Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wuri Adi Handayani
"Tempat tinggal mempakan kebutuhan pokok dan salah satu tugas perkembangan dari pasangan muda. Namun saat keadaan ekonomi Indonesia yang sedang dilanda krisis seperti sekarang ini, kebutuhan akan tempat tinggal menjadi lebih sulit untuk dipenuhi. Alasan mengapa kebutuhan ini menjadi lebih sulit karena harga di sektor perumahan yang membumbung tinggi dan menurunnya daya beli masyarakat. Oleh karena itu tinggal bersama mertua atau orangtua merupakan salah satu pemecahan masalah.
Setiap individu memiliki kebutuhan akan teritori. Kebutuhan teritori berkaitan erat dengan privacy karena territoriality merupakan salah satu mekanisme untuk memenuhi kebutuhan pnVacy (Shaw & Constanzo,1982). Bagi pasangan muda kebutuhan akan privacy dan teritori menjadi sangat penting karena sebagai pasangan yang baru menikah mereka harus melakukan penyesuaian seksual dan penyesuaian terhadap keluarga pasangan (Hurlock, 1980).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar gambaran dan dinamika penyesuaian diri subjek, balk sebagal Indlvidu maupun keluarga yang bersifat unik dapat tertangkap dan dipahami dengan lebih balk sesual dengan makna yang diberikan dari sudut pandang indlvidu yang bersangkutan. Dapat dikatakan pula bahwa penelitian ini bersifat deskriptif karena berusaha menggambarkan keadaan, gejala dan proses yang terjadi pada diri indlvidu. Data untuk penelitian ini didapat dari wawancara yang mendalam dengan subjek penelitian dengan karakteristik yaitu wanita bekerja yang telah menikah maksimal lima tahun dan telah dikaruniai anak yang tinggal bersama mertua.
Subjek yang memiliki cukup teritori dengan batas yang jelas dan disepakati oleh keluarga pasangannya merasa puas dengan privacy yang dimllikinya. Sedangkan subjek yang tidak memiliki batas teritori yang jelas akan mengalami kesulitan untuk mengontrol stimulus yang keluar-masuk teritorinya.
Tinggal bersama mertua juga memiliki sisi positif yaitu pasangan muda dapat berhemat dan memiliki orang yang dapat dimintai pertolongan untuk menjaga anak mereka saat mereka pergi bekerja. Bagi pasangan yang belum mampu secara ekonomi, tinggal bersama mertua tetap merupakan cara pemecahan masalah yang balk."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Marni
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui kebutuhan informasi ibu rumah tangga dengan studi kasus pada ibu rumah tangga yang tinggal di rumah susun Klender. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi informasi apa saja dan sumber informasi apa yang sering digunakan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka, lalu bagaimana cara mereka mencari informasi serta kendala-kendala apa yang merintangi mereka dalam memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Pengambilan informan sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Jumlah informan yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 4 orang ibu. Setelah data dari hasil wawancara diperoleh kemudian dilakukan analisis data dengan berdasarkan prosedur dari Oxford. Hasil penelitian rnenyimpulkan bahwa kebutuhan informasi ibu rumah tangga Rumah Susun Klender berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan. Informasi yang mereka butuhkan biasanya informasi yang berkaitan dengan tugas dan peranan mereka sebagai seorang ibu rumah tangga serta yang berkaitan dengan diri mereka sebagai seorang wanita. Seperti informasi tentang kesehatan anak, pendidikan anak, informasi kesehatan wanita, informasi kecantikan dan fashion. Sumber informasi yang mereka gunakan adalah tabloid/majalah, radio dan televisi, orang tua, saudara perempuan, teman/tetangga, SMS atau telepon, RT dan masjid. Metode pencarian informasi yang biasa dilakukan yaitu dengan cara bertanya dan berdiskusi, memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman pribadi, dan mencari ke sumber informasi yang mudah mereka peroleh seperti radio, televisi dan majalah. Hambatan dalam pencarian informasi yang dilakukan oleh ibu nunah tangga adalah hambatan individu yaitu faktor sosial ekonomi yang dialami oleh hampir semua informan dan hambatan antar individu yaitu ketika mereka sedang membutuhkan informasi, orang yang mengetahui informasi yang dibutuhkan tidak mau memberikan kepada mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyono
"ABSTRAK
Kota-kota di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, sampai saat ini selalu mengalami perluasan wilayah. Oleh karena itu, yang disebut pinggiran kota dari masing-masing kota tersebut, selalu bergeser lokasinya. Dengan demikian persoalan pinggiran kota akan selalu aktual untuk dijadikan sebagai masalah penelitian.
