Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197202 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pelawi, Bram Yoga
"
Untuk mengejar ketinggalannya dari bangsa lain, telah disadari betapa
pentingnya menciptakan sumber daya manusia yang memiliki task
involvement di segala bidang. Penulis mengamati bidang olahraga dalam
lingkup kampus, untuk diteliti. Dari pengamatan tersebut didapati perilaku ego
involvement pada anggota tim bola basket kampus. Penulis memandang hal
ini sebagai kesenjangan, karena pada akhirnya akan membawa akibat buruk
bagi prestasi tim itu sendiri. Gunarsa (1989) mengatakan bahwa motivasi
yang baik bagi seorang atlet ialah motivasi intrinsik, bukan karena iming-iming
uang atau pujian. Dari pengamatan tersebut penulis mencoba untuk
melakukan penelitian, dengan mengaitkan faktor goal orientation dan physical
self efficacy.
Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat hubungan antara physical self
efficacy dan task involvement, serta untuk melihat gambaran ilmiah tentang
keadaan orientasi gol sampel dalam menjalankan perannya sebagai anggota
Penelitian ini menggunakan beberapa teori penting sebagai landasan. Teoriteori
tersebut antara lain ialah, teori goal orientation (Nicholls, 1985; Ames &
Archer, 1988), teori self efficacy (Bandura, 1986, 1995), teori Psikologi
Olahraga (Gunarsa, 1989), dan daftar istilah keterampilan bermain basket
(Ambler, 1986). Penulis mencoba melihat hubungan diantara ketiganya dalam
bidang olahraga tingkat kampus. Bandura mengatakan bahwa dalam dunia
olahraga, atlet yang physical self efficacy-nya tinggi akan menampilkan
performance yang baik pula (Bandura, 1986). Hal ini berkaitan dengan teori
dari Ames & Archer (1988) yang mengatakan bahwa performance merupakan
salah satu karakteristik pembeda dalam menentukan orientasi gol pada
individu. Berdasatkan keterkaitan antara teori yang digunakan maka dapat
diajukan hipotesis yang berbunyi "ada hubungan yang positif dan signifikan
antara physical self efficacy dengan orientasi tugas pada anggota tim bola
basket kampus di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Metode penelitian yang digunakan ialah metode kuantitatif, dengan sampel
mahasiswa pria, berusia 18 sampai 23 tahun, dan masih aktif sebagai
anggota tim bola basket kampus. Sedangkan intsrumen yang digunakan ialah
skala goal orientation dan physical self efficacy.
Penelitian dilaksanakan pada 60 orang subyek dari berbagai perguruan tinggi
di Jakarta dan sekitarnya, seperti UI, Atmajaya, Tarumanegara, UKI,
Gunadarma, Trisakti, dan lain sebagainya. Penyebaran instrumen dilakukan
dengan bantuan contact person di masing-masing kampus. Setelah pengolahan data diketahui bahwa ada beberapa item dari masingmasing
kuesioner yang dihilangkan dan tidak ikut dalam pengolahan
selanjutnya. Setelah proses homogenisasi dan melihat nilai alpha sebagai
ukuran reliabilitas alat, dilakukan penghitungan korelasi antara kedua
variabel. Dari hasil pengolahan data, terlihat bahwa physical self efficacy
berhubungan secara positif dan signifikan dengan task involvement pada
mahasiswa anggota tim bola basket di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis alternatif yang
berbunyi "ada hubungan yang positif dan signifikan antara physical self
efficacy dan task involvement pada anggota tim bola basket kampus di
daerah Jakarta dan sekitarnya", diterima. Selain itu gambaran umum sampel
menunjukkan bahwa orientasi golnya cenderung task involvement, dan
tingkat physical self efficacy-nya tinggi.
