Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmorang, Merary
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan strategi metakognitif dalam menulis pada siswa Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (think aloud) dan metode kuantitatif (non-paramelric lesi). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 27 orang yang terdiri dari 14 orang perempuan dan 13 orang laki-laki. Penelitian dilakukan dengan meminta partisipan membuat sebuah karangan dan menyuarakan segala sesuatu yang muncul dalam pikirannya selama menulis. Tema karangan sudah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis strategi metakognitif yang digunakan selama menulis bersuara yaitu: memilih kata yang tepat (translating), membaca ulang kalimat/paragraf tanpa melakukan perbaikan/revisi (reading), dan membaca ulang kalimat/paragraf dengan melakukan perbaikan/revisi (ediling). Temuan lainnya menunjukkan bahwa partisipan juga menggunakan strategi menyebutkan ulang kata/frasa tanpa melakukan perbaikan dan bertanya pada diri sendiri.
This study aims to examine the using of metacognitive strategies in writing among Junior High School students. This study uses qualitative method (with think aloud) and quantitative method (with non-parametric test). The participants in this study are 27 students of Junior High School consist of 14 female and 13 male. This study done by asking the participants to compose an essay and say aloud what they are thinking about the essay during composing. The topic had been determined by the researcher. This study indicate that there are three types of metacognitive strategies that used during composing namely: fmding the accurate words (translating), saying frequently the clauses or paragraphs without correction (reading), and reading frequently the clauses or paragraphs with correction (editing). The other results indicate that participant also use other strategies namely saying frequently the phrases or words without correction and asking himself/herself."
2010
S3674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Latifah
"Keterampilan membaca untuk tujuan memahami materi bacaan merupakan faktor penting dalam pembelajaran dan keberhasilan siswa di sekolah. Membaca bukan sekedar aktivitas menyimpan informasi dalam ingatan, namun lebih dari itu, merupakan proses membangun pengetahuan yang melibatkan pengolahan informasi pada tingkat yang lebih tinggi dari sekedar merekam informasi. Untuk membangun pemahaman, diperlukan strategi metakognitif yang berfungsi memfasilitasi proses pemahaman siswa. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan strategi metakognitif dalam pemahaman bacaan pada siswa-siswa sekolah menengah pertama di wilayah Jawa pesisir dan Jawa pedalaman. Penelitian ini menggunakan mixed methods research design, yang melibatkan 61 siswa dari wilayah pesisir dan 55 siswa dari wilayah pedalaman. Penelitian menggunakan prosedur think-aloud untuk mengetahui jenis-jenis strategi metakognitif yang digunakan selama proses memahami bacaan. Hasil penelitian menemukan tiga hal. Pertama, ada perbedaan penggunaan strategi metakognitif dalam membaca antara siswa di wilayah Jawa pesisir dan pedalaman. Siswa pedalaman terbukti menggunakan strategi lebih sering dari siswa pesisir. Akan tetapi, jenis strategi yang digunakan siswa di pesisir cenderung lebih beragam dan lebih berkualitas. Kedua, penggunaan strategi metakognitif dalam membaca terbukti berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bacaan siswa. Ketiga, masing-masing wilayah penelitian Jawa pesisir dan Jawa pedalaman memiliki jenis-jenis strategi metakognitif khas. Strategi metakognitif khas yang dimiliki siswa di Jawa pesisir lebih banyak dan lebih menyebar di wilayah jenis strategi metakognitif yang lebih tinggi kualitasnya. Sebaliknya, strategi metakognitif khas siswa Jawa pedalaman jumlahnya lebih sedikit dan lebih menyebar di wilayah jenis strategi metakognitif yang lebih rendah. Implikasi dari penelitian ini adalah keterampilan metakognitif siswa SMP dalam pemahaman bacaan perlu ditingkatkan. Untuk itu, perlu dirumuskan suatu model pelatihan perancah metakognitif bagi guru agar mereka dapat melatih keterampilan metakognitif siswa-siswanya.
