Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207642 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christine
"Penelitian mengenai locus of control dan kepuasan keija telah banyak dilakukan, namun hasil-hasil penelitian tersebut masih bertentangan. Menurut Ryan (1988), faktor demografi juga turut mempengaruhi hubungan kedua variabel ini, oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan di Jambi. Tujuan penelitian ini ialah untuk menyelidiki dan menganalisis hubungan antara locus of control dan kepuasan keija, apakah semakin internal locus of control seseorang maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan keijanya. Penelitian ini penting karena kepuasan keija merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas perusahaan. Karyawan yang tidak puas terhadap pekerjaannya akan mengalami stress dan meningkatkan absenteisme atau keluar dari pekeijaannya. Hal ini dapat meningkatkan biaya operasi dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada karyawan Hotel X di Jambi dengan menggunakan adaptasi alat ukur the Job Satisfaction Survey (JSS) dari Spector (198S) dan Work Locus of Control Scale (WLCS) yang dibuat oleh Spector (1988) yang mengukur locus of control di dalam konteks lingkungan pekeijaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara locus of control dan kepuasan keija sebesar 0,224 dan tidak signifikan pada LOS 0,05 dan 0,01 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara locus of control dan kepuasan kerja.

Many researches about locus of control and job satisfaction had been done, but the results showed differences. Ryan (1988) said that demographic factor also influence the relationship between those variables, therefore this research was held in Jambi. The objective of this research is to investigate and analyse the relationship between locus of control and job satisfaction, whether people with internal locus of control will lead to high job satisfaction. This research is essential because job satisfaction is one of key job factors which affects the organizational effectiveness. Employees who are dissatisfied with their job will be under stress, and tend to have high rate of absenteeism and tum over, which ultimately lead to higher operating cost or even can cause the organization to suffer a financial loss. This research was conducted in Hotel X Jambi by using adaptation of the Job Satisfaction Survey (JSS) by Spector (198S) dan Work Locus of Control Scale (WLCS) by Spector (1988) which measure locus of control in the context of work. The result of this research shows that correlation between work locus of control and job satisfaction is 0,224 and not significant in LOS 0,05 and 0,01. The conclusion is locus of control is not correlated significantly with job satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Siti Rachmadani
"Kepuasan kerja adalah variabel sikap yang merefleksikan bagaimana perasaan evaluatif individu mengenai pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan salah satu variabel pekerjaan yang penting karena berkontribusi besar terhadap efektifitas perusahaan dan pada pekerja itu sendiri. Kepuasan kerja dipengaruhi faktor lingkungan pekerjaan dan faktor karakteristik pribadi. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah Locus Of Control (LOC), yakni keyakinan umum individu pada kemampuannya untuk mengontrol penguatan (reinforcement) positif serta negatif dalam hidupnya. Individu dengan LOC eksternal merasa hidupnya dikontrol oleh nasib dan keberuntungan. Sedangkan individu dengan LOC internal merasa dirinya mengontrol setiap peristiwa.
Penelitian sebelumnya memperlihatkan individu dengan LOC internal merasa lebih puas dengan pekerjaannya dibanding yang eksternal. Diantaranya penelitian tersebut dilakukan pada subyek mahasiswa dan karyawan teknis. Untuk melihat lebih jauh hubungan LOC dengan kepuasan kerja pada subyek berbeda, yakni karyawan pabrik, maka dilakukan penelitian ini. Subyek penelitian adalah karyawan pabrik berjumlah 125 orang, dengan metode pengambilan sampel nonprobability-incidental sampling.
Tipe penelitian berbentuk ex-post facto field study dengan correlational design. Alat ukur penelitiannya adalah skala adaptasi Work Locus Of Control Scale dan skala adaptasi The Job Satisfaction Survey. Untuk memperoleh gambaran LOC dan kepuasan kerja digunakan mean average, dan untuk melihat korelasi keduanya digunakan teknik Pearson's product-moment.
Hasil penelitian adalah koefisien korelasi LOC dengan kepuasan kerja yakni sebesar -0.512 yang signifikan pada LOS 0.05 dan 0.01. Sehingga kesimpulan penelitian ini adalah semakin internal LOC, subyek semakin puas terhadap pekerjaannya, dan sebaliknya, semakin eksternal LOC, subyek semakin tidak puas terhadap pekerjaannya.