Dengan kekhasan pinggiran kota di negara berkembang, yaitu sebagian besar dihuni oleh orang miskin, maka daerah ini sering ditandai dengan kondisi lingkungan hidup yang kurang baik. Dalam hal ini terutama adalah lingkungan rumah tinggal, sebagai lingkungan hidup yang paling dekat dengan manusia sebagai penghuninya.
Dalam masyarakat kita saat ini, yang bertanggung jawab dalam mengelola lingkungan rumah tinggal tersebut terutama adalah kaum ibu, sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsi dan memahami kualitas perilaku ibu rumah tangga dalam mengelola lingkungan rumah tinggalnya tersebut. Perilaku ini dicari kaitannya dengan faktor lingkungan baik secara fisik maupun nirfisik, yang meliputi kondisi lingkungan rumah tinggal; tingkat pendidikan; daerah asal; tingkat kemiskinan; tingkat pemilikan budaya kemiskinan; dan kedudukan ibu dalam hubungan suami-istri. Oleh karenanya, penelitian ini merupakan salah satu kajian ekologi perilaku, sebagai bagian dari ekologi manusia.
Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Pedurungan Tengah, Kecamatan Semarang Timur, dan Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunung Pati, masing-masing merupakan wilayah Kota Madia Semarang. Ibu rumah tangga sampel masing-masing kelurahan 75 orang, dan 6 orang sebagai telaah kasus. Tehnik pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumenter. Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif (deskriptif, khi-kuadrat, dan koefisien kontingensi), dan analisis kualitatif.
Kualitas perilaku ibu rumah tangga, baik di Kelurahan Pedurungan Tengah maupun di Kelurahan Patemon, dalam mengelola lingkungan rumah tinggalnya, dalam kategori sedang, cenderung rendah. Di antara komponen dari perilaku tersebut, yang termasuk dalam kategori terendah adalah : partisipasi para ibu dalam gerakan kebersihan bersama; frekuensi pembersihan bak mandi; pengendalian kebocoran bak air; penempatan pembuangan sampah lokasi tempat buang air besar; peningkatan upaya daur ulang; dan upaya pemanfaatan pekarangan.
Dalam kaitan dengan faktor lingkungan, maka perilaku ibu tersebut berasosiasi secara nyata dengan kondisi lingkungan rumah tinggal, tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan, dan tingkat pemilikan budaya kemiskinan.
Sedangkan dengan daerah asal dan kedudukan ibu dalam hubungan suami-istri tidak berasosiasi secara nyata.
Selain hal-hal di atas, hasil telaah kasus menunjukkan, bahwa perilaku ibu tersebut ditentukan juga oleh keberadaan anggota keluarga yang lain (baik dalam arti menunjang maupun menghambat), kebiasaan pengaturan penggunaan waktu, pemilikan dan tanggung jawab rumahnya, serta pengalaman ibu sebagai pembantu rumah tangga.

The Behavior Quality Of Housewives In Managing Their Home Environment (Case Study On Two Administrative Units Of Semarang Suburb)Up till now, cities in developing countries, including Indonesia, always under go a regional expansion.
Therefore, the so-called suburbs always shift from their former location. Thus the suburb problems will continually be actual for research proposals.
