Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zen Wisa Sartre
"Penelitian ini membahas representasi hegemoni ideologi intoleran dalam novel Perjalanan ke Akhirat (1969) karya Suherman, komik Siksa Neraka (1999) karya Rahimsyah, dan Kepedihan Siksa Neraka (2017) karya Rohim sebagai ekspresi budaya populer. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra dan kajian hegemoni. Hasil dan analisis mengungkapkan bahwa hegemoni ideologi intoleran dalam karya sastra sebagai ekspresi budaya populer direpresentasikan melalui hukuman, siksaan, kritik, dan konstruksi identitas. Suherman, Rahimsyah, dan Rohim sebagai pengarang merepresentasikan hukuman, siksaan, kritik, dan konstruksi identitas yang merujuk pada konsep kafir dalam Periode Makkah Pertama hingga Ketiga. Ketiga pengarang memanfaatkan hukuman, siksaan, dan kritik terhadap tokoh-tokoh yang berdosa dan kafir agar pembaca menyadari pentingnya nilai dan moral. Sementara, konstruksi identitas dimanfaatkan agar pembaca menyadari keberadaan orang lain yang dilabeli kafir karena tidak sesuai dengan nilai dan moral keislaman yang sejalan dengan pemahaman pengarang. Dengan demikian, nilai dan moral keislaman dimanifestasikan pengarang untuk mengklasifikasikan para tokoh sebagai orang yang berdosa dan kafir sehingga layak mendapat hukuman dan siksaan di neraka.

This research discusses the representation of hegemony intolerant ideology in the novel of Perjalanan ke Akhirat (1969) by Suherman, the comics of Siksa Neraka (1999) by Rahimsyah and Kepedihan Siksa Neraka (2017) by Rohim as an expression of popular culture. This research uses a descriptive qualitative method with a sociological approach of literature and hegemony analysis. The results and analysis reveal that hegemony intolerant ideology in literature as an expression of popular culture is represented in punishment, torture, criticism, and identity construction. Suherman, Rahimsyah, and Rahim, as an author represents punishment, torture, criticism, and identity construction that refer to the concept of kufr in the First to Third Meccan Period. Those three authors use punishment, torture, criticism, and identity construction for the characters who are sinful and kufr to make the reader realize the importance of values and morals. Meanwhile, identity construction is used to make the reader realize the existence of other people labeled as kufr because they are not in accordance with Islamic values and morals of the author's understanding. Thus, Islamic values and morals are manifested by the authors to classify the characters as sinners and kufr, so they deserve to receive punishment and torture in hell."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Medina Andayanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Listyowati
"Perempuan nelayan di Desa Morodemak dan Desa Purworejo, Kecamatan Bonang Kabupaten Demak yang dalam kehidupan sehari-hari berjuang menghadapi ideologi patriarki, dan harus menghadapi banjir rob yang terjadi hampir setiap hari dengan ketinggian air yang berbeda-beda, mulai dari setinggi mata kaki sampai setinggi dada orang dewasa. Penelitian ini menggali pengalaman perempuan nelayan di dua desa tersebut dalam menggunakan agensinya untuk membangun respon atas ideologi patriarki dan bencana banjir rob yang berkelindan erat dengan berbagai bentuk ketidakadilan gender. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan feminis dan menggunakan teori agensi yang dikembangkan Ortner dan teori ekologi politik feminis yang dikembangkan Elmhirst sebagai pisau analisis. Penelitian ini menunjukkan bahwa walau menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan gender, perempuan nelayan mempunyai kemampuan untuk menggunakan agensinya untuk bertindak mengatasi bencana di tengah komunitas pesisir yang mengadopsi ideologi patriarki yang kuat.

Women fishermen in Morodemak Village and Purworejo Village, Bonang District, Demak Regency, who in their daily lives struggle with the patriarchal system, have to face tidal floods that occur almost every day with varying water levels, from ankle-high to chest-high. mature. This research explores the experiences of fishing women in these two villages in using their agency to develop a response to the tidal flood disaster which is closely intertwined with various forms of gender inequality. This research was conducted qualitatively with a feminist approach and used agency theory developed by Ortner and feminist political ecology theory developed by Elmhirst as analytical tools. This research shows that despite facing various forms of gender inequality, female fishermen have the ability to use their agency to act to overcome disasters in coastal communities that have a strong patriarchal system."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Zahra Amalina
"Patriarki diyakini sebagai penyebab munculnya ketidaksetaraan dan diskriminasi gender. Permasalahan tersebut
mengakibatkan pergerakan perlawanan yang identik dengan gerakan feminis. Representasi perlawanan terhadap
patriarki juga dapat dilihat dalam produk budaya populer, seperti drama televisi. Dua drama televisi menjadi tempat untuk mengangkat isu perlawanan terhadap patriarki. Dua drama Korea yang mengangkat isu ini adalah Love to Hate You dan Doctor Cha. Kedua drama tersebut menghadirkan tokoh perempuan yang berbeda dengan stereotip perempuan di Korea Selatan, tokoh tersebut adalah Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk terhadap patriarki dalam kehidupan mereka. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlawanan Yeo Mi-ran dan Cha Jeong-suk dilakukan melalui tindakan, perkataan, dan pemilihan kata atau kalimat. Perlawanan Yeo Mi-ran disebabkan oleh praktik patriarki yang diterapkan oleh ayahnya. Yeo Mi-ran berusaha melawan ketidakadilan yang diterimanya sebagai seorang anak perempuan. Di sisi lain, perlawanan Cha Jeong-suk adalah sebuah keputusan untuk melepaskan diri dari peran gender tradisional seorang ibu.

