Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130213 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lathifah Hanum
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran psychological well-being keluarga miskin di Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psychological well-being mereka. Psychological wellbeing merupakan kondisi dimana seseorang mampu menerima dirinya apa adanya, membangun hubungan positif dengan orang lain, mandiri, mengatur lingkungannya, memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam hidup, dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Sementara keluarga miskin adalah orangorang yang terhubung melalui darah, pernikahan, atau adopsi dan tinggal bersama yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tiga orang keluarga (ayah, ibu, dan anak di tahap remaja akhir) dengan jumlah pengeluaran perorang perbulan kurang dari Rp 175.179,00 serta tinggal di Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psychological well-being ketiga keluarga miskin memiliki keunikan, dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh penghayatan individu terhadap status sosial ekonomi dan pendidikannya, nilai-nilai agama yang diterapkan, dan interaksi yang terbentuk di dalam keluarga. Tentunya hal ini menimbulkan perbedaan dinamika psychological well-being pada ketiga keluarga, dimana salah satu keluarga memiliki kondisi psychological well-being yang lebih baik dibandingkan dua keluarga lainnya.

The study aimed to see the picture of psychological well-being of poor families in Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong, and the factors that affect their psychological well-being. Psychological well-being is a condition where a person was able to accept him as it is, bulid positive relationships with others, independet, arranging the environment, has goals in life, and developing potential. While the poor are the people who are connected through blood, marriage, or adoption and living together who have an average monthly per capita expenditure below the poverty line. This stude uses a qualitative approach with three familiy (father, mother, and child in the late adolescent stage) with a total expenditure per person per month less than Rp 175.179,00 as well live in Kampung Pajeleran Gunung, Cibinong. The results showed that psychological well-being condition of the three poor families are unique, where this is strongly influenced by the appreciation of individual socioeconomic status and education, religious values are applied, and the interactions formed within the family. Obviously this causes differences in the dynamics of psychological well-being in all three families, where one family has a condition of psychological well-being better than the two other familiies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifiyanto
"Studi sosiologi tentang kemiskinan sejauh penulis amati, lebih terfokus pada pembahasan mengenai faktor eksternal yang dapat menyebabkan kemiskinan. Padahal secara empirik, kemiskinan itu sendiri sudah menjadi realita sosial yang kompleks yang di dalamnya terkandung berbagai permasalahan. Keluarga miskin, scat ini diduga tidak hanya diliputi oleh adanya keadaan akan kekurangan materi namun juga telah dipersulit oleh masalah-masalah lain yang hidup dan berkembang di tengah-tengah kehidupan keluarga miskin.
Terdapat lima unsur permasalahan kemiskinan yang diasumsikan telah meliputi keluarga-keluarga miskin, yaitu unsur kekurangan materi, kelemahan jasmani, keterasingan (isolasi), kerentanan, dan unsur ketidak-berdayaan. Kelima unsur ini dalam prosesnya berjalan saling berhubungan satu sama lain sehingga membentuk sebuah perangkap kemiskinan. Adanya bentuk kemiskinan yang telah berubah wujud menjadi suatu perangkap bagi keluarga-keluarga miskin inilah yang menyebabkan keluarga miskin sulit untuk keluar dari kemiskinannya.
Untuk mengetahui kebenaran akan dugaan dan asumsi tersebut, dilakukan suatu kajian mengenai teori dan konsep kemiskinan terutama mengenai perangkap kemiskinan yang dibangun oleh Robert Chambers. Dengan memperhatikan secara seksama terhadap kenyataan-kenyataan empirik, dilakukan perbandingan terhadap teori tersebut dengan hasil penelitian. Sementara itu, teori John Friedman, Rohidi, Mahbub ul Had, James Scott, dan Charles Zastrow digunakan sebagai penguat dan hasil lapangan yang ditemukan.
