Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wilsa Prisanty
"ABSTRAK
Masa dewasa merupakan tahap perkembangan manusia yang memiliki rentang
terpanjang, Salah satu tugas perkembangan yang dianggap penting dalam masa ini
adalah membina keluarga, yang tentunya diawali dengan pernikahan. Karena dianggap
penting, maka tidaklah mengherankan bila kebanyakan masyarakat mengharapkan
seorang individu yang sudah mencapai usia tertentu untuk menikah. Menurut Hogan
(dalam Craig,1986) tugas perkembangan selalu dikaitkan dengan social clock, yaitu
semacam waktu yang seolah-olah memberi tahu apakah seseorang itu lerlalu cepat atau
lambat menyelesaikan tugas perkembangannya. Selain itu Hurlock (1980)
mengemukakan bahwa terdapat ?bahaya? yang bersifat personal dan sosial pada mana
dewasa yang berasal dari kegagalan dalam menyelesaikan atau menguasai tugas
perkembangan, yang mengakibatkan individu tampak belum matang dibandingkan
dengan individu lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bila seorang individu
dewasa belum menjalani tugas perkembangannya sesuai dengan usia (social clock),
maka ia akan cenderung mengalami masalah pribadi dan sosial.
Bila melihat gejala sosial yang ada saat ini, individu-individu yang belum
menyelesaikan salah satu tugas perkembangan masa dewasa (menikah), walaupun sudah mencapai usia 30-aan semakin banyak jumlahnya. Terdapat kecenderungan di
masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan wanita yang belum menikah
dibandingan pria. Biasanya usia wanita yang sudah diangqap melewati adalah usia 30
tahun. Walaupun sudah terdapat kemajuan pola berpikir masyarakat seiring dengan
meningkatnya pendidikan, tetap saja wanita yang tidak menikah belum dapat diterima
sepenuhnya oleh masyarakat. Adanya anggapan-anggapan yang negatif mengenai wanita
lajang (Stein, 1976, Papalia & Olds, 1992) menunjukkan bahwa masyarakat kurang
menyetujui bila seorang wanita itu tidak menikah. Pkunas (1976) mengemukakan
bahwa individu yang melajang sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.
Menurut Hurlock (1974) agar seseorang dapat memiliki penyesesuaian diri dan sosial
yang baik,maka pertama-tama ia harus merasa nyaman terhadap dirinya sendiri dengan
kata lain adanya penerimaan diri yang positif. Menurut Jahoda (1958) bila seseorang
memiliki penerimaan diri yang baik berarti ia dapat menerima segala kelebihan dan
kekurangan yang ada dirinya.
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah bagaimana penerimaan diri wanita lajang Indonesia yang bekerja
?. Penerimaan diri yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah penerimaan diri
terhadap kemampuannya secara intelektual, karir, hubungan sosialnya, fisiknya dan
status lajangnya. Karakteristik sampel yang diambil adalah wanita lajang usia 30
sampai 40 tahun, bekerja, pendidikan minimal SMU. Pengambilan subyek dilakukan
dengan teknik accidental dan pengambilan data dilakukan dengan kuesioner.
Adapun hasil penelitian ini adalah wanita lajang yang bekerja memiliki
penerimaan diri terhdapa aspek kemampuan, akrir, hubungan sosial, status lajang dan
fisik yang cenderung positif. Dengan demikian artinya mereka dapat hidup dengan
nyaman dan menerima segala kelebihan dan kekurangannya dalam aspek-aspek
kehidupannya tersebut."
1997
S2288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrizky Yahya
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara penerimaan diri dan motivasi akademik intrinsik pada mahasiswa yang kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan. Subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang mahasiswa Universitas Indonesia tahun kedua yang menjalani kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan. Untuk mengukur penerimaan diri digunakan kuesioner yang dibuat oleh Chamberlain dan Haaga (2006) yaitu Unconditional Self Acceptance Questionnaire, sementara itu untuk mengukur skor motivasi akademik intrinsik digunakan kuesioner Academic Intrinsic Motivation (Shia, 1998). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara skor penerimaan diri dan motivasi akademik intrinsik pada mahasiswa. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara motivasi dengan jenis kelamin.