Reading skills for understanding reading materials are important factors in student learning and success in school. Reading is not just an act of storing information in memory, but more than that is a process of building knowledge that involves information processing at a higher level than just recording information. The metacognitive strategy is needed to facilitate the process of understanding. This study was conducted to examine the use of metacognitive strategies in reading comprehension among junior high school students in coastal and upland Java areas. This research uses mixed methods research design, involving 61 students from coastal areas and 55 students from upland areas. The study used a think-aloud procedure to identify the types of metacognitive strategies used during the reading comprehension process. The results of this study found three things. First, there is a difference in the use of metacognitive strategies in reading between students in coastal and upland Java areas. Upland students use strategies more often than coastal students. However, the types of strategies used by students on the coast are more diverse and more qualified. Second, the use of metacognitive strategies in reading affected the level of students 39; reading comprehension. Third, each research group coastal Java and upland Java has typical types of metacognitive strategies. The typical metacognitive strategies of students in coastal Java are more and more widespread in areas of higher quality metacognitive strategies. In contrast, the metacognitive strategy typical of upland students is fewer and more widespread in areas of lower metacognitive strategy. The implication of this research is the junior high school students 39; metacognitive skill in reading comprehension need to be improved. Therefore, it is necessary to formulate a model of metacognitive scaffolding training for junior high school teachers so that teachers can train the metacognitive skills of their students. With this training, teachers can help students to improve their skills in using metacognitive strategies so that students 39; reading comprehension can be improved."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2491
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Mularsih
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran (kooperatif dan individual) dan tipe
kepribadian (ekstrover dan introver) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode
ekperimental dengan desain faktorial 2 x 2 dengan sampel 48 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota
Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran
kooperatif lebih tinggi daripada yang mengikuti pembelajaran individual, (2) tidak ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa yang berkepribadian ekstrover dan introver, (3) terdapat interaksi yang positif antara strategi
pembelajaran dan tipe kepribadian siswa pada hasil belajar bahasa Indonesia, (4) hasil belajar siswa yang ekstrover,
yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada mengikuti strategi pembelajaran individual, (5)
hasil belajar siswa yang introver, yang mengikuti strategi pembelajaran individual lebih tinggi daripada mengikuti
strategi pembelajaran kooperatif. Simpulannya, strategi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa dengan mempertimbangkan tipe kepribadian siswa.
The objective of the research is to study the effect of the instructional strategies (cooperative and individual learning)
and personality types (extrovert and introvert) on the outcome of students on learning Indonesian language. The
research employed the experimental method with 2 x 2 factorial design on a sample of 48 students, conducted at the
secondary school in Tangerang City. The result of the research shows that: (1) the outcome of students learning
following the instruction with cooperative strategy are higher than those following individual instruction, (2) there are
no significant differences of learning outcome between the students having extrovert type and introvert type of
personality, (3) there is a significant interaction effect between the instructional strategy and the personality type on the
secondary school outcome of the students learning Indonesian language, (4) the outcome of extrovert type students
learning, following the instruction with cooperative strategy are higher than those following individual instruction, (5)
the outcome of introvert type students learning, following the instruction with individual strategy are higher than those
following cooperative instruction. In conclusion, the instructional strategy can increase the outcome of students learning
Indonesian language by considering the students’ personality type."
Universitas Tarumanagara. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum (UPT MKU), 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Dwi Ariyanti
"ABSTRAK
Masa perpindahan dari SD ke SMP umumnya berkaitan dengan perubahan pada
lingkungan sekolah, aktifitas akademis, dan aktifitas sosial, perubahan-perubahan
tersebut dihadapi oleh siswa remaja awal bersamaan dengan perubahan yang
berasal dari dalam dirinya karena masa pubertas. Bagi kebanyakan siswa remaja
awal kondisi tersebut bisa menjadi pemicu munculnya stress (stressor). Dalam
menghadapi stress setiap siswa memiliki perbedaan karena disebabkan oleh
kemampuan coping yang dimilikinya dan dukungan sosial yang diterimanya.
