Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97860 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I.G.A. Sri Astuti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S2546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharita Miranda
"Perkawinan merupakan suatu institusi yang membutulikan banyak penyesuaian dari individu-individu yang terl/^at di dalanmya. Tabun-tahun pertama masa perkawinan, yaitu satu sampai dua tabun pertama dapat dikatakan merupakan masamasa dimana individu mulai meletakkan landasan bagi perkawinan mereka untuk itu dibutubkan adanya penyesuian perkawinan. Hubimgan interpersonal memainkan peranan yang penting dalam masa ini untuk tercapainya suatu penyesuaian perkawinan. Kelekatan {attachment) yang dimiliki individu memberikan sumbangan yang penting terhadap peiilaku individu dalam berhubungan interpersonal dengan orang lain, dalam bal ini dengan pasangannya. Melalui penelitian ini akan dilihat pengamh dari gaya kelekatan avoidant, anxious/ambivalent dan secure terhadap penyesuaian perkawinan individu yang sedang menjalani masa dua tahun pertama perkawinannya itu. Alat ukur yang akan digunakan berupa kuesioner dalam bentuk skala untuk mengukur penyesuaian perkawinan dan gaya kelekatan yang dimiliki individu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kelekatan yang berbeda memptmyai pengaruh yang berbeda pula terhadap penyesuaian perkawinan individu. Individu yang memiliki gaya kelekatan secure menunjukkan penyesuaian perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki yang kelekatan lain. Sementara individu dengan gaya kelekatan anxious/ambivalent menrmjukkan penyesuaian perkawinan yang paling rendah dari individu dengan gaya kelekatan lain. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan dari liwayat atau sejarah kelekatan dengan gaya kelekatan yang dimiliki individu saat ini Selain itu juga didapatkan gambaran penyebaran gaya kelekatan subyek penelitian.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mempertimbangkan adanya interaksi gaya kelekatan. Juga dipandang perlu rmtuk melakukan penelitian pada jumlah subyek yang lebih besar serta menggunakan metode lain, selain kuesioner, misalnya wawancara sehingga mendapatkan hash yang lebih tajam dan mendalam."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S2361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inka Setiorini Roebiono
"Penerbang adalah salah satu profesi yang unik, karena memiliki sifat pekerjaan yang berbeda dengan profesi lainnya. Profesi ini sudah sangat populer dalam kehidupan masyarakat modern dan sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menyeli- diki faktor bioteknikal dari sisi seorang penerbang. Tetapi ternyata masih sedikit yang menyelidiki aspek sosial yang terbentuk dalam kaitannya dengan profesinya tersebut, termasuk penelitian yang berkaitan dengan sisi kehidupan keluarga penerbang. Padahal, menurut pendapat beberapa ahli, keadaan keluarga sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja yang ia tunjukkan.
Pada kehidupan perkawinan seseorang, selalu dituntut adanya penyesuaian diri dari masing-masing pihak dan ini biasa disebut sebagai penyesuaian perkawinan. Masa penyesuaian yang paling sulit adalah pada masa 0 - 2 tahun perkawinannya, dan masa tersebut merupakan masa di mana seseorang harus menyesuaikan diri dengan pasangannya. Dikaitkan dengan kehidupan suami sebagai penerbang, pekerjaannya sendiri sudah merupakan suatu bentuk penyesuaian tersendiri, apalagi bila dikaitkan dengan awal-awal perkawinan mereka yang juga membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah.
Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dikemukakan para ahli untuk menggali dan menemukan jawaban dari 3 pertanyaan yang menjadi dasar penelitian ini. Masalah yang muncul dalam masa penyesuaian perkawinan Seorang penerbang ternyata tidak hanya berasal dari 8 area penyesuaian perkawinan yang umumnya ditemui pasangan biasa, tetapi muncul masalah-masalah lain yang sangat spesifik dan berkaitan dengan kondisi kerjanya. Dari 8 area tersebut, 2 area berkaitan erat, 1 area diduga berkaitan erat tetapi masih harus diteliti lebih lanjut, sedangkan 4 area lainnya tidak berkaitan. Sedangkan area terakhir, tidak dapat dilihat kaitannya karena data yang didapat sangat minim.
Area yang berkaitan erat dengan profesi seorang penerbang adalah pembagian peran dan rekreasi/penggunaan waktu luang, serta yang diduga berkaitan dengan profesi tersebut walaupun harus diteliti lebih lanjut yaitu pada area pengasuhan anak. Sedangkan masalah yang spesifik muncul pada pasangan keluarga penerbang tetapi tidak termasuk dalam 8 area penyesuaian perkawinan tersebut adalah penyesuaian terhadap profesi suami, ketakutan yang muncul dari pihak istri serta adanya pengaruh keluarga yang mempengaruhi kinerja dan konsentrasi seorang penerbang.
