Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samperuru, Maria A.
"Dalam rangka menyadari dan memahami pentingnya keberadaan suatu keluarga sebagai pemberi pengaruh yang mendalam bagi kepribadian seseorang dan sebagai pendidik utama, perlu disadari bahwa kesatuan dan peranan dari kedua orang tua akan memberikan perasaan aman dan terlindung bagi anak. Perasaan aman dan terlindung ini sangai diperlukan anak dalam bertumbuh dan berkembang. Dengan demikian baik ayah maupun ibu sangat berperan dalam mewujudkan perasaan dan suasana aman bagi anak, atau dengan perkataan lain ayah dan ibu sama-sama mempunyai peranan yang besar bagi perkembangan anak. Namun sejauh ini yang lebih banyak menjadi topik penelitian adalah keteriibatan dan peranan ibu bagi perkembangan anak. Keterlibatan dan peranan ayah sangat sedikit sekali disinggung walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa peranan ayah sangat penting. Karena itu peneliti tertarik untuk menelitinya khususnya mengenai konsep ayah yang diinginkan anak. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang konsep orang tua, khususnya dari sudut pandang anak.
Disamping melihat konsep ayah yang diinginkan anak, peneliti juga tertarik untuk meiihat apakah ada perbedaan konsep ayah yang diinginkan antara anak laki-laki dengan anak perempuan, karena Fitzgeratd dalam teorinya mengatakan bahwa ayah mempunyai harapan dan perlakuan yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan mereka.
Penelitian ini dilakukan pada 81 subyek dengan menggunakan incidental sampling. Instrumen yang digunakan berupa hasil mengarang dan hasil menggambar anak usia 8-9 tahun tentang konsep ayah yang mereka inginkan. Kegiatan menggambar itu sendini hanya merupakan media untuk mempermudah anak dalam mengungkapkan pemikiran melalui mengarang.
Hasil utama penelitian ini memberikan ciri-ciri yang dikelompokkan berdasarkan aspek kepribadian dan aspek peran. Juga ditemukan bahwa tidak ada perbedaan konsep ayah yang dinginkan anak Iaki-laki dengan anak perempuan. Hasil yang tidak sesuai dengan tinjauan teoritis ini menurut peneliti disebabkan oleh adanya penerapan konsep androgini oleh ayah terhadap anak. Untuk penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan untuk melihat perbedaan konsep ayah yang dinginkan dengan konsep ibu yang diinginkan anak. Penelitian ini juga dapat diterapkan pada sampel dengan usia lebih muda, dapat juga membah metodenya yaitu dengan menggunakan teknik Q-sort dengan memakai hasil gambar-gambar anak tentang ayah yang diinginkan. Selain itu, peneliti juga menyarankan melakukan penelitian yang melihat konsep-konsep anggoia keluarga lainnya, misalnya adik atau kakak, sehingga benar-benar diperoleh gambaran yang utuh tentang hubungan dalam keluarga."
1998
S2640
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Huzaimah
"Pada anak usia sekolah yang dirawat akan menunjukkan reaksi prilaku kecemasan karena perpisahan, kehilangan kendali, kesepian, bosan, frustasi, permusuhan dan berusaha menunda peristiwa yang menyakitkan. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan figur perawat yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak sehingga anak siap mengalami hospitalisasi. Hal itulah yang ingin diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana dengan jumlah sampel 30 orang anak usia sekolah yang dirawat di RSAB Harapan Kita. Untuk melihat figur perawat yang diinginkan pleh anak usia sekolah yang dirawat dinilai berdasarkan skoring tertinggi dari jawaban yang diberikan anak pada kuesioner yang diberikan. Figur perawat yang diinginkan anak adalah perawat ramah, memanggil nama anak, menyentuh anak dan menjelaskan setiap tindakan yang dilakukan pada anak serta memberikan pendidikan kesehatan pada saat anak akan pulang rawat dan selama anak di rawat dirumah. Penelitian ini tidak hanya berhenti disini tetapi dapat ditindaklanjuti dengan penelitian lain untuk melihat figur perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang lain pada anak usia sekolah yang dirawat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5069
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vitriani Sumarlis
"ABSTRAK
Menumt Erikson (dalam Hamner & Turner, 1990) krisis perkembangan yang
dialami anak pada masa usia sekolah adalah industry vs inferiority. Keberhasilan
anak mengatasi krisis in! akan menimbulkan rasa industri yang akan membentuk
konsep diri yang posltif. Rasa industri seorang anak pada masa ini sangat
ditentukan oleh prestasi belajamya di sekolah (Erikson dalam Hjelle & Ziegler
1991).