The special case of suburbs in the development countries, which mostly inhabited by the poor makes the condition of the living environment unfavorable. The nearest to the people, the home environment is sometimes very bad.
Those responsible for managing the home environment are mainly mothers as housewives.
The aim of this research is to describe and understand the quality of housewives behavior in managing their home environment. The interrelationship between their behavior and environmental factors, would then be sought, physical as well as non physical, These include, the home environmental condition, educational level, region of origin, level of poverty, level of poverty culture, and their material status.
Hence, this research is a study of behavior ecology as a part of the human ecology.
The research takes place in the administrative Anita of Pedurungan Tengah, East Semarang District, and Patemon, Gunungpati District, both of which are in the Semarang region.
The sample of each administrative unit consists 75 housewives, 6 of which as a case study. The data is collected form questionnaires, interview, observations, and document. The analysis is based on quantitative (descriptive, Chi--Square and Coefficient Contingency) as well as qualitative methods.
The quality of housewives behaviour, either in Pedurungan Tengah and in Patemon administrative units is categorized as medium low in managing home environment. Among the components of medium low are a less participation in common clearings, frequency of bath-tub cleaning, control of water tub leaks, placing garbage pails, placing toilets increasing of recycling, applying the usefulness of the garden. Obviously, the housewives behavior is associated (correlated) with the condition of their homes, education, poverty, and the culture qf poverty. The place of origin and the place of the mother in the husband and wife relationship is not clearly associated.
The case study shows that the mother behavior is also influenced by other members in the family, time scheduling, responsibilities of the house, and the experience of the mother as a maid-servent.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Djafar
"Implikasi apa atas peningkatan peran ganda wanita terhadap kedudukan wanita dalam rumah tangga menjadi ide yang mendasari penelitian thesis ini. Bagaimana peran konstribusi yang diberikan istrinya terhadap posisinya dalam meningkatkan kedudukannya menjadi tujuan dalam penelitian ini.
Teori struktural fungsional digunakan untuk menjelaskan keluarga sebagai kelompok terkecil dalam sistem sosial yakni struktur atau bagian yang saling berhubungan atau posisi-posisi yang saling dihubungkan oleh peran timbal balik yang diharapkan. Hal demikian ditunjukkan adanya saling berhubungan antara kedudukan suami, istri dan anak-anak mereka. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Maka dipilih metode survei untuk memperoleh gambaran umum atas kelompok yang diteliti, yaitu dengan menggunakan wawancara mendalam untuk memberikan penjelasan khusus atau untuk mengungkapkan ciri-ciri tertentu dari responden.
Hasil penelitian-mengungkapkan bahwa latar belakang Sosial Ekonomi aktivitas ibu rumah tangga yang bekerja di desa pinggiran kota mempunyai hubungan yang erat dengan kedudukan wanita dan peranannya dalam keluarga. Dari analisis tabel silang diketahui bahwa semakin tinggi Latar Belakang Sosial Ekonomi ibu rumah tangga bekerja, semakin tinggi pula kedudukan dan peranannya dalam keluarga. Semakin rendahnya Latar Belakang Sosial Ekonomi ibu-rumah tangga yang bekeria, maka semakin rendah pula kedudukan dan peranannya dalam keluarga. Faktor-faktor seperti pendidikan, perolehan kesempatan kerja dan penghasilan sangat mewarnai terjadinya peningkatan kedudukan wanita dalam hubungannya dengan alokasi ekonomi dan alokasi kekuasaan.