This research aim to find correlation between self acceptance and academic intrinsic motivation of college student who does not study in wanted major study. The participant of this research were 60 second year college students of Universitas Indonesia who does not study in wanted major study. Questionaire founded by Chamberlain and Haaga (2006) is used to measure self acceptance, while Academic Intrinsic Motivation Scale (Shia, 1998) is used to measure intrinsic motivation. The result shows that there is a negative significant correlation between self acceptance and academic intrinsic motivation score of second year college student. Additional analysis also showed a significant correlation between academic intrinsic motivation and gender."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Japanase style comics began its popularity in Indonesia in 1991. The Indonesians are attracted to the translated Japanese comics and Japanese style drawing. This phenomenon is visible according to the increasing numbers of schools and books which offer courses on Japanese style comic's creation. In order to join in a comic competition, a comic artist has to deliver great efford and motivation. Effort and motivation are important part in self-efficacy. This research is a qualitative description study and the data were gathered through depth-interview which was delivered to five experienced comic artist whose comics have been published. The research results showed that personal and others' experiences are the most unfluential factor for self-efficacy. Most comic artists perceived that their starting point and or deeper self-efficacy were from others' success. Other's failure (as models), however, also shape the artist's get less social persuasion as another factor of self-efficacy. Temporarily though, the artists' self-efficacy also shaped by physical and psychological situations. Further considerations are advisable for diverse artists and delivery of this research findings to young comic artist to improve their self-efficacy efficiently."
PSJUILP 1:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arniati Prasedyawati Herkusumo
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa dalam proses belajar mengajar secara klasikal di sekolah terdapat kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata (siswa biasa) dan terdapat pula siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih unggul daripada kelompok siswa biasa (siswa berbakat). Namun dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal, inteligensi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Banyak faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan belajar, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.
Pada penelitian ini, faktor dari dalam diri siswa yang dimaksud adalah pengaturan diri dalam belajar dan 'self efficacy', sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dimaksud adalah lingkungan belajar di rumah. Berdasarkan pandangan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana terdapat perbedaan antara siswa berbakat dan siswa biasa dalam variabel-variabel di atas, dan sejauhmana hubungan variabel-variabel tersebut dengan prestasi belajar yang diperoleh.
Dalam penelitian ini siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas I SMA, dimana pada masa ini siswa dianggap telah menunjukkan perkembangan kematangan fisik, mental, emosional dan sosial (Hurlock, 1978). Melalui kajian teoritis tentang keberbakatan, pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan prestasi belajar, maka dalam penelitian ini diajukan 5 hipotesis yang diuji kebenarannya pada 110 orang sampel siswa, yang terdiri dari 55 orang yang termasuk kelompok siswa berbakat dan 55 orang siswa yang termasuk kelompok siswa biasa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji perbedaan memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada variabel-variabel pengaturan diri dalam belajar (nilai t = 16,64 pada p [ 0,05); self efficacy (nilai t = 11,06 pada p [0,05); dan prestasi belajar (nilai t = 22,32 pada p [0,05). Sedangkan pada variabel lingkungan belajar di rumah tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa (nilai t = 0,57 pada p > 0,05).
Adapun hasil korelasi ganda memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan inteligensi dengan prestasi belajar (R = 0,91873).
