu, budaya lokal takkan mungkin ditinggalkan begitu saja, karena budaya, adat, dan tradisi tidak dapat dipisahkan dari agama mereka. Lebih jauh juga terungkap bahwa dalam menjalankan ibadah, mereka ini sudah sulit membedakan mana yang termasuk dalam ritual agama dan mana yang merupakan tradisi turun-temurun."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1994
S4152
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Kurniati
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang ada di dalam Banjar Kaja serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukannya. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan metode analisis jaringan komunikasi khusus dalam kaitannya dengan dimensi-dimensi teori yang mengkaji masalah struktur sosial pada arus informasi. Sumbangan praktis penelitian ini adalah memperkaya hasil-hasil penelitian dalam rangka mengidentifikasi hambatan-hambatan bagi berlangsungnya proses di dalam mempertahankan nilai-nilai budaya Bali.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan eksploratif, dan merupakan studi kasus, yaitu menggunakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan ("wholeness") dari objek yang diteliti. Informan penelitian ditentukan menurut "sampling intact system", yaitu mengambil satu jaringan komunikasi yang menghubungkan lebih dari 50 titik-titik hubungan dalam satu sistem.
Data untuk penelitian ini diperoleh melalui studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Data tentang jaringan komunikasi sosial diperoleh melalui metode "survey sociometry". Eksplorasi kualitatif dilakukan untuk menunjang strategi penelitian yang menyeluruh, yaitu selain mengadakan wawancara, juga menjalankan pengamatan langsung atau komunikasi sehari-hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara warga anggota Banjar dan bukan ataupun pendatang dalam menentukan anggota-anggota dari pihak kelompok masyarakat lain sebagai pasangan diadik yang menduduki prioritas pilihan utama. Klik-klik yang terbentuk berjumlah seluruhnya 9 klik yaitu 1 klik besar dan 8 klik kecil, yang dihubungan satu dengan lainnya oleh jalinan-jalinan komunikasi yang lemah atau rendah kedekatannya. Identifikasi dari peranan - peranan individual yang ditemukan adalah penghubung (liasion), jembatan (bridge), pemencil (isolate) dan bintang (star). Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi pembentukan jalinan komunikasi yaitu kedekatan jarak fisik, homo dalam latar belakang sosial budaya, dan kesamaan dalam karakteristik-karakteristik sosial budaya yang lebih berperan. Ditemukan kenyataan secara menyolok bahwa faktor usia tidak menentukan bentuk jaringan komunikasi masyarakat Banjar Kaja. Tingkat pendidikan juga tidak mempunyai peran yang cukup berarti dalam menentukan pilihan-pilihan sosial di sini."
Lengkap +
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui “Bagaimana komunikasi antarbudaya etnis Sunda dalam masyarakat
multikultur?”. Untuk mengungkap fenomena tersebut penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan menggunakan model interaksionisme simbolik untuk melihat perilaku dan interaksi manusia
yang dapat diperbedakan karena ditampilkan melalui melalui simbol dan maknanya. Untuk mendapatkan
data, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara mendalam dan telaah
dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan telah terjadi adaptasi timbal balik antara etnis Sunda sebagai
pendatang dengan etnis Rejang sebagai pribumi. Adanya sikap saling menghargai dan menghormati antara
etnis pendatang dan pribumi memungkinkan setiap kelompok etnis tersebut untuk menjalankan kebudayaannya
masing-masing. Masyarakat dari etnis Sunda dengan Rejang saat berdialog dapat menggunakan bahasa
Sunda, bahasa Rejang atau bahasa melayu dialek Bengkulu. Hubungan antara kedua etnis tersebut sejauh
ini telah berlangsung tanpa hambatan yang berarti karena masing-masing etnis telah saling menerima apa
adanya."
