Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tati Mulyawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina
"Penelitian ini menganalisa dinamika interalcsi dalam keluarga orangiua tunggal untuk memahami fami{v_/imctionirzg dengan Beavers Systems Model. Pendekatan lcualitatif digunakan untuk memperoleh deskripsi yang kaya mengenai keluarga orangtua tunggal dan keberfimgsiannya saat ini. Wawancara dilakukan terhadap 3 keluarga dan masing-masing keluarga diwakili oleh orangtua tunggal dan salah satu anaknya yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Untuk mendukung data yang diperoleh, sebelum wawancara para panisipan diminta untuk mengisi instmmen Self-report Family Inventory (SFI) yang dikembangkan berdasarkan Beavers System Model.
Hasil analisis menunjukkan keunikan dari masing-masing keluarga orangtua tunggal dalam berfungsi. Saat ini, ketiga kasus menunjukkan tingkatan family functioning yang berbeda-beda, yaitu adeqzzaiefamilies, midrange mfxedfamilies, dan borderline famlies. Penelitian ini juga memperlihatkan adanya usaha untuk menyamakan famiy functioning masing-masing keluarga tunggal dengan kondisi mcreka sebelum menjadi kcluarga orangtua tunggal.

The study analyzed the dynamics of interactions in single-parent families in order to understand the family fiinctioning using the Beavers Systems Model. This qualitative study was conducted to provide rich descriptions of single-parent families and their functioning at this moment. Interviews were conducted with 3 families. Each was represented by the single parent and one ofthe children that were suitable for the research. In order to support the data, before the interviews, the participants were asked to iill in the Self-report Family Inventory (SFI) that was developed based on the Beavers Systems Model.
The analysis revealed the uniqueness of each single-parent families in their functioning. The three cases showed different levels of family functioning; adequate families, midrange mixed families and borderline families. This study also revealed the efforts of each family to match their family functioning with what they had before they became single-parent families.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wesmira Parastuti
"Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalarn masyarakat dan memiliki fungsi penting dalam tiap kehidupan individu. Salah satu masalah yang muncul pada masa remaja adalah pemakaian obat. Pemakaian obat ini terdiri dari tahapan yang berakhir pada ketergantungan obat (atau disebut juga dengan tahap kompulsif). Menurut Kaufman & Kaufmann (1992) terdapat faktor-faktor keluarga yang berhubungan dengan pemakaian obat pada remaja. Penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran fungsi dalam keluarga yang ada pada tiap tahapan sebelum mencapai tahap ketergantungan obat pada remaja. Metode penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga memiliki fungsi penting dalam proses ketergantungan obat pada remaja, namun juga terdapat hal lain yang penting, yaitu teman sebagai agen penyedia obat dan efek dari obat itu sendiri yang memiliki daya ketergantungan yang kuat (terutama purau, yang diakui oleh seluruh subyek dalam penelitian ini membawa mereka pada tahap ketergantungan yang sangat dalam). Fungsi keluarga sebagai faktor pendorong remaja pada proses ketergantungan obat ditemukan ada sebelum remaja memakai obat (yaitu keluarga sebagai model pemakaian obat, kurang komunikasi, dan pengawasan serta kontrol dari orangtua), dan saat remaja mulai memakai obat (yaitu adanya toleransi dari keluarga terhadap pemakaian obat dan tidak peka terhadap pembahan yang ditampilkan remaja saat memakai obat, sehingga tidak mengambil tindakan apa pun). Keluarga juga memiliki fungsi sebagai sumber dukungan sosial dalam hal mengurangi atau memberhentikan pemakaian obat pada remaja. Keluarga (khususnya orangtua) diharapkan memperkaya pengetahuan rnengenai obat-obatan dan efeknya, sehingga jika salah satu anggota keluarga ada yang mulai terlibat dengan pemakaian obat dapat segera mengambil tindakan yang sesuai dengan tahap sampai dimana pemakaian obat pada remaja. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S3010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maulina
"ABSTRAK
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya suku bangsa yang terdapat di Indonesia. Pada masa sekarang interaksi
antar suku bangsa yang ada cukup besar, karena banyak suku bangsa yang hidup
bersama dalam suatu daerah. Untuk itu dibutuhkan pengertian satu sama lain agar
tidak teijadi konflik dalam pergaulan, misalnya dalam hubungan persahabatan
maupun dalam perkawinan antar suku bangsa. Pemahaman ini penting karena
tingkah laku individu dipengaruhi oleh kebudayaan dalam masyarakat. Walaupun
telah teijadi interaksi yang lama antar kelompok budaya, namun perbedaan tiap
budaya tetap ada. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil dua suku bangsa di
Indonesia untuk diteliti, yaitu Jawa dan Batak, yang dianggap cukup banyak
masyarakat pendukungnya di Indonesia.