Selain itu, cara penyelesaian masalah yang muncul tidak hanya berbentuk kesepakatan atau kompromi saja, tetapi ternyata muncul bentuk lain yang bukan merupakan ke 2 bentuk cara penyesuaian perkawinan tersebut dan lebih mengarah pada bentuk strategi Coping.
Terakhir, terlihat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan pada ke empat pasang keluarga penerbang yang ditemui. Faktor-faktor yang berkaitan erat dengan kondisi kerja suami sebagai penerbang, baik sebagai faktor pendukung ataupun faktor penghambat adalah komunikasi yang terbuka, kesiapan mental istri termasuk kesadaran bahwa istri harus dapat memberikan ketenangan bagi suami, serta peranan suami untuk menceritakan dunia kerjanya secara lebih terbuka.
Penelitian studi kasus memberikan hasil yang unik, karena akan terlihat perbedaan untuk tiap pasang yang diwawancarai. Namun demikian, hasil yang diperoleh tidak begitu saja dapat digeneralisasikan untuk populasi pasangan penerbang yang baru menikah selama 2 tahun pada umumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roswiyanti
"Konsep diri merupakan hal yang penting artinya bagi kehidupan seseorang karena konsep diri menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam berbagai situasi. Melalui pemahaman mengenai konsep diri maka tindakan seseorang lebih mudah untuk dipahami. Fitts (1971) menyebutkan bahwa konsep diri adalah suatu konstruk sentral untuk memahami manusia dan tingkah lakunya.
Konsep diri juga berkaitan dengan penilaian diri pribadi sesuai dengan peran yang dibawakannya dalam masyarakat. Peran tersebut sangat beragam, apakah ia sebagai orang tua dari anak-anaknya, seorang wanita yang berperan sebagai isteri, dan sebagainya. Individu juga menilai diri sendiri dari segi kepribadiannya, apakah ia merasa sebagai orang yang jujur, simpatik atau justru sebaliknya.
Masa dewasa muda adalah masa dimana individu mulai membangun pondasi bagi kehidupan mereka selanjutnya. Seseorang diharapkan telah merefleksikan pengalaman-pengalaman sepanjang masa hidup sebelumnya dan mulai membentuk tujuan-tujuan hidup yang diharapkan bagi kehidupan selanjutnya. Mereka mempelajari kemampuan dalam pengambilan keputusan, pemahaman akan nilai-nilai serta tanggung jawab baru.
Salah satu tanggung jawab dan keputusan yang harus mereka ambil adalah membangun hubungan intim, memilih pasangan hidup serta mengambil keputusan untuk masuk kedalam perkawinan. Mereka dituntut untuk menyiapkan diri bagi kehidupan berkeluarga. (Tumer & Helms; Zanden, 1993).
Dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Femina No.27/XXX tahun 2002 terhadap 200 responden tentang pandangan terhadap wanita yang bersedia menjadi isteri kedua dengan perincian persentase sebesar 51% yang pro dan mendukung menjadi isteri kedua, 43% yang kontra, 1% menjawab tidak tahu dan 5% responden tidak menjawab.
Peneliti ingin melihat seberapa baik gambaran konsep diri perempuan dewasa muda dalam perkawinan poligini berdasarkan 4 aspek konsep diri dari Fitts yaitu aspek pertahanan diri, aspek penghargaan diri, aspek integrasi diri dan aspek kepercayaan diri sehingga mereka dapat bertahan dengan kehidupan dipoligini oleh suaminya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus, menggunakan teknik wawancara dan observasi sebagai pendukung pada 4 subjek perempuan dewasa muda yang dipoligini yang terdiri dari isteri pertama dan isteri kedua dari 2 pasangan suami isteri untuk melihat perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah perkawinan poligini antara isteri pertama dengan isteri kedua.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa ke 4 orang subjek mempunyai konsep diri yang baik yang meliputi aspek pertahanan diri, aspek penghargaan diri, aspek integrasi diri dan aspek kepercayaan diri yang masingmasing tergolong baik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Rahmadani
"Lima tahun pertama perkawinan menjadi masa yang sangat krusial karena intensitas konflik dapat meningkat dan menyebabkan marital distress. Marital distress didefinisikan sebagai keadaan individu mengalami tekanan emosional, konflik, dan kesulitan lain dalam perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran financial infidelity dan perceived fairness dalam memprediksi marital distress dengan mengontrol variabel kovariat. Penelitian ini dilakukan kepada WNI, 845 perempuan dan 302 laki-laki dengan rata-rata usia 27.55, yang berada pada lima tahun pertama perkawinan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Revised Dyadic Adjustment Scale, Financial Infidelity Scale, dan Perceived Fairness. Hasil analisis multiple regression adjusted for covariates menunjukkan financial infidelity dan perceived fairness berkontribusi sebesar 30.4% terhadap marital distress. Selain itu diketahui juga financial infidelity (FinancialInfidelity = -.350, p<.001) memiliki kemampuan memprediksi lebih besar dibandingkan perceived fairness (PerceivedFairness = .348 p<.001) terhadap marital distress. Hasil penelitian bisa menjadi referensi bagi praktisi dan pasangan untuk lebih memerhatikan financial infidelity dan perceived fairness sebagai sesuatu yang berkontribusi dalam marital distress.