Berdasarkan kesimpulan tersebut pada Bab V, selanjutnya diajukan diskusi
dan saran. Saran aplikatif dimaksudkan sebagai wujud nyata peranan ilmu
psikologi dalam membangun sumber daya manusia yang baik dalam bidang
olahraga. Saran ini ditujukan kepada pelatih tim dengan tujuan meningkatkan
physical self efficacy anggotanya."
2001
S3051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Ramadhani
"ABSTRAK
Performa tugas adalah hal yang penting di dalam sebuah organisasi karena menjadi salah satu indikator penentu dari outcome (luaran) organisasi khususnya pada individual level outcomes. Salah satu variabel yang diduga penting adalah self-efficacy khususnya dalam konteks pekerjaan, yaitu Role-Breadth Self-Efficacy (RBSE). Penelitian ini terdiri dari dua studi. Studi 1 bertujuan untuk mengetahui pengaruh role-breadth self-efficacy terhadap performa tugas pegawai di Institusi X. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 42 pegawai di level pelaksana dan 12 kepala sub-bagian. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara role-breadth self-efficacy dan performa tugas pegawai di level pelaksana dengan nilai r= 0,44; R2= 19; p value < 0,05. RBSE memiliki pengaruh terhadap performa tugas pegawai sebesar 19%. Kekuatan hubungan RBSE dan performa tugas termasuk ke dalam kategori sedang. Kemudian, penelitian dilanjutkan dengan studi 2 untuk mengetahui efektivitas dari program intervensi yang diberikan yaitu pelatihan pengenalan konsep role-breadth self-efficacy. Jumlah responden yang mengikuti pelatihan sebanyak lima orang. Analisis efektivitas intervensi dilakukan dengan menggunakan teknik Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan RBSE yang signifikan antara responden sebelum dan sesudah diberikan pelatihan dengan nilai Z= -2,03; Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,04. Selain itu, hasil analisis perubahan pengetahuan menunjukkan nilai Z = -1,62 dengan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan yang signifikan terhadap responden sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Dengan demikian, perlu ada evaluasi mendalam agar Institusi X dapat memanfaatkan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan RBSE pada pegawai, salah satunya dengan mengembangkan materi pelatihan yang lebih sesuai dengan karakteristik Institusi X.


ABSTRACT
Task performance is necessary for organization because it is one of organizational outcomes factors, especially individual outcomes. One variable that is considered to be important is self-efficacy especially in the context of work, namely Role-Breadth Self-Efficacy (RBSE). This research consists of two studies. Study 1 aims to examine the impact of employee role-breadth self-efficacy on employee task performance at Institusi X. Data were obtained by distributing questionnaire to 42 staffs and 12 head of subsections. Pearson correlation and simple linear regression techniques were carried out to analyze data. The results showed that there was a significant relationship between role-breadth self-efficacy and task performance of employees with r= 0.44; R2= 19.6; p value <0.05. Role-breadth self-efficacy has an impact on employee task performance by 19%. The degree of this relationship was categorized as moderate. Hereafter, study 2 was conducted to examine the effectiveness of intervention program provided, i.e. the introduction of role-breadth self-efficacy concept training. The number of respondents who attended training were five people. The effectiveness of the intervention analysis was carried out using Wilcoxon Signed Rank Test technique. The results showed there were significant differences between role-breadth self-efficacy before and after training with Z=-2,03; Asymp. Sig (2-tailed) = 0,04. Further analysis was carried out to examine change of respondents' knowledge before and after training. There was no significant difference of respondents' knowledge before and after training with Z= -1,62; Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.10. Accordingly, Institusi X needs to do in-depth evaluation so that it can take advantage of the training to improve RBSE knowledge for employee, one of them is by developing training materials that are more in line with characteristics of Institusi X."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Susanti
"ABSTRAK
Setelah seseorang selesai menjalani pendidikan formal mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, maka ia mulai memasuki dunia kerja.
