Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185977 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sefni Gusmira
"ABSTRAK
Proporsi penyakit hipertensi di depok tahun 2002 adalah 57,4%. Puskesmas telah
melakukan terapi terhadap penyakit ini dengan memberikan antihipertensi. Selain
obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien
mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi efek terapi antihipertensi kombinasi konvensionalbahan
alam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di 5 Puskesmas di
Depok. Penelitian yang didesain kohort retrospektif ini menggunakan sampel
pasien hipertensi yang datang ke Puskesmas. Pasien yang bersedia ikut penelitian
sebanyak 123 pasien, dan dikelompokkan dalam kelompok terapi konvensional
(74 orang) dan terapi kombinasi konvensional-bahan alam (49 orang). Sebagian
besar pasien hipertensi yang datang ke Puskesmas wilayah Depok adalah
perempuan, usia 50-59 tahun, menikah, berasal dari suku Betawi, berpendidikan
rendah, tidak bekerja/ibu rumah tangga, berpenghasilan rendah dan menderita
hipertensi tahap II. Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok terapi
kombinasi konvensional-bahan alam lebih baik dibandingan kelompok terapi
konvensional, sebaliknya penurunan tekanan darah sistolik lebih baik pada
kelompok terapi konvensional dibandingkan kelompok terapi kombinasi
konvensional-bahan alam. Namun tidak ada perbedaan bermakna antara keduanya
(P>0,05). Kontinuitas penggunaan obat mempengaruhi tekanan darah sistolik
(P<0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa belum terlihat jelas pengaruh
penggunaan obat bahan alam yang digunakan bersamaan dengan obat
konvensional dalam menurunkan tekanan dar

Abstract
The proportion of hypertensive disease in Depok city was 57.4% in 2002. Primary
health centers had given antihypertensive medication. In addition to the drugs
commonly given by a doctor (conventional), many patients took medicinal plants
(natural medicine). This study aimed to evaluate the effects of combination
therapy of convensional-herbal on blood pressure in hypertensive patients in five
primary health centers in Depok. This retrospective cohort study used samples of
hypertension patients who came to primary health centers. Patients who were
willing to join the study were 123 patients and grouped in to conventional therapy
group (74 people) and combination of conventional-herbal therapy group (49
people). The majority of hypertensive patients who came to the health centers area
of Depok were women, aged 50-59 years old, married, came from ethnic Betawi,
less educated, unemployed / housewives, low income and suffering from
hypertension stage II. Combination therapy of convensional-herbal had better
effect on diastolic and convensional therapy had better effect on systolic.
However, no significant difference between them (P> 0.05). The continuity of
treatment affected systolic blood pressure (P <0.05). This study showed that had
not seen clearly influence of herbal that is used combination with conventional
drugs in lowering blood pressure."
2010
T29598
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sefni Gusmira
"Proporsi penyakit hipertensi di Depok tahun 2002 adalah 57,4%. Puskesmas telah melakukan terapi terhadap penyakit
ini dengan memberikan antihipertensi. Selain obat yang biasa diberikan dokter (konvensional), ternyata banyak pasien
mengkonsumsi tanaman yang berkhasiat obat (obat bahan alam). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek
terapi antihipertensi kombinasi konvensional-bahan alam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di 5 Puskesmas
di Depok. Penelitian yang didesain kohort retrospektif ini menggunakan sampel pasien hipertensi yang datang ke
Puskesmas. Pasien yang bersedia ikut penelitian sebanyak 123 pasien, dan dikelompokkan dalam kelompok terapi
konvensional (74 orang) dan terapi kombinasi konvensional-bahan alam (49 orang). Sebagian besar pasien hipertensi
yang datang ke Puskesmas wilayah Depok adalah perempuan, usia 50-59 tahun, menikah, berasal dari suku Betawi,
berpendidikan rendah, tidak bekerja/ibu rumah tangga, berpenghasilan rendah dan menderita hipertensi tahap II.
Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam lebih baik dibandingan
kelompok terapi konvensional, sebaliknya penurunan tekanan darah sistolik lebih baik pada kelompok terapi
konvensional dibandingkan kelompok terapi kombinasi konvensional-bahan alam. Namun tidak ada perbedaan
bermakna antara keduanya (p>0,05). Kontinuitas penggunaan obat mempengaruhi tekanan darah sistolik (p<0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa belum terlihat jelas pengaruh penggunaan obat bahan alam yang digunakan
bersamaan dengan obat konvensional dalam menurunkan tekanan darah.
Evaluation on Conventional Antihypertension Use and Natural-Conventional Combination on Patient with
Hypertension. The proportion of hypertensive disease in Depok city was 57.4% in 2002. Primary health centers had
given antihypertensive medication. In addition to the drugs commonly given by a doctor (conventional), many patients
took medicinal plants (natural medicine). This study aimed to evaluate the effects of combination therapy of
convensional-herbal on blood pressure in hypertensive patients in five primary health centers in Depok. This
retrospective cohort study used samples of hypertension patients who came to primary health centers. Patients who were
willing to join the study were 123 patients and grouped in to conventional therapy group (74 people) and combination
of conventional-herbal therapy group (49 people). The majority of hypertensive patients who came to the health centers
area of Depok were women, aged 50-59 years old, married, came from ethnic Betawi, less educated, unemployed/
housewives, low income and suffering from hypertension stage II. Combination therapy of convensional-herbal had
better effect on diastolic and convensional therapy had better effect on systolic. However, no significant difference
between them (p>0.05). The continuity of treatment affected systolic blood pressure (p<0.05). This study showed that
had not seen clearly influence of herbal that is used combination with conventional drugs in lowering blood pressure."
Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Japaries, Willie
"Di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur telah beroperasi sejak Desember 2004 sebuah Unit TCM yaitu terapi komplementer kombinasi medis-TCM (Traditional Chinese Medicine) khususnya terhadap kanker. Unit tersebut adalah hasil kerja sama RS Harapan Bunda dan RS Yusheng di Guangzhou, China. Terapi yang diberikan merujuk ke pelayanan terhadap pasien kanker di RS di China pada umumnya, di RS Yusheng khususnya. Laporan ini merangkum kegiatan Unit TCM tersebut hingga akhir Juli 2005. Penelitian deskriptif atas dasar rekam medik terhadap semua pasien yang berkonsultasi ke Unit TCM RS Harapan Bunda antara periode Desember 2004 hinga 31 Juli 2005. Karakteristik pasien dan hasil terapi dipaparkan secara tekstular dan tabular. Dikemukakan pula satu kasus tipikal. Jumlah pasien yang berkonsultasi ke Unit TCM RS Harapan Bunda selama periode Desember 2004 hingga 31 Juli 2005 adalah 383 orang. Sebagian besar (68,41%) adalah wanita. Ratio wanita dibanding pria adalah 2,16. Kelompok usia yang terbanyak adalah antara 41-50 tahun yaitu 28,72%, disusul kelompok usia 51-60 tahun (23,23%), usia 61-70 tahun dan 31-40 tahun sama-sama menempati 13,57%. Berikutnya kelompok usia 71-80 tahun dan 21-30 tahun sama-sama menempati 8,09%. Dari 383 orang pasien tersebut, 338 orang (88,25%) menderita tumor (jinak maupun ganas), sisanya bukan penderita tumor (rematik, DM, stroke, dll.). Dari 338 orang penderita tumor, 92 orang (27,21%) menderita tumor jinak (FAM, ganglion, lipom, struma, miom, dll.). Sisanya 246 orang (162 wanita dan 84 pria) menderita tumor yang secara klinis atau secara patologik anatomik tergolong ganas. Ratio wanita terhadap pria yang menderita tumor ganas adalah 1,93. Dari tumor ganas yang terbanyak adalah karsinoma mamae yaitu 31,70%, disusul karsinoma paru, hepatoma, karsinoma ovari, karsinoma nasofaring, karsinoma kolon, karsinoma serviks uteri, tumor otak, karsinoma pankreas, limfoma, masing-masing 8,59%, 8,13%, 8,13%, 7,72%, 7,32%, 3,25%, 3,25%, 2,84%, 2,84%. Sebagian terbesar pasien kanker yang datang berada pada stadium III dan IV yaitu masing-masing 24,80% (61 dari 246 pasien) dan 37,80% (93 dari 246 pasien). Pada 81 orang (52 wanita dan 14 pria) atau 32,93% pasien tumor ganas tidak tersedia data untuk penentuan stadium. Efek terapi