Prestasi belajar anak di sekolah ditentukan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah keluarga karena dalam perkembangan seorang anak tidak ada
pengalaman lain yang bisa mempengaruhi anak sebanyak pengaruh hubungan
orangtua dan anak (Turner & Helms, 1991). Orangtua melalui interaksinya dengan
anak dalam proses pengasuhan dapat berperan dalam upaya pencapaian prestasi'
belajar anak.
Berkaitan dengan peran orangtua, secara tradisional pengasuhan dalam arti
mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan kepada ibu. Peran ayah lebih
dikaitkan dengan peran sebagai pendukung ekonomi yang membutuhkan
keterampilan dan kemampuan intelektual (Signer, 1994; Hamner & Turner, 1990;
Parsons & Bales dalam Signer 1994; Phares, 1996) sehingga keterllbatan ayah
dalam pengasuhan anak tidak mendalam. Namun jaman berkembang dan jumlah
wanita yang bekerja meningkat. Ayah pun mulai dituntut untuk terlibat dalam
pengasuhan anak.
Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa ayah memiliki kemampuan
yang sama dengan Ibu dalam mengasuh anak. Penelitian lain pun menunjukkan
bahwa keteriibatan ayah dalam pengasuhan dapat berpengaruh terhadap
keseluruhan perkembangan sosial, emoslonal dan Intelektual anak (Crouter &
Jenkins 1987)^ Khususnya bag! anak usia sekolah pengaruh ayah lebih
ditekankan pada perkembangan intelektual anak dalam kaltannya dalam pencapaian prestasi belajar. Karakteristik-karakteristik tertentu yang ditampilkan
ayah selama proses pengasuhan -hangat atau kontrol- akan berpengaruh bagi
pencapaian prestasi belajar anak. Dari beberapa peneiitian yang dilakukan oieh
Radin (1981) terhadap ayah anak prasekolah menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara kehangatan yang diberikan ayah dengan fungsi
intelektual dan prestasi belajar anak. Sedangkan kontrol ayah berhubungan negatif
dengan prestasi belajar anak. Di Indonesia, peneiitian Yusuf (1996) menunjukkan
bahwa kebanyakan orangtua siswa yang berprestasi unggul memiliki pengasuhan
yang cenderung demokratis maupun tidak demokratis. Oleh karena itu, peneiitian
ini akan melihat bagaimanakah karakteristik pengasuhan ayah anak usia sekolah
yang berprestasi belajar tinggi dan rendah.
Peneiitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memperoleh
gambaran mengenai dua kelompok sampel yaitu para ayah yang memiliki anak
usia sekolah berprestasi belajar tinggi dan rendah. Subjek peneiitian ini adalah 65
orang ayah. Mereka memiliki anak yang duduk di kelas Vl sekolah dasar dan
tergolong siswa yang berprestasi belajar tinggi dan rendah. Pengambilan sampel
akan dilakukan dengan menggunakan metode purposive. Mat pengumpul data
yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada para ayah dari kedua
kelompok ayah tersebut.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebanyakan ayah dalam
peneiitian ini memiliki tingkat kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam
pengasuhan. Saran bagi peneiitian yang akan datang adalah menyeimbangkan
jumlah item pengasuhan ayah yang hangat dan kontrol serta membandingkan
tingkat pendidikan, tingkat pendidikan yang diharapkan maupun yang diharuskan
ayah dan ibu. Untuk peneiitian serupa, diharapkan dapat memperbesar jumlah
sampel sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang variabelvariabel
yang berkaitan dengan pengasuhan ayah seperti faktor budaya,
pengalaman bersama ayah atau karakteristik kepribadian ayah."
1997
S2743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Ishariadi
"ABSTRAK
Globalisasi terjadi di segala bidang, termasuk institusi perkawinan terkena
era globalisasi ini. Bentuk perkawinan non-tradisional semakin berkembang dalam
masyarakat. Hal yang menarik untuk diteliti dalam hal ini adalah bagaimana
persepsi golongan usia dewasa muda terhadap bentuk perkawinan yang mereka
inginkan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan penelitian yang bersifat
eksploratif yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejaia
tertentu atau mendapatkan ide-ide baru mengenai gejala itu dengan maksud untuk
merumuskan masalahnya secara lebih terperinci atau untuk mengembangkan
hipotesa. (Koentjaraningrat, 1985). Penelitian ini berusaha untuk mengetahui
bagaimana persepsi golongan usia dewasa muda terhadap bentuk perkawinan yang
diinginkan.
Beberapa tokoh membagi bentuk perkawinan ke dalam beberapa kategori,
seperti Turner & Helms (1982) membagi bentuk perkawinan ke dalam 3 kategori, yaitu tradisional marriage, companionship marriage dan collegial marriage.