Penelitian dilakukan pada partisipan sebanyak 106 orang yang berasal dari SMP N
2 Depok, dan memiliki karakteristik anak laki-laki maupun anak perempuan yang
sedang menjalani semester pertama sekolah. Seluruh partisipan diukur mengenai
pengalaman stress menggunakan Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, &
Mermelstein, 1983), pengalaman stressor menggunakan lembar checklist,
penggunaan strategi coping menggunakan Cope Scale (Carver, Scheier, &
Weintraub, 1989), dan dukungan sosial menggunakan Social Support
Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua partisipan mengalami stress namun pada tingkat yang berbeda-beda,
situasi khawatir dengan hasil raport jelek merupakan salah satu situasi yang
banyak dialami siswa sekaligus dianggap sebagai stressor, strategi coping terpusat
emosi sering digunakan oleh paling banyak partisipan, dan dukungan sosial yang
sangat sesuai ialah dari orang tua baik dalam bentuk instrumental maupun
emotional. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seluruh pihak
yang terlibat dalam tumbuh kembang siswa remaja awal untuk bisa lebih
memahami pengalaman stress, stressor, strategi coping, serta dukungan sosial
pada siswa remaja awal di SMP.

ABSTRACT
The transition from elementary school to junior high school is generally
associated with changes in the school environment, academic activities, and social
activities, the changes faced by students in conjunction with the change that
comes from within him or her because of the onset of puberty. For most students
these conditions could trigger the emergence of stress (stressors). In the face of
stress every student has a different because their own capability of coping and
social support their received. Participants totaled 106 people from SMP N 2
Depok, and has the characteristics of boys and girls who are undergoing the first
semester of school. All participants were measured on experience of stress using
the Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, & Mermelstein, 1983), the
experience of stressor using a checklist sheet, the use of coping strategies using
the Cope Scale (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989), and social support using
Social Support Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). The results
showed that all participants experienced stress but on a different level, the
situation concerned with the results of bad report cards is one of the situations
experienced by most students at once regarded as a stressor, coping strategies
centered emotions often used by most participants, and social support particularly
appropriate is from parents in the form of instrumental and emotional. From the
results of this research can help all parties involved in the development of early
adolescent students to better understand the experience of stress, stressors, coping
strategies, and social support on early adolescent students in junior high school."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Mustika
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah pemberian program intervensidengan pendekatan reciprocal teaching dan buddy reading dapat meningkatkanstrategi metakognitif yang digunakan siswa ketika membaca. Penelitian inimerupakan penelitian dengan desain subyek tunggal pada siswa kelas X SMAdengan kesulitan pemahaman bacaan. Program berlangsung selama 6 hari, danterdiri dari fase baseline dan fase treatment. S
elama fase baseline, dilakukan persiapan terhadap subyek, persiapan buddy, serta pengukuran strategi metakognitif subyek sebelum diberikan intervensi. Dalam fase treatment, subyek diberikan intervensi berupa program belajar dengan pendekatan reciprocal teaching dan buddy reading, kemudian diukur strategi metakognitifnya.
Hasilpenelitian menunjukkan peningkatan penggunaan strategi metakognitif padasubyek, baik dari segi jumlah, keberagama, dan tingkat efektivitas strategi metakognitif yang digunakan ketika membaca.

The objective of this research is to examine whether intervention program with reciprocal teaching and buddy reading can improve metacognitive strategies usedby student. This research is conducted using single subject design on high school student with reading comprehension difficulties. The program was administrated in 6 meetings and consisted of two phases baseline and treatment.
During the baseline phase, researcher prepared subject and buddy for intervention, and measured metacognitive strategies used by subject before intervention. During the treatment phase, subject received learning program with reciprocal teaching and buddy reading, then his metacognitive strategies was measured.