Tingkah laku individu yang terutama ingin diteliti dalam kaitannya dengan
budaya adalah kehidupan keluarga. Latar belakang budaya keluarga perlu
diketahui oleh individu, karena pengalaman yang diperoleh individu dari
keluarganya dapat mempengaruhi sikap individu ketika berinteraksi dalam
masyarakat. Penanaman nilai-nilai budaya telah dilakukan sejak kecil pada
individu, dan dapat dilihat paling jelas dari kehidupan keluarganya. Sebagai
kesatuan sosial yang terkecil dalam masyarakat, keluarga merupakan media yang
paling tepat dan efektif dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan pada individu.
Keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pembentukan
kepribadian individu, dan bagaimana keluarga mempengaruhi tingkah laku
individu akan ditentukan oleh latar belakang budaya dimana keluarga menjadi
bagian.
Penelitian ini mengambil empat aspek kehidupan keluarga untuk diteliti,
yaitu peran-peran dalam keluarga, nilai-nilai keluarga, family bonds, dan self
construal. Peran dalam keluarga berkaitan dengan posisi atau kedudukan individu
dalam keluarga. Nilai keluarga merupakan sesuatu yang dianggap bemilai oleh
keluarga. Family bonds merefleksikan kekuatan dan bentuk ketergantungan
individu terhadap keluarga. Sedangkan self-construal menggambarkan bagaimana
individu memandang dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Keempat aspek
keluarga tersebut diambil dengan dugaan akan menghasilkan perbedaan dalam
suku bangsa yang diteliti, yaitu Jawa dan Batak. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan peran dalam keluarga, nilai keluarga, family bonds, dan selfconsirual
antara individu dengan latar belakang budaya Jawa dan individu dengan
latar belakang budaya Batak.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan metode yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa,
terdiri dari 115 orang yang mewakili suku bangsa Jawa dan 128 orang yang
mewakili suku bangsa Batak. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik incidental sampling. Alat pengumpul data adalah empat
buah kuesioner yang masing-masing mengukur peran dalam keluarga, nilai
keluarga, family bonds, dan self-construal. Peran dalam keluarga yang diteliti
mencakup peran ayah, ibu, kakek, nenek, dan paman/bibi. Family bonds dilihat
berdasarkan ikatan emosional subyek terhadap anggota keluarga inti dan anggota
keluarga luas. Sedangkan pengukuran self-construal terdiri dari pengukuran
terhadap independent self-construal dan interdependent self-construal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada peran dalam keluarga, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dalam peran ayah dan peran nenek antara
subyek dengan latar belakang budaya Jawa dan Batak. Perbedaan yang signifikan
terdapat pada peran ibu dalam pengasuhan anak, peran paman/bibi dalam menjaga
hubungan dan meneruskan nilai-nilai, serta peran paman/bibi dalam pengasuhan
anak. Pada nilai keluarga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan
antara subyek dengan latar belakang budaya Jawa dan Batak. Pada ikatan
emosional terhadap anggota keluarga inti dan anggota keluarga luas juga tidak
ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara subyek dengan latar belakang
budaya Jawa dan Batak. Sedangkan pada self-construal perbedaan yang signifikan
hanya terdapat pada independent self-construal.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan umum
bahwa banyak hasil penelitian ini yang berlawanan dengan dugaan semua.