The first five years of marriage are very crucial because the intensity of conflict can increase and cause marital distress. Marital distress is defined as a condition where individuals experience emotional distress, conflict, and other difficulties in marriage. This study aims to see the role of financial infidelity and perceived fairness in predicting marital distress by controlling covariates. This study was conducted on Indonesian citizens, 845 women and 302 men with average age of 27.55, who were in the first five years of marriage. The instruments used in this study are the Revised Dyadic Adjustment Scale, Financial Infidelity Scale, and Perceived Fairness. The result of the multiple regression adjusted for covariates showed that financial infidelity and perceived fairness contributed 30.4% by controlling for the covariates. Besides that, it is also known that financial infidelity (FinancialInfidelity = -.350, p<.001) has a greater ability than perceived fairness (PerceivedFairness = .348 p<.001) in predicting marital. The result of the study can be a reference for practitioners and married couples to pay more attention to financial infidelity and perceived fairness as something that contributes to marital distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syifa Rasyida Adriani
"Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan kecenderungan gaya resolusi konflik yang
digunakan dalam menyelesaikan konflik perkawinan, dan hal tersebut dapat
mempengaruhi kepuasan perkawinan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah
terdapat pengaruh yang signifikan gaya resolusi konflik terhadap kepuasan perkawinan
pada laki-laki dan perempuan pada 5 tahun pertama perkawinan, serta mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kepuasan perkawinan dan penggunaan gaya
resolusi konflik pada kedua kelompok tersebut. Uji independent sample t test dan
multiple regression dilakukan kepada 625 partisipan (171 laki-laki dan 454 perempuan)
berusia 20 - 40 tahun yang sedang menjalani hubungan perkawinan dengan usia
perkawinan sama dengan atau kurang dari 5 tahun. Resolusi konflik diukur dengan CRSI
(Conflict Resolution Styles Inventory) dan kepuasan perkawinan diukur dengan QMI
(Quality of Marriage Index). Hasilnya, ditemukan perbedaan tingkat kepuasan
perkawinan dimana laki-laki memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Selain itu, juga ditemukan perbedaan yang signifikan gaya
resolusi konflik yang cenderung digunakan laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
lebih sering menggunakan gaya positive problem solving dan compliance, sedangkan
perempuan lebih sering menggunakan gaya conflict engagement. Kemudian, juga
ditemukan terdapat pengaruh yang signifikan gaya resolusi konflik conflict engagement,
withdrawal, dan positive problem solving terhadap kepuasan perkawinan, dimana gaya
conflict engagement dan withdrawal berpengaruh secara negatif terhadap kepuasan
perkawinan, sedangkan gaya positive problem solving berpengaruh secara positif
terhadap kepuasan perkawinan. Lalu, gaya resolusi konflik yang paling dapat
memprediksi tingkat kepuasan perkawinan pada laki-laki maupun perempuan adalah
positive problem solving. Disarankan bagi individu yang telah menikah untuk
menerapkan gaya resolusi konflik yang memberikan pengaruh positif agar mereka dapat
mempertahankan atau meningkatkan kepuasan perkawinan mereka.