Perubahan yang terjadi dalam rumah tangga responden adalah kecenderungan peranan responden semakin dominan dalam alokasi ekonomi dan alokasi kekuasaan dibandingkan dengan suaminya. Hal ini dilakukan oleh hampir sebagian besar responden dalam membuat keputusan yang menyangkut masalah dan posisi penyelesaiaan tugas rumah tangga dan secara rata-rata sebagian besar istri memperoleh posisi yang lebih tinggi dari suami dalam proses pembuatan keputusan yaitu lebih nyata dalam pengambilan keputusan masalah-masalah ekonomi. Sehingga dapat diartikan bahwa Latar Belakang Sosial Ekonomi ibu rumah-tangga yang bekerja memiliki pengaruh terhadap kedudukan dan peranan wanita dalam keluarga."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muda Saputra
"Posisi perempuan dalam keluarga dan masyarakat terhubung erat dengan aspek sejarah, budaya, sosial, ekonomi dan demografi yang juga mencerminkan tingkat pembangunan masyarakat itu sendiri. Pentingnya studi otonomi perempuan dalam pembuatan keputusan dalam rumah tangga sejalan dengan hasil International Conference of Population and Development (ICPD) Cairo 1994 bagian pemberdayaan dan peningkatan status perempuan.
Studi ini ingin mengidentifikasi variabel apa saja yang mempengaruhi adanya serta tinggi rendahnya otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga. Keputusan rumah tangga yang dianalisa meliputi keputusan: pengeluaran sehari-hari, keputusan untuk anak, pengeluaran untuk barang tahan lama, tabungan, sumbangan, serta keputusan apakah suami/istri yang memakai kontrasepsi. Analisa deskripsi tabulasi silang dan inferensia Model Log Linier dilakukan berdasarkan data Survai Aspek Kehidupan Rumah Tangga (Sakerti) 1997.
Hasil analisa menunjukkan keputusan rumah tangga mengenai `siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi merupakan keputusan kedua setelah `keputusan mengenai pengeluaran sehari-hari'. Kedua keputusan tersebut mendahului `keputusan rumah tangga secara berturut keputusan tentang: anak, pengeluaran untuk barang tahan lama, pengeluaran untuk tabungan, dan pengeluaran untuk sumbangan'. Dalam tesis ini, definisi perempuan yang mempunyai otonomi dalam keputusan rumah tangga adalah perempuan yang membuat keputusan rumah tangga sendirian tanpa ada satupun pihak lain yang terlibat dalam membuat keputusan rumah tangga. Dengan definisi otonomi tersebut, 91 persen rumah tangga (sebagai persentase tertinggi) menyatakan bahwa pengeluaran sehari-hari diputuskan oleh istri, disusul dengan keputusan tentang anak, pengeluaran tabungan, tentang siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi, dan 66 persen rumah tangga (sebagai persentase terendah) menyatakan bahwa pengeluaran untuk barang tahan lama diputuskan oleh istri. Kesemua hal tersebut berarti bahwa perempuan mempunyai otonomi dalam pembuatan keputusan rumah tangga.
Keberadaan ibu mertua (dari istri) sebagai anggota rumah tangga umumnya merugikan otonomi istri dalam keputusan rumah tangga. Dalam beberapa segi otonomi yang ditelaah, istri bekerja membuat otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga lebih tinggi; kecuali untuk pengeluaran sehari-hari dan keputusan tentang siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi yang keduanya tidak terpengaruh; serta otonomi perempuan dalam hal mengurusi anak yang malah lebih rendah. Jika istri bekerja, otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga yang lebih tinggi berkaitan dengan adanya tambahan uang yang masuk ke rumah tangga dari upah istri.
Umur kawin istri dan otonomi istri dalam keputusan rumah tangga mempunyai korelasi negatif. Hal ini berkaitan dengan perempuan yang berumur tinggi yang menjadi faktor penting (selain pendidikan) dalam pengambilan keputusan yang matang dan bijak dalam bentuk memberi kesempatan pada pasangannnya atau orang lain untuk membuat keputusan bersama. Keputusan yang dibuat bersama antara istri dan pihak lain menurut definisi tesis ini diklasifikasikan sebagai istri yang tidak punya otonomi.