umumnya dinilai berdasarkan presentasi klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik). Dari 70 pasien (26 pria dan 44 wanita) yang telah menjalani terapi lebih dari 1 bulan di Unit TCM RS HB, 11,42% mengalami perbaikan mencolok, 40% perbaikan moderat, 41,4% kondisinya tak banyak berubah, dan 7,14% perburukan. Pelayanan Unit TCM RS Harapan Bunda cukup diminati masyarakat. Proporsi wanita hampir 2 kali pria. Kelompok usia pasien terbesar adalah 41-50 tahun yaitu 28,72%, disusul kelompok usia 51-60 tahun sebesar 23,23%. Jenis kanker terbanyak adalah karsinoma mamae, disusul karsinoma paru, hepatoma, karsinoma ovari, karsinoma nasofaring, karsinoma kolon, karsinoma serviks uteri. Respons terapi komplementer tersebut cukup baik, mengingat 51,43% pasien mengalami perbaikan nyata, 41,43% kondisinya relatif stabil selama mendapatkan terapi; sedangkan yang memburuk nyata hanya 7,14%. Dengan adanya Unit TCM, pasien yang semula menolak terapi medis umumnya dapat menerima terapi kombinasi medis dan TCM.

Patient Characteristics and Performance of the TCM Unit of ?Harapan Bunda? Hospital In Jakarta, Indonesia. A TCM unit has been established and operating in Harapan Bunda hospital in Jakarta since December 2004. The Unit is practicing combined western and Chinese medicine in treating cancer patients, following the model practiced in oncology departments in China. It is established through a cooperation between Harapan Bunda hospital and Yusheng hospital from Guangzhou, China. This report compiles the performance of the Unit until July 2005; it is a descriptive study based on the medical records of all patients visiting the TCM Unit of Harapan Bunda hospital during the period of December 2004 to July 2005. The characteristics of patients and response to treatment are presented in text and tables. One typical case is also presented as an illustration of the combination practice. There were 383 patients visiting the TCM Unit during the periode of December 2004 to July 2005. Most of them (68,41%) were females. The female to male ratio was 2,16. The largest age group was between 41-50 years, ie. 28,72%, followed by age group 51-60 years (23,23%), 61-70 years and 31-40 years (13,57%) respectively. Then the age group 71-80 years and 21-30 years each occupying 8,09%. Of the 383 patients, 338 patients (88,25%) were with tumors (benign and malignant), the rest were with no tumors (suffering of rheumatism, diabetes, stroke, etc.). Of the 338 patients with tumors, 92 (27,21%) were with benign tumors (fibroadenoma, ganglion, lipoma, struma, myoma, etc.). The other 246 (162 females and 84 males) were with tumors that were either clinically or pathologically assessed as malignant. The females to males ratio of patients with malignant tumors was 1,93. The most prevalent tumors were mammary carcinoma ie. 31,70%, followed by pulmonary carcinoma, hepatoma, ovarian carcinoma, NPC, colonic carcinoma, uterine cervical carcinoma, brain cancers, pancreatic carcinoma, lymphoma, occupying respectively 8,59%, 8,13%, 8,13%, 7,72%, 7,32%, 3,25%, 3,25%, 2,84%, and 2,84%. Most patients were either in stadium III or IV, occupying 24,80% (61 of 246 patients) and 37,80% (93 of 246 patients), respectively. Of 81 patients (52 females and 14 males) or 32,93% there were no available data to assess their exact stadia. The therapeutic response was mostly evaluated on clinical grounds (anamnesis and physical examination). Of 70 patients (26 males and 44 females) receving treatment for more than 1 month at the TCM Unit, 11,42% had prominent improvement, 40% moderate improvement, 41,4% more or less stabilized condition, and 7,14% deteriorating condition. The TCM Unit of Harapan Bunda hospital had received quite a good attention from the public. The female visitors were nearly twice the male. The most prevalent age group was 41-50 years ie. 28,72%, followed by 51-60 years ie. 23,23%. The most prevalent cancer were mammary carcinoma (31,70%), followed by pulmonary, liver, ovary, nasopharyngeal, colonic, uterine cervical carcinomas. The therapeutic response was as follows, 51,43% patients either improving prominently or moderately, 41,43% with more or less stable condition; while only 7,14% deterioting during treatment. With the entry to TCM Unit, patients formerly rejecting western medical treatments became receptive to the combination of western and Chinese medical treatments."