Walaupun terdapat perbedaan, namun perbedaan tersebut tidak sebesar yang
diperkirakan secara teoritis. Dari hasil tersebut diduga bahwa mungkin bagi
masyarakat Indonesia hal-hal yang berkaitan dengan keluarga tidak jauh berbeda
antara satu budaya dan budaya lain. Keluarga masih dianggap penting bagi sctiap
individu, sehingga variasi yang terdapat dalam kehidupan keluarga di budayabudaya
Indonesia tidak terldu banyak. Secara umum falrtor-faktor yang mungkin
merupakan penyebab tidak ditemi^annya banyak perbedaan dalam penelitian ini
antara lain lokasi penelitian yang sama-sama merupakan kota kecil, subyek
penelitian yang termasuk spesifik, serta tingkat pendidikan orangtua subyek yang
tergolong tinggi. Dari hasil tersebut penulis mengajukan beberapa saran yang
berguna bagi penelitian selanjutnya. Saran yang diajukan antara lain melakukan
penelitian tidak hanya di kota kecil tapi juga di kota besar, kemudian melakukan
penelitian pada budaya-budaya lain untuk memastikan apakah memang tidak
terdapat variasi yang banyak dalam kehidupan keluarga di Indonesia. Selain itu
penulis juga menyarankan untuk memperluas tingkat pendidikan subyek sehingga
mungkin dapat diperoleh perbedaan yang lebih banyak dalam membandingkan
kehidupan keluarga di dua budaya."
2002
S2829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri,
640 MKMG
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Musafaah
"Unmet need KB di Indonesia belum mencapai target khususnya di Pulau Kalimantan. Penurunan unmet need KB dapat mencegah kematian ibu. Adanya desentralisasi menuntut pemerintah daerah membuat kebijakan kesehatan seperti program KB. Analisis spatio-temporal dibutuhkan untuk menyelidiki unmet need KB yang berguna untuk memantau program KB. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola spasial dan faktor faktor yang mempengaruhi unmet need KB tahun 2018-2021 di tingkat Kabupaten/Kota di Pulau Kalimantan, Indonesia. Studi ekologi dilakukan pada 56 Kabupaten/kota di Pulau Kalimantan pada tahun 2018-2021. Data berbentuk agregat dan bersumber dari Laporan Pengendalian dan Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, Buku Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Website Dewan Jaminan Sosial Sistem Informasi Terpadu. Analisis data dengan menggunakan Geographically Temporal Weighted Regression. Hasil penelitian menunjukkan Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung, Kota Tarakan, Bontang, Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur konsisten berada pada klaster I (High-high) pada tahun 2018-2021. Pemodelan unmet need KB yang didapatkan pada tingkat Kabupaten/kota di Pulau Kalimantan selama 2018-2021 adalah kemiskinan, pendapatan, non cakupan JKN, rasio praktik bidan mandiri, rasio faskes KB pemerintah, rasio faskes KB swasta, rasio penyuluh KB dengan nilai adjusted R square sebesar 46,06%. Kemiskinan berpengaruh dalam meningkatkan unmet need KB di 43 Kabupaten/Kota (76,8%) di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018-2021. Non cakupan JKN berpengaruh dalam meningkatkan unmet need KB di 35 Kabupaten/kota (62,5%) di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018-2021. Rasio praktik bidan mandiri, rasio faskes KB pemerintah dan rasio faskes KB swasta berpengaruh terhadap unmet need KB tetapi belum dapat menurunkan unmet need KB di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018- 2021. Rasio penyuluh KB berpengaruh dalam menurunkan unmet need KB di 22 Kabupaten/kota (39,3%) di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018-2021. Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan kepada SKPD-KB di Kabupaten/kota untuk memprioritaskan program KB pada penduduk miskin dalam menurunkan unmet need KB dengan mendekatkan program KB seperti pelayanan KB dan penyuluhan KB khususnya pada Kabupaten/kota yang konsisten tergolong kemiskinan tertinggi selama 2018-2021, yaitu Kapuas Hulu, Melawi, Kayong Utara, Paser, Kutai Barat, Kutai Timur, Mahakam Ulu dan Bulungan.