Kecuali untuk otonomi perempuan pengeluaran barang tahan lama dan sumbangan, umumnya otonomi perempuan lebih tinggi jika pendidikan istri lebih tinggi. Putusan rumah tangga untuk pengeluaran barang tahan lama dan sumbangan diduga banyak dilakukan secara bersama antara istri yang lebih berpendidikan bersama suami yang dikategorikan sebagai tidak ada otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga tersebut diduga mempengaruhi hubungan yang negatif antara otonomi perempuan dengan pendidikan yang lebih tinggi. Di sisi lain, umumnya pendidikan istri yang pendidikan dan sedang belum mampu membuat lebih tinggi otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga. Pendidikan istri yang lebih tinggi dari pendidikan sedang yaitu pendidikan tinggi, lama sekolah lebih dari 12 tahun baru mampu membuat lebih tinggi otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga.
Umumnya, kecuali untuk otonomi perempuan dalam menentukan siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi, otonomi istri lebih tinggi jika penghasilan istri lebih tinggi daripada penghasilan suami. Namun data sampel tidak mendukung kebenaran kesimpulan ini.
Beberapa rekomendasi yang mempertinggi otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga antara lain: kebijakan perawatan orang tua lanjut usia dengan konsep quasi resident jika konsep panti tidak dapat dijalankan, wajib belajar perlu ditingkatkan sampai umur 12 tahun yang juga secara tak langsung mendewasakan umur perkawinan perempuan. Jika wajib belajar umur 12 tahun belum bisa dilaksanakan, memasukkan materi kesetaraan gender dalam rumah tangga dalam pendidikan dapat menjadi bagian advokasi otonomi perempuan dalam pengambilan keputusan lewat jalur sekolah."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hidayat Martin
"Seiring dengan perkembangan zaman terjadi pergeseran dalam kehidupan bermasyarakat kita. Peran seorang ibu yang dulu hanya sebagai pengatur urusan rumah tangga kini telah bertambah karena semakin banyak ibu yang bekerja di luar rumah. Dengan bekerja di luar rumah maka waktu ibu untuk bertemu dan mengasuh anak berkurang. Terbatasnya waktu pertemuan anak dengan ibunya membawa pengaruh pada perkembangan anak. Hoffman (1989, dalam Berk 1991) menyatakan bahwa ibu bekerja lebih menekankan kemandirian pada anaknya sehingga anak akan mencapai kemandirian yang lebih baik.
Penelitian ini ingin menguji apakah benar bahwa anak yang ibunya bekerja berbeda tingkat kemandiriannya dengan anak yang ibunya tidak bekerja. Subyek penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun yang ibunya bekerja full time, dan anak usia 3-5 tahun yang ibunya tidak bekerja. Subyek diambil yang berusia 3-5 tahun, karena pada usia Ini diharapkan anak sudah melewati tahap autonomy vs shame and doubth. (Erikson 1963).
Kemadirian anak usia 3-5 tahun ini diukur dengan menggunakan kuesioner skala kemandirian yang disusun berdasarkan 4 aspek kemandirian, Aspek-aspek tersebut didapatkan dari berbagai literatur yang didasarkan pada teori Erikson dan Bandura. Ke-4 aspek tersebut adalah self regulation, self control, self efficacy, dan self determination. Dari hasll uji coba diperoleh 44 Item yang valid dan reliabel untuk mewakili aspekaspek kemandirian dengan angka reliabilitas 0.8945. alat tersebut diberikan pada 48 anak-anak usia 3-5 tahun yang ibunya bekerja full time dan 48 anak usia 3-5 tahun yang ibunya tidak bekerja.
Setelah data terkumpul dan dilakukan analisis diperoleh hasil yang menunjukkan adanya perbedaan yang siknifikan pada tingkat kemandirian antara anak yang ibunya bekerja full time dangan anak yang ibunya tidak bekerja. Selain itu dari data tambahan juga diperoleh informasi bahwa tidak terdapat perbedaan kemandirian yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan, dan juga pada anak yang anak sulung dan bukan sulung. Tetapi terdapat perbedan kemandirian antara anak yang mempunyai pengasuh dan tidak mempunyai pengasuh, serta anak yang sudah mengikuti pendidikan (pra sekolah) dan anak yang tidak mengikuti pendidikan pra sekolah.