Dengan demikian maka hasil penelitian ini telah menjawab permasalahan yang diajukan yaitu sejauhmana ada perbedaan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan prestasi belajar. Serta sejauhmana hubungan antara pengaturan diri dalam belajar, `self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan inteligensi dengan prestasi belajar.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini di waktu yang akan datang, penulis menyarankan perlunya penggunaan lebih dari satu alat ukur untuk menjaring siswa berbakat, perlunya penelitian untuk menguji validitas eketernal dan reliabilitas dengan metode dan teknik lain dari Skala Pengaturan Diri Dalam Belajar dan Skala Self Efficacy yang disusun untuk keperluan penelitian ini. Selain itu juga disarankan agar dalam mendapatkan data prestasi belajar siswa perlu kiranya untuk menggunakan alat tes yang baku. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Stania
"Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk  melihat apakah terdapat peran antara kelekatan teman sEbaya terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa kelas 3 SMP di Jakarta. Efikasi diri dalam keputusan karier siswa dilihat dari pemilihan peminatan yang dilakukan siswa kelas 9 yaitu IPA, IPS dan Bahasa Pengukuran kelekatan teman sebaya atau peer attachment dilakukan dengan menggunakan alat ukur IPPA-Peer Version, dan pengukuran efikasi diri dalam keputusan karier diukur menggunakan alat ukur Career Decision Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF). Partisipan penelitian ini berjumlah 203 siswa kelas 3 SMP di Jakarta Selatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelekatan teman sebaya memiliki peran terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa, sehingga  menunjukkan bahwa semakin baik kelekatan dengan teman sebaya yang dipersepsikan siswa, maka semakin baik pula efikasi diri dalam keputusan kariernya. Namun hasil tersebut relatif kecil, sehingga masih ada faktor-faktor lain yang memiliki kontribusi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya, penting untuk dipertimbangkan faktor eksternal maupun internal lainnya yang memiliki kontribusi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa kelas 3 SMP dan memperbanyak jumlah sekolah yang diteliti dengan SMP yang lebih bervariasi.

The purpose of this research is to see whether there is a role between peer attachment towards career decision self efficacy making for 9th grade junior high school based in Jakarta. Career decision self efficacy can be seen from the major decision by IPA,IPS, BAHASA students. The measurement of peer attachment is done by using IPPA-Peer Version. Whereas, self efficacy measurement done by CDSE-SF. The research's participants totalling 203 students consist of 3rd grade of junior high school based in South Jakarta. The research results showing that peer attachments has role towards career decision self efficacy showing that the better peer attachments, the better career decision self efficacy will be. But the result relatively small, so that there is some other factors that has contribution towards career decision self efficacy. Therefore, on the next research, it is important to consider external factor and internal factor that has contribution towards career decision self efficacy and to increase the number of school that has to be analyze with more variety of junior high school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramwidya Mazmur Novia
"Masa remaja adalah masa untuk memilih dari berbagai macam pilihan yang berkaitan dengan karier masa depan. Salah satunya adalah memilih peminatan di SMA yang dalam kurikulum 2013 dilakukan pada waktu siswa duduk di kelas 10. Proses memilih peminatan erat kaitannya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Salah satu faktor yang dapat membantu siswa untuk dapat mencapai efikasi diri pengambilan keputusan karier adalah persepsi siswa mengenai dukungan sosial yang didapatkan dari guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi mengenai dukungan dari guru, yaitu guru bidang studi dan guru BP/BK, dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada siswa SMA kelas 10. Partisipan penelitian ini terdiri dari 200 orang siswa SMA kelas 10 di Depok yang telah memilih peminatan.Persepsi dukungan guru diukur menggunakan Teacher Support Scale dari McWhirter (1997, dalam Metheny, McWhirter, & O’Neil, 2008) dan efikasi diri pengambilan keputusan karier diukur dengan Career Decision Self-Efficacy Scale dari Taylor dan Betz (1983, dalam Taylor & Betz, 2006) yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti. Korelasi antara persepsi dukungan guru, baik guru bidang studi maupun guru BP/BK, dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil akan didiskusikan lebih lanjut.