Rumah Sakit Harapan Bunda. Unit TCM/Onkologi Komplementer, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Japaries, Willie
"Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan karakteristik pasien dan kinerja terapi di Unit Onkologi Komplementer Medis-TCM di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur antara periode 1 Agustus-31 Desember 2005. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif berdasarkan rekam medik dari semua pasien yang berkonsultasi ke Unit Onkologi TCM tersebut antara 1 Agustus-31 Desember 2005. Hasil penelitian terdapat 271 pasien yang berkonsultasi ke Unit Onkologi TCM RS Harapan Bunda antara 1 Agustus-31 Desember 2005, 58,30% adalah wanita. Kelompok usia terbanyak adalah 41-50 tahun dan 51-60 tahun yaitu masing-masing 23,62% dan 23,99%, disusul 61-70 tahun (17,71%), 31-40 tahun (13,28%) dan 71-80 tahun (12,18%). Dari keseluruhan pasien tersebut, 207 pasien menderita tumor yang secara klinis atau patologik anatomik bersifat ganas. Tumor ganas terbanyak adalah karsinoma mamae (31,88%), disusul paru (10,63%), hati (9,66%), usus besar (7,73%), limfoma (6,76%), ovarium (5,31%), nasofaring (4,83%), sebagian terbesar pada stadium III dan IV (26,57% dan 41,55%). Pada 54 pasien kanker (26,09%) tidak tersedia data untuk penentuan stadium. Efek terapi umumnya dinilai secara klinis. Dari 80 pasien yang telah diterapi 1 bulan atau lebih di Unit TCM, secara keseluruhan yang kondisinya membaik dan stabil masing-masing 29 orang (36,25%) dan 36 orang (45%), dan yang memburuk 15 orang (18,75%). Pada pasien kanker mamae yang membaik dan stabil adalah 38,71% dan 41,94%; pada kanker paru 30% dan 50%, pada kanker usus besar 25% dan 62,50%, pada kanker nasofaring 66,67% dan 16,67%, dan pada hepatoma 16,67% dan 50%. Kesimpulan: Pelayanan Unit TCM RS Harapan Bunda cukup diminati masyarakat. Proporsi wanita sedikit lebih besar dari pria. Kelompok usia terbesar adalah 41-50 tahun, disusul 51-60 tahun. Jenis kanker terbanyak adalah karsinoma mamae, disusul kanker paru. Respons terapi secara keseluruhan adalah 81,25% membaik atau stabil, 18,75% memburuk.

