Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manuella Nuryani Jasmine Z.
"Kinerja manajer wanita dipandang lebih inferior daripada manajer pria. Penelitian mengenai perbandingan kinerja manajer pria dan wanita selalu menggunakan kinerja kuantitatif (penilaian kinerja oleh perusahaan). Menurut Lawler (dalam Rabinowitz & Hall, 1977), ada cara lain yaitu penilaian kinerja secara kualitatif (keterlibatan kerja). Penilaian ini mempunyai lingkup yang lebih luas dan hasil yang diperoleh sejalan dengan penilaian kinerja kuantitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan kinerja (keterlibatan kerja) manajer pda dan wanita. Dalam melakukan kinerjanya, seorang manajer harus menjalankan 4 fungsi utama (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan memimpin bawahan) dimana fungsi memimpin memegang peranan terpenting (Baron & Greenberg, 1990). Menurut Rosener (dalam Gabarro, 1990), ada perbedaan gaya kepemimpinan manajer pria dan wanita. Manajer pria memiliki gaya kepemimpinan berorientasi tugas atau Memprakarsai Struktur, sedangkan manajer wanita berorientasi Tenggang Rasa. Adanya perbedaan gaya kepemimpinan ini disebabkan proses sosialisasi peran jenis kelamin yang berbeda antara manajer pria dan wanita. Wanita ditanamkan nilai-nilai feminin, sehingga gaya kepemimpinannya mengarah kepada gaya kepemimpinan Tenggang Rasa. Pria ditanamkan nilai-nilai maskulin, sehingga mengarah kepada gaya kepemimpinan Memprakarsai Struktur. Kedua gaya ini walaupun berbeda, tetapi tidak mengarah kepada perbedaan keterlibatan kerja. Hal terakhir ini tidak didukung oleh Reddin (1970) yang berpandangan bahwa manajer pria dan wanita seharusnya memiliki gaya kepemimpinan integrasi (kombinasi Memprakarsai Struktur dan Tenggang Rasa) agar mengarah kepada keterlibatan kerja tinggi.
Berdasarkan hal ini mungkin dapat disimpulkan bahwa keterlibatan kerja pria dan wanita dipengaruhi oleh faktor peran jenis kelamin dan gaya kepemimpinan. Oleh sebab itu, permasalahan umum dalam penelitian ini, Bagaimana perbandingan gambaran peran jenis kelamin, gaya kepemimpinan dan keterlibatan kerja antara manajer pria dan wanita. Variabel penelitian ini adalah variiabel peran jenis kelamin (maskulin, feminin dan androgini), variabel gaya kepemimpinan (gaya kepemimpinan terpisah, berhubungan, dedikasi dan integrasi) dan variabel keterlibatan kerja (keterlibatan kerja tinggi dan rendah).
Sampel yang digunakan berjumlah 36 manajer pria dan 33 manajer wanita. Tehnik pengambilan sampel secara accidental dan metode pengumpulan data menggunakan 3 kuesioner yaitu Kuesioner Teori Kebutuhan Dua Faktor Herzberg (mengukur keterlibatan kerja), Skala Maskulin-Feminin (mengukur peran jenis kelamin) dan Kuesioner Opini Kepemimpinan (mengukur gaya kepemimpinan).
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan peran jenis kelamin antara manajer pria dan wanita. Mayoritas manajer pria mempunyai peran jenis kelamin maskulin, sedangkan mayoritas manajer wanita mempunyai peran jenis kelamin androgini. Dalam hal gaya kepemimpinan, tidak ada perbedaan antara manajer pria dan wanita, namun mayoritas manajer pria dan wanita mempunyai gaya kepemimpinan integrasi. Dalam hal keterlibatan kerja, tidak ada perbedaan antara manajer pria dan wanita. Mayoritas manajer pria dan wanita dengan keterlibatan kerja tinggi berada pada gaya kepemimpinan integrasi, dengan peran jenis kelamin maskulin pada manajer pria dan androgini pada manajer wanita. Hanya 1 orang manajer pria yang mempunyai keterlibatan kerja rendah dan tidak seorang pun manajer wanita yang mempunyai keterlibatan kera rendah."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S2335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Yudha Ninggar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Sandra Catherine Heru Utomo
"ABSTRAK
Salah satu hambatan yang sering ditemui wanita di
tempat kerja adalah pelecehan seksual. Dalam menghadapi
pelecehan seksual reaksi yang dianggap paling menguntung-
kan bagi korban adalah reaksi asertif, karena reaksi ini
dapat meninimalkan emosi negatif yang timbul setelah
pelecahan seksual. Reaksi asertif meliputi ekspresi pera-
saan, pendapat dan keinginan korban secara jelas, langsung
dan jujur. Halaupun demikian wanita seringkali terhambat
untuk bertindak asertif, karena perilaku tersebut tidak
sesuai dengan peran jenis kelamin yang diharapkan ada pada
wanita. Selama ini wanita lebih diharapkan untuk bertindak
pasif, submisif dan nonasertif sesuai dengan stereotip
peran jenis kelanin yang telah diterima luas dalam masya-
rakat. Wanita yang secara kaku berpikir dan bertindak
sesuai stereotip peran jenis kelamin dapat dikatakan
sebagai wanita yang berpandangan peran jenis kelamin
tradisional; wanita ini sulit untuk bertindak di luar
stereotip yang ada. Sedangkan wanita yang berpandangan
peran jenis kelamin nontradisional lebih fleksibel dalam
berpikir dan bertindak di luar stereotip. Dalam penelitian ini akan dilihat apakah terdapat perbedaan reaksi antara
wanita yang berpandangan peran jenis kelamin tradisional
dan nontradisional dalam menghadapi pelecehan seksual di
tempat kerja. Jenis reaksi yang akan dilihat digolongkan
menjadi asertif, pasif agresif, agresif dan nonasertif.