Job satisfaction is an attitude variable that represent an individual's evaluative feelings toward his or her job. Job satisfaction is on of a job variable that is important because it contribute a lot to the company effectiveness and the individual itself. Job satisfaction is influenced by work environmental and personal characteristic factors. Personal characteristic that influence job satisfaction is locus of control (LOC). LOC is an individual's generalized belief in his or her ability to control positive and negative reinforcement in life. Individual with external LOC feel that his or her life is controlled by fate and luck. On the other hand, individual with internal LOC feel that he or she can control their life.
Others research that has been done before shows that individual with internal LOC feels more satisfied with his or her job compared to the external LOC. Some of the research used college students and technical employees as the subject. To see more about the correlation between LOC and job satisfaction on different subject, with factory workers as the subject, so this research is held. Research was held among 125 factory workers using nonprobabilityincidental sampling method.
The type of this research was ex-post facto field study with correlational design. The measurement that was used are Work Locus of Control and The Job Satisfaction Survey adaptation scale. Mean average was used to get description of LOC and job satisfaction, and pearson-product moment was used to see correlation between them.
The result showed that coefficient of correlation between LOC and job satisfaction is - 0.512 which is significant at LOS 0.05 and 0.01. The conclusion of this research is the more internal subject's LOC, the more satisfied they feel about their job. On the other hand, the more external subject's LOC, the more dissatisfied they feel about their job.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahuddin
"Penelitian ini adalah mengenai stres kerja pada wartawan media cetak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi pelibatan karyawan dan locus of control dengan stres kerja pada wartawan media cetak.
Stres kerja merupakan kondisi psikologis sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan kerjanya di mana interaksi tersebut menimbulkan gangguan psikologik dan fisiologik sebagai akibat ketidak-seimbangan antara kemampuan yang dimiliki individu dengan tuntutan pekerjaan yang dihadapinya.
Penelitian ini perlu dilakukan karena stres kerja dapat merugikan individu wartawan baik secara psikis maupun fisik dan juga merugikan daya sisi organisasi seperti ketidak-hadiran kerja, rendahnya kinerja, terhambatnya produktivitas dan beban biaya organisasi bertambah. Jumlah responden penelitian sebanyak 104 responden yang berasal dari 6 media cetak berskala nasional yang terbit di Jakarta.
Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari: Perceived Work Stres Scale (Cohen, I983), Employee Involvement Practices Scale (Lawler, 1992), dan The Work Locus of Control (Spector, 1988). Semua skala ini disesuaikan dengan responden yang diteliti yaitu wartawan. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis korelasi tunggal, analisis regresi berganda dan analisis perbedaan sampel t-test dan F-test.
Penelitian menggunakan metode kajian lapangan yang non-eksperimental dan menguji hipotesis. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yang tergolong purposive. Analisis data menggunakan metode enter dan stepwise dengan bantuan program komputer SPSS 10.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pelibatan karyawan (peningkatan keterampilan dan pengetahuan, pembagian informasi, redistribusi kekuasaan, dan penghargaan atas kinerja ) dan locus of control secara bersama dengan stres kerja pada wartawan media cetak. Dari variabel bebas yang diteliti, persepsi pelibatan karyawan dimensi redistribusi kekuasaan dan dimensi penghargaan atas kinerja memberikan sumbangan yang bermakna terhadap stres kerja.
Saran-saran yang diajukan untuk penelitian lebih lanjut adalah menggali variabel bebas lain dari faktor organisasi yang mempengaruhi stres kerja, mengembangkan alat ukur styes kerja yang Iebih spesifik di bidang kerja masing-masing, perusahaan dapat menerapkan kebijakan pelibatan karyawan terutama redistribusi kekuasan pada level bawah karena dapat mengurangi stres kerja yang dipersepsikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosephine Dwi Eka S.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres konflik peran, locus of control, dan coping secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja sopir taksi. Kepuasan kerja yang diteliti mencakup kepuasan terhadap aspek-aspek pekerjaan serta kepuasan kerja secara umum. Subjek penelitian ini adalah 226 sopir taksi di Jakarta. Data diperoleh melalui kuesioner yang mencakup Stres Konflik Peran, Locus of Control dari Rotter, Coping dari Lazarus, serta kuesioner Job Descriptive Index (JDI) versi tahun 1997 dan Job In General (JIG).
