Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165590 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Norharlina BT Mohd Nor Ahmad
1995
S2291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tamar
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari adanya asumsi bahwa KUD tidak bisa maju, karena pengelolanya tidak memiliki tingkah laku entrepreneur (jiwa kewiraswastaan), serta banyaknya faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengelolaan KUD. Sementara tuntutan untuk mengembangkan KUD pada khususnya dan koperasi pada umumnya semakin dirasakan perlunya baik ditinjau dari segi yuridis yaitu amanat UUD 1945 dan GBHN, maupun dari segi manfaatnya pada masyarakat. Sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional di antara BUMN dan swasta, koperasi nampaknya belum memberikan konstribusi secara berarti terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga diperlukan upaya strategis untuk memacu gerak koperasi sehingga mampu berkembang dan bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya.
Manajer KUD sebagai pengelola usaha merupakan tulang punggung dalam usaha untuk memajukan KUD. Untuk itu sebagai langkah awal dalam membenahi manajemen KUD adalah dengan melibat potensi sumber daya manusia yang merupakan kunci utama keberhasilan suatu usaha, dalam hal ini manajer KUD dituntut pada dirinya kemampuan-kemampuan dalam pengelolaan usaha KUD. Kemampuan utama dalam pengelolaan usaha adalah tingkah laku antreprenur.
Untuk itu penelitian ini berusaha mengungkapkan bagaimana persepsi terhadap lingkungan tugas dan tingkah laku antreprenur manajer KUD yang dihubungkan dengan keberhasilan manajer yang dilihat dari kemandirian KUD yang dikelolanya. Persepsi terhadap lingkungan tugas meliputi empat jenis yang merupkan obyek persepsi yaitu kebijaksanaan pemerintah/aparaturnya, anggota KUD/pelanggan, penyalur dan pesaing. Tingkah laku antreprenur meliputi sembilan aspek tingkah laku yaitu : tingkah laku instrumental, tingkah laku prestatif, tingkah laku keluwesan bergaul, tingkah laku kerja keras, tingkah laku keyakinan diri, tingkah laku pengambilan risiko, tingkah laku swakendali, tingkah laku inovatif, dan tingkah laku kemandirian. Disertai beberapa variabel lain yaitu : tingkat pendidikan, lama kerja, umur, dan pelatihan.
Penelitian ini bersifat ex post facto; subyek penelitian adalah manajer KUD di Sulawesi Selatan sebanyak 151 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala pengukuran model Likert skala 1 sampai 6. Teknik analisis yang dipergunalcan adalah Regresi Berganda (Multiple Regression) dengan taraf signifikansi 0,05.
Dari hasil analisis regresi berganda ditemukan beberapa hal yaitu :
a. Persepsi terhadap lingkungan tugas dan tingkah laku antreprenur beserta variabel-variabel bebas lainnya secara bersama-sama ternyata mempunyai sumbangan yang bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD. Diantara variabel-variabel itu ternyata yang memberikan sumbangan unik secara bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD adalah tingkah laku antreprenur dan lama kerja.
b. Masing-masing jenis persepsi terhadap lingkungan secara bersama-sama memberikan sumbangan secara bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD. Jenis persepsi yang paling menonjol sumbangannya adalah persepsi terhadap pesaing.