Patient Characteristics and Performance of the TCM Unit of ?Harapan Bunda? Hospital in Jakarta, Indonesia. This study describes the characteristics of patients and treatment results of The TCM Unit in Harapan Bunda hospital in Jakarta during August ? December 2005. The data were taken from medical records of all patients visiting the TCM Unit during the study periode. The results are presented in texts and tables. There were 271 patients registered during the periode, 58,30% were female. The dominant age groups were 41-50 years (23,62%) and 51-60 years (23,99%), followed by 61-70 years (17,71%), 31-40 years (13,28%) and 71-80 years (12,18%). Of the 271 patients, 207 were with tumors either clinically or pathologically assessed as malignant. Mammary carcinoma (31,88%) was most prevalent, then pulmonary (10,63%), liver (9,66%), large intestine (7,73%), lymphoma (6,76%), ovarian (5,31%), NPC (4,83%), mostly in stadium III or IV (26,57% and 41,55% respectively). For 54 patients (26,09%), no data to assess stadium. Therapeutic response was mostly evaluated clinically. Of 80 patients receiving at least 1 month treatment at TCM Unit, 29 pts (36,25%) showed improvement, 36 pts (45%) were relatively stable, 15 pts (18,75%) deteriorated. The improved and stabilized patients of mammary cancer were 38,71% and 41,94%, of lung cancer 30% and 50%, of colon cancer 25% and 62,50%, of NPC 66,67% and 16,67%, of hepatoma 16,67% and 50% respectively. It was concluded that the TCM Unit of Harapan Bunda hospital had received good attention from the public. Female visitors were more prevalent than male. Most prevalent age group was 41-50 years followed by 51-60 years. Mammary carcinoma was the most prevalent. Therapeutic response showed 81,25% either improved or stabilized, 18,75% deteriorated."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui Peraturan BPOM Nomor 33 Tahun 2018, menyatakan bahwa Industri Farmasi, Pelaku Usaha Obat Tradisional, Pelaku Usaha Sumplemen Kesehatan, Pelaku Usaha Kosmetika, atau Pelaku Usaha Pangan pemilik Izin Edar wajib menerapkan 2D barcode. Fungsi dari pemberian nomor serialisasi atau 2D barcode ini untuk menghindari terjadinya pemalsuan obat selama proses distribusi obat kepada konsumen.Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian implementasi serialisasi untuk mengetahui apakah kebijakan yang dilakukan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu juga untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari implementasi serialisasi, serta mendapatkan solusi dari kekurangan tersebut.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) through BPOM Regulation Number 33 of 2018, states that the Pharmaceutical Industry, Traditional Medicine Business Actors, Health Supplement Business Actors, Cosmetics Business Actors, or Food Business Actors holding Distribution Permits are required to apply 2D barcodes. The function of providing serialization numbers or 2D barcodes is to prevent drug counterfeiting during the drug distribution process to consumers. In addition, it is also to find out the advantages and disadvantages of implementing serialization, and getting solutions to these deficiencies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo Supardi
"WHO me1alui resolusi tahun 1977 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak dapat merata sampai tahun 2000 tanpa mengikut sertakan sistem pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional antara lain menggunakan obat tradisional, yang terdiri dari simplizia, jamu gendong, jamu berbungkus dan obat fitoterapi. Dalam upaya pembinaan dan pemanfaatan obat tradisional agar dapat digunakan oleh masyarakat desa, diperlukan intormasi tentang penggunaan obat tradisional dan faktor?faktor yang berhubungan dengannya. Untuk mendapakan informasi tersebut dilakukan survai secara cross sectional terhadap 27 ibu rumah tangga di desa Tapos, Bogor yang dipilih secara multistage random sampling. Data dikumpulkan deagan cara mewawancarai responden di rumahnya menggunakan kuesioner. Untuk analisis data dilakukan uji Chi-square dan uji Phi atau Cramer -s V. Dari hasil dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari karakteristik ibu rumah tangga yang berupa umur, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan, hanya hubungan pendidikan dan pekerjaan ibu rumah tangga dengan pengetahuan tentang obat tradisional yang bermakna.
2. Hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga tentang obat tradisional, sikap terhadap obat tradisional, kepercayaan terhadap khasiat obat tradisional dan ketersediaan obat tradisional dengan penggunaan obat tradisional secara statistik bermakna. Keeratan hubungan utama pada ketersediaan, lalu kepercayaan terhadap khasiat. pengetahuan dan terakhir sikap.
3. Ibu rumah tangga di desa Tapos yang menggunakan obat tradisional selama satu bulan sebesar 37,6%.
4. Penggunaan obat tradisional oleh ibu rumah tangga di desa Tapos kebanyakan : berupa simplisia nabati, digunakan untuk pengobatan sariawan pegel linu dan menjaga kesehatan beralasan karena manjur/cocok 1-4 kali sebulan, mendapat secara gratis/tidak membayar dan mengetahui manfaatnya dari orang tua.