Metode Penelitian
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
- Uji validitas alat ukur dilakukan menggunakan metode internal consistency.
- Reliabilitas alat ukur dihitung menggunakan metode Cronbach alpha.
2. Metode Analisis
- Teknik analisis yang digunakan adalah teknik Analisa Regresi Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stres konflik peran, locus of control, dan coping secara bersama-sama dengan masing-masing variabel kepuasan kerja, baik terhadap aspek tugas (JS-work), upah (JS-pay), promosi (JS-promotion), supervisi (JS-supervision), penumpang (JS-client), maupun kepuasan kerja secara umum (JIG).
1. Stres Konflik Peran
- Memberi sumbangan yang bermakna terhadap JS-work, JS-promotion, dan JIG.
2. Locus of Control
- Memberi sumbangan yang bermakna terhadap JS-work, JS-promotion, JS-supervision, dan JS-client.
3. Coping
- Memberikan sumbangan yang bermakna terhadap JS-pay, JS-promotion, JS-supervision, dan JS-client.
Temuan Lain
1. Perbedaan Signifikan
- Terdapat perbedaan signifikan antara variabel stres konflik peran, coping, JS-work, JS-pay, dan JS-client di antara sopir taksi dengan internal locus of control dan external locus of control.
- Terdapat perbedaan signifikan pada variabel JS-work, JS-pay, JS-supervision, dan JIG di antara sopir taksi dengan stres konflik peran tinggi dan rendah.
- Terdapat perbedaan signifikan pada variabel stres konflik peran, coping, JS-promotion, dan JS-supervision di antara sopir taksi dengan sistem upah setoran dan sistem upah komisi.
Saran yang diajukan
1. Perusahaan
- Perusahaan harus memperhatikan stres konflik peran, locus of control, dan coping dalam meningkatkan atau mempertahankan kepuasan kerja sopir taksi.
2. Pelatihan Kontinyu
- Diadakan pelatihan kontinyu mengenai aspek psikologis.
3. Penelitian Lanjutan
- Melakukan penelitian lanjutan agar alat ukur JDI dan JIG dapat dipergunakan sebagai alat ukur baku di Indonesia.
Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana faktor-faktor psikologis seperti stres konflik peran, locus of control, dan coping mempengaruhi kepuasan kerja sopir taksi. Dengan pemahaman ini, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja sopir taksi melalui program-program yang dirancang khusus untuk mengatasi stres, memperkuat kontrol internal, dan mengembangkan strategi coping yang efektif."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno
"Kepuasan kerja menjadi penting dalam suatu organisasi, karena diyakini memberikan dampak yang positif bukan hanya untuk organisasi tetapi juga untuk para karyawan. Jika kepuasan kerja dalam suatu organisasi dapat tercapai maka akan meningkatkan produktifitas. Tetapi jika yang terjadi adalah ketidakpuasan kerja, maka akan mengakibatkan kemangkiran, mogok kerja, pindah kerja, dan lain-lain. Kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Secara umum kepuasan kerja dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, gaji, pekerjaan, komunikasi, promosi, kondisi kerja), dan kepribadian (salah satu atribut kepribadian yang dapat digunakan sebagai peramal perilaku dalam organisasi yaitu locus of control).
Penelitian tentang hubungan antara locus of control dengan kepuasan kerja pada prajurit TNI-AL dilatarbelakangi oleh banyaknya tindakpelanggaran yang dilakukan para prajurit. Hal ini merupakan salah satu indikasi terjadinya ketidakpuasan kerja (Robbins, 2001). Responden penelitian ini adalah para prajurit TNI-AL yang berdinas di Mabesal. Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala Internal-Eksternal LOC dari Rotter (1966) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Kurniawati, H. (1986) untuk keperluan skripsi, dan untuk kepuasan kerja menggunakan Skala Kepuasan Kerja dari Spector (1997), yang telah diadaptasi kedalam bahasa indonesia oleh Ali Nina (2002). Untuk melihat hubungan antara LOC dengan kepuasan kerja menggunakan korelasi pearson produet moment.