Pada jenjang pendidikan di perguruan tinggi inilah, individu harus mulai memikirkan
pekerjaan apa yang kelak akan ditekuninya dan menyadari bahwa masa depannya
sangat dipengaruhi oleh pemilihan pekerjaannya saat ini. Mahasiswa perguruan
tinggi termasuk individu yang berada pada masa dewasa muda yang salah satu
tugas perkembangannya adalah pemilihan pekerjaan. Pada masa inilah pilihan
pekerjaan pertama kali dibuat dimana pekerjaan yang dipilih akan terus
mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan seperti gaya hidup, hubungan
sosial, status atau posisi dalam masyarakat, perkembangan harga diri, dan
sebagainya. Dalam melakukan pemilihan pekerjaan, individu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara Iain : pengetahuan tentang pilihan pekerjaan yang
tersedia; kondisi pasar; keluarga; kelas sosial ekonomi; stereotipe peran gender;
kepribadian dan self-efficacy. Dari sekian banyak faktor, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih jauh mengenal faktor self-efficacy. Banyak penelitian di Iuar negeri
yang mempunyai kesamaan pendapat tentang adanya hubungan antara self-
efficacy (keyakinan seseorang mengenal kemampuannya untuk dapat berhasil
melakukan suatu tugas tertentu) dengan pemilihan pekerjaan. Selain itu, ada
penelitian yang menyebutkan adanya perbedaan jenis kelamin dalam self-efficacy,
dimana perbedaan ini selanjutnya menyebabkan perbedaan jenis kelamin dalam
pemilihan pekerjaan. Peneliti ingin melihat apakah hal yang sama berlaku pula di
sini (Jakarta, Indonesia) ?
Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan di atas, maka masalah umum
yang ingin diteliti dalam penelitian inl adalah apakah ada hubungan yang signifikan
antara self-efficacy dengan pemilihan pekerjaan pada mahasiswa dan mahasiswi
di Jakarta ditinjau darl keenam bidang pekerjaan yaltu Realistik, lnvestigatif,
Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan informasi kapada masyarakat luas mengenai
pentingnya peranan self-efficacy dalam melakukan pemilihan pekerjaan sehingga
dapat diciptakan suatu lingkungan yang mendukung perkembangan self-efficacy
yang tinggi serta memberikan masukan informasi kepada masyarakat dan instansi
yang terkait dengan tenaga kerja untuk penanganan masalah tenaga kerja,
Iapangan kerja, dan pengangguran khususnya yang terjadi pada lulusan perguruan
tinggi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenal self-
efficacy, pemilihan pekerjaan, teori karir dart Holland, dan hubungan antara self-
efficacy dengan pemilihan pekerjaan. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa semester 5 ke atas, berusia 20 - 25 tahun dan belum pernah
memiliki pekerjaan tetap. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 100 orang terdiri atas 50 pria dan 50 wanita. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode Incidental sampling. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner self-efficacy yang disusun berdasarkan
modifikasi dari Occupational Questionnaire (Church, Teresa, Rosebrook, dan
Szendre, 1992) serta kuesioner pemilihan pekerjaan yang disusun berdasarkan
modifikasi dan Extent of Consideration of Occupation Questionnaire (Church,
Teresa, Rosebrook dan Szendre). Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan
korelasl Pearson Product Moment dan Z2 test.
Berdasarkan hasil analisa, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara self-efficacy dengan pemilihan pekerjaan pada mahasiswa dan mahasiswi
di Jakarta dalam keenam bidang pekerjaan. Di samping Itu juga diperoleh hasil
adanya perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal self-efficacy
hanya dalam bldang Realistik dan Konvensional. Subyek pria lebih besar
kemungkinannya untuk memiliki self-efficacy lebih tinggi dalam bidang Realistik
dan subyek wanita lebih besar kemungkinannya untuk memiliki self-efficacy lebih
tinggi dalam bidang Konvensional. Selain Itu juga diperoleh hasil adanya
perbedaan yang signlfikan antara pria dan wanita dalam hal pemilihan pekerjaan
hanya dalam bidang Realistik. Subyek pria Iebih besar kemungkinannya untuk
memiliki rentang pillhan pekerjan yang luas dalam bidang Realistik.