Jenis penelitian ini berupa studi kasus yang mendeskripsikan hubungan antara unsur-unsur kemiskinan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga miskin yang berdomisili di desa Bulakan, Cilegon. Adapun sampelnya yaitu 25 persen dari jumlah keseluruhan keluarga miskin dan 5 keluarga miskin sebagai sample kasus. Penelitian ini menggunakan kombinasi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang dipakai adalah data jawaban 50 keluarga miskin terhadap quesioner penelitian. Untuk menguji hubungan antara unsur-unsur kemiskinan digunakan uji korelasi rank spearman yang diolah dengan SPSS. 10.0. Adapun data kualitatif yang dipakai adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan lima keluarga miskin dan empat informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan yang dialami ofeh keluarga miskin tidak hanya di dominasi oleh unsur kekurangan materi semata melainkan juga terdapat unsur-unsur lain dalam kemiskinan mereka yaitu unsur kelemahan jasmani, keadaan terasing (isolasi), rentan dan tidak-berdaya yang tentu saja keadaan tersebut menimpa keluarga miskin dengan kadar penderitaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dan kelima unsur tersebut, ternyata hanya ditemukan lima hubungan dari dua puluh hubungan yang dijelaskan dalam teori yang mempunyai cukup bukti yaitu tiga hubungan negatif - menyimpang dari teori - yaitu kekurangan materi dengan isolasi, kelemahan jasmani dengan ketidak-berdayaan, isolasi dengan ketidak-berdayaan, dan dua hubungan positif - sesuai dengan teori yaitu kekurangan materi dengan kerentanan dan isolasi dengan kelemahan jasmani.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa unsur kemiskinan yang menimpa keluarga miskin tidak terjadi karena lebih disebabkan oleh unsur-unsur lain di dalamnya yang melingkupi keluarga miskin. Namun unsur-unsur kemiskinan tersebut muncul karena lebih disebabkan oleh keadaan-keadaan yang berada di lingkungannya yaitu keluarga miskin tidak atau kurang sumber keuangan (kredit), informasi, sarana pekerjaan dan jaringan sosial. Hal ini karena kekuatan sosial yang ada tersebut lebih banyak dikuasai oleh Para pemilik modal dan alit lokal, dan juga karena keluarga miskin berada pada posisi yang lemah dalam hubungan patron klien. Di aspek lain, adanya kesalahan pembangunan atau pemberian bantuan yang diterapkan pemerintah untuk penduduk miskin terutama di desa Bulakan, adanya konflik antara orang kaya dengan orang miskin yang berdampak pada kelanggengan kemiskinan itu sendiri, serta adanya budaya kemiskinan baik dari aspek individu orang miskin maupun dari aspek komunitas orang-orang miskin, juga lebih cenderung ikut mendorong keluarga ke posisi yang lebih miskin.
Rekomendasi terhadap hasil temuan penelitian ini dalam rangka memperbaiki program bantuan atau penanggulangan kemiskinan, disarankan untuk lebih menekankan dan memperdulikan kepada pendekatan pengelolaan sumber daya yang bertumpu pada komunitas (community based resources management) dengan menggunakan metode aplikatif participatory rural appraisal (PRA), sehingga dengan pendekatan dan metode ini masyarakat miskin setempat memiliki kemampuan dan kesempatan untuk mengartikulasikan kepentingannya dalam proses kebijakan pembangunan desa, baik mulai penentuan masalah, pemilihan alternatif, pelaksanaan maupun pada tahap proses pengawasan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Septiani
"Penelitian ini membahas mengenai gambaran psychological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan keadaan populasi tertentu dengan menganalisis data yang diolah menggunakan perhitungan statistik. Responden dalam penelitian ini adalah 112 orang remaja berusia 11 sampai 21 tahun yang tinggal di panti asuhan. Pengukuran psychological well-being dilakukan menggunakan Ryff’s Scales of Psychological Well-Being yang berjumlah 18 item.
Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata psychological well-being seluruh responden sebesar 80,79 (SD=8,604). Dimensi psychologicial well-being yang menonjol adalah dimensi personal growth, sedangkan dimensi dengan skor paling rendah merupakan dimensi positive relations with others. Selanjutnya berdasarkan analisis tambahan ditemukan perbedaan yang signifikan antara skor psychological well-being remaja yang tinggal di panti asuhan dengan sistem asrama dan sistem cottage.

This research aims to depict psychological well-being in adolescents who live in orphanage. This is a descriptive research with a quantitative approach. Respondents of this research are 112 adolescents aged 11 to 21 years old who live in orphanage. The instrument that is used to measure psychological well-being is Ryff’s Scales of Psychological Well-Being which consists of 18 items.