Lengkap +
384 JKKOM 1:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
A. Sadili Somaatmadja
"Kualitas lingkungan hidup saat ini cenderung semakin menurun dan mengkhawatirkan. Penyebab utamanya adalah pemanfaatan sumberdaya alam yang sangat berlebihan dan terlalu berorientasi kepada kepentingan manusia itu sendiri (antroposentris). Sikap hidup seperti itu cenderung eksploitatif dan tidak memikirkan nasib generasi yang akan datang, sehingga sumberdaya alam yang sangat terbatas itu akan semakin habis dan akhirnya alam akan menjadi ancaman bagi manusia.
Mengingat sumberdaya alam yang semakin berkurang, maka pembangunan sekarang harus lebih berorientasi ke alam (ekosentris), sebagaimana masyarakat tradisional melakukannya sampai sekarang. Masyarakat tradisional harus mempertahankan keadaan ekosistemnya dengan susah payah karena dampak arus globalisasi yang melanda dunia, dan kondisi ekonomi, sosial, dan politik nasional yang tidak menguntungkan.
Kampung Naga di Tasikmalaya Jawa Barat adalah salah satu lingkungan permukiman tradisional yang mengalami benturan antara nilai-nilai baru yang modem dengan nilainilai lama warisan para leluhur mereka yang tradisional. Untuk mengatasi permasaiahan tersebut, perlu dilakukan kebijakan pembangunan lingkungan yang arif, komprehensif; dan kondusif agar lingkungan permukiman tradisional tersebut dapat dilestarikan.
Permukiman yang dihuni oleh 325 penduduk atau 104 KK ini, dan menempati luas lahan yang relatif kecil, yaitu sekitar 11,5 hektar, terbagi atas 1,5 hektar untuk lahan perumahan, sedangkan sisanya digunakan untuk lahan persawahan, kolam ikan, kebun atau hutan (diluar hutan lindung milik pemerintah yang berada dibawah pengawasan masyarakat tradisional Kampung Naga, dan dijadikan sebagai hutan larangan). Disamping itu, mereka juga memiliki sawah dan kebun lain yang ada di luar lingkungan Kampung Naga yang secara ekonomis menunjang kehidupan sehari-hari masyarakatnya,
Perkembangan penduduk, kehidupan sosial-ekonomi, pariwisata, dan teknologi yang terjadi di sekitar lingkungan Kampung Naga menimbulkan gesekan antara nilai-nilai baru yang modern dengan nilai-nilai lama yang tradisional, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun bertindak masyarakatnya. Perkembangan ini mungkin akan menimbulkan perubahan dalam bentuk penyesuaian (adaptasi) terhadap perubahan tersebut. Kami meperkirakan (hipotesis) bahwa nilai-nilai baru tersebut tidak akan menimbulkan perubahan yang berarti (signifikan) di dalam kehidupan Mau kebudayaan masyarakat tradisional Kampung Naga, karena masih kuatnya memegang adat.
Tesis ini mencoba meneliti apa yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya terhadap lingkungan permukiman Kampung Naga yang merupakan wujud kebudayaan fisik. Tujuannya adalah: (1) untuk mengetahui perubahan yang terjadi serta faktor-faktor penting apa saja yang mempengaruhi perubahan tersebut, dan (2) untuk mendapatkan sebuah model atau konsep perencanaan pelestarian lingkungan permukiman Kampung Naga yang adaptif terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi. Metoda penelitian yang kami gunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Data diperoleh berdasarkan survai lapangan dan pengamatan melalui wawancara secara mendalam (in-depth interview), pengukuran, dan perekaman. Data dianalisis dengan melihat kecenderungannya serta penifsiran terhadap aspek budaya dan lingkungan dalam persoalan pelestarian.
Dari hasil wawancara, pengamatan, perekaman, serta pengukuran langsung di lapangan, dapat di-identifikasi beberapa gambaran/permasalahan lingkungan permukiman sebagai berikut:
1. Berkurangnya hutan dan kebun yang menghasilkan bahan-bahan dasar untuk pembuatan rumah.
2. Meningkatnya daya dukung lingkungan pertanian akibat penggunaan pupuk buatan.
3. Meningkatnya kegiatan pembuatan barang-barang kerajinan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
4. Meningkatnya wisatawan mancanegara (Wisman) dari wisatawan nusantara (Wisnu) yang dapat memicu perkembangan sosial-ekonomi dan budaya penduduknya.