The result showed that there is improvement in the variety, and effectiveness ofmetacognitive strategies used by subject while reading.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Jannah
"Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia. Jumlah korban kecelakaan yang tinggi dikalangan usia pelajar di Indonesia menjadi fenomena yang penting dan harus dipandang secara serius. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan siswa sekolah menengah kejuruan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan. Desain kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian terhadap 93 responden yang diperoleh melalui simple random sampling. Responden berusia 14-19 tahun, 30,1% duduk di kelas X dan 69,9% di kelas XI. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 58,1% dan laki-laki 41,9% serta hanya 25,8% responden yang pernah mendapat pelatihan pertolongan pertama sebelumnya. Pengetahuan siswa mengenai pertolongan pertama ternyata masih kurang adekuat. Dari 93 siswa yang dijadikan responden, hanya 36,6% siswa yang sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai pertolongan pertama. Perawat komunitas perlu bekerja sama dengan pihak penyelenggara pendidikan untuk memasukkan pengetahuan pertolongan pertama pada kurikulum sekolah.

Traffic accident is the cause of most injuries occurred in the world. A high number of traffic accident among age students in Indonesia to be an important phenomenon and should be considered seriously. Therefore, this study aimed to obtain information on high school students' knowledge about first aid. The design of quantitative descriptive with cross sectional method is used in this research to 93 respondent by simple random sampling. Respondents aged 14-19 years, 30.1% in class X and 69.9% in class XI, 58.1% female and 41.9% male, and only 25.8% of respondents who had received first aid training before. It has been found that student's knowledge of first aid is not at an adequate level. Result showed that from 93 students, only 36.6% of students who already have a good understanding of first aid. The results of this study serve as an input in improving nursing care to work together with education providers for inserting first aid subject to curriculum."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Mularsih
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran (kooperatif dan individual) dan tipe kepribadian (ekstrover dan introver) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental dengan desain faktorial 2 x 2 dengan sampel 48 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada yang mengikuti pembelajaran individual, (2) tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang berkepribadian ekstrover dan introver, (3) terdapat interaksi yang positif antara strategi
pembelajaran dan tipe kepribadian siswa pada hasil belajar bahasa Indonesia, (4) hasil belajar siswa yang ekstrover,
yang mengikuti strategi pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada mengikuti strategi pembelajaran individual, (5)
hasil belajar siswa yang introver, yang mengikuti strategi pembelajaran individual lebih tinggi daripada mengikuti
strategi pembelajaran kooperatif. Simpulannya, strategi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa dengan mempertimbangkan tipe kepribadian siswa.

Abstract
The objective of the research is to study the effect of the instructional strategies (cooperative and individual learning)
and personality types (extrovert and introvert) on the outcome of students on learning Indonesian language. The
research employed the experimental method with 2 x 2 factorial design on a sample of 48 students, conducted at the
secondary school in Tangerang City. The result of the research shows that: (1) the outcome of students learning
following the instruction with cooperative strategy are higher than those following individual instruction, (2) there are
no significant differences of learning outcome between the students having extrovert type and introvert type of
personality, (3) there is a significant interaction effect between the instructional strategy and the personality type on the
secondary school outcome of the students learning Indonesian language, (4) the outcome of extrovert type students
learning, following the instruction with cooperative strategy are higher than those following individual instruction, (5)
the outcome of introvert type students learning, following the instruction with individual strategy are higher than those
following cooperative instruction. In conclusion, the instructional strategy can increase the outcome of students learning
Indonesian language by considering the students? personality type."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Tarumanegara;Universitas Tarumanegara, Universitas Tarumanegara], 2010
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sari Dewi
"Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Munculnya masalah underachievement dalam lingkungan pendidikan jelas menjadi momok dan penghambat pencapaian tujuan pendidikan. Selain itu masalah underachievemenr sering membuat guru dan orang tua merasa kesal karena merasa usaha yang telah dilakukan untuk mengajar siswa menjadi sia-sia. Masalah underachrevement menlgikan siswa itu sendiri dan juga orang-orang di sekitarnya. Untuk itu usaha penanganan dengan segera terhadap masalah underachfevement dirasakan penting. Program penanganan underachievement ini sacara khusus ditujukan untuk remaja yang duduk di sekolah menengah pertama.