Dari hasil analisa data didapat suatu gambaran bahwa LOC para prajurit secara umum internal, dan kepuasan kerja secara umum tinggi. Tetapi tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara keduanya. Hal ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara kedua variabel tersebut. Sedangkan dari korelasi antara LOC dengan kepuasan kerja perfaset, ditemukan bahwa LOC hanya berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja faktor kepemimpinan. Sedangkan enam faktor kepuasan kerja lainnya tidak berkorelasi secara signifikan. Hal ini berarti LOC hanya mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepuasan kerja faktor kepemimpinan saja, sedangkan hubungannya terhadap enam faktor lainnya, seperti kondisi kerja, teman kerja, kesempatan promosi, komunikasi, pekerjaan, gaji dan imbalan, tidak bermakna.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan untuk penelitian lanjutan supaya mencoba memperbandingkan subjek penelitian antara prajurit yang di staf dan di lapangan,1'memperbanyak referensi, agar lebih mendapatkan hasil yang mendalam tentang hubungan LOC dengan kepuasan kerja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Olivia
"Kepuasan kerja merupakan variabel perilaku organisasi yang penting. Imbalan yang didapat dari pekerjaan, dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia sehingga merupakan hal yang logis untuk memperkirakan bahwa imbalan merupakan hal yang dihargai dalam kehidupan kerja dan kehidupan secara keseluruhan pada karyawan. Keadaan ekonomi Indonesia yang masih belum benar-benar pulih dari knsis ekonomi tahun 1997, meningkatnya kemiskinan, banyaknya demonstrasi menuntut kenaikan gaji, hal-hal ini mendukung posisi imbalan sebagai sesuatu yang dianggap penting dan berharga dalam keija dan hidup karyawan.
Teori value yang diungkapkan oleh Locke mengatakan bahwa semakin seseorang menerima hasil yang mereka pentingkan atau hargai (value), semakin puas dirinya. Dunia kerja yang menyita hampir separuh dari kehidupan seorang karyawan mengindikasikan pentingnya kepuasan keija dalam hubungannya dengan kepuasan hidup. Selain itu didapati pula bahwa kepuasan imbalan berhubungan dengan kepuasan keadilan imbalan. Hal ini sesuai dengan teori equity yang dibuat oleh Adams, yang mengatakan bahwa individu membandingkan apa yang diterima dari organisasi (output) dengan apa yang dikontribusikan ke organisasi (input), lalu perbandingan atau rasio ini dibandingkan dengan rasio orang lain. Dalam penelitian ini, kepuasan keadilan imbalan juga dihubungkan dengan kepuasan keija dan kepuasan hidup.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan melihat seberapa kuat hubungan di antara kepuasan keija, kepuasan imbalan, kepuasan keadilan imbalan, dan kepuasan hidup pada karyawan. Subyek penelitian adalah 100 karyawan yang bekeija di perusahaan swasta pada tingkat pelaksana di Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Desain penelitian yang dipilih adalah desain noneksperimental/survei dengan memakai skala (skala life satisfaction, MSQ, PSQ, dan pay equity comparisori) sebagai alat ukurnya. Pengolahan data dilakukan dengan korelasi, regresi, uji beda (t-test), dan crosstabs.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kepuasan keija dengan kepuasan imbalan (r = 0,624), kepuasan keija dengan kepuasan hidup (r = 0,452), kepuasan imbalan dengan kepuasan hidup (r = 0,258), kepuasan keadilan imbalan dengan kepuasan imbalan (r = 0,747), dan kepuasan keadilan imbalan dengan kepuasan keija (r = 0,373), tapi hubungan signifikan antara kepuasan keadilan imbalan dengan kepuasan hidup gagal ditemukan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosidah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekawarna
"ABSTRAK
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah, hubungan antara persepsi terhadap karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja pada guru SMPN di Kotamadya Jambi. Landasan yang digunakan untuk menjelaskan variabel penelitian mengacu kepada teori Hackman & Oldha (1974). Menurutnya karakteristik pekerjaan adalah sifat-stfat khusus yang selalu ada dalam suatu pekerjaan, yang terdiri dart lima dimensi inti yaitu variasi ketrampilan, identitas tugas, keberartian tugas, otonomi dan umpan batik.
Sedangkan kepuasan kerja adalah perasaan umum (sebagai pernyataan sikap) dari individu apakah memuaskan dan membahagiakan dengan pekerjaannya itu sendiri. Berdasarkan unsurnya kepuasan kerja melingkupi kepuasan kerja dan kepuasan kerja khusus seperti kepuasan tarbadap kesabaran kerja, kepuasan terhadap penghasilan, kepuasan terhadap hubungan sosial, kepuasan terhadap atasan dan kepuasan terhadap kesempatan untuk tumbuh kembang.