Masing-masing aspek tingkah laku antreprenur secara bersama-sama memberikan sumbangan yang bermakna terhadap unjuk kerja manajer KUD. Aspek tingkah laku antreprenur yang menonjol sumbangannya terhadap unjuk kerja manajer KUD adalah tingkah laku prestatif dan pengambilan risiko."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dili Indriawati Hidayat
"ABSTRAK
Tingkah laku prososial merupakan salah satu bentuk tingkah laku sosial positif
yang diperlukan melihat kondisi krisis ekonomi dan moral yang melanda bangsa
Indonesia. Pengembangan tingkah laku prososial di masyarakat merupakan hal yang
penting sebagai salah satu sarana untuk mengurangi permasalahan sosial. Keluarga
sebagai unit terkecil masyarakat memegang peran penting dalam pengembangan tingkah
laku prososial ini. Pengalaman dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih
sayang, perhatian, dan responsif menurut Kohn (dalam Kasser et al, 1995) akan
mempengaruhi secara langsung nilai prososial pada anak. Orang tua sebagai pendidik
utama mempengaruhi perkembangan anak melalui pola asuh. Baumrind (dalam
Eisenberg & Mussen, 1989) menggolongkan tigajenis pola asuh orang tua yaitu otoriter,
otoritatif, dan permisif berdasarkan empat aspek tingkah laku orang tua berupa tingkat
kontrol, kejelasan komunikasi, kasih sayang dan tuntutan kedewasaan. Ayah sebagai
salah satu orang tuajnemiliki peran penting terhadap perkembangan anak. Peranan ayah
terhadap perkembangan anak baru akhir-akliir ini mendapat perhatian. Ketika anak
memasuki masa pertengahan (middle childhood) peranan ayah semakin besar dengan
besarnya kebutuhan anak akan pemberi semangat. Menurut Fromm (dalam Lugo &
Hershey, 1979) kasih sayang ayah mendorong untuk menghargai nilai dan tanggung
jawab. Anak usia 9-11 tahun berada pada masa anak pertengahan,. riiasa kritis di mana
anak sedang membentuk pola tingkah laku. Menurut Hoffman (dalam Slavin, 1997)
mereka mulai mengembangkan sensitivitas yang lebih besar terhadap kondisi sosial yang
dapat mendorong anak untu melakukan tindakan prososial.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkah laku prososial pada
anak usia 9-11 tahun dengan pola asuh ayah. Tingkah laku prososial menurut Zanden
(1984) terdiri atas beberapa bentuk yaitu simpati, kerja sama,menolong, bantuan,
berderma dan altruitik. Sedangkan pola asuh ayah didasarkan atas empat aspek tingkah
laku yaitu tingkat kontrol, kejelasan komunikasi atau demokrasi, kasih sayang dan
tunmtan kedewasaan (menurut Baumrind dalam Eisenberg & Mussen 1989). Penelitian
mi juga hendak mengungkap perbedaan tingkah laku prososial pada anak perempuan dan
laki-laki usia 9-11 tahun. Hal ini dilakukan mengingat adanya perbedaan harapan dan
perlakuan ayah terhadap anak perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alal pengumpul data yang terdiri
atas tiga jenis skala yaitu skala tingkah laku prososial, skala pola asuh ayah berdasarkan
penilaian anak dan skala pola asuh untuk ayah. Dengan menggunakan metode Incidental
Sampling didapatkan 134 orang subyek penelitian anak usia 9-11 tahun dan ayahnya.
Hubungan antara tingkah laku prososial anak dan pola asuh ayah diuji dengan teknik
koreiasi Pearson dan perbedaan mean diuji dengan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan adanya koreiasi positif antara tingkah laku
prososial anak usia 9-11 tahun dan pola asuh ayah. Sedangkan pada perbedaan mean
tingkah laku prososial antara anak perempuan dan laki-laki menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna. Hasil penelitian lainnya yaitu adanya koreiasi positif antara
prestasi akademis dan usia anak dengan tingkah laku prososial anak. Selain itu pula
didapatkan banyaknya subyek ayah yang pola asuhnya di luar pola asuh Baumrind
Adanya hubungan yang bermakna antara tingkah laku prososial anak usia 9-11
tahun dengan pola asuh ayah menunjukkan adanya peran penting ayah dalam salah satu
aspek perkembangan anak yaitu tingkah laku prososial. Dalam hal ini pola asuh otoritatif
mendukung perkembangan tingkah laku prososial anak. Untuk mendapatkan gambaran
hubungan yang lebih jelas mengenai hubungan tingkah laku prososial anak dan jenis pola
asuh lainnya yaitu otoriter dan permisif diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
subyek yang representatif.
Adanya koreiasi positif antara prestasi akademis dan usia anak dengan tingkah
laku prososial anak menunjukkan adanya peran kognitif terhadap tingkah laku prososial .
Oleh karena itu berbagai metode yang dapat meningkatkan kematangan kognitif anak
dapat dilakukan sabagai salah satu sarana meningkatkan tingkah laku prososial pada
anak."
