Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellen Tuwaidan
"Salah satu tugas perkembangan dewasa muda adalah memilih pasangan hidnp. Namun, perailihan pasangan hidup individu tidak sepenuhnya berada di tangan individu yang bersangkutan. Lingkungan sosial di luar individu juga ikut berperan. Keluarga dalam hal ini orangtua- merupakan faktor di luar individu yang paling berperan dalam pemilihan pasangan hidup. Saat ini, dalam pemilihan pasangan hidup orangtua cenderung tidak lagi menjodohkan individu dengan pasangan yang mereka anggap. Peran orangtua telah bergeser ke arah di mana individu memilih sendiri pasangannya namun perlu persetujuan orangtua.
Kecenderungan orangtua untuk melakukan evaluasi tentang pasangan yang dipilih individu berbeda antara pria dan wanita, di mana orangtua lebih cenderung untuk mengevaiuasi pasangan anak wanitanya. Mengingat hal itu, penelitian ditujukan pada wanita.
Dari pengalaman beberapa wanita tampak bahwa tampaknya ketidaksetujuan orangtua terhadap pasangan yang dipilih individu menimbulkan kebimbangan untuk melanjutkan hubungan ke pemikahan. Di satu sisi, ketidaksetujuan orangtua merupakan tekanan yang tidak dapat diabaikan begitu saja, sementara itu hubungan pacaran sendiri melibatkan banyak afek. Oleh karena itu dilakukan penelitian guna mendapatkan gambaran tentang seberapa besar kecenderungan wanita untuk menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua serta memahami faktor-faktor apa saja yang b^engaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Dengan kata lain, dilakukan penelitian tentang intensi menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua.
Dalam penelitian ini, pengkajian dilakukan dengan menggunakan kerangka teori Planned Behavior dari Ajzen (1988). Teori ini merupakan perluasan dari teori Reasoned Action, di mana teori Planned Behavior ini digunakan untuk tingkah laku yang tic^ sepenuhnya berada di bahwa kontrol kehendak individu. Menumt kerangka teori ini, intensi ditentukan oleh tiga determinan, yaitu: (1) sikap terhadap tingkah laku, (2) norma subyektif, dan (3) perceived behavior control. Ketiga determinan mtensi ini sendiri dibentuk oleh seperangkat belief yang menonjol, yang disebut salient belief. Teon ini juga membuka kemungkinan bagi masuknya variabel lain dalam meramalkan intensi pada situasi tertentu.Tingkah laku yang menjadi fokus penelitian im adaiah tingkah laku yang secara teoritis sesuai dengan keinginan individu namun berlawanan dengan harapan lingkungan sosial, yaitu tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua. Dalam menentukan pilihan salah satu faktor yang diduga ikut berperan adaiah penghayatan otonomi, yang mengacu pada pengertian sejauh mana individu mempersepsikan diri sebagai seseorang yang bebas bertmu sesuai dengan keinginan sendiri. Oleh karena itu, variabel penghayatan otonomi juga dijadikan determinan pembentuk intensi.
Subyek penelitian ini adaiah wanita dewasa muda yang bertahan untuk tetap berpacaran dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling insidental dan berhasil dilibatkan sebanyak 43 orang subyek. Alat pengumpulan data adaiah kuesioner yang terdiri dari skala-skala yang men^kur sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, perceived behavior control dan intensi berdasarkan format yang disarankan Ajzen (1980). AJat ukur penghayatan otonomi dibuat dengan mengacu pada alat ukur otonomi dari Ryff (1989) dan literatur tentMg otonomi lainnya. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisa deskriptif, mean, korelasi serta penghitungan korelasi berganda. Keseluruhan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows Release 6.
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa skor intensi untuk menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua cenderung berada di tengah, atau dengan kata lam cenderung ra^. Sikap subyek terhadap tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua cenderung. Secara umum terlihat bahwa signidicant others bagi subyek cenderung mengharapkan subyek agar tidak menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangta. Subyek penelitian menganggap tingkah laku menikah dengan pasangan yang tidak disetujui orangtua sebagai tingkah laku yang sulit diwujudkan, meskipun subyek mempersepsikan diri sebagai individu yang bebas bertmdak sesuai dengan apa yang diinginkaimya.