Men and women have differences in conflict resolution styles that tend to be used to
resolve their marital conflicts, and this can affect their marital satisfactions. This study
was conducted to examine whether there is a significant effect of conflict resolution
styles on marital satisfaction in men and women in the first 5 years of marriage, and also
to know whether there is a significant differences of level of marital satisfaction and the
use of conflict resolution styles between men and women. Independent sample t test and
multiple regression tests were conducted on 625 participants (171 men and 454 women)
aged 20-40 years who were in marital relationships with marital duration equal to or less
than 5 years. Conflict resolution was measured by CRSI (Conflict Resolution Styles
Inventory) and marital satisfaction was measured by QMI (Quality of Marriage Index). It
was found that there was a difference in the level of marital satisfaction that men have a
higher level of marital satisfaction than women. It was also found a significant difference
in conflict resolution styles that tend to be used by men and women, where men more
often use positive problem solving and compliance styles, while women more often use
conflict engagement styles. Then, it was also found that there was a significant effect of
conflict engagement, withdrawal, and positive problem solving style on the level of
marital satisfaction, where conflict engagement and withdrawal styles negatively affected
marital satisfaction, whereas positive problem solving style positively affected marital
satisfaction. Finally, conflict resolution style that can best predict the level of marital
satisfaction in both men and women was positive problem solving. It is recommended for
married individuals to apply a conflict resolution style that has a positive influence so that
they can maintain or increase their marital satisfaction
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herry Oktavianto S.K.
"ABSTRAK
Sebagian besar waktu dalam kehidupan manusia dilewatkan dalam
sebuah keluarga. Keluarga, bag! kebanyakan orang merupakan lingkungan yang
pertama yang ditemui dalam hidupnya sekaligus merupakan yang terdekat dan
terpenting. Sejak dari bayi hingga menjadi dewasa mereka berada dalam
keluarga. Membangun sebuah keluarga bermula dari upacara perkawinan.
Perkawinan merupakan aspek dasar terbentuknya keluarga.
Menjalani sebuah perkawinan bukan merupakan suatu hal yang mudah.
Dibutuhkan penyesuaian pada suami-istri dalam sebuah perkawinan yang
berlangsung secara terus menerus. Penyesuaian perkawinan berhasil apabila
kriteria-kriterianya dapat terpenuhi. Adapun kriteria-kriteria penyesuaian
perkawinan menurut Burgess&Locke (dalam Miller, 1985) adalah adanya
kesesuaian pendapat antara suami dan istri, adanya minat dan kegiatan
bersama, adanya ungkapan kasih sayang dan rasa saling percaya, memiliki
sedikit keluhan dan tidak memiliki perasaan sepi, sedih, marah, dan
semacamnya. Semakin banyak kriteria-kriteria yang terpenuhi semakin berhasil
penyesuaian perkawinan itu. Situasi terburuk dalam sebuah perkawinan adalah
gagalnya perkawinan. Hal ini ditandai dengan perceraian.
Munculnya perceraian biasanya diawali dengan tidak adanya kesesuaian
antara suami dan istri dalam hal-hal yang bagi masing-masing sulit untuk dapat
diterima. Perceraian merupakan puncak buruknya penyesuaian perkawinan
(Hurlock, 1980). Menurut Duvall& Miller (1985) perceraian seringkali didahului
oleh pertengkaran-pertengkaran yang bersifat destruktif antara suami-istri. Hal ini
oleh Goleman (1995) dihubungkan dengan kecettidsan emosi. Kecerdasan
emosi dapat meningkatkan kemungkinan pada pasangan suami-istri untuk dapat
Rasa terima kasih yang begitu besar ingin penulis sampaikan kepada
Dra. Adriana Soekandar dan Dra. Kristi Poerwandari atas saran dan kritik
yang tak ternilai harganya sejak awal hingga akhir pembuatan skripsi.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada para
responden yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi. Untuk Metty, Marcellajntan, dan Paula penulis
secara khusus ingin menyampaikan rasa terima kasih atas saran-saran yang
diberikan ketika penulis menghadapi kesulitan-kesulitan. Kepada Stefan, Tya,
Lia, Susan dan Marcel, terima kasih atas dorongan semangat dan bantuan
kalian.
Buat Anton dan Dandy, thank's for your help pall Untuk Bobby, John,
dan Daniel, thank's atas dorongan semangatnya.
At this moment I would like to express my gratitude to Prof. Jack
Mayer, Prof. Salovey, and Mr. Steve Hein. I just wanna tell you that I really
appreciate your help and your time. Your advise and suggestion made me
able to finish my thesis (skripsi), finally.
Tak lupa penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada para
staf pengajar, karyawan Tata Usaha, dan karyawan perpustakaan, serta
seluruh rekan-rekan di Fakultas Psikologi Ul yang tidak bisa disebutkan satu
persatu."
1992
S2124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>