2002
S2832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellia Christia
"Masa remaja dapat dikarakteristikkan sebagai masa timbulnya tingkah laku beresiko, yaitu tingkah laku yang berpotensi untuk menimbulkan bahaya atau akibat yang fatal (Gullone et al, 2000). Resiko yang ditimbulkan oleh tingkah laku tersebut dapat bennacam-macam, misalnya gangguan keseliatan, fisik maupun psikologis, menurunnya nilai-nilai pelajaran di sekolah, dijauhi teman-teman, sampai yang paling parah adalah kematian. Berbagai resiko yang mengikuti suatu tingkah laku tersebut, tampaknya tidak mempengaruhi keterlibatan remaja dalam tingkah beresiko. Karena selain dari resiko negatif yang ada, hadir pula resiko positif yang seakan-akan menutupi resiko negatifnya, misalnya dapat diterima oleh kelompok, meningkatkan rasa percaya diri dan keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Oleh karena itulah dalam penelitian ini akan diteliti tentang hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko. Selain itu akan diteliti pula perbedaan antara remaja putri dan putra dalam mempersepsikan resiko tingkah laku dan keterlibatan mereka dalam tingkah laku beresiko. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 kuesioner yang mengukur persepsi terhadap resiko tingkah laku dan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Teknik pengambilan sampel adalah purposeful sampling. Jumlah subyek 75 orang dengan rentang usia 16-18 tahun yang semuanya berasal dari bimbingan belajar BTA SMU 8 Jakarta. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko secara umum dan pada remaja putri. Sedangkan pada remaja putra tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Kemudian ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam keterlibatan pada tingkah laku beresiko dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam hal persepsi terhadap resiko tingkah laku. Selain itu, secara umum terdapat hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap resiko dapat berhubungan dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko pada remaja secara umum. Selain itu ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal keterlibatan pada tingkah laku beresiko. Disarankan pada orangtua untuk lebih memberikan informasi yang tepat tentang suatu tingkah laku, selain lebih banyak diberikan perhatian dan kasih sayang. Karena remaja yang dekat dengan keluarga, biasanya tidak memiliki keinginan yang besar untuk melakukan tingkah laku beresiko. Di samping itu lingkungan sekolah juga diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat kepada para remaja dalam bentuk penyuluhan maupun secara ilmiah dalam kegiatan belajar di kelas. Sedangkan bagi para remaja sendiri, agar keinginan untuk mencoba hal-hal baru dapat tersalurkan, maka mengikuti kegiatan yang positif, misalnya kegiatan ekstra kurikuler , olahraga atau organisasi remaja, merupakan salah satu cara penyalurannya. Akan tetapi hasil ini hanya spesifik pada sampel penelitian ini saja dan untuk dapat memberi gambaran tentang tingkah laku beresiko pada remaja di Indonesia dibutuhkan sampel yang le'oih besar dan berasal dari daerah di luar Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Nusolahardo
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Amelia Putri
"Insiden konflik dan kekerasan yang secara rutin terjadi di masyarakat menyebabkan remaja yang terpapar memandang dunianya tidak aman dan penuh ancaman dan kemudian menunjukkan perilaku yang bermasalah. Perilaku agresif dan menginisiasi permusuhan ini dianggap adaptif bagi remaja dan dinormalisasi pada lingkungan yang menjadikan konflik dan kekerasan sebagai hal yang biasa sehingga konflik akan terus ada dan perdamaian sulit dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan masalah tingkah laku dan sikap terhadap perdamaian pada remaja yang terpapar konflik. Masalah tingkah laku diukur menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), sedangkan sikap terhadap perdamaian diukur menggunakan Peace Attitude Scale (PAS). Partisipan pada penelitian ini yaitu 352 remaja berusia 16-18 tahun yang tinggal di wilayah rawan konflik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah tingkah laku memiliki hubungan yang negatif dengan sikap terhadap perdamaian remaja yang terpapar konflik. Berdasarkan hasil tersebut, semakin banyak masalah tingkah yang ditunjukkan, semakin negatif sikap terhadap perdamaian yang dimiliki remaja.