5. Ibu rumah tangga di desa Tapos kebanyakan lebih mengenal simplisia nabati darapada jamu berbungkus maupun jamu gendong."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The successfull cultivation of usefull plant largely depends on the quality of seed , espicially viability and germination vigor. Seed of picrasma javanica blume has potential use in the development of templates for new drugs, e,g. to treat malaria...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Purnamawati
"Jamu merupakan obat tradisional yang dibuat dengan cara mengolah bahan alamiah yaitu yang mempunyai khasiat obat dengan beberapa bahan campuran. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pemanfaatan pengobatan tradisional menunjukan peningkatan yang cukup signifikan, yaitu mulai dari 19.9% pada tahun 1980, menjadi 23.2% pada tahun 1986 dan kemudian meningkat menjadi 31.4% pada tahun 1992. Berdasarkan data susenas 2001 terjadi peningkatan pemanfaatan obat tradisional mulai tahun 2000 sebesar 15.6% menjadi 30.2% pada tahun 2001. Walaupun demikian keberhasilan pengobatan tradisional sebagai upaya pelayanan kesehatan masih perlu dibuktikan efektivitasnya dan diperhatikan efek sampingnya, khususnya jika pemafaatannya digunakan oleh ibu yang sedang hamil.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi jamu pada ibu hamil terhadap kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di bekasi tahun 2008. Metode Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang bersalin di Rumah Sakit Umum Kota Bekasi, Rumah Bersalin dan Bidan praktek swasta di wilayah Bekasi. Sampel penelitian adalah kasus Asfiksia yang terjadi pada bayi baru lahir dan kontrolnya adalah bayi baru lahir yang tidak mengalami asfiksia. Jumlah kasus yang diperlukan adalah sebanyak 103 kasus dan 309 kontrol. Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan metode kualitatif untuk melihat persepsi tenaga kesehatan, ibu hamil dan penjual obat tradisional secara mendalam mengenai pengaruh konsumsi jamu selama kehamilan dan pengaruhnya untuk bayi baru lahir di bekasi tahun 2008.
Dari hasil penelitian secara kuantitatif diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi jamu terhadap kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. (p = 0.000, OR 7.1 dan 95%CI 4.23 - 11.9). AFE 0.85 dan AFP 0.43 ). Terdapat hubungan antara jumlah anc dengan asfiksia pada bayi baru Jahir (jumlah anc 4-8 kali p = 0.052, OR 1.68 dan CI 0.99 - 2.83. jumlah anc kurang dari 4 kali (p = 0.019, OR 3.02 dan 95%CI 1.2 - 7.58). Dari hasil wawancara mendalam kepada ibu kasus, diketahui bahwa mayoritas dari ibu hamil belum paham mengenai perilaku sehat selama hamil dan tidak mendapatkan penjelasan yang cukup dari petugas kesehatan. selain itu ibu hamil biasanya mengkonsumsi jamu atas anjuran keluarga atau tetangga tanpa mengetahui manfaat atau efek samping yang ditimbulkan.
Asfiksia pada bayi baru lahir (bbl) menipakan kasus yang jarang, walaupun demikian asfiksia menjadi faktor terbesar yang menyebabkan angka kematian bayi di bekasi, oleh karena itulah perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan baik pada saat kehamiian maupun persalinan. Selain itu perlu adanya standarisasi penggunaan jamu untuk ibu hamil, khususnya jamu gendong yang dalam penelitian ini lebih dari 90% dimanfaatkan oleh ibu hamil.

Jamu are traditional medicine which is made by natural ingredience which has good effect by using several ingrediences. Recording to Household Health Survey (SKRT) shows significant percentage of Indonesian people who used traditional medicine as medication has been increase from 19.9% in year 1980, become 23.2% in year 1986 and 31.4% in year 1992. National Socio-Economic Survey (SUSENAS) 2001 shows significant percentage too from 15.6% in year 2000 become 30.2% in year 2001.The succesful of traditional medicine as self medication in health care still need to prove for efectiveness and the side effect especially if it used by pregnant women.