Pada usia remaja, munculnya masalah underachievemenr diperkuat oleh pengaruh teman sebaya (Rimm,l986). Keinginan remaja untuk dapat diterima dalam kelompok terkadang membuat remaja ikut menyesuaikan din dengan kebiasaan bennain dan standar prestasi dalam kelompoknya (Wisely, 2004; Compton, dalam Baker, Bridger & Evans, 1998). Selain itu perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa ka.na.k-kanak menuju dewasa membuat remaja membutuhkan penyesuaian-penyesuaian baru_ dalam berbagai aspek perkembangannya Kehidupan remaja yang penuh gejolak ini juga ikut mempengaruhi kinerja akademik remaja (Fuhrmann, 1986). ltu sebabnya masalah kegagalan prestasi termasuk didalamnya masalah underachievement sexing terjadi pada remaja.
Sekolah berperan panting dalam usaha penanganan masalah underachievement agar masalah tersebut tidak berkepanjangan di kemudian hari. Salah satu unsur di sekolah yang bertugas memberi pelayanan untuk membantu menangani berbagai masalah pada siswa adalah Bimbingan dan Konseling (BK). Salah satu pelayanan BK adalah bimbingan kelompok. Bentuk bimbingan kelompok memiliki kelebihan karena dapat memanfaatkan pengaruh teman sebaya untuk mengubah perilaku.
Program yang disusun ini merupakan Salah sam usaha untuk penanganan masalah underachiefvement di sekolah menengah pertama. Program ini mengacu pada model rryocal dari Rimm (1986-1997) menujukkan keberhasilannya menggunakan model trgfocal untuk mengubah perilaku undrachfvemenr menjadi achfevemenf pada siswa. Berbeda dengan Rimm (l986;1997) yang pendekatannya cenderung individual, pada program ini disusun untuk penanganan dalam bentuk kelompok. Pelaksanaannya nanti dilakukan oleh gum pembimbing atau konselor di BK dan berbentuk bimbingan kelompok. Bentuk bimbingan kelompok lebih efektif dignnakan pada remaja karena teman dalam kelompok dapat menjadi social reinforcement yang mampu mendukung perubahan perilaku pada remaja (Azaroff & Mayer, 1977).
Secara umum tujuan program ini adalah untuk memperlemah perilaku zmdearachievement pada siswa sekolah menengah pertama. Program yang disusun ini hanya mengambil sebagian dari tahapan yang ada pada model frybcal, yailu langkah mengubah harapan, proses identiiikasi dan memperbaikikekurangan (kontrol-diri). Selain itu faktor yang akan diubah pada program ini adalah faktor individual yang yang terdapat dalam diri zmderachfever. Secara umum metode yang digunakan dalam program i11i behavioral intervention.
Tujuan yang ingin dicapai pada langkah mengubah harapan adalah agar peserta dapat membuat target pencapaian prestasi baru. Adapun bentuk intervensi yang digunakan adalah goal-sewing. Sedangkan tujnan pada langkah proses identifikasi adalah agar peserta dapat meniru perilaku yang berorientasi prestasi yang ditunjukkan model. Bentuk intervensi yang digunakan pada langkah ini adalah social modeling. Tujuan pada langkah rnernperbaiki kekurangan adalah meningkatkan kemampuan kontrol diri pada peserta. Dengan adanya program bimbingan kelompok untuk penanganan underachfevemenr ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan sekaligus dimanfaatkan oleh pihak sekolah atau pihak lainnya yang terkait dalam usaha menangani masalah underachievement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Wulandari
"[ABSTRAK
Nama Nanda WulandariProgram studi Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan AnakJudul Proteinuria asimtomatik pada remaja siswa sekolah menengah pertama di Jakarta Latar belakang Penyakit ginjal dapat terjadi tanpa gejala dan tanda yang jelas dan beberapa di antaranya dapat berkembang menjadi gagal ginjal kronik yang ireversibel Deteksi dini penyakit ginjal pada anak dapat membantu mencegah atau menunda progresivitas penyakit menurunkan jumlah pasien gagal ginjal terminal dan menurunkan angka kesakitan dan kematian Proteinuria asimtomatik dan atau hematuria seringkali merupakan manifestasi awal glomerulonefritis kronik Skrining urin massal untuk mendeteksi proteinuria merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis dini penyakit ginjal Tujuan Mengetahui prevalensi proteinuria asimtomatik pada remaja di Indonesia Metode Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 485 anak remaja siswa SMP usia 12 14 tahun Skrining proteinuria dilakukan sebanyak 3 kali menggunakan carik celup Anak yang terdapat proteinuria pada pemeriksaan pertama dilakukan pemeriksaan ulang dengan jarak 2 3 minggu Pemeriksaan ketiga dilakukan pada hari yang sama dengan