Kami berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak untuk menambah pengetahuan dan memberikan masukan pada ibu yang berkerja dan juga bagi ibu yang tidak bekerja. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dibuat alat yang lebih balk lagi, yaitu yang jumlah itemnya lebih banyak dan seimbang antara yang satu dengan aspek yang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Satyawati Nirmala Sari
"Pertambahan penduduk di kota besar tidak diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana kota seperti perumahan. Maka pembangunan rumah susun merupakan alternatif terbaik bagi pembangunan pemukiman di perkotaan. Tuntutan kebutuhan akan pengadaan rumah sangat besar dan selalu meningkat, sedangkan lingkungan rumah susun yang ada dinilai kurang memadai karena kurang memenuhi kebutuhan para penghuni, terutama penghuni rumah susun sederhana.
Kondisi luas dan ukuran ruang serta kepadatan hunian di rumah susun membutuhkan daya penyesuian diri dari penghuni mengingat sebagian masyarakat masih terbiasa tinggal di rumah horisontal bukan rumah vertikal dan massal. Keterbatasan yang ada di rumah susun tentulah akan membawa dampak pada kebebasan penghuni. Berbagai keluhan muncul, salah satunya adalah kurang terpenuhinya kebutuhan privacy akibat keterbatasan yang ada di rumah susun. Menurut Marshall (1966) privacy terbagi menjadi 6, yaitu: seclution, solitude, intimacy, anonimity, reseve dan not neighbouring (Bell, et al, l990:388; Hall, 1983:643: Holahan, 1982:237; Jones, Hendrick & Epstein, l979:450).
Dengan adanya kendala-kendala yang dapat menghambat terpenuhinya kebutuhan privacy, penghuni akan melakukah usaha untuk rnendapatkan privacy. Menurut Holahan(1982:249) dan Altman & Chemes (1980:79) berbagai cara dapat dilakukan manusia untuk mendapatkan privacy, yaitu verbal, non verbal dan tingkah laku memanfaatkan benda atau ruang yang ada dilingkungan. Menurut Altman (1975 dalam Holahan, l982:251) privacy dibutuhkan oleh setiap manusia disetiap budaya tanpa kecuali karena privacy memberikan manfaat bagi manusia, yaitu: mengatur interaksi sosial, mengatur informasi, memelihara ketertiban kelompok, memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi diri dan membentuk otonomi diri.
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenisprrvacy manakah yang diutamakan oleh penghuni rumah susun?
2. Bagaimanakah tingkah laku yang dilakukan penghuni untuk mendapatkan privacy yang diutamakannya di rumah susun?
Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan di Rumah Susun Bidara Cina, Cawang, Jakata Timur. Subyek penelitian ini adalah penghuni Rumah Susun Bidara Cina. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner jenis privacy yang diutamakan dan kuesioner tingkah laku untuk mendapatkan privacy yang diutamakan. Untuk mengetahui jenis privacy yang diutamakan dan tingkah laku untuk mendapatkan privacy yang diutamakan, digunakan rumus frekuensi persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Penghuni rumah susun lebih mengutamakan privacy not neighbouring dalam kehidupannya
2. Tingkah laku yang banyak dipilih oleh penghuni untuk mendapatkan privacy not neighbouring adalah tingkah laku non verbal. Dan tingkah laku yang kurang diinginkan untuk dilakukan oleh penghuni Rumah Susun Bidara Cina apabila ingin mendapatkan privacy not neighbouring adalah Tingkah laku Verbal.