Perhitungan korelasi menunjukkan bahwa keempat determinan intensi tersebut berkorelasi positif dan signifikan dengan intensi. Lewat analisis regresi berganda didapatkan mlai korelasi berganda yang signifikan. Dengan kata lain, keempat variabel tersebut secara bersama-sama raemberikan peramalan yang signifikan terhadap intensi. Namun, bila dilihat sumbangan unik masing-masing variabel, hanya variabel perceived ehavior control saja yang memberikan sumbangan unik yang signifikan dalam meramalkan intensi.
Variabel sikap, norma subyektif, otonomi, dan perceived behavior control mengukur common factors yang tercakup pada perceived behavior control. Hal ini juga ditunjang oleh adanya korelasi yang signifikan antar prediktor. Sebagaimana telah luraikan di atas, penghayatan otonomi diduga ikut meramalkan intensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tampaknya penghayatan otonomi sudah direfleksikan di dalain sikap dan norma subyektif sehingga masuknya variabel otonomi tidak membenkan tambahan peramalan yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukrisno
"Adanya pemisahan antara program sarjana psikologi dengau program profesi psikolog menuntut mahasiswa Fakultas Psikologi UI untuk memustuskan apakah akan melanjutkan atau tidak melanjutkan ke program profesi setelah lulus sarjana psikologi. Secara teoritis keputusan tersebut membutuhkan proses pemilihan yang bijaksana karena akan sangat berpengaruh terhadap hampir seluruh aspek kehidupan di masa yang akan datang. Da1amkenyataannya banyak mahasiswa yang masih bimbang tanpa keputusan yang pasti.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kecenderungan mahasiswa untuk melanjutkan ke program profesi serta memahami faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah planned behavior theory dari Ajzen (1988). Teori tersebut menekankan pentingnya intensi sebagai determinan terdekat dilakukannya suatu tingkah laku. Informasi penting lain yang bisa diperoleh adalah mengenai belief-belief yang mendasari intensi tersebut.
Dependent variable penelitian adalah intensi untuk melanjutkan ke program profesi. Sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan perceive behavior control yang dalam model planned behavior theory berperan sebagai determinan intensi, digunakan sebagai independent variab!es. Masing-masing variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala semantic differential dengan sedikit modifikasi dari format yang dicontohkan oleh Ajzen (1980).
Dengan tehnik purposive sampling sebanyak 50 mahasiswa Fakultas Psikologi UI angkatan l992 dilibatkan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara maupun kelompok. Untuk pengolahan data digunakan alat bantu komputer dengan melibatkan analisis deskriptif sampel, mean dan SD, korelasi, serta analisis multipel regresi.
Hasilnya diperoleh bahwa skor intensi mahasiswa baik secara keseluruhan maupun dalam kelompok-kelompok data kontrol berada di atas mean teoritis. Distribusi frekwensi skor intensi menunjukkan pengelompokkan persentase besar pada skor-skor tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa intensi mahasiswa Fakultas Psikologi UI untuk melanjutkan ke program profesi setelah lulus sarjana psikologi adalah relatif tinggi.
Dalam analisis multipel regresi dengan menggunakan sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan PBC sebagai predictor dan intensi sebagai criterion diperoleh nilai multipel korelasi yang signifikan. Hal ini berarti bahwa dalam konteks penelitian ini terdapat hubungan linear yang signifikan antara ketiga predictor dengan criterion-nya. Sedangkan dalam sumbangan unik setiap predictor, hanya PBC saja yang mampu memberikan sumbangan yang signifikan terhadap naik turunnya skor intensi.
