Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153202 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Imelda Berwanty
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolivia Irna Aviani
"Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dihadapi dewasa muda. Menurut Havighurst (dalam Turner & Helms, 1991) menikah dilalui oleh sebagian besar individu dewasa muda sebagai salah satu tugas perkembangannya. Dengan menikah, individu berada pada tahap ?pasangan baru? dalam siklus keluarga dimana ia menghadapi perubahan peran (Carter & McGoIdrick dalam Santrock, 2002).
Diantara banyak tugas masa awal pernikahan, salah satu penyesuaian yang harus dilakukan adalah penyesuaian terhadap mertua dan keluarga pasangan masing-masing. Menurut Sadasivan (http://www.womenexelcom/ relationship/midiI.htm), hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertua adalah hubungan yang unik dan sering menimbulkan masalah. Hal ini didukung pula dengan penelitian Silverstein yang menemukan konflik cenderung lebih besar dengan mertua dengan gender sama, artinya menantu perempuan dan ibu mertua cenderung memiliki hubungan yang berkonflik daripada menantu perempuan dengan aya.h mertuanya (dalam Bryant et al).
Dalam membina suatu hubungan, bisa dilihat kualitas hubungannya, dimana didalamnya terdapat interaksi dan komunikasi. Untuk membina komunikasi yang baik dalam berinteraksi dengan orang Iain, dibutuhkan kemampuan berempati dan penyesuaian yang baik pada masing - masing individu sehingga tercipta suatu hubungan yang harmonis (Goleman, 1998).
Menurut Rogers (1975) empati merupakan usaha untuk memahami seseorang, tidak hanya pemahaman terhadap apa yang tampak di luar, tetapi juga memahami dunia dalam dari seseorang itu.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran hubungan antara menantu perempuan dan mertua perempuan yang tinggal bersama dalam satu rumah. Selain itu dalam penelitian ini juga dilihat bagaimana gambaran empati yang dimiliki oleh menantu perempuan dalam hubungannya dengan mertua perempuan yang linggal bersama.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang, yaitu menanm perempuan yang tinggal bersama ibu mertuanya selama satu sampai sepuluh tahun dan yang berusia pada rentang usia dewasa muda (20-30 tahun).
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran hubungan antara ketiga menantu dengan mertuanya masing - masing memiliki karakteristik yang unik, walauplm diantaranya terdapat persamaan dan perbedaan. Ketiga menantu berusaha untuk menghindari konflik dengan mertuanya, dan bemsaha untuk membina hubungan yang baik dengan mertuanya Ketiganya berusaha untuk memaklumi sikap - sikap dan kondisi mertuanya, dengan berusaha rnelayani kebutuhan memmya, mengikuti keinginan mertua dan memberikan penghargaan dengan memberikan sesuatu yang disukai oleh ibu mertuanya Namun dari ketiga subyek peneiitian, hanya satu yang memiliki hubungan yang sangat dekat dan akrab dengan mertuanya Menantu yang dekat dengan mertuanya ini sering melakukan kegiatan bersama seperti memasak, bertukar pengetahuan. Dan ada juga menantu perempuan yang tidak dekat den gan ibu mertuanya.
Penelitian inijuga menemukan beberapa hal yang memurut peneliti cukup penting untuk diperhatikan. Ditemukan adanya faktor - faktor yang mungkin bisa mempengaruhi kualitas hubmmgan antara menantu dan mertua Serta empati. Faktor - faktor tersebut diantaranya adalah kepribadian, perbedaan usia yang cukup jauh antara menantu dan mertua., kesamaan minat antara menamu dan merlua, peran suami yang bisa berperan sebagai penengah atau perantara antara isteri dan ibunya.
Saran yang dapat di berikan pada penelitian ini adalah variasi jumlah subyek perlu ditambah, supaya data-data atau informasi yang diperoleh bisa lebih kaya lagi dalam menggali gambaran hubungan antara menantu dan mertua, dan gambaran empati yang dimiliki menantu perempuan dalam hubungannya dengan mertua bisa lebih bervariasi lagi. Selain itu perlu juga dilakukan wawancara dengan suami, sehingga informasi yang diperoleh lebih kaya lagi mengenai hubungan antara menantu dan mertua dan dapat juga diketahui peran suami dalam hubungan tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Meutia Rossy
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi kualitas hubungan menantu dan mertua dengan Psychological Well-Being menantu yang tinggal bersama mertua. Partisipan penelitian ini adalah dewasa muda usia 20-40 tahun yang sudah menikah dan sedang bertempat tinggal dalam satu rumah bersama mertuanya. Terdapat sebanyak 81 Partisipan, dimana terdapat 52 perempuan dan 29 laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Ryff's Psychological Well-being (RPWB) dan alat ukur Positive and Negative Social Exchange (PANSE) untuk mengukur kualitas hubungan menantu dan mertua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kualitas hubungan positif dengan psychological well-being menantu yang tinggal bersama mertua (r= 0,308, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,01). Kemudian, terdapat pula korelasi yang negatif dan signifikan antara kualitas hubungan negatif dengan psychological well-being menantu (r = -0,291, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana Novadian A.K.