Dalan penelitian ini terdapat 42 subyek yang menda-
patkan alat penelitian berupa skala yang nengukur pandan-
gan peran jenis kelamin dan kuesioner reaksi terhadap
pelecehan seksual. Selain itu juga dilakukan wawancara
sebagai probing atas jawaban-jawaban subyek pada kuesion-
er. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan reaksi antara wanita yang berpandangan peran
jenis kelamin tradisional dan nontradisional dalam mengha-
dapi pelacehan seksual di tempat kerja.
Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa
reaksi asertif adalah reaksi yang paling menguntungkan
karena tidak menimbulkan reaksi emosional negatif pada
diri korban, dan hubungan korban dengan pelaku tetap baik
setelah pelecehan. Namun hanya sebagian kecil subyek yang
melakukan reaksi ini, dan mereka masih sulit membedakan
reaksi asertif dari reaksi agresif dan nonasertif. Untuk
itu peneliti menyarankan untuk mengembangkan suatu pélati-
han asertif bagi para wanita, khususnya untuk menghadapi
pelecehan seksual. Untuk penelitian selanjutnya juga
disarankan untuk melihat lebih jauh perilaku agresif pada
wanita, untuk memperbaiki skala pengukuran, nemperbaiki
metoda wawancara serta meneliti self-blame pada korban
pelecehan."
1995
S2542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Fitria
"Pada tahun 1970. Broveman dan rekan-rekan melakukan penelitian terhadap klinikus dan hasilnya menunjukkan bahwa klinikus memiliki standar ganda dalam kriteria kesehatan mental bagi pria dan wanita. Sejak itu di Amerika Serikat telah dilakukan berbagai penelitian terhadap klinikus dalam konteks kesehatan mental dan dalam setting klinis. Di Indonesia sendiri khususnya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, penelitian yang dilakukan terhadap klinikus dalam konteks kesehatan mental maupun dalam setting klinis masih sangat langka. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan menambah pengetahuan tentang rnasalah jender dalam konteks kesehatan mental.
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kriteria pria. Wanita dan manusia sehat mental pada psikiater. Selain itu akan dilihat juga mengenai perbedaan antara psikiater pria dan wanita serta perbedaan antara psikiater yang menganut ideologi peran jenis kelamin tradisional dan modern. Subyek penelitian adalah psikiater yang masih aktif melalukan praktek dalam bidang klinis di Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara metode kuesioner dan wawancara. Alat pengumpul data kuantitatif berberntuk kuesioner, yaitu Attitude Toward Women Scale (AWS) dan Bem Sex-Role Inventory (BSRI). Berdasarkan hasil pengolahan data, individu dapat dikelompokkan ke dalam kelompok penganut ideologi peran jenis kelamin tradisional dan modern. Kemudian, dilakukan wawancara terhadap beberapa subyek yang djanggap mewakili kelompok-kelompok yang ada.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dari 60 karakteristik yang terdapat dalam ESRI, ditemukan perbedaan signifikan anlara kriteria pria, wanita dan manusia sehat mental pads 13 karakteristik. Pada 47 karakteristik lainnya tidak ditemukan perbedaan signifikan. Kemudian, perbedaan signifikan antara psikiater pria dan wanita ditemukan hanya pada 1 karakteristik saja untuk kriteria pria sehat mental. Pada karakieristik dan kriteria lainnya tidak ditemukan perbedaan signifikan. Terakhir, ditemukan perbedaan signifikan antara psikiater yang menganut ideologi peran jenis kelamin tradisional dan modern pada 4 karakteristik untuk kriteria wanita sehat mental, dan pada 1 karakteristik untuk masing-masing kriteria pria dan manusia sehat mental. Sementara hasil wawancara menunjukkan bahwa perbedaan pandangan tidak semata-mata disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin dan perbedaan ideologi peran jenis kelamin saja.
Saran yang dapat diberikan demi perbaikan dan untuk penelitian lanjutan adalah menambah jumlah sampel menjadi lebih besar serta melakukan wawancara terhadap seluruh subyek dan menambah variasi kelompok."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ayu Hariatmini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1991
S2317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>