Ada beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu dilakukan studi lanjut yang lebih intensif untuk meneliti intensitas hubungan sosial antar penghuni di lingkungan rumah susun, melakukan studi banding untuk melihat pengaruh kepadatan di hunian vertikal dengan kepadatan di hunian horisontal terhadap hubungan sosial di antara penghuni, untuk mendapatkan hasil gambaran yang lebih mendalam rnengenai privacy, selain dilakukan pengukuran kuantitaif dengan kuesioner, juga dilakukan pengukuran kualitiatif melalui wawancara."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Suparniati
"Kontribusi wanita dalam ekonomi semakin hari nampak semakin meningkat, baik dalam ekonomi rumah tangga maupun ekonomi nasional. Tetapi tanggung jawabnya di dalam rumah tangga tetap tidak berkurang. Hal ini yang sering disebut sebagai peran ganda. Adanya peran ganda akan menyebabkan beban kerja wanita meningkat. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesehatannya. Seperti diketahui tingkat kesehatan akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja sesearang. Selain itu tentunya akan berpengaruh pula terhadap morbiditas, kesehatan reproduksi dan kematian prematur.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap beban kerja seorang wanita kawin. Apa faktor -faktor yang berpengaruh, sampai sekarang ini belum diketahui secara pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap beban kerja wanita kawin (ibu rumah tangga). Dipilihnya Tangerang Jawa Barat sebagai daerah karena daerah ini merupakan daerah industri yang sedang berkembang. Dan penelitian sebelumnya (LEKNAS-LIPI,1985) didapatkan bahwa tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja meningkat di daerah industri yang sedang berkembang.
Dalam penelitian ini digunakan disain penelitian survey yang bersifat diskriptif. Disini tidak dilakukan pengujian hipotesa. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat, ditambah dengan analisa multivariat yaitu regresi logistik multipel. Populasinya adalah semua wanita kawin yang ada di kelurahan Uwung Jaya. Sampel diambil dengan Cara 'simple random sampling: Sample frame- nya adalah kepala keluarga yang ada suami dan istrinya.
Hasil analisa bivariat meaunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor beban kerja pada ibu rumah tangga yang bekerja di pabrik dengan ibu rumah tangga tanpa pekerjaan tambahan. Sedangkan antara ibu rumah tangga yang bekerja di pabrik dan yang bekerja di sektor lain (pekerja informal dan pekerja kantor) tidak ada perbedaan rata-rata skor beban kerja. Dan dari analisa univariat didapatkan bahwa kelompok ibu rumah tangga tanpa pekerjaan tambahan merupakan kelompok yang terbesar, yaitu merupakan 69,5 % dari seluruh sampel. Sedangkan kelompok pekerja informal persentasenya (17,.5%). Dari analisa multivariat ternyata yang berpengaruh terhadap beban kerja wanita kawin (ibu rumah tangga) adalah status pekerjaan dan balita.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan, terutama di kelompok pekerja informal, karena kelompok ini masih belum banyak ditangani. Selain itu untuk meringankan beban kerja wanita dan ikut serta dalam mebangun sumber daya manusia disarankan untuk mendirikan tempat penitipan anak (balita) yang profesional tetapi dapat dijangkau oleh golangan ekanomi menegah ke bawah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Oneng Paramita Daniswari
"ABSTRAK
Konsep diri merupakan konstruk sentral untuk memahami manusia dan tingkah
lakunya. Dalam perkawinan konsep diri membawa pengaruh pada pola interaksi
seseorang dengan pasangannya dan lebih jauh lagi akan mempengaruhi kehidupan
perkawinannya. Belakangan ini dengan masuknya berbagai pengaruh dari luar negeri
ke negara kita dan berianjut dengan semakin meningkatnya wanita yang masuk ke
pasaran keija, akibatnya timbul pergeseran terhadap berbagai nilai yang tumbuh di
Indonesia. Diantaranya yang cukup mengkhawatirkan adalah dengan berkurangnya
penghargaan terhadap peran sebagai ibu rumah tangga. Berbagai penelitian baik di
luar maupun di dalam negeri menyebutkan adanya kecenderungan bahwa ibu rumah
tangga memiliki konsep diri yang kurang baik dibandingkan dengan ibu bekerja.