"ABSTRAK
Sebagaimana diketahui, perkawinan di Indonesia bukan sekedar menyatukan
dua individu tetapi berikut juga dengan keluarganya, maka sosok mertua menjadi perlu
diperhatikan keberadaannya karena dapat mempengaruhi kebahagiaan perkawinan
seseorang. Disukai atau tidak, kondisi tersebut harus disadari oleh pasangan, apalagi
bagi mereka yang harus menetap sementara di rumah orang tua karena pertimbangan
tertentu, sedangkan antara pasangan muda tersebut pun, masih harus melakukan
usaha penyesuaian diri, maka dapat dilihat bahwa pilihan untuk tinggal dengan orang
tua setelah menikah ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, perlu pemikiran
dan persiapan sebelumnya. Jadi membina dan mempertahankan hubungan yang baik
dengan mertua jelas harus dapat tercipta karena dampaknya bukan saja pada
kehidupan perkawinan tetapi juga pada hubungan dengan keluarga besar pasangan.
Hubungan menantu-ibu mertua, khususnya menantu perempuan merupakan
fenomena yang menarik untuk ditelaah. Tampaknya, hubungan mereka seperti ibu-
anak tetapi tidak sepenuhnya demikian, karena berkaitan dengan keberadaan suami
sebagai ?penghubung" yang menyebabkan mereka menyandang status menantu dan
mertua. Belum Iagi adanya steriotip negatif yang melingkupi hubungan dengan ibu
mertua ataupun tentang sosoknya. Hal tersebut memang secara penelitian, khususnya
di indonesia belum dibuktikan namun melalui pengamatan sehari-hari, baik dari
percakapan maupun dari media-media massa, cukup memperlihatkan kecenderungan
ke arah tersebut. Bila meIihat pada tahapan perkembangan keluarga, kerawanan
dalam hubungan menantu dan mertua memang dapat mungkin terjadi. Sebagaimana
diketahui, bahwa akan ada suatu tahap di mana terjadi pengalihan beberapa tugas
dari ibu kepada istri, dan bukan tidak mungkin, hal tersebut dapat menimbulkan
ketidakpuasan, apalagi jika mereka tinggal seatap. Dengan tinggal bersama, berarti
penerimaan dari pengalihan beberapa tugas menjadi Iebih transparan daripada bila
pasangan muda langsung pisah rumah. Bagaimanapun hal tersebut juga terkait
dengan kesamaan tuntutan mereka sebagai perempuan yang sudah menikah.
Biia ditelaah dari sudut pandang gender, hubungan antara dua orang
perempuan seharusnya dapat menciptakan suatu hubungan yang intim, tapi ternyata
dapat juga sebaliknya, yaitu tercipta hubungan yang rawan. Jadi untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang hubungan menantu-ibu mertua yang tenyata khas,
maka dilakukan penelitian ini, dengan melihat dan sudut pandang menantu. Hal
tersebut disadari karena sebagai ?pendatang?, menantu akan Iebih dituntut untuk
menyesuaikan diri, apalagi jika diperhatikan, keluhan yang ada biasanya datang dari
pihak menantu. tidak heran steriotip yang muncul pun adalah tentang ibu mertua
bukan menantu perempuan. Jadi melalui penelitian ini, ingin dilihat bagaimana
persepsi menantu terhadap kualitas hubungan dengan ibu mertua.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, menggunakan wawancara dan
observasi, agar dapat tergali apa yang terjadi dalam hubungan menantu-ibu mertua,
sehingga Iebih dapat memahami kualitas hubungan mereka. Penelitian ini
menggunakan 4 orang menantu sebagai subyek. Hasil yang diperoleh adalah 2 orang mempersepsikan hubungan dengan ibu mertuanya dekat dan 2 Iainnya ?biasa saja".
maksudnya tidak dekat ataupun jauh, namun keempatnya masih merasakan adanya
keterbatasan dalam menjalin hubungan dengan ibu mertua. Hal tersebut dapat dilihat
dari kurangnya pengungkapan diri, topik pembicaraan menjadi kurang beragam dan
mendalam serta gaya komunikasinya yang cenderung diam bila menghadapi masalah
dengan ibu mertua. Disarankan agar kedua belah pihak dapat mengembangkan
komunikasi efektif dengan melakukan teknik ?pesan diri' dan ?mendengar aktif".