5. Penggunaan alat komunikasi (hiburan) radio dan televisi yang dapat membuka kesempatan lebih besar masuknya pengaruh luar.
6. Perkembangan penduduk yang terus meningkat dikaitkan dengan daya tampung lingkungan perumahannya.
Atas pertimbangan tersebut diatas, maka model atau konsep perencanaan pelestarian lingkungan permukiman tradisional Kampung Naga harus mencakup pelestarian lingkungan alam, sosial, dan, binaan, yang meliputi aspek-aspek: (1) pelestarian lahan untuk perkebunan dan hutan, (2) sistem pertanian, (3) adat-istiadat, (4) pendidikan, (5) Hasil kerajinan, (6) perumahan, (7) kolam ikan.

Study on Traditional Community Adaptation to the Environment (Factors that Affect the Environmental Conservation Planning Pattern of a Traditional Settlement at Kampung Naga in Tasikmalaya, West Java)Nowadays, the quality of the livelihood in living environment tend to be decrease and very anxious. It's caused by human activities using natural resources that are more strengthen on the human being orientation (anthropocentric). This attitude to life brings them to have an exploitative thinking, and didn't think the generation afterwards; so the limitation of natural resources will end and finally it will threaten human being.
The orientation of the environmental development should be change from anthropocentric to eco-centric views like the Kampung Naga traditional community do. But, they are having difficulties to preserve the living environment because of the globalization and unprofitable conditions of economy, social, and politic in Indonesia today.
Kampung Naga is one of the traditional living environments that had been influenced by external factors like technology, social, and economy. To solve these problems, it should be doing by making development policy which is having wisely, comprehensiveness, and conduciveness.
Kampung Naga which is inhabited about 325 people or 104 families approximately occupied 11,5 hectares, divided to 1,5 hectares for housing area, and the rest are utilizing for another functions such as rise-fields, fish ponds, plantations or forestry (excluding the government forest which is under Kampung Naga community supervision, and it has to become prohibited forest or "hutan larangan"). Besides these properties, they also have the rise-field and plantation area outside the Kampung Naga environment which economically supporting their livelihood.
The development of inhabitant, social economy, recreation activities, and technology can touch each other between present or modern values and traditional values in all of the Kampung Naga community cultural activities. The adaptation of them maybe happened for this condition. The hypothesis of this research is that the present values significantly couldn't change in this livelihood or their cultural traditional communities.
This research tries to identify the Kampung Naga traditional living environmental problems. The objectives of this research are: (1) to know all the changes and what significant factors are affecting those changes, (2) to get the model or the concept of the Kampung Naga conservation planning pattern that is adapted to the changes. This research using the "description method" of qualitative approach. The data are obtained by field survey and supervision through in-depth interview, measuring, and photo taking. The data are analyzed by using the "trend analyses" and by interpreting the cultural aspect and environmental conservation.
From the result of these surveying activities, it can be identified some environmental community problems, such as:
1. The decreasing of forest and plantation that produced the basic materials for building the traditional house.
2. The increasing of agricultural carrying capacity because of using artificial tenure.
3. The increasing of making bamboo handicraft which economically has high value.
4. The increasing of tourism that stimulate the development of social, economy, and cultural aspects.
5. Utilization of radio and television set has broaden the walk view of the community.
6. The population increases which affect to the living facilities.
Base on all the problems above, therefore the model or concept of Kampung Naga conservation planning pattern covered the natural, social, and built environment aspects, such as: (1) conservation for the plantation and forest, (2) agricultural system, (3) custom and tradition, (4) education, (5) home industry, (6) housing, (7) fish-pond.
Number of References: 60 (1961 -- 2001)
"
Lengkap +
2003
T11502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>