Saran yang hendak diberikan peneliti bagi penelitian selanjutnya adalah
agar dalam penelitian selanjutnya menggunakan sampel yang lebih representatif
dan menggunakan suatu alat baru yang berisi jenis-jenis pekerjaan beserta
aktivitasnya (berdasarkan hasil elisitasi terhadap sejumlah orang) yang memang
menggambarkan situasi dan kondisi dunia kerja di Indonesia."
1997
S2944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatia Andaruni
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kecemasan sesaat dan self-efficacy pada pemain bola basket. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui berapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing komponen dari kecemasan sesaat terhadap self-efficacy. Pengukuran kecemasan sesaat dilakukan dengan menggunakan The Revised Competitive State Anxiety Inventory-2 (Cox, Martens, & Russell, 2003), sedangkan pengukuran self-efficacy dilakukan dengan menggunakan Individual Efficacy Questionnaire (Chase, Lirgg, & Feltz, 1996). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 155 pemain bola basket yang mengikuti berbagai macam kompetisi bola basket yang diselenggarakan pada bulan April hingga Mei 2013 di Jakarta. Penelitian dilakukan satu jam sebelum pertandingan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan sesaat dan self-efficacy pada pemain bola basket (r = -.559, n = 155, p < .01, two-tailed). Hasil tersebut memiliki arti bahwa semakin rendah kecemasan sesaat yang dimiliki individu, maka semakin tinggi self-efficacy yang dimilikinya. Hasil lain dari penelitian ini adalah komponen self-confidence dari kecemasan sesaat memberikan sumbangan terbesar terhadap self-efficacy, yang berarti bahwa peningkatan pada self-confidence dari kecemasan sesaat akan diikuti oleh peningkatan terhadap self-efficacy.

This research was conducted to understand the relationship between competitive state anxiety and self-efficacy among basketball players. It was also conducted to understand how much each component of competitive state anxiety was given to self-efficacy. Competitive state anxiety was measured by using a modified instrument named The Revised Competitive State Inventory-2 or CSAI-2R (Cox, Martens, & Russell,2003), while self-efficacy was measured by using a modified instrument named Individual Efficacy Questionnaire or IEQ (Chase, Lirgg, & Feltz,1996). The participants were 155 basketball players participated at a number of basketball competitions held between April and May 2013 in Jakarta. The research was done one hour before the competition.
The main result showed that there was a significantly negative correlation" "between competitive state anxiety and self-efficacy among basketball players (r = -.559, n = 155, p < .01, two-tailed). This result means that the lower competitive state anxiety of one’s own, the higher self-efficacy of him. Another result of this research was that the biggest contribution of competitive state anxiety components to self-efficacy was self- confidence, which means, an increase of self-confidence component from competitive state anxiety would be followed by an increase of self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Octavia
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan college self-efficacy pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Indonesia. Sebanyak 606 responden yang merupakan mahasiswa tahun pertama angkatan 2017 di Universitas Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Keterlibatan ayah didefinsikan sebagai sejauh mana seorang ayah menjalankan perannya dan berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek kehidupan anaknya. College self-efficacy didefinisikan sebagai derajat keyakinan bahwa individu mampu untuk sukses dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan perkuliahan. Keterlibatan ayah diukur menggunakan dua alat ukur yang menilai keterlibatan ayah dalam dua domain yang berbeda. Alat ukur Nurturant Fathering Scale NFS mengukur keterlibatan ayah dalam domain afektif, sedangkan Father Involvement Scale FIS mengukur keterlibatan ayah dalam domain perilaku. Kedua alat ukur keterlibatan ayah yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Finley dan Schwartz 2004 . Untuk mengukur college self-efficacy, digunakan alat ukur College Self-Efficacy Inventory CSEI yang dibuat dan dikembangkan oleh Solberg, O rsquo;Brien, Villareal, Kennel, dan Davis 1993 . Hasil pengukuran menggunakan teknik statistik Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah, baik dalam domain afektif dan perilaku, dengan college self-efficacy pada mahasiswa tahun pertama di Universitas Indonesia.