The result shows that the mean score of psychological well-being is 80,79 (SD=8,604). The most prominent dimension is personal growth, while the dimension with the lowest score is positive relations with others. Furthermore, this research found a significant difference between respondents who live in orphanage with boarding system and cottage system.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"MENURUT perhitungan Lembaga Demografi FE-UI, secara absolut
jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan mengalami kenaikan dari 51,9 juta pada tahun 1990 menjadi 90,3 juta pada tahun 2005, dan 132,5 juta pada tahun 2020. Jumlah ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan kota dan pertambahan kota-kota baru (Ananta dkk., 1993). Dalam artian luas, urbanisasi telah menyumbang
terhadap proses pertumbuhan penduduk dian kompleksitas masyarakat perkotaan (Nas, 1979). Masalah urbanisasi menjadi menarik karena keterkaitannya dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Studi-studi tentang perkotaan di Indonesia telah menempatkan tema urbanisasi sebagai isu yang selalu aktual. Urbanisasi disebabkan oleh faktor penarik dan faktor pendorong. Pendekatan ini masih relevan untuk menjelaskan masalah urbanisasi di kota-kota Indonesia (Schoorl, 1984; Manning dan Effendi Ed., 1985). Dalam kasus Jakarta, faktor penarik berkaitan dengan kedudukannya, yang sejak masa kolonial telah menjadi pusat aktivitas politik dan ekonomi-perdagangan. Diversifikasi dari aktivitas- aktivitas tersebut memberi peluang bagi pencari kerja untuk terlibat di dalamnya. Faktor pendorong berkaitan dengan perubahan-perubahan struktural di pedesaan karena penetrasi kapitahsme, modernisasi di sektor pertanian, atau tekanan-tekanan politis yang membatasi atau mempersulit akses masyarakat desa memperoleh peluang kerja (Murray, 1991; Jellinek, 1991; Syahrir, 1995). "
320 ANC 25:1 (1996)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Herawan
"ABSTRAK
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah satu program nasional yang bertujuan
menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan keluarga sangat
miskin (KSM). PKH merupakan model conditional cash transfer (CCT) atau
program bantuan tunai bersyarat dengan bidang pendidikan dan kesehatan yang
menjadi syarat bagi peserta program. Kabupaten Bekasi menjadi menjadi lokasi
PKH pada tahun 2013 dengan cakupan di 19 lokasi kecamatan dari 23 kecamatan
yang ada. Baru pada tahun 2015 seluruh kecamatan tercakup dalam pelaksanaan
PKH. Tesis ini meneliti dan mengukur dampak PKH terhadap perubahan
partisipasi KSM yang mendukung pada peningkatan modal manusia melalui
komponen pendidikan antara sebelum dan sesudah KSM menjadi peserta PKH
serta efektivitas PKH dalam meningkatkan kesejahteraan KSM. Penelitian
dilakukan di lima kecamatan yaitu : Cabangbungin, Sukakarya, Sukatani,
Sukawangi dan Tambelang, dengan jumlah responden sebanyak 226 KSM. Hasil
penelitian secara agregat, dari duabelas komponen partisipasi bidang pendidikan
yang diteliti mayoritas menunjukkan adanya dampak PKH yang signifikan
terhadap perubahan partisipasi KSM dalam bidang pendidikan, hanya pada
komponen partisipasi rata-rata jam belajar anak di rumah tidak menunjukkan
dampak yang signifikan. Efektivitas bantuan tunai PKH menunjukkan hasil yang
kurang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan hidup KSM, bantuan tunai
melalui PKH tidak berhasil mengeluarkan KSM dari batas garis kemiskinan

ABSTRACT
The family hope program (PKH) is a national program aimed at reducing poverty
through improving the welfare of the very poor family (KSM). PKH is a model of
conditional cash transfer (CCT) program with education and health care as
requirements for program participants. Bekasi district becomes host of PKH in
2013 with coverage in 19 out of 23 sub-districts locations. By 2015, all subdistricts
finally covered in the implementation of the PKH.