Dengan demikian hipotesis penelitian bahwa sikap terhadap tingkah laku memiliki sumbangan yang signifikan terhadap tingkah laku ditolak. Demikian juga ditolak hipotesis yang menyatakan bahwa ada sumbangan yang signifikan dari norma subyektif terhadap intensi melanjutkan ke program profesi. Hipotesis yang diterima adalah hipotesis adanya sumbangan yang signifikan dari variabel PBC terhadap intensi.
Dibandingkan dengan analisis multipel regresi tanpa PBC sebagai predictor, tampak bahwa sikap terhadap tingkah laku dan norma subyektif mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap intensi. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa variabel sikap dan norma subyektif mengukur common factors yang tercakup oleh PBC. Selain itu varians DV yang tercakup oleh IV mengalami peningkatan yang signifikan ketika dimasukkan variabel PBC.
Dalam analisis mean variabel dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap tingkah laku melanjutkan ke program profesi. Demikian juga dengan norma subyektif yang berada di bawah mean teoritis yang berani bahwa lingkungan sosial disekeliling para mahasiswa tidak terlalu menuntut mereka untuk melanjutkan ke program profesi. Dalam hubungannya dengan hambatan dan sumber-sumber daya yang mahasiswa untuk melanjutkan ke program profesi, mean PBC berada di atas mean teoritis. Hal ini berarti kebanyakan mahasiswa menganggap bahwa melanjutkan ke program profesi adalah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu intensi mahasiswa tetap relatif tinggi meskipun sikap dan noma subyeknya unfavorable."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Cokro
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hudawan Satria Jati
"Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan salah satu teori yang tepat digunakan untuk mempreiksi intensi dari suatu tingkah laku. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh dari determinan TPB terhadap intensi untuk melakukan perilaku mencontek pada mahasiswa. Mayoritas dari mahasiswa yang menjadi partisipan (96%) melaporkan pernah melakukan perilaku mencontek. Berdasarkan dari uji regresi linear secara keseluruhan, determinan TPB memprediksi 25,4% variasi di intensi untuk melakukan perilaku mencontek (R2=,254). Namun secara terpisah, kontrol tingkah laku yang dipersepsi (PBC) memiliki pengaruh yang paling signifikan dalam memprediksi variasi dalam intensi untuk tetap mencontek (R2=,272). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kontrol tingkah laku yang dipersepsi menjadi determinan yang paling baik dalam memprediksi intensi mahasiswa untuk melakukan tingkah laku mencontek.

Theory of Planned Behavior (TPB) is one of the right theory to predict the intention of a behavior. The aim of this research is to show the influences from determinants in TPB towards the intention of cheating behavior over college students. Most participants (96%) informed they have cheated before in one year time frame. Result from linear regression test simultaneously showed that determinants in TPB predicted 25,4% of intention variety to perform cheating behavior (R2=,254). Nevertheless, separately the perceived behavioral control has the most significant influence over predicting the variety of intention in cheating behavior (R2=,272). The results shows that perceived behavioral control is the best determinant to predict students intention of cheating behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S57703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Asrori
"ABSTRAK