Penelitian ini temyata perlu mempertimbangkan beberapa saran Iain, seperti subyek
penelitian dapat pula ditujukan suami karena perannya sebagai mediator sangat
penting dalam pengembangan hubungan istri dengan ibunya. Selain itu penelitian ini
dapat ditujukan pada ibu merlua sebagai pihak ?penerima", yang perlu melakukan
penyesuaian diri pula. Juga tidak menutup kemungkinan penelitian ini dilakukan
secara kuantitatif."
1998
S2582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Masayu Sharifah Hanim
"Studi ini berangkat dari pemikiran suatu fenomena tentang strategi belajar yang efektif, yang dilakukan dua orang saja, baik itu siswa SLTA ataukah mahasiswa. strategi belajar yang efektif diad ditemui pada pasangan yang sama-sama mempunyai prestasi belajar yang baik dan terbaik, tidak ditemui pada siswa/ mahasiswa yang berprestasi cukup dan kurang baik.
Terjadinya komunikasi antarpribadi (KAP) dalam aktivitas belajar dapat dengan sengaja maupun secara kebetulan, karena saling ingin memenuhi kebutuhan baik dalam aktivitas belajar maupun diluar itu. Asumsi semula KAP terbentuk dari hanya 4 (empat) konsep dasar yaitu motif, persepsi, imbalan dan biaya serta sikap.
Dari hasil pengumpulan data dilapangan ditemui bahwa KAP terbentuk tidak 'hanya karena faktor-faktor tersebut, tetapi yang paling menentukan adalah faktor rasional dan emosional dalam membentuk pola KAP yang khusus dalam kasus aktivitas belajar. Ditemukan ada 3 (tiga) pola KAP yaitu : Pertama, pola KAP kuat rasional dengan sisi lemah emosional (Pola 1), yang diprediksi kemungkinan tidak akan berlanjut bila aktivitas belajar telah berakhir/selesai, karena sifat rasional akan memperhitungkan sesuatu berdasarkan rasio.
Pertimbangan buruk baik, atau untung rugi lebih diperhitungkan kuat berdasarkan rasional, dan lemah sisi emosional. Kedua, pola KAP kuat emosional dengan sisi lemah rasional (Pola II), yang diprediksi kemungkinan bisa, menjadi kuat atau akan melemah, bila telah selesai aktivitas belajar tersebut. Ketiga, pola KAP emosional-rasional seimbang (Pala III), diprediksi pasarigan KAP inilah yang dapat memelihara hubungan dan berlanjut terus selama bertahun-tahun, karena pasangan ini dapat mengukur manfaat KAP dengan rasional serta merasakan kesenangan/kebahagiaan dengan emosional, sehingga hubungan menjadi mapan/stabil/akrab/intim selama bertahun-tahun, setelah selesai aktivitas belajar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Inge
"Organisasi adalah sistim kerja atau daya dari dua orang atau lebih yang dikoordinasi secara sadar dengan unsur meliputi komunikasi, kerelaan mengabdi, dan tujuan bersama.
Fungsi komunikasi dalam organisasi merupakan sarana untuk memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi, dan untuk mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi dalam organisasi sangat berbeda dengan proses komunikasi di luar organisasi. Hal ini disebabkan adanya struktur hierarki yang merupakan karateristik dari setiap organisasi. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan organisasi, komunikasi tidak selalu mengikuti pola dalam struktur organisasi. Pola komunikasi di luar struktur yang bersifat informal dapat terjadi. Pada komunikasi formal maupun informal, komunikasi antar pribadi banyak memainkan peranan penting. Adanya komunikasi antar pribadi yang efektif akan sangat membantu untuk pencegahan pertentangan yang berlanjut. Jika pertentangan berkelanjutan dalam suatu organisasi maka pada akhirnya akan merugikan organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Pada sebagian organisasi komunikasi informal tidaklah dianggap sebagai 'pengganggu' daripada komunikasi formal. Lebih jauh kehadiran jaringan komunikasi informal dimanfaatkan untuk melengkapi adanya jaringan komunikasi formal, melalui pengembangan kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Adanya iklim organisasi yang kondusif bagi berlangsungnya komunikasi baik formal maupun informal menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan komunikasi berlangsung dari tingkatan pimpinan hingga bawahan. Keanekaragaman forum komunikasi baik formal maupun informal dimanfaatkan untuk membina rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantara sesama pelaku kerja.
Keefektifan komunikasi antar pribadi yang terjadi, menjadikan konflik yang timbul pada organisasi dipandang sebagai sesuatu hal yang manusiawi dan wajar. Dan menjadi salah satu tolak ukur keharmonisan komunikasi yang berlangsung.
Konflik pada organisasi lebih dipandang sebagai bagian dinamika pekerjaan daripada sesuatu yang bersifat pribadi, karena komunikasi khususnya antar pribadi telah berjalan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>