This thesis examines and measures the impact of PKH to changes of KSM
participation in the improvement of human capital through education component
between before and after KSM participated in PKH and its effectiveness in
improving the welfare of KSM. The study was conducted in five sub-districts
namely: Cabangbungin, Sukakarya, Sukatani, Sukawangi and Tambelang, with
the number of respondents was 226 KSM. The results of the research in the
aggregate, of the twelve components of participation in education researched, the
majorities indicate a significant PKH impact on the changes of KSM participation
in education, only the component of average participation of children in the home
study hours showed no significant effect. PKH cash aid effectiveness showed less
effective results in improving the welfare of KSM, cash assistance through PKH
not able to lift KSM from the edge of poverty line"
2016
T44758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johara Fakhira
"Pandemi Covid-19 tentunya menyebabkan banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan oleh masyarakat, termasuk mahasiswa. Pada masa pandemi ini, mahasiswa banyak melakukan kegiatan secara daring yang menyebabkan perubahan hidup yang cukup signifikan pada mahasiswa. Situasi ketidakpastian akibat pandemi berdampak pada subjective well-being mahasiswa. Keluarga sebagai salah satu sumber dukungan sosial, berperan penting dalam membantu mempertahankan tingkat subjective well-being yang tinggi pada mahasiswa. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap subjective well-being mahasiswa pada masa pandemi Covid-19. Peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan strategi penelitian noneksperimental, di mana peneliti menyebarkan kuesioner keberfungsian keluarga (Family Assessment Device) dan kuesioner subjective well-being (Subjective Happiness Scale) kepada partisipan. Sebanyak total 390 mahasiswa dan mahasiswi S1 dengan rentang usia 18 - 23 tahun berpartisipasi pada penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, diketahui bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap subjective well-being mahasiswa di masa pandemi Covid-19 (R2 = 0,274, p < 0,05). Dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi komunikasi, peran, dan respon afektif. Oleh karena itu, keluarga diharapkan dapat meningkatkan komunikasi, pembagian peran dan respon afektif sehingga dapat mempertahankan tingkat subjective well-being yang baik
The Covid-19 pandemic has caused a lot of adjustments that need to be done by the community, including college students. During this pandemic, students are doing a lot of online activities that cause significant life changes for students. The situation of uncertainty due to the pandemic has an impact on the subjective wellbeing of students. Family as a source of social support plays an important role in helping to maintain a high level of subjective well-being in students. This study aims to determine the role of family functioning on college students' subjective well-being in Covid-19 pandemic. This research is a quantitative nonexperimental study, using Family Assessment Device (FAD) and Subjective Happiness Scale (SHS) questionnaire. A total of 390 men and women college students in the range of 18 - 23 years old participated in this study. Using multiple regressions analysis, the results showed that family functioning has a significant role on college students’ subjective well-being in Covid-19 pandemic situation (R2 = 0,274, p < 0,05). In addition, we obtained that communications, roles, and affective response dimensions have a significant role on subjective well-being. Therefore, families are expected to improve communication, roles and affective responses to maintain a good level of subjective well-being in college students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Irene Natalia
"Penelitian ini bertujuan untuk mempcroleh gambaran kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dari wanita Iajang yang berkarir. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Karakteristik subjck dalam penelitian ini adalah wanita berstatus lajang, berkarir yang herusia 28-40 tahun. Basil penyelidikan menunjukkan bahwa wanita lajang yang berkarir memiliki kesejahteraan psikologis yang tcrgolong cukup baik. Aninya, wzmita lajang dalam pcnclitian ini dapat mcnerima kekuatan dan kelemahan did apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu mengcmbangkan potensi cliri secara berkclanjulan, mampu untuk mcngarahkan tingkah laku scndiri, mampu mengalur Iingkungan, dan mcmiliki tujuan dalam hidup. Adapun dimensi pertumbuhan diri (personal growth) menunjukkan hasil yang paling tinge
The objective of this research is to capture a description of psychological well-being among single career women. The method applied in this research is quantitative. Characteristic of subject in this research is single women, with age ranging iiom 28 to 40 years old. Research result indicates that single career women have psychological well being that can be categorized as good). It can be interpreted that single women in this research accept both their strength and weakness as they are, maintain positive relationship with other individuals, capable of continuously developing their potential, of directing her own attitude/behavior, of putting order into their environment and have a sense of direction and purpose in life. Among others, 'personal growth' dimension yields the highest score."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Renita Lavinia
"

Penelitian ini bertujuan untuk untuk menjelaskan proses pemberdayaan keluarga dalam program Penguatan Keluarga pada warga desa binaan SOS Children’s Villages di desa Rancamaya Kabupaten Bogor, serta untuk mendeskripsikan kendala-kendala selama proses pemberdayaan keluarga dalam program Penguatan Keluarga pada warga desa binaan SOS Children’s Villages di desa Rancamaya Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa proses pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh edukator dan relawan sudah dapat memberikan perubahan di desa Rancamaya khususnya bagi pendidikan anak. Walaupun masih ada kendala-kendala selama proses pemberdayaan keluarga baik itu berasal dari internal keluarga maupun eksternal keluarga.