Pajak mempunyai arti penting dan strategis. Pembiayaan pembangunan dan pinjaman luar negeri akan membawa konsekuensi berupa kewajiban untuk mengembalikan sedangkan penerimaan dari sektor pajak lebih bisa dijamin kontinuitasnya, disamping banyak keuntungan yang lainnya antara lain meningkatnya penerimaan dari sektor pajak menunjukkan kemandirian negara, kemandirian _yang ditopang dari sektor pajak ini akan menguatkan struktur ekonomi dan sosial yang kuat, dan mempengaruhi terhadap stabilitas dan kenetralan kebijakan luar negeri. Usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak membutuhkan waktu yang panjang, karena berkaitan dengan mentalitas suatu bangsa (Tianakusubroto,1994). Pelanggaran-pelanggran yang terjadi dibidang perpajakan cukup serius dengan nilai nominal yang besar. Dalam sistem self crsessnaent wajib pajak diberi kewenangan menghitung sendiri dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayarnya. Menurut Tunggal (1995), jenis pajak penghasilan perorangan sering ditemukan adanya penyelewengan berupa antara perilaku menghindari pajak. Dalam kaitan dengan perilaku menghindari pajak, peneliti memilih intensi sebagai konstruk yang dapat menjelaskan perilaku tersebut berdasarkan Theory reacsoned action dari Fishbein dan Ajzen (1975) dan Theory Planned Behavior dari Ajzen (1988). Dari model tersebut dirumuskan permasalahan: seberapa jauh sikap, norma subjektif dan PBC hubungannya dengan intensi menghindari pajak. Dari hasil uji statistik berupa analisis regresi berganda diperoleh hasil sebagai berikut :
Sikap terhadap perilaku menghindari pajak, up pph perorangan secara signifikan berhubungan positif dengan intensi menghindari pajak, (sig T= 0.0036) sumbangan relatif sikap terhadap intensi menghindari pajak adalah sebesar .377396 (nilai Beta). Norma subjektif tidak memberikan sumbangan yang signifikan dengan intensi menghindari pajak (sig T = .1364). Sedangkan PBC secara signifikan mempunyai hubungan positif dengan intensi menghindari pajak (T= 0074). Sumbangan relatif yang diberikan oleh PBC terhadap intensi menghindari pajak adalah sebesar _240490 (nilai Beta). Secara keseluruhan varian menghindan pajak hanya dapat diterangkan oleh variabel independent yaitu sikap, norma subjektif dan PBC hanya sebesar 41 %, sehingga dengan demikian ada 59 8fo diterangkan oleh variabel lain.
Saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak yang berkepentingan dalam hal ini pengambil kebijakan adalah berkaitan dengan perubahan sikap sehingga sikap yang positif terhadap perilaku menghindari' pajak dapat dirubah menjadi sikap yang negatif terhadap perilaku menghindari pajak.
Dalam penelitian ini norma subjektif tidak berpengaruh secara signifikan. Kontrol perilaku yang dipersepsikan oleh wajib pajak perlu pula mendapat perhatian. Hal hal yang mendorong dapat lebih dieleminir sehingga dorongan tersebut tidak menjadi kenyataan berupa intensi ataupun perilaku yakni menghindari pajak. Bagi para peneliti berikutnya dianjurkan dapat menerapkan model Lewis dengan lebih lengkap bila situasi dan kondisi memungkinkan sehingga hasil penelitian yang didapatkan Iebih komprehensip."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atikah
"Indonesia memiliki prospek yang baik dari segi potensi dan kondusivitas yang dimiliki dalam pengembangan industri keuangan syariah. Sebagai bagian dari industri tersebut, perbankan syariah juga berkembang pesat. Akan tetapi, perbankan syariah menghadapi berbagai tantangan, salah satunya yang krusial adalah kurangnya SDM baik secara kuantitas maupun kualitas dalam setiap level (menengah, atas, dan bawah). Skripsi ini bertujuan mencaritahu pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control seseorang terhadap intensi orang tersebut untuk bekerja di perbankan syariah. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan structural equation modelling (SEM). Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang berminat untuk bekerja di perbankan syariah setelah lulus kuliah, baik D3 maupun S1. Dalam penelitian ini, secara statistik, tidak ditemukan bukti bahwa sikap seseorang terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah berpengaruh terhadap intensi orang tersebut untuk bekerja di perbankan syariah. Sedangkan, norma subjektif dan perceived behavior control berpengaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Dengan demikian, diantara dua faktor yang berpegaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah, secara statistik, perceived behavior control memiliki pengaruh terbesar terhadap intensi. Oleh karena itu, intervensi terhadap perceived behaviour control perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan intensi untuk bekerja di perbankan syariah.