Incidents of conflict and violence that routinely occur in society cause exposed adolescents to view their world as insecure and threatening and then they exhibit problematic behavior. Aggressive behavior and initiating hostility are considered adaptive for adolescents and normalized in an environment where conflict and violence are commonplace so that conflict will continue, and peace is difficult to achieve. This study aims to see the relationship between behavioral problems and attitudes towards peace in adolescents who are exposed to conflict. Behavioral problems were measured using the Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), while attitudes towards peace were measured using the Peace Attitude Scale (PAS). Participants in this study were 352 adolescents aged 16-18 years who lived in conflict-prone areas. Pearson correlation showed that behavior problems had a negative relationship with attitudes towards peace in adolescents who were exposed to conflict. Based on these results, the more behavior problems shown, the more negative the attitude towards peace the adolescents had.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adestya Renggo Adjie
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang hubungan self-esteem dengan tingkah laku pengambilan resiko pada entrepreneur di bidang jasa kreatif pada usaha kecil. Penelitian ini menggunakan metode survei, yang memfokuskan pada data sampel yang diambil dari populasi yang sudah ditetapkan dalam penelitian, dengan tipe ex post facto field study atau disebut juga penelitian non eksperimental yang dilakukan pada situasi sehari-hari. Desain penelitian ini adalah within group subject yang menggunakan 100 entrepreneur yang bergerak di bidang jasa kreatif pada usaha kecil di Jakarta, sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara self-esteem dengan tingkah laku pengambilan resiko pada entrepreneur di bidang jasa kreatif pada usaha kecil.

ABSTRACT
This research discuss about the correlation between self-esteem and risk-taking behavior on the entrepreneur of Creative Services area for small industrial unit. The research uses survey methodology which focuses on samples taken from certain population suitable with the subject with ex post facto field study type which also called non experimental research done in daily activities. The design of this research is within group subject with sample using 100 entrepreneurs working in Creative Services area for small industrial unit in Jakarta. The result indicates there are connections between self-esteem and tendency to take a risk in becoming an entrepreneur in Creative industry."
2009
S3605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania G.Wibisono
"ABSTRAK
Untuk menyimpulkan suatu tingkah laku yang dilakukan oleh aktor sebagai
tingkah laku menjilat, perceiver akan memperhatikan karakteristik situasi tertentu
yang membantu perceiver dalam mengidentifikasi seorang penjilat. Berdasarkan
basil penelitian Vonk (1998), karakteristik situasi tersebut mengacu pada tingkah
laku aktor yang menyenangkan to'hadap atasan sedangkan dengan bawahan
ringkah lakiuiya benibah menjadi tidak menyenangkan. Perceiver yang melihat
karakteristik situasi tersebut dapat langsung menyimpulkan bahwa aktor adalah
seorang penjilat dan tidak disukai.
Penelitian ini dilakukan dengan mereplikasi dan memodifikasi penelitian Vonk
diatas. Modifikasi dilakukan dengan merubah karakteristik partisipan penelitian
dari mahasiswa menjadi kaiyawan perusahaan dengan jabatan manajer. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empirik dari observasi seharihari
bahwa dalam lingkungan kerja di Indonesia, seseorang yang bertingkah laku
menyenangkan terhadap atasan tetapi tidak menyenan^an dengan bawahan
(situasi slime) akan dinilai oleh perceiver sebagai seorang penjilat dan tidak
disukai.
Pengambilan data dilakukan dengan mevariasikan variabel bebas, yaitu
karakteristik situasi (tingkah laku aktor terhad^ hierarki status kekuasaan target
totentu) menjadi 5 kelompok situasi poielitian {slime, nonslime, positif dan
negatif), yang ingin dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat yaitu penilaian
perceiver terhadap sang aktor. Penilaian ini terdiri dari penilaian rasa suka
terhadap aktor dan penilaian trait aktor menjilat.
Uji signifikansi dilakukan dengan metode one-way ANOVA dan Duncan's
Multiple Comparison. Dari hasil perhitungan tersebut, hipotesis adanya penilaian
rasa suka yang rendah dalam situasi slime tidak didukung data, sedangkan
hipotesis adanya penilaian trait menjilat yang tinggi dari aktor pada situasi slime
didukung data.
Kesimpulannya, seseorang dapat dikatakan sebagai penjilat apabila ia melakukan
tingkah laku menyenangkan terhadap atasan dan tidak menyenangkan terhadap
bawahan, serta penjilat ini cendenmg tidak disukai. Kemudian disarankan untuk
memperluas ruang lingkup penelitian pada daerah-daerah di Indonesia dengan
budaya yang berbeda-beda."
2001
S2894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>