Patriarchy is believed to be the cause of gender inequality and discrimination. The emerging problems resulted in the emergence of a resistance movement that is identical to the feminist movement. Representations of patriarchal resistance can also be seen in popular culture, such as television dramas. Two television dramas are a place to raise the issue of resistance toward patriarchy. Two Korean dramas that raises this issue are Love to Hate You and Doctor Cha. These two dramas present female character who are different from the stereotypes of women in South Korea, the characters are Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk. This research aims to find out determine Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's forms of resistance toward patriarchy in their lives. This research uses descriptive qualitative as the research methods. The results showed that Yeo Mi-ran and Cha Jeong-suk's resistance was carried out through actions, word, and selection of words or sentences. Yeo Mi-ran's resistance was caused by patriarchal practices applied by her father. Yeo Mi-ran tried to fight the injustice she received as a daughter. On the other hand, Cha Jeong-suk's resistance is a decision to break away from the traditional gender role of a mother."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Suri
"Advertisement is a world, that full of imaginations, rhetoric, and slogans. As one of cultural products it reflects the ideology, which are dominant in the society, which is the ideology patriarchy. Using the gender theory this thesis will show how this ideology operates in three advertisements in German Magazines. The positioning of woman as the other lead to the conclusion that the ideology of patriarchy still embedded in advertisements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Irawanto
Yogyakarta: Media Pressindo, 1999
791.43 BUD f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Daniar Cikita
"Children of Srikandi merupakan queer cinema pertama Indonesia yang merepresentasikan kehidupan perempuan queer, dengan nilai queer serta konteks budaya. Analisis film Children of Srikandi dilakukan dengan menggunakan pendekatan semantic-syntactic Rick Altman serta lima kode semiotika Roland Barthes. Dari hasil analisa tersebut ditemukan, bahwa dalam film ditemukan mitos anti-heteronormativitas. Mitos ini juga berinteraksi dengan budaya patriarki Jawa sebagai bagian dari kehidupan perempuan queer di Indonesia. Hasil penelitian ini berusaha memberikan pemahaman mengenai nilai anti-heteronormativitas serta interaksinya dengan konteks lokal.

Children of Srikandi is Indonesian first queer cinema who represent the reality of Indonsian queer women, with the queer value and cultural context. Children of Srikandi film analysis is using Rick Altman’s semantic-syntactic approach, and Roland Barthes’ five codes of semiotic. The result showed that in this film, there is anti-heteronormativity myth. This myth also interacts with Java patriarchal culture as part of Indonesian queer women’s live. The result of this study seeks to provide an understanding of anti-heteronormativity value and it’s interaction with cultural context.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resna Handayani
"Sinetron saat ini merupakan tayangan yang ada di semua stasiun televisi di Indonesia. Hampir setiap televisi menempatkan sinetron sebagai tayangan di jam tayang utama (prime time)-nya. Rumah produksi (production house) pun berlombalomba membuat sinetron. Tidak kurang dari 80 judul sinetron ditayangkan setiap minggunya di seluruh stasiun televisi. Berkembang pesatnya industri sinetron di Indonesia tentunya tidak lepas dari sambutan baik yang diberikan oleh khalayak. Rating tinggi yang diraih oleh hampir semua tayangan sinetron menunjukkan, sinetron dapat diterima oleh khalayaknya. Interaksi yang dinamis antara khalayak dengan isi teks sinetron merupakan suatu hal yang menarik. Berangkat dari pemikiran di atas, penelitian ini mencoba melihat bagaimana proses produksi sinetron Kecil-kecil Jadi Manten di media pembuat (Multivisionplus) dan media penayangnya (RCTI) serta interaksi yang terjadi di khalayak saat mengkonsumsinya. Penelitian ini berusaha mengetahui apa dan bagaimana representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron Kecil-kecil Jadi Manten yang dikonstruksikan oleh media pembuat dan penayangnya, serta bagaimana khalayak menginterpretasikan representasi perempuan dan lelaki yang ditampilkan dalam sinetron tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Ekonomi