pemeriksaan kedua Pemeriksaan rasio protein kreatinin dari urin sewaktu dilakukan pada anak yang terdapat proteinuria pada pemeriksaan carik celup kedua Proteinuria bila carik celup protein ge 1 dan rasio protein kreatinin 0 2 mg mg Hasil Dari 485 subjek penelitian didapatkan 36 subjek 7 42 dengan proteinuria pada pemeriksaan urin pertama menggunakan carik celup Pada pemeriksaan urin kedua didapatkan 7 subjek yang proteinurianya tetap positif Pada ketujuh orang tersebut dilakukan pemeriksaan rasio protein kreatinin dari urin sewaktu dan didapatkan 3 orang subjek dengan rasio 0 2 mg mg Ketiga orang dengan rasio protein kreatinin 0 2 mg mg proteinnya juga positif pada pemeriksaan urin ketiga menggunakan carik celup dan disebut sebagai proteinuria persisten dengan prevalensi 0 62 Terdapat 5 subjek dengan proteinuria positif pada pemeriksaan urin pertama dan ketiga namun negatif pada pemeriksaan urin kedua dan disebut sebagai proteinuria ortostatik dengan prevalensi 1 03 Subjek dengan proteinuria positif namun tidak mengalami proteinuria persisten ataupun ortostatik disebut sebagai proteinuria transien dengan prevalensi 5 77 Simpulan Prevalensi proteinuria asimtomatik pada remaja usia 12 14 tahun di Jakarta adalah sebesar 7 42 dan prevalensi proteinuria persisten asimtomatik sebesar 0 62 Prevalensi proteinuria ortostatik postural adalah 1 03 Prevalensi proteinuria transien didapatkan sebesar 5 77 Kata kunci proteinuria asimtomatik prevalensi remaja ABSTRACT Name Nanda WulandariStudy Program Pediatrics Residency Training ProgramTitle Asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta Background Kidney diseases may develop without obvious symptoms but just with abnormal urinalysis such as asymptomatic proteinuria Glomerulonephritis may further progress insidiously and even develop to end stage renal disease Therefore regular population based urinary screenings of the pediatric population is important With urinalysis asymptomatic children with chronic progressive glomerulonephritis have a chance to be early detected diagnosed and treated Objective To determine the prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescents in Indonesia Methods This was a cross sectional study involving 485 children aged 12 14 years conducted to junior high school students Proteinuria was detected on three occasions by dipstick with interval 2 3 weeks between first and second screening The third screening conducted on the same day with second screening Children with proteinuria on second screening examined further for urine protein creatinine ratio Proteinuria if dipstick shows protein ge 1 and urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg Results Proteinuria were found in 36 7 42 children in first urine screening with dipstick On second screening there were 7 children who still positive for proteinuria All seven children were tested for urine protein creatinine ratio Three children had urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg These three children also had proteinuria in the third specimen and considered persistent proteinuria 0 62 There were 5 children with positive proteinuria in the first and third specimens but no proteinuria in second screening considered as orthostatic proteinuria with prevalence 1 03 Subject with proteinuria but not persistent or orthostatic considered as transient proteinuria with prevalence 5 77 Conclusions The prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta were 7 42 and the prevalence of asymptomatic persistent proteinuria were 0 62 The orthostatic proteinuria prevalence were 1 03 The transient proteinuria prevalence were 5 77 Keywords asymptomatic proteinuria prevalence adolescent, ABSTRACT Name Nanda WulandariStudy Program Pediatrics Residency Training ProgramTitle Asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta Background Kidney diseases may develop without obvious symptoms but just with abnormal urinalysis such as asymptomatic proteinuria Glomerulonephritis may further progress insidiously and even develop to end stage renal disease Therefore regular population based urinary screenings of the pediatric population is important With urinalysis asymptomatic children with chronic progressive glomerulonephritis have a chance to be early detected diagnosed and treated Objective To determine the prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescents in Indonesia Methods This was a cross sectional study involving 485 children