Unmet need for family planning in Indonesia has not yet reached the target, especially on the island of Kalimantan. Reducing the unmet need for family planning can prevent maternal deaths. Decentralization requires local governments to create health policies such as family planning programs. Spatio-temporal analysis is needed to investigate unmet need for family planning which is useful for monitoring family planning programs. The aim of this research is to determine the spatial patterns and factors that influence the unmet need for family planning in 2018-2021 at the district/city level on the island of Kalimantan, Indonesia. Ecological studies were carried out in 56 districts/cities on Kalimantan Island in 2018-2021. Aggregate data is used and comes from the BKKBN Contraception Control and Services Report, the Central Statistics Agency (BPS) Publication Book and the Social Security Council's Integrated Information System Website. Data analysis using Geographically Temporal Weighted Regression. Poverty has an influence in increasing the unmet need for family planning in 43 districts/cities (76.8%) on Kalimantan Island, Indonesia during 2018-2021. Non-coverage of JKN has an influence in increasing the unmet need for family planning in 35 regencies/cities (62.5%) on Kalimantan Island, Indonesia during 2018-2021. The ratio of independent midwife practices, the ratio of government family planning health facilities and the ratio of private family planning health facilities have an influence on the unmet need for family planning but have not been able to reduce the unmet need for family planning on the island of Kalimantan, Indonesia during 2018-2021. The ratio of family planning instructors has an influence in reducing the unmet need for family planning in 22 districts/cities (39.3%) on Kalimantan Island, Indonesia during 2018-2021. Based on the results, it is recommended for SKPD-KB in districts/cities to prioritize family planning programs for the poor in reducing the unmet need for family planning by bringing family planning programs closer together such as family planning services and family planning counseling, especially in districts/cities which consistently have the highest poverty level during 2018-2021 namely Kapuas Hulu, Melawi, North Kayong, Paser, West Kutai, East Kutai, Mahakam Ulu and Bulungan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Rosdiana Sari
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas pengaruh sosialisasi keluarga terhadap perilaku prososial remaja awal (13-14 tahun). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan teknik survei untuk mengumpulkan data utama, dan teknik wawancara untuk mengumpulkan data tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sosialisasi keluarga berpengaruh terhadap perilaku prososial anak, dengan kekuatan hubungan antar varaibel yang cukup kuat (nilai uji kekuatan hubungan menggunakan somers'd = 0,451). Sosialisasi keluarga diukur dari empat proses, yaitu terpaan yang selektif, keteladanan, ganjaran/imbalan, dan hukuman. Masing-masing proses sosialisasi keluarga ini terbukti memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial anak, walaupun memiliki kekuatan yang berbeda-beda.
Kekuatan hubungan antara terpaan yang selektif/selective exposure (proses pemberian penjelasan) dengan perilaku prososial anak terbilang cukup kuat (somers'd =0,524). Kemudian, kekuatan hubungan antara keteladanan/modelling (proses pemberian contoh perilaku) dengan perilaku prososial anak terbilang sedang (somers'd = 0,414). Sedangkan, kekuatan hubungan antara ganjaran/reward (pemberian imbalan) dengan perilaku prososial anak terbilang cukup lemah (somers'd = 0,308). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan kekuatan hubungan antara hukuman/punishment (pemberian hukuman) dengan perilaku prososial anak (somers'd = 0,305).
ABSTRACT
The focus of this study is to explore the effect of family's socialization toward the teenage's prosocial behavior. This study is using quantitative method, with the survey technique to collect the main data and depth interview technique to collect secondary data.
The results of this research had proved that the family's socialization has an effect toward teenage's prosocial behavior, where the score correlation between those variables are strong (somers'd 0,451). The family's socialization is measured by four process (selective exposure, modeling, reward, and punishment). The statistic test using somers'd has proved that each process has correlation with the teenage's prosocial behavior, tough with different results.