Politik Media dari Mosco untuk menganalisa proses produksi teks di media. Sementara untuk menganalisa proses konsumsi teks di khalayak, penelitian ini menggunakan teori Social Construction of Reality milik Peter L. Berger dan T. Luckmann. Dengan meminjam kerangka Critical Discourse Analysis dari Fairclough, analisis penelitian ini terbagi menjadi tiga level, yaitu level teks, level discourse practice dan level socio cultural. Pada level teks, penelitian ini berusaha menganalisis lima episode Kecil-kecil Jadi Manten (episode 11, 13, 15, 19, dan 21) untuk melihat bagaimana representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron tersebut mengandung muatan feminitas dan maskulinitas. Teks dari kelima episode di atas dianalisis dengan perangkatframing Gamson dan Modigliani. Sementara di level discourse practice di sisi produksi, penelitian ini mewawancarai bagian programming RCTI dan menelusuri artikel di berbagai media mengenai proses produksi dan penayangan Kecil-kecil Jadi Manten di Multivisionplus dan RCTI. Sementara untuk sisi konsumsi media, penelinan ini. Untuk analisis level socio cultural, penelitian ini juga melakukan penelusuran artikel di berbagai media mengenai perkembangan televisi dan sinetron secara umum. Penelitian ini juga menganalisis level intertextuality dengan melihat bagaimana iklan dan lirik lagu pembuka di sinetron ikut mendukung representasi perempuan dan lelaki yang ditampilkan dalam teks. Pada analisis order of discourse, sinetron Kecil-kecil Jadi Manten diperlakukan sebagai sinetron komedi. Pada level teks, ditemukan tiga frame yang membingkai representasi perempuan dalam sinetron Kecil-kecil Jadi Manten. Ketiga frame tersebut adalah perempuan hams memperhatikan masalah penampilan, perempuan identik dengan kegiatan rumah tangga (domestik), dan perempuan hams bersikap lemah lembut. Sedangkan representasi lelaki di sinetron Kecil-kecil Jadi Manten dibingkai pula oleh tiga frame. Ketiga frame itu adalah lelaki hams memiliki keterampilan fisik, lelaki harus membuktikan kegagahannya dengan kemampuan reproduksi, dan lelaki identik dengan kegiatan di ruang publik. Dan hasil analisis intertextuality pun terlihat bahwa susunan iklan dan lirik lagu pembuka sinetron Kecil-kecil Jadi Manten ikut mendukung frame yang membingkai representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron tersebut. Hasil analisis di level discourse practice di sisi produksi memperlihatkan, proses produksi sinetron Kecil-kecil Jadi Manten dipengaruhi oleh dua ideologi, yaitu ideologi patriarki dan ideologi kapitalis. Pengaruh ideologi patriarki dapat dilihat dari bagaimana sinetron tersebut berusaha mengemas representasi perempuan dan lelaki sesuai dengan feminitas dan maskulinitas. Terminologi patriarki di sini tidak terbatas dari bagaimana lelaki mendominasi perempuan tapi juga bagaimana lelaki dapat tertindas demi meraih dominasi tersebut. Sementara pengaruh ideologi kapitalis dapat dilihat dari bagaimana pembentukan komoditas isi, komoditas khalayak dan komoditas tenaga kerja yang terjadi selama proses produksi dan penayangan sinetron Kecil-kecil Jadi Manten. Di sisi konsumsi, hasil analisis menunjukkan, khalayak masih men-decode atau menginterpretasikan teks sinetron berdasarkan ideologi dominan, yaitu ideologi patriarki. Hal ini dipengaruhi oleh proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi yang dialami khalayak sejak kecil hingga dewasa. Kondisi lingkungan yang didominasi oleh ideologi patriarki juga mendukung proses interpretasi di khalayak. Namun cara interpretasi yang demikian tidak menghilangkan kekritisan khalayak untuk melihat isi teks yang disajikan oleh media sebagai suatu rekayasa. Khalayak menyadari adanya peran skenario yang menuntun representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron Kecil-kecil Jadi Manten. Khalayak pun dapat mengambil keuntungan dari kehadiran sinetron itu. Keuntungan yang didapat oleh khalayak adalah perasaan terhibur dan mengurangi stres. Pihak produsen pembuat dan penayang pun mendapatkan keuntungan dari rating tinggi yang diperoleh sinetron Kecil-kecil Jadi Manten, yaitu besarnya pemasukan iklan di jam tayang sinetron tersebut. Jadi, baik produsen pembuat dan penayang maupun konsumen sinetron kecil-kecil Jadi Manten mendapat keuntungan masing-masing. Dengan demikian, hubungan yang terjalin diantara keduanya adalah hubungan yang mutualistik, bukan hubungan yang saling mendominasi antara satu pihak dengan pihak yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>