This study aimed to describe the family empowerment process of Family Strengthening  program in Rancamaya, Bogor, as well as to describe the obstacles during the family empowerment process of Strengthening Families program in Rancamaya, Bogor. This research is a qualitative descriptive interpretative. The results of this study explains that the family empowerment process performed by the educator and volunteer was able to give change in Rancamaya especially for children's education. Although there are still obstacles during the process of family empowerment whether from internal or external families."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Chairunnisya Prasevie
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara parentification dengan empati pada remaja dari keluarga miskin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Parentification diukur dengan menggunakan Parentification Inventory (PI) yang disusun oleh Hooper (2009) yang telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Empati diukur dengan menggunakan Interpersonal Reactivity Index (IRI) yang disusun oleh Davis (1980) yang telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Partisipan penelitian ini berjumlah 210 remaja berusia 11-20 tahun yang berasal dari keluarga miskin. Hasil utama penelitian ini didapatkan bahwa parentification berkorelasi secara positif dan signifikan dengan empati, r = 0.171 dengan p < 0.05 (2-tailed). Hasil ini menyatakan bahwa semakin tinggi parentification yang dialami remaja miskin, maka semakin tinggi pula empatinya.

This research was conducted to find the correlation between parentification and empathy in adolescents from poor family. This study used the quantitative approach. Parentification was measured using a Parentification Inventory (PI) which is compiled by Hooper (2009) which has been adapted to the Indonesian context. Empathy was measured using Interpersonnal Reactivity Index (IRI) were compiled by Davis (1980) which has been adapted to the Indonesian context. These participants of this research are 210 adolescents (11-20 years old) from poor family. The main result of this study showed that parentification significantly and positively correlated with empathy, r = 0.171, p < 0.05 (2-tailed). The result of this study stated that the higher level of parentification of one?s own, the higher his/her levels of empathy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Mahira
"Tinggal bersama dengan lansia dapat memberikan berbagai tantangan, sehingga sebuah keluarga membutuhkan kemampuan untuk bangkit dan bertahan dari kesulitan atau resiliensi keluarga. Resiliensi keluarga terbentuk melalui sistem kepercayaan yang ada dalam keluarga, di mana individu yang memiliki self-compassion juga memiliki sikap dan pandangan yang dapat meningkatkan sistem kepercayaan dalam keluarga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-compassion dan resiliensi keluarga pada dewasa yang tinggal bersama dengan lansia. Sebanyak 123 anggota keluarga dewasa yang tinggal bersama dengan lansia (M = 37,54, SD = 10,80) berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode penelitian korelasional digunakan untuk melihat hubungan antara self-compassion dengan resiliensi keluarga. Alat ukur Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF) digunakan untuk mengukur self-compassion dan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menggunakan teknik analisis statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-compassion dan resiliensi keluarga pada dewasa yang tinggal bersama dengan lansia (r(123) = 0,404, p < 0,01). Oleh karena itu, semakin tinggi self-compassion yang dimiliki oleh individu, maka semakin kuat pula resiliensi keluarga yang dimilikinya, atau sebaliknya. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan masukan kepada praktisi di bidang psikologi keluarga dalam pengembangan intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan resiliensi keluarga agar dapat lebih memperhatikan self-compassion dari para anggota keluarga tersebut.

Living with the elderly gives many challenges that makes the family need the ability to rise and survive from adversity or what is known as family resilience. Family resilience is formed through the belief system that exists in the family, where individuals who have self-compassion also have attitudes and views that can increase the belief system in the family. Therefore, this research is designed to look for a correlation between self-compassion and family resilience on adults living with older adults. 123 adult family members who live with older adults (M = 37,54, SD = 10,80) participated in this research. Correlational research method is used to find the correlation between self-compassion and family Resilience. Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF) is used to measure self-compassion and Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) is used to measure family resilience. According to the correlation test which is conducted using Pearson Correlation, there is a positive and significant correlation between self-compassion and family resilience on adults living with older adults (r(123) = 0,404, p < 0,01). Thus, the higher the level of self-compassion in an individual, the higher the family resilience as well, or vice versa. Therefore, this research can provide a recommendation for practioners in family psychology for developing interventions that aim to increase family resilience so that they can pay more attention to the self-compassion of the family members."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>