Yang menjadi mediator hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja adalah kondisi psikologis kritis, yaitu kondisi yang menunjukkan kesiapan individu untuk merespon secara positif terhadap tugas yang di.lakukannya, yang terdiri dari kondisi keberartian pekerjaan yang diakibatkan oleh persepsi terhadap variasi ketrampilan, identitas tugas dan keberartian tugas, kondisi tanggung jawab pekerjaan sebagai akibat dari dimensi otonomi dan kondisi pengetahuan hasil kerja sebagai akibat dari dimensi umpan batik.
Teori di atas memprediksi bahwa individu yang memiliki Growth Need Strength (GNS) tinggi akan merespon secara positif terhadap pekerjaan yang sudah didesain dengan lima dimensi inti, sedang individu yang memiliki GNS rendah akan bereaksi negatif bahkan pekerjaan yang telah didesain memenuhi karakteristik pekerjaan akan menjadi sumber kacemasan (anxiety).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi berdasarkan data empiris mengenai besaran dan arah hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kondisi psikologis kritis dan dengan kepuasan kerja back dengan mengabaikan maupun memperhatikan GNS-Tinggi. Bila tujuan ini dapat dicapai, maka informasi ini Akan bermanfaat balk secara teoritis maupun secara praktis.
Data penelitian diambil dengan teknik kuesioner dengan adaptasi kuesioner Job Diagnostic Harvey {JDS) Hackman & Oldham yang.telah teruji baik kesahihannya maupun keterandalannya dari sampel penelitian sebanyak 382 orang berasal dart 21 SMP Negeri di Kotamadya Jambi. Pengolahan dan analisis data menggunakan jassa program komputer dari Paket SPS/PC+ (Statistical Package for Social sciences) dari Karija J. Aorusis, versa ISM PC/XT/AR'/1986, antara lain analisis varian, analisis korelasi, dan analisis regeresi."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Zaroh
"Kecelakaan lalu lintas darat hingga akhir tahun 1988 masih
menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 31.657 kejadian dengan
kerugian material sekitar Rp. 27.259.567.000 (Data Statistik Dephub., 1998).
Kecelakaan yang dilakukan pengendara lalu lintas jalan raya menurut
Mc Cormick dan Sanders (1988), Order dan Spincer (dalam Mc Cormick dan
Sanders, 1988) Goldenson (1970) disebabkan oleh faktor teknoiogis,
lingkungan, dan manusia Dari kasus kecelakaan pengendara lalu lintas 85 % karena faktor manusia (human error).
Kecelakaan pada pengendara lalu lintas jalan raya yang diakibatkan
oleh faktor manusia tidak terlepas dari pengaruh kepribadian, demikian
dikatakan Mc Cormick dan Sanders (1986), Wtrawan (1996)
Menurut Grandjean (1988). Mc Cormick dan Sanders (1988), Singleton
(1989), Bridger (1995), bahwa kecelakaan secara umum dapat diprediksi
melalui beban kerjanya. Dan menurut Wilson dan Corleet (1990) dan Robin (1996), ada beberapa varabel yang memperlunak beban kerja, antara lain usia, pengalaman kepribadian, Locus of Control, motivasi.
Penelitian ini ingin melihat hubungan Locus of Control dan tipe
kepribadian dengan persepsi beban kerja pada pengemudi bus malam
jurusan Solo-Jakarta serta pengalaman dan usia sebagai variabel moderator.
Subyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengemudi bus malam
yang mengemudikan jenis bus AC pada P.O. ROSALIA INDAH Solo,
sebanyak 70 penemudi bus malam. Untuk mengungkap data-data variabel
penelitian kepada mereka diberikan kuesioner berupa Locus of Control, tie kepribadian, dan persepsi beban kerja pengemudi bus malam.
Sebelum alat ukur ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan
validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian. Validitas dan reiabilitas alat ukur Locus of Control dan tipe kepribadian menggunakan data validitas dan
reliabilitas yang telah pakai peneliti lain. Sedangkan alat ukur persepsi pengemudi bus malam dicari nilai S (Scale Values) dan niiai Q.