Sementara Unger & Crawford (1992) menggambarkan bentuk perkawinan yang
berkembang saat ini menjadi 3 kategori, yaitu tradisional marriage, modern
marriage dan egalitarian marriage. Dalam penelitian bentuk perkawinan
dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu bentuk perkawinan Tradisional dan bentuk
perkawinan Non-Tradisional.
Melalui perhitungan dan analisa terhadap data-data yang diperoleh dari
para subyek penelitian, diperoleh hasil bahwa bentuk perkawinan yang diinginkan
adalah bentuk perkawinan non-tradisional dengan tidak ada perbedaan antara
subyek pria dan subyek wanita. Pada penelitian ini dapat dilihat tugas-tugas khas
suami, istri dan tugas-tugas yang diasosiasikan kepada suami dan istri. Selain itu
dapat diketahui juga alasan-alasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi subyek
penelitian dalam pemilihan bentuk perkawinan yang diinginkan. Hasil-hasil
penelitian tersebut memberikan suatu kesimpulan bahwa persepsi golongan usia
dewasa muda terhadap bentuk perkawinan non-tradisional, yang menekankan pada
kesetaraan (equity) dalam perkawinan, memiliki pengecualian terutama pada
pekerjaan rumah tangga (domestik), bekerja karir atau bekerja non-karir,
pengasuhan anak dan status pria sebagai suami dalam rumah tangga.
Penelitian ini diakui oleh penulis masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
masukan-masukan dan saran-saran yang konstruktif sangat dibutuhkan bagi
penelitian ini dan tentunya juga bagi perkembangan ilmu psikologi pada umumnya."
1998
S2579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Fransisca M.
"Penyakit kanker pada anak adalah penyakit mematikan namun bisa disembuhkan. Setidaknya selama lima tahun anak harus menjalani pengobatan serta tantangan di dalamnya. Anak membutuhkan harapan dan salah satu sumbernya adalah konsep Tuhan.
Harapan adalah daya kehendak dan strategi yang dimiliki individu untuk mencapai sasaran (Snyder, 1994). Konsep Tuhan adalah ide yang dimiliki seseorang tentang karakteristik Tuhan. (DeRoos, Miedema, & Iedema, 2004). Harapan dan konsep Tuhan dapat membantu pasien menghadapi tantangan dalam pengobatannya.
Untuk mendapatkan gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan observasi. Tiga anak usia sekolah yang menjalani pengobatan kanker menjadi subjek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak memiliki sasaran untuk sembuh, daya kehendak berupa keyakinan dan semangat untuk menjalani pengobatan, serta strategi menghindari hal-hal yang dianggap menjadi penyebab penyakitnya. Anak memiliki konsep Tuhan sebagai penyembuh. Harapan berkaitan dengan pemahaman anak akan penyakitnya yang mendorongnya bersemangat menjalani perawatan dan mampu merencanakan strategi. Konsep Tuhan berkaitan dengan pengalaman anak dengan penyakitnya.
Doa menjadi suatu strategi meningkatkan harapan subyek Saran praktis bagi orang tua anak usia sekolah yang mengalami kanker untuk memberikan pemahaman pada anak akan penyakitnya sesuai kapasitas dan kesiapan psikis anak. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan sampel yang memiliki variasi jenis dan stadium kanker lebih banyak serta menggali pemaknaan oleh anak dan harapan dalam keluarga pasien kanker.

Pediatric cancer is a terminal illness, but still curable. At least for five years the child needs to face the treatment along with the challenge in it. The child needs hope and one of its source is concept of God.
Hope is the sum of willpower and strategy to achieve goals (Snyder, 1994). Concept of God is subject?s ideas concerning the characteristics of God (DeRoos, Miedema, & Iedema, 2004). Hope and concept of God could help the patient to face challenges in his/her cancer treatment.
To get the description of hope and concept of God in children with cancer, researcher used qualitative approach with interview and observation. The respondents of this study were three school-age children who had been undergoing cancer treatment.
The result shows that the child has goal to be healed, willpower in the form of believe and spirit to undergo the treatment, and strategy to avoid things that considered to be the cause of his/her illness. The child has concept of God as a healer.
Hope was related to the child?s understanding about his/her illness which motivated him/her to endure the treatment and able to plan strategies. Concept of God was related to the child?s experience with illness. Pray become a strategy to increase hope.