Namun kecenderungan ini tidaklah beralasan bila kita melihat sejumlah ibu rumah
tangga yang memang dengan keputusan dan pilihan sendiri menjadi ibu rumah tangga
purna waktu. Mereka tampak memiliki kepercayaan diri yang kuat dan yakin akan
pilihannya. Fenomena ini menunjukkan adanya faktor preferensi status pada konsep
diri. Preferensi status ini berkaitan dengan komitmen psikologis dan penghargaan
terhadap peran, dalam hal ini sebagai ibu rumah tangga. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas peneliti tertarik untuk melihat pengaruh preferensi status pada konsep
diri ibu rumah tangga purna waktu. Dalam penelitian ini dilihat apakah ada perbedaan
konsep diri pada ibu rumah tangga yang menjadi ibu rumah tangga purna waktu
karena "pilihan sendiri" dan ibu rumah tangga purna waktu yang menjadi ibu rumah
tangga purna waktu karena "terpaksa". Hal ini untuk melihat apakah memang benar
preferensi status mempengaruhi konsep diri. Penelitian ini dilakukan terhadap 72 ibu
rumah tangga purna waktu yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1. yaitu
kelompok ibu rumah tangga yang menjadi ibu rumah tangga purna waWu karena "
pilihan sendiri" yang berjumlah 47 orang dan kelompok 2, yaitu kelompok ibu rumah
tangga yang menjadi ibu rumah tangga purna waktu karena "terpaksa" yang berjumlah
25 orang. Mat yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri dari pertanyaanpertanyaan
mengenai data pribadi dan preferensi status serta skala konsep diri. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan konsep diri antara ibu rumah
tangga yang menjadi ibu rumah tangga purna waktu karena "pilihan sendiri" dan ibu
rumah tangga yang menjadi ibu rumah tangga purna waktu karena "terpaksa". Hasil ini
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan di Amerika bahwa preferensi status
berpengaruh pada konsep diri. Meskipun secara umum ada perbedaan konsep diri di
antara dua kelompok yang diteliti, namun jika dilihat secara lebih khusus pada masingmasing
dimensi yang ada pada konsep diri itu sendiri, maka hanya diri fisik yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Diri personal dan din keluarga cenderung
mendekati signifikan, sedangkan diri moral-etis dan diri sosial jauh dari signifikan. Ada
beberapa kemungkinan yang menyebabkan tidak semua dimensi konsep diri ini
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pertama, kemungkinan karena alatnya yang
tidak valid. Untuk itu sebaiknya dilakukan validasi uiang Jika ada yang berminat
melakukan penelitian lebih lanjut. Kemungkinan kedua, adalah alatnya valid, karena
telah dilakukan validasi dan temyata terbukti dapat diandalkan. Maka yang periu dilihat
adalati sampelnya. Kemungkinan karena teknik sampling yang tidak representatif dan
jumlah sampel yang terlalu kecil. Sehingga untuk penelitian selanjutnya periu
penambahan jumlah sampel dan penyempurnaan teknik sampling. Kemungkinan
ketiga adalah pada teori. Ada kemungkinan dalam penelitian ini teori yang mengatakan
bahwa konsep diri terdiri dari dimensi diri fisik, diri moral-etis, diri personal, diri keluarga
dan diri sosial adalah salah. Memang belum banyak penelitian tentang konsep diri di
Indonesia yang menggunakan alat yang memang dibuat sesuai dengan karakteristik
orang Indonesia. Penelitian yang ada selama ini kebanyakan menggunakan alat ukur
konsep diri yang diadaptasi dari luar negeri. Akan lebih baik lagi jika dilakukan
penelitian yang ditujukan untuk menggali dimensi-dimensi konsep diri orang Indonesia
pada umumnya dan ibu rumah tangga pada khususnya."
1997
S2449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>