ABSTRACT
This study was conducted to find the correlation between father involvement and college self efficacy among first year college student in Universitas Indonesia. A total of 606 respondents who were first year college students class of 2017 at Universitas Indonesia participated in this research. Father involvement was defined as the extent to which a father performs his role and actively participates in various aspects of his child rsquo s life. College self efficacy was defined as a student rsquo s degree of confidence that they could successfully complete a given college related task. Father involvement was measured using two different instruments that assessed two different domains. Nurturant Fathering Scale NFS measured father involvement in the affective domain, while Father Involvement Scale FIS measured father involvement in behavioral domain. The two instrument of father involvement used in this study were developed by Finley and Schwartz 2004 . College Self Efficacy Inventory CSEI developed by Solberg, O rsquo Brien, Villareal, Kennel, and Davis 1993 was used to measure college self efficacy. The Pearson Correlation indicates significant correlation between father involvement, both in affective and behavioral domains, with college self efficacy among first year college student in Universitas Indonesia. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Amalia Meiliyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dan general self-efficacy (GSE) pada mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di Universitas Indonesia (UI). Optimisme didefinisikan sebagai ekspektasi atau pengharapan yang bersifat umum pada seorang individu, bahwa hal-hal baik akan terjadi dan hal-hal buruk hampir minim akan terjadi di masa mendatang. GSE didefiniskan sebagai persepsi dan belief individu tentang dirinya sebagai orang yang mampu untuk melakukan beragam tugas dalam berbagai macam situasi secara efektif pada konteks yang luas. Pengambilan data dilakukan pada 250 partisipan mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di UI dengan menggunakan dua buah kuesioner, Life Orientation Test Revised (LOT-R) untuk mengukur optimisme dan General Self-Efficacy Scale (GSES) untuk mengukur GSE. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara optimisme dan GSE (r = 0.263, p = 0.000) pada mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi di UI. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi skor optimisme individu, maka semakin tinggi pula skor GSE.

The aim of this study was to investigate the correlation between optimism and general self-efficacy (GSE) among students of Bidikmisi Scholarship at Universitas Indonesia. Optimism was defined as „„the generalized outcome expectancies in individuals that good things will happen in the future and bad things will be minimal”. GSE was defined as “individuals‟ perception and belief in their tendency to view themselves as capable of performing task demands across variety of different situations effectively in a broad array of contexts”. Two questionnaires, Life Orientation Test Revised (LOT-R) measured optimism and General Self-Efficacy Scale (GSES) measured GSE, were used to obtain data from 250 students of Bidikmisi Scholarship at Universitas Indonesia as participants. The result of Pearson Correlation Test indicated positive and significant correlation between optimism and GSE (r = 0.263, p = 0.000). The result explained that the higher score of optimism, would be followed by higher score of GSE."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragah Rizkiawan Saputra
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji peran efikasi kolektif sebagai variabel mediator dalam hubungan antara persepsi identifikasi pemimpin dengan kinerja tim dalam ranah olahraga pada tim olahraga bola basket amatir. Penelitian ini dilakukan pada tim-tim bola basket amatir yang berada pada tingkat Universitas dan Divisi (U-23) (N = 50). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi identifikasi pemimpin dapat memprediksi efikasi kolektif secara positif (p < .001) dan efikasi kolektif dapat memprediksi kinerja tim secara positif (p < .05). Ditunjukkan pula bahwa efikasi kolektif dapat memediasi penuh hubungan antara persepsi identifikasi pemimpin dengan kinerja tim dikarenakan hasil indirect effect yang signifikan (p < .05) dan direct effect yang tidak signifikan (p > .05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang pelatih yang dipersepsikan dekat dengan tim nya oleh para pemain yang dirinya latih, akan meningkatkan efikasi kolektif mereka lantas meningkatkan pula kinerja mereka sebagai tim.