Metode analisis menggunakan metode Multiple Regression yang
berguna untuk menguji korelasi dari variabel penelitian. Sedangkan untuk melihat perbedaan variabel penelitian menggunakan analisis varian. Dari hasil analisis Multiple Regression diperoleh Ada hubungan yang bermakna antara
Locus of Control dan tipe kepribadian yang dipengaruhi usia dan pengalaman kerja dengan persepsi beban kerja pada pengemudi bus malam dengan
R = 0.238 dan F = 5.084 P < 0.005. Kemudian diperoleh R = 0.004 dan
F = 0.129 P > 0.005 yang berarti tidak ada hubungan ant?" f #cus of Control dan tipe kepribadian yang dikendalikan.usia dan pengalaman kerja dengan persepsi beban kerja pengemudi bus malam. Dari analisis varian diperoleh
F = 28.654 dan (Mean lntemal = 7.0381 dan Mean External = 6.53000
P < 0.005 yang berarti ada perbedaan bermakna persepsi beban kerja antara lnteral Locus of Control dengan External Locus of Control pada pengemudi bus malam. Selanjutnya diperoleh F = 9.781 dan (Mean tipe A = 5.8004 dan
Mean tipe B = 6.6794) yang berarti ada perbedaan yang bermakna persepsi beban kerja antara kepribadian tipe A dengan kepribadian tipe B pada pengemudi bus ma|am
Sedangkan hasil analisis hubungan masing-masing variabel adalah
sebagai berikut; ada hubungan bermakna hubungan antara lnternal Locus of control dengan peersepsi beban karja R = 0.211 dan F = 0.260 dengan arah koeisien korelasi positif, tidak ada hubungan yang antara External Locus of Control dengan persepsis beban kerja R = 0.155 dan F = 1.492 dengan arah koerisien korelasi negatif, ada hubungan yang bermakna antara tipe A kepribadian dengan persepsi beban kerja R = 0.324 dan F = 18.195 dengan
arah koetisien korelasi negatif, tidak ada hubungan antara kepribadian tipe B dengan persepsi beban kerja R = 0.066 dan F 1.976. Kemudian tidak ada hubungan usia dengan persepsi beban kerja R = 0.071 dan F = 5.126 dengan arah koelisien korelasi negatif, tidak ada hubungan pengalaman kerja dengan persepsi beban kerja R = 0.043 dan F = 3.055. Saran yang diajukan untuk peneliti Iain adalah pertama penggunaan kuesioner persepsi beban kerja dengan menggunakan metode skala Thorstone's tampaknya kurang tepat, karena terbukii bahwa pada item yang ekstreem jawaban subyek mengelompok. Kedua hendaknya motivasi dijadiakan sebagai variabel moderator."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restika
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara workplace wellbeing dan work locus of control pada karyawan perusahaan manufaktur yang memproduksi oli. Workplace well-being merupakan rasa sejahtera yang diperoleh karyawan dari pekerjaan mereka, yang terkait dengan perasaan karyawan secara umum (core affect) dan nilai intrinsik maupun ekstrinsik dari pekerjaan (Page, 2005), yang diukur dengan Workplace Wellbeing Index (WWBI).
Work locus of control merupakan kepercayaan individu tentang pekerjaan yang dikendalikan oleh tindakan atau perilaku individu (internal) ataupun sebab di luar pengaruh individu itu sendiri (eksternal) (Spector, 1988), diukur melalui alat ukur Work Locus of Control Scale (WLCS). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 133 karyawan di PT. X, diperoleh secara accidental. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara workplace well-being dengan work locus of control pada karyawan perusahaan manufaktur (r = 0,558, p < 0,01, two tailed).

The research’s purpose is to analyse the correlation between workplace wellbeing and work locus of control on manufacture employees which produce oil. Workplace well-being is defined as a sense of well-being derived from the work of their employees, which is associated with feelings of general employees (core Affect) and the intrinsic and extrinsic value of work (Page, 2005), measured through the Workplace Well-being Index (WWBI).
Work locus of control is an individual's belief about the job that is controlled by the actions or behavior of the individual (internal) or causes beyond the influence of the individual (external) (Spector, 1988), was measured by gauges Work Locus of Control Scale (WLCS). The sample in this study included 133 employees at PT. X, using accidental sampling. The results show that there is a significant relationship between workplace wellbeing with work locus of control on the manufacturing company's employees (r = 0.558, p <0.01, two-tailed).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>