Indonesia has good prospects in terms of potency and conduciveness for sharia finance industry to be developed. As part of the industry, sharia banking is also growing rapidly. However, sharia banking faces many challenges, the crucial one is the lack of human resources both in quantity and quality in any level (middle, top, and bottom). The focus of this study is to examine the impact of attitudes, subjective norms, and perceived behavior control to the intention for working in sharia banking. This is a quantitative research that using structural equation modelling (SEM). This research involves final year undergraduate students that willing for working in sharia banking after graduated, as respondents. In this research, the hypothesis that states ‘attitudes toward working in sharia banking have significant impact to the intention for working in sharia banking’, is not proven statistically. On the other hand, the other factors, subjective norms and perceived behavior control, are proven statistically have significant impact to the intention for working in sharia banking. Furthermore, perceived behaviour control has the biggest impact to the intention. Intervention to the perceived behaviour control variable is a must for making improvement of intention for working in sharia banking sector.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S57341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimala Dewi Irzani
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurul Misbah
"ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat seberapa besar kecenderungan auditor melakukan audit kecurangan (frctud audit). Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori planned behavior dari Ajzen (1988) yang menyatakan perilaku individu ditentukan oleh intensinya untuk melakukan perilaku tersebut. Ada tiga variabel yang berperan dalam intensi yaitu sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control. Besarnya bobot masing-masing variabel tersebut dapat menggambarkan bagaimana peranan yang diberikan terhadap timbulnya tingkah laku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1) bagaimana gambaran intensi subyek, 2) bagaimana hubungan dari sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi, serta variabel-variabel mana yang paling berpengaruh, 3) bagaimana gambaran behavioral belief evaluasi terhadap behavioral belief normalive belief, motivalion to comply, perceived behavioral control belief, 4) bagaimana respon subyek terhadap intensi dan apa yang menjadi alasan pemilihan posisi intensi.
Yang menjadi independen variabel penelitian ini adalah sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control belief auditor untuk melakukan audit kecurangan. Sedangkan dependen variabel penelitian adalah intensi auditor untuk melakukan audit kecurangan. Subyek penelitian adalah 45 orang auditor di salah satu instansi pemerintah. Adapun pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan mengacu pada skala semantic dijferential, dengan teknik incidental sampling. Pengolahan data dilakukan melalui analisis deskriptif sampel, mean dan standar deviasi, serta korelasi dan analisis regresi berganda.
Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah :
1. Intensi subyek untuk melakukan audit kecurangan cukup tinggi. Tidak terdapat perbedaan intensi yang signifikan antara kelompok berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mempunyai pengalaman melakukan audit kecurangan dengan yang belum pernah melakukan audit kecurangan.
2. Terdapat hubungan yang signifikan dari variabel sikap dan perceived behavioral control yang digali secara direct terhadap intensi auditor untuk melakukan audit kecurangan.
3. Belief yang dimiliki subyek mengenai tingkah laku untuk melakukan audit kecurangan adalah : bisa menegakkan kebenaran, menambah pengalaman, menambah wawasan tentang modus operandi kecurangan, dan mengetahui karakter dan sifat pelaku kecurangan. Normative belief mereka adalah atasan dan rekan dalam tim audit. PBC belief mereka adalah menyelamatkan kerugian negara, keterbatasan dana audit, mempunyai kemampuan.
4. Alasan pemilihan posisi intensi dari sangat berniat sampai agak berniat terutama karena telah mendapat pendidikan dan pelatihan audit kecurangan. Alasan pemilihan posisi netral adalah : tergantung penugasan dan tergantung masalah yang dihadapi. Alasan pemilihan posisi agak tidak berniat terutama karena data sulit dan mendapat tantangan dari pihak yang diaudit. Sedangkan alasan pemilihan posisi intensi tidak berniat karena waktu audit yang lama, tidak ada pengetahuan dan pengalaman.
Disarankan untuk mencobakan alat pada instansi lain sehinga dimungkinkan ditemukan hal-hal yang berbeda bila subyek, diperluas ; perlu dicennati hal-hal yang dapat mendorong dilakukannya audit kecurangan dan meminimalkan hal-hal yang menjadi penghambat timbulnya perilaku; mencoba mengembangkan auditor melalui pendidikan dan pelatihan yang mengacu pada belief yang dimiliki auditor."
2002
S3109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>