The goal of this study is to know how the effect of consuming jamu for pregnant women with birth asphyxia in Bekasi in 2008. Quantitative and qualitative study designs are used in this study. We use case control design to see how the odds ratio of the mothers who have experience to take jamu during pregnancy. The population are the pregnant women who delivery in Bekasi General Hospital, Delivery Home Services and Midwife Private Practice. The sample are birth asphyxia cases and the control are the healthy baby without asphyxia. Determination sum of sample obtained by 416 baby. Divisible become 104 cases and 312 control. Qualitative study design is used to get in depth information of the mother, thehandlers of jamm and the providers about the effect of consume jamu during pregnancy for newborn baby in Bekasi in 2008.
The result shows that there are relation and risk of consume jamu with birth asphyxia. (p = 0,000, OR = 7,1 95%CI 4.23 - 11.9) and Frequencies of ANC with birth asphyxia (4 - 8 times during pregnancy, p = 0,052, OR = 1,68 and less than 4 times during pregnancy are p = 0,019, OR 3.02). the result of indepth tell us that majority of mother’s cases do not know about the health attitude during pregnancy and do not have enough information from providers about it. Beside that the pregnant women ussually get advise to consume jamu from their family or neighbour without knowing the benefit or the side effect of it.
Birth asphyxia is a relatively rare case, but asphyxia is become the biggest factor to cause of neontal death in Bekasi, therefore we suggest to increase the quality of health services during pregnancy and delivery and need a standart for using of jamu for pregnant women, consider to the result that the jamu gendong is the most used by pregnant women more than 90%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34410
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Rizqi Putra
"Latar belakang: Swamedikasi merupakan penggunaan obat-obatan atas inisiatif diri sendiri salah satunya dengan menggunakan obat tradisional. Swamedikasi obat tradisional dilakukan oleh berbagai kalangan termasuk mahasiswa dan kemungkinan penggunaannya mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19 . Salah satu faktor yang mempengaruhi swamedikasi obat tradisional yaitu persepsi individu mengenai kondisi kesehatannya. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan mengenai hubungan persepsi sehat individu dengan perilaku swamedikasi menggunakan obat tradisional pada mahasiswa.
Metode: Penelitian dilakukan dengan metode studi potong lintang pada mahasiswa di Universitas Indonesia. Kuesioner SF-36 digunakan untuk mengukur persepsi sehat individu dan kuesioner perilaku swamedikasi obat tradisional disebarkan ke mahasiswa program pendidikan sarjana di Universitas Indonesia. Selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan SPSS versi 25.
Hasil: Diperoleh data dari 152 responden mahasiswa di Universitas Indonesia. Secara umum mahasiswa Universitas Indonesia memiliki skor persepsi sehat yang baik. Proporsi penggunaan obat tradisional selama masa pandemi COVID-19 yaitu 62,5%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi sehat dengan perilaku swamedikasi di masa pandemi COVID-19 pada mahasiswa Universitas Indonesia.
Kesimpulan: Proporsi penggunaan obat tradisional pada mahasiswa Universitas Indonesia cukup tinggi, namun tidak berhubungan dengan persepsi sehat pada individu.

Introduction: Self-medication is the use of medicines on one's own initiative, one of which is using traditional medicine. Self-medication of traditional medicines is carried out by various groups including students and the possibility of their use has increased during the COVID-19 pandemic. One of the factors that influence self-medication of traditional medicine is the individual's perception of his health condition. Therefore, this study is aimed at explaining the relationship between individual health perceptions and self-medication behavior using traditional medicine in students.
Method: The research was conducted using a cross-sectional study method on students at the University of Indonesia. The SF-36 questionnaire was used to measure the individual's health perception and the traditional medicine self-medication behavior questionnaire was distributed to students of undergraduate education programs at the University of Indonesia. Furthermore, the data is processed and analyzed with SPSS version 25.
Result: Data were obtained from 152 student respondents at the University of Indonesia. In general, University of Indonesia students have a good health perception score. The proportion of traditional medicine use during the COVID-19 pandemic is 62.5%. There is no significant relationship between health perceptions and self-medication behavior during the COVID-19 pandemic in University of Indonesia students.
Conclusion: The proportion of using traditional medicine among University of Indonesia students is quite high, but it is not related to the perception of health in individuals.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustan Aziddin
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1990
615.882 YUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>