Adolescence is a time to choose from a wide variety of career options related to the future. One of them is to choose a specialization in high school which in the Kurikulum 2013 performed when students sitting in 10th grade. The process of selecting specialization is closely related to career decision-making self-efficacy. One of the factors that can help adolescents reach their career decision-making self-efficacy is the perception of students regarding social support obtained from the teacher. The purpose of this study was to determine the relationship of perceived support from teachers, which is divided as subject teachers and schoolcouselors, with the career decision-making self-efficacy on 10th grade students in high school. The participants of this study are 200 10th grade students in senior high school in Depok who have chosen specialization. Perceived teacher support was measured using the Teacher Support Scale from McWhirter (1997, in Metheny, McWhirter, & O'Neil, 2008 ), and career decision-making self-efficacy was measured using the Career Decision Self -Efficacy Scale from Taylor and Betz (1983, in Taylor & Betz, 2006) which has been adapted and modified by the researcher. The correlation between perceived teacher support, both subject teachers and school-counselors, with career decision-making self-efficacy showed significant results. The results will be discussed further.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Anugraheni
"ABSTRAK
Dewasa awal memiliki tugas perkembangan mandiri dengan memiliki pekerjaan dan berkomitmen dalam sebuah hubungan. Fase dewasa awal sedang dialami oleh sarjana baru. Untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tersebut dibutuhkan efikasi diri. Keberadaan efikasi diri merupakan salah satu faktor yang memengaruhi mekanisme koping. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dengan kedua jenis mekanisme koping pada sarjana baru yang berstatus lajang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 107 orang. Hasil analisis dalam penelitian ini. Pertama, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat efikasi diri dengan problem focused coping (p value=0,002), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat efikasi diri dengan emotional focused coping (p value=0,266). Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan terkait cara-cara meningkatkan efikasi diri dan pilihan-pilihan penggunaan mekanisme koping yang adaptif.

ABSTRACT
Young Adults have development tasks by having work and commitment in a relationship. The early adult phase is being experienced by new graduates of the bachelor degrees. To complete development tasks required self-efficacy. The existence of self-efficacy is one of the factors that influence coping mechanisms. This research was conducted on the relationship between the levels of self-efficacy with the two types of coping mechanisms in new graduates with single status. This study uses a cross-sectional design with sample of 107 people. The results of the analysis in this study here is a significant relationship between the level of self-efficacy and problem-focused coping (p-value = 0.002), and there is no significant relationship between the level of self-efficacy with emotion-focused coping (p-value = 0.266). The results of this study recommend that health workers carry out health promotion related to ways to improve self-efficacy and choices for using adaptive coping mechanisms."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri Dewanti
"Penelitian yang dilakukan kepada siswa kelas 9 ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan
dan keselarasan dukungan orang tua terhadap efikasi diri dalam keputusan karier. Pengukuran
pendidikan orang tua dilihat melalui form data demografis partisipan, keselarasan dukungan orang
tua diukur menggunakan alat ukur adolescent-parent career congruent, dan efikasi diri dalam
keputusan karier diukur menggunakan alat ukur Career Decision Self-Efficacy Short Form (CDSE-
SF). Partisipan penelitian ini berjumlah 200 partisipan kelas 9 yang berasal dari SMP Negeri di
Jakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara
keselarasan dukungan orang tua terhadap efikasi diri dalam keputusan karier. Sedangkan
pendidikan orang tua tidak memiliki pengaruh terhadap efikasi diri dalam keputusan karier. Oleh
karena itu, keselarasan dukungan orang tua penting bagi siswa dalam menentukan keputusan karier.
Penelitian mengenai pendidikan orang tua terhadap efikasi diri dalam keputusan karier tidak
konsisten seperti penelitian sebelumnya. Penelitian yang akan datang disarankan menggunakan
alat ukur pendidikan orang tua yang konsisten.

The research conducted on 9th grade students aims to see the influence of parental education and
support congruent for Career Decision Self-Efficacy. The measurement of parental education was
seen through the participant demographic data form, parental support congruent was measured
using the measure of adolescent-parent career congruent, and career decision self-efficacy was
measured using the Career Decision Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF). The participants of this
study were 200 9th grade students who came from junior high schools in Jakarta. The results of this
study indicate that there is a significant effect of parental support congruent for career decision
self-efficacy. Parental education does not have an influence on career decision self-efficacy.