This research suggests parent to give understanding about cancer to their child tailored with the child?s psychological capacity and readiness. This research also suggests next research to use sample with more variety and phases of cancer and describe meaning of illness for the child and also hope in the family of cancer patient.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.4 SID h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Banyaknya anak yang menjadi korban kekerasan di Indonesia terlihat dari tingginya angka kekerasan pada anak. Jika anak mempunyai kesadaran tentang kekerasan yang terjadi pada dirinya maka hal ini akan dapat membantu anak untuk menghindari kekerasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi anak usia 10-12 tahun terhadap perilaku kekerasan yang menimpanya. Teknik pengambilan sampel penelitian random sampling. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana. Sebagian besar anak usia sekolah (10-12 tahun) di SDN Pondok Cina IV Depok mempunyai persepsi negatif (51%) tentang kekerasan pada anak. Hal ini bertentangan dengan tingkat pengetahuan yang tinggi (65,2%). Berdasarkan penelitian ini diketahui angka kejadian kekerasan emosional yang tinggi, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi yang rendah. Rekomendasi penelitian ini adalah pendidikan kesehatan dan konseling bagi korban kekerasan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5535
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ferdy Fabian
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep Tuhan pada anak usia 8-12
tahun. Subyek penelitian adalah anak Sekolah Minggu Gereja Kristen Jawa Jemaat
Gandaria
Anak berkembang secara menyeluruh baik fisik, emosional, kognitif juga spiritual (Slater,
1994; Shelly, 1982). Contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari juga
menunjukkan bahwa anak mulai memahami dan berkembang secara spiritual. Tiap anak
baik dalam keluarga yang religius ataupun tidak sudah memiliki ide tentang Tuhan.
Penelitian ini menguraikan gambaran religiusitas pada anak, bagaimana cara anak usia 8-
12 tahun memahami Tuhan. Karena kisaran umur 3-11 tahun merupakan saat yang krusial
untuk menentukan perkembangan kerohanian seseorang (Tam mi n en, 1991 dalam Slater,
1994). Tumer & Helms (1995) juga mengatakan bahwa anak pada kisaran umur tersebut
sudah mampu untuk memperhalus dan mengelaborasi konsep yang mereka miliki
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode gambar
dan wawancara untuk memperoleh gambaran anak tentang Tuhan. Dua pendekatan
metode ini dipilih agar kelemahan yang mungkin terjadi ketika hanya mengambil salah
satu metode bisa diminimalisir. Penggunaan metode wawancara saja memiliki kelemahan
kompetensi bahasa anak (Steward, 1987 dalam Gabarino,1992). Sedangkan pengunaan
metode gambar saja menurut Slater (1994) memiliki kelemahan adanya ketidakpastian
mengenai interpretasi gambar.
Hasil dari penelitian ini menguatkan teori bahwa anak memang telah memiliki konsep
tentang Tuhan. Pemahaman anak bersifat konkret. Sifat antropomorfisme muncul dalam
setiap kelompok umur antara 8-12 tahun. Pengaruh gender atau jenis kelamin, peran
orang tua dan pengalaman pribadi anak mempengaruhi konsep mereka tentang Tuhan.
Saran dari penelitian ini adalah agar peneliti lebih mempelajari keterampilan wawancara
terutama untuk subyek anak kecil. Untuk penelitian yang berikut, peneliti menyarankan
agar melakukan penelitian subyek yang berasal dari sampel yang tidak homogen, yaitu
anak dari latar belakang agama yang beragam. Juga melakukan wawancara kepada orang
tua anak untuk melihat pengaruh pembentukan konsep Tuhan pada diri anak yang
diberikan di dalam keluarga."
2004
S3433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardani Satrio Wibowo
"Persepsi adalah proses memilih, mengorganisir, dan menginterpretasilean sensoris menjadi berarti dan menghubungkannya secara logis.Tayangan kekerasan adalah tayangan yang di dalarnnya terdapat perbuatan seseorang atau kelornpok yang menyebabkan atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Menurut survey Media Indonesia tahun 2006 ada beberapa tayangan di televisi yang berisi adegan kekerasan : berita kriminal, sinetron, iklan, smack down dan video game.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak usia sekolah (10-12 tahun) terhadap tayangan kekerasan di televisi. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi sederhana, Sampel pada penelitian ini diambil secara acak yaitu siswa yang sedang duduk di kelas 4 sarnpai 6 Sekolah Dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (59,7%) mempunyai persepsi pdsitif bahwa tayangan kekerasan rnempunyai dampak yang kurang baik, seperti melakukan atau meniru adegan kekerasan sedangkan 40,3 % responden mempunyai persepsi negatif bahwa tayangan kekerasan mempunyai dampak yang kurang baik. Artinya sebagian besar (59,7%) anak usia sekolah setuju bahwa tayangan kekerasan mempunyai dampak yang kurang baik dan sebanyak 40,3 % anak usia sekolah tidak semju bahwa tayangan kekerasan mempunyai dampak yang kurang baik.
Untuk penelitian selanjutnya hendaknya menambah jumlah responden, memperluas area penelitian, meneliti dan menggali lebih dalam lagi variabel-variabel yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5576
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>