aged 12 14 years conducted to junior high school students Proteinuria was detected on three occasions by dipstick with interval 2 3 weeks between first and second screening The third screening conducted on the same day with second screening Children with proteinuria on second screening examined further for urine protein creatinine ratio Proteinuria if dipstick shows protein ge 1 and urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg Results Proteinuria were found in 36 7 42 children in first urine screening with dipstick On second screening there were 7 children who still positive for proteinuria All seven children were tested for urine protein creatinine ratio Three children had urine protein creatinine ratio 0 2 mg mg These three children also had proteinuria in the third specimen and considered persistent proteinuria 0 62 There were 5 children with positive proteinuria in the first and third specimens but no proteinuria in second screening considered as orthostatic proteinuria with prevalence 1 03 Subject with proteinuria but not persistent or orthostatic considered as transient proteinuria with prevalence 5 77 Conclusions The prevalence of asymptomatic proteinuria in adolescent students in Jakarta were 7 42 and the prevalence of asymptomatic persistent proteinuria were 0 62 The orthostatic proteinuria prevalence were 1 03 The transient proteinuria prevalence were 5 77 Keywords asymptomatic proteinuria prevalence adolescent]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfanie Wiyatama
"Prokrastinasi akademik merupakan masalah umum dalam dunia pendidikan yang memiliki dampak negatif terhadap aktivitas akademik siswa. Muraqabah dipandang dapat memberikan pengaruh positif terhadap regulasi diri yang mana salah satu bentuk dari regulasi diri adalah regulasi emosi untuk dapat memberikan pengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Penelitian terdahulu mengungkapkan salah satu upaya dalam mengatasi prokrastinasi akademik adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam meregulasi emosi. Regulasi emosi yang baik dapat mengubah emosi aversi untuk mengurangi prokrastinasi. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara variabel muraqabah, prokrastinasi akademik, dan regulasi emosi. Serta untuk menginvestigasi peran regulasi emosi sebagai mediator hubungan muraqabah dan prokrastinasi akademik. Penelitian ini menggunakan metode campuran. Pengambilan data secara kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan adaptasi skala prokrastinasi akademik (APS), kuesioner muraqabah, dan kuesioner regulasi emosi (ERQ-CA). Sedangkan untuk pengumpulan data kualitatif, menggunakan teknik wawancara. Partisipan dalam penelitian kuantitatif berjumlah 201 siswa, dan partisipan untuk penelitian kualitatif adalah delapan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan pada setiap pasangan variabel, serta regulasi emosi ditemukan memediasi penuh secara signifikan hubungan antara muraqabah dan prokrastinasi akademik pada siswa SMP.

Academic procrastination is a common problem in the world of education that has a negative impact on students’ educational activities. Muraqabah is considered to positively influence self-regulation, where emotion regulation is one of self-regulation’ forms. Previous research has revealed that one of the efforts to overcome academic procrastination is to enhance the ability to regulate emotions. Excellent emotion regulation can change aversion emotions to reduce procrastination. This study investigates the relationship between academic procrastination, muraqabah, and emotion regulation. In addition, it also examines the role of emotion regulation as a mediator in the relationship between muraqabah and academic procrastination in Junior High School Students. This study used mixed methods. Quantitative data were collected by distributing adaptation of the academic procrastination scale (APS) , muraqabah questionnaire, and emotion regulation questionnaire (ERQ-CA). Meanwhile, to collect qualitative data were used interview techniques. Participants in quantitative research were 201 students, and participants in qualitative research were eight students. This study showed a significant correlation in each pair of variables, and emotion regulation was found to significantly mediate the relationship between muraqabah and academic procrastination in junior high school students."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>