This research aims to test the role of collective efficacy as an mediator on the relationship between perceived leader group identification and team performance in sports on an amateur basketball team. This research is done on an amateur basketball team in a college and under-23 division level (N = 50). The results show that perceived leader group identification positively predicts collective efficacy (p < .001) and collective efficacy positively predicts team performance (p < .05). Other results also show that collective efficacy is able to fully mediate the relationship between perceived leader group identification and team performance because of a significant indirect effect (p < .05) and a not significant direct effect (p < .001). This research shows that a coach that is perceived to be identified with the team whom he/she coached, could potentially increase their collective efficacy thus increasing their performance as a team."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Dwintasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara traits dan creative selfefficacy (CSE) pada guru TK. Traits adalah dimensi dari perbedaan kecenderungan individu untuk menunjukan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten (McCrae dan Costa, 2003). Sementara itu, CSE merupakan keyakinan yang sementara pada individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas spesifik tertentu yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, atau sesuai.
Pengukuran traits menggunakan alat ukur IPIP (Goldberg, 1999) dan pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Partisipan berjumlah 112 orang guru TK yang berusia 20-60 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara trait neuroticism dan CTSE, serta terdapat hubungan positif signifikan antara trait extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness dengan CTSE dan CPSE. Namun demikian, pada trait neuroticism tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan CPSE. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan screening kepribadian ketika perekrutan guru TK. Selain itu, guru TK juga dapat diberi intervensi sejak dini untuk meningkatkan CSE.

This research was conducted to find the correlation between nature traits and creative self-efficacy (CSE) in kindergarten teachers. Traits is dimensions of individual differences in tendencies to show consistent patterns of thoughts, feelings and actions (McCrae & Costa, 2003). Meanwhile CSE is an individual's state-like belief in his or her own ability to perform the specific tasks required to produce novel original, or appropiate solutions (Abbott, 2010).
Traits was measured using an adaptation instrumen named IPIP (Goldberg, 1999) and CSE was measured using an adaptation instrument named Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010). The respondent of this research are 112 kindergarten teachers.
The results of this research show that trait neuroticism negative correlated significantly with CTSE and the trait extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness positive correlated significantly with CTSE and CPSE. But there is no significant correlation between trait neuroticism and CPSE. Based on these results, kindergarten ought to held a personality screening in teacher's recruitment and give intervention, such as training or seminar to teachers that can increase creative self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Yulita Endo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat. Pengukuran coping self-efficacy menggunakan alat ukur Coping Self-Efficacy Scale (Chesney dkk., 2006) yang memiliki tiga subskala, yaitu use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, dan get support from family and friends dengan total 26 item. Pengukuran terhadap burnout menggunakan alat ukur Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) yang memiliki tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan menurunnya sense of personal accomplishment dengan total 22 item. Jumlah partisipan yang diperoleh sebanyak 131 perawat. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat, yang berarti semakin tinggi coping self-efficacy perawat, semakin rendah burnout yang dirasakan.

The aim of this study is to investigate whether any relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses. Coping self-efficacy was measured by Coping Self-Efficacy Scale (Chesney et al., 2006) which has three subscales, namely use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, and get support from family and friends with a total of 26 items. Burnout was measured by Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) which has three dimensions, namely emotional exhaustion, depersonalization, and reduced sense of personal accomplihsment with a total of 22 items. Participants of this study were 131 nurses. The main result of the study shows that there is a significant negative relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses, in conclusion, the higher score of coping self-efficacy obtained by nurses, the lower they perceived burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>