The correlation between selective exposure (the instruction process) and teenage's prosocial behavior is strong (somers'd = 0,524), and the correlation between modeling (and teenage's prosocial behavior is average (somers'd = 0,414). The correlation between reward and teenage's prosocial behavior is quite weak (somers'd 0,308). This result is not far different from the correlation between punishment and teenage's prosocial behavior (somers'd 0,305).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanty
"Penelitian ini dilakukan terhadap anak remaja di RW 13 Kelurahan Kapuk Kecamatan Cengkareng, dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kuantitas dan kualitas komunikasi keluarga terhadap perilaku kekerasan pada remaja. Desain yang digunakan adalah korelasional deskriptif, dengan sampel berjumlah 40 orang yang dipilih secara simple random sampling. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan uji statistik Exact Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuantitas komunikasi keluarga yang sering sebanyak 82,5% dan sebagian besar (65%) memiliki kualitas komunikasi keluarga yang sedang. Perilaku kekerasan remaja dengan kategori terjadi sebanyak 15% dan yang paling sering terjadi (32,5%) yaitu isi bicara menghina orang lain. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara kuantitas dan kualitas komunikasi keluarga dengan perilaku kekerasan remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5036
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rachellina Noor Al Maghfira
"Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan gangguan reproduksi yang disebabkan oleh berbagai faktor endokrin dan metabolisme. Penderita SOPK merupakan wanita usia reproduktif (8—10%) disertai dengan kondisi obesitas (50—80%; IMT≥25). Meski etiologi SOPK belum sepenuhnya diketahui, namun kelainan endokrin seperti abnormalitas rasio kadar LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone) merupakan penyebab utama terjadinya SOPK. Gen KISS1, TAC3, dan PDYN, diketahui dapat memengaruhi pulsatilitas GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang meregulasi sekresi LH dan FSH. Gangguan ekspresi pada ketiga gen ini akan menyebabkan gangguan pada sistem endokrin yang mengarah pada SOPK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi mRNA gen KISS1, TAC3, dan PDYN pada wanita SOPK dan non-SOPK dengan obesitas dan non-obesitas. Penelitian dilakukan pada masing-masing 10 sampel darah perifer yang dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu non-SOPK non-obesitas, SOPK non-obesitas, non-SOPK obesitas, dan SOPK obesitas. Ekspresi mRNA dianalisis menggunakan teknik quantitative real time PCR (qPCR) dan dikuantifikasi secara relatif menggunakan metode Livak. Hasil penelitian menunjukkan ekspresi mRNA gen KISS1 dan TAC3 ditemukan lebih tinggi pada wanita SOPK dibandingkan wanita non-SOPK dengan obesitas maupun non-obesitas, sedangkan ekspresi mRNA gen PDYN lebih rendah pada wanita SOPK dibandingkan wanita non-SOPK dengan obesitas maupun non-obesitas. Namun, berdasarkan hasil uji statistik, tidak seluruh pasangan kelompok memiliki perbedaan ekspresi yang signifikan. Meski begitu, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekspresi mRNA gen KISS1, TAC3, dan PDYN pada darah perifer terkait dengan SOPK dan obesitas.

Polycystic ovary syndrome (PCOS) is a reproductive disorder caused by complex endocrine and metabolic factors. This syndrome occurs in reproductive age women (8—10%) with obesity (50—80%; BMI≥25). Although its etiology is not fully understood, endocrine disorders such as ratio abnormality of LH (luteinizing hormone) and FSH (follicle stimulating hormone) is the main causes of PCOS. KISS1, TAC3, and PDYN gene expression are known to affect the pulsatility of GnRH (gonadotropin releasing hormone) which regulates LH and FSH secretion. Abnormality of these gene expressions will cause endocrine disruption that leads to PCOS. This study aimed to determine KISS1, TAC3, and PDYN mRNA gene expression levels in PCOS and non-PCOS with obese and non-obese women. The study was conducted on each of 10 peripheral blood samples divided into four group, non-PCOS non-obese, non-PCOS obese, PCOS non-obese, and PCOS obese. The mRNA expression was analyzed using quantitative real time PCR (qPCR) with Livak relative quantification method. This study found that both KISS1 and TAC3 mRNA gene expressions were higher in PCOS than non-PCOS in both obese and non-obese women, while PDYN mRNA gene expression was lower in PCOS than non-PCOS in both obese and non-obese women. However, not all pair of groups had statistically significant differences. Nevertheless, the result of this study suggests that KISS1, TAC3, and PDYN mRNA gene expressions in peripheral blood are related with PCOS and obesity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>