Therefore, parental support congruent is important for students in determining career decisions.
Research of parental education on self-efficacy in career decisions is not consistent as in previous
studies. Future research is suggested to use a measuring tool that includes consistent with parental education.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Nadya Kerenhappuch Priscilla
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri akademik terhadap agentic engagement. Penelitian ini dianggap penting karena mengacu pada penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa efikasi diri akademik dapat memengaruhi agentic engagement peserta didik dalam pembelajarannya di sekolah (Sokmen, 2021). Dalam penelitian ini ingin diketahui kontribusi efikasi diri akademik terhadap agentic engagement peserta didik, khususnya dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Agentic engagement adalah peran peserta didik untuk ikut terlibat serta proaktif dan berinisiatif di dalam kelas guna meningkatkan prestasi akademiknya (Reeve & Tseng, 2011). Efikasi diri akademik merupakan persepsi peserta didik terhadap keyakinan dirinya bahwa mereka dapat melakukan kontrol atas penguasaan pembelajaran mereka sendiri dalam mencapai kesuksesan dalam meningkatkan akademis mereka (Bandura, 1996). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan AES (Reeve & Tseng, 2011) untuk mengukur agentic engagement dan PALS (Midgley dkk., 2002) untuk mengukur efikasi diri akademik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik statistika regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri akademik memiliki peran yang signifikan dan positif terhadap agentic engagement pada peserta didik kelas XII SMA Negeri Jabodetabek, dimana kontribusi yang diberikan oleh efikasi diri akademik sebesar 22% (R = .46, p<0.05).

This study aims to examine the role of academic self-efficacy on the agentic engagement. This research is considered important because it refers to previous research which conclude that academic self-efficacy can affect the student’s agentic engagement in their learning at school (Sokmen, 2021). This study will further deepen how much contribution is made by academic self-efficacy to the student’s agentic engagement. Academic self- efficacy is define as perception of students who believe the control of their learning mastery to achieve success in improving their academic performance (Bandura, 1996). The agentic engagement is defined as the role of students to be proactive and take initiative in the classroom to improve academic achievement (Reeve & Tseng, 2011). The measuring instrument used in this study was AES (Reeve & Tseng, 2011) to measure agentic engagement and PALS (Midgley et al., 2002) to measure academic self-efficacy. This study analysis was using a simple linear regression statistical technique. The results showed that academic self-efficacy has a significant and positive role in agentic engagement in class of 12th-grade public high school in Jabodetabek during online learning, which the contribution given by academic efficacy was 22% (R = .46, p<0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yesi Ariani
"Efikasi diri diperlukan bagi pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam mengelola penyakitnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara motivasi dan efikasi diri pasien DM tipe 2 di RSUP X, Medan. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik cross sectional dengan jumlah sampel 110 pasien DM tipe 2. Analisis data menggunakan Chi square, uji t independen, dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden tidak ada yang berhubungan dengan efikasi diri, kecuali status sosial ekonomi (p= 0,046; α= 0,05). Ada hubungan antara dukungan keluarga, depresi, dan motivasi dengan efikasi diri (p= 0,01, 0,026, 0,031; α= 0,05). Individu yang memiliki motivasi yang baik berpeluang 3.736 kali menunjukkan efikasi diri yang baik dibandingkan dengan individu yang memiliki motivasi kurang baik setelah dikontrol depresi (CI 95% OR= 1.35; 10,32). Hasil ini merekomendasikan perawat untuk dapat meningkatkan motivasi dan efikasi diri pasien DM tipe 2 dengan memberikan pendidikan kesehatan terstruktur, memfasilitasi pemberian dukungan sosial, dan memberikan intervensi untuk mencegah munculnya depresi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>