Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Randy Tanaya Raditya
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5340
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Imaad Al Hamas
"Kepulauan seribu yang merupakan bagian dari DKI Jakarta, memiliki potensi yang sangat besar. Segala macam usaha harus dilakukan untuk mengembangkan sektor wisata bahari ini. Konsep pengembangan wisata bahari harus dilakukan secara intergrasi dan berkelanjutan demi terciptanya wisata bahari bertaraf internasional yang dapat menjadi icon DKI jakarta di mata nasional maupun internasional. Pada skripsi ini, penulis membuat sebuah konsep pengembangan dimana terdapat pengembangan pokok wisata sebagai atraksi wisatawan, sehingga meningkatnya ketertarikan, dan juga membutuhkan transportasi yang dapat menyeimbangi hal tersebut, dalam skripsi penulis merancang fast ferry catamaran berkapasitas 200 penumpang demi menunjang transportasi wisata bahari Kepulauan Seribu.

Kepulauan seribu that are part of DKI Jakarta where has a huge potential. All kinds of effort must be done to develop this marine tourism sector. A development concept of marine tourism must be applied in integrated manner and sustainable to make marine tourism as an international tourism and become an icon of DKI Jakarta which is well-known in national and international level. A development concept is written in this final project with main tourism development as tourist attractions in order to increase the interest of tourist which also need supporting means such as transportation. Therefore a design of fast ferry catamaran which has the capacity of 200 passengers to support the transportation of kepulauan Seribu marine tourism is presented.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doddy Monza
"Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya yang dapat dilakukan oleh Polres Kepulauan Seribu dalam menanggulangi peredaran gelap narkotika di wilayahnya. Hal tersebut merupakan salah satu program prioritas Polres Kepulauan Seribu mengingat wilayahnya terdiri dari pulau-pulau sehingga rawan menjadi sasaran penyelundupan Narkotika. Pada awal tahun 2015 terjadi penangkapan bandar Narkotika bernama Wong Chi Ping beserta anggotanya oleh Badan Narkotika Nasional BNN. Dari penangkapan tersebut BNN menyita 862 kilogram Narkotika jenis sabu yang siap diedarkan di Jakarta dan sekitarnya. Sabu dimaksud berasal dari Guang Zhou yang dibawa menggunakan kapal laut melalui Kepulauan Seribu. Selain itu dalam kurun waktu satu bulan petugas berhasil mengungkap 12 kasus dari 16 laporan polisi yang 3 orang diantaranya merupakan Target Operasi TO Polres Kepulauan Seribu. Polres Kepulauan Seribu dalam menanggulangi peredaran gelap narkotika melakukan upaya preemtif, preventif, dan represif melalui analisa Rational Choice, SARA, SWOT, dan NKK yang bertujuan untuk menekan tingkat kejahatan narkotika di wilayah Kepulauan Seribu. Melalui metode analisa tersebut diharapkan upaya penanggulangan dapat dilakukan secara menyeluruh, baik melalui pengurangan kesempatan untuk melakukan kejahatan, pemberian pendidikan kesehatan dan bahaya penyalahgunaan narkotika kepada masyarakat di berbagai usia, pencegahan peredaran gelap narkotika, serta kegiatan patroli, razia, sidak baik di kapal,wilayah pesisir maupun darat, yang dilakukan secara rutin maupun acak. Kendala yang dihadapi Polres Kepulauan Seribu dalam menanggulangi peredaran gelap narkotika umumnya berada pada permasalahan teknis internal. Kendala ini juga ditambah dengan keunikan kondisi Kepulauan Seribu yang meliputi pulau-pulau tidak berpenghuni sehingga para penjahat mudah untuk berpindah-pindah dan melarikan diri. Berkembangnya jenis dan macam narkotika serta kemajuan teknologi dan arus globalisasi mengakibatkan kejahatan narkotika sering diikuti kejahatan trans nasional lainnya seperti pencucian uang dan perdagangan manusia, sementara posisi Kepulauan Seribu merupakan transit masuknya barang dari luar negeri ke wilayah lain di Indonesia. Karenanya, dalam menanggulangi peredaran gelap narkotika di masa mendatang, Polres Kepulauan Seribu dapat lebih meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik instansi pemerintah, masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat dan swasta baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

This study aims to formulate efforts to be made by Kepulauan Seribu Police Resort in counter measure narcotics illicit distribution that occurred in Kepulauan Seribu region. Narcotics counter measure is one of the priority programs of Kepulauan Seribu Police Resort considering Kepulauan Seribu region consist of islands which targeted for drugs smuggling. In early 2015 a drug dealer namedWong Chi Ping and their members arrested by the National Narcotics Agency BNN. From the arrest BNN seized 862 kilograms of the illicit drug, methamphetamine sabu ready to be circulated in Jakarta and surrounding areas. Methamphetamine sabu which derived from Guang Zhou brought by ship through Kepulauan Seribu. Additionally within one month officers uncovered 12 cases of 16 police reports where 3 of them are Target Operations TO of Kepulauan Seribu Police Resort. Kepulauan Seribu Police Resort in counter measuring narcotics illicit distribution is done its preemptive, preventive and repressive effort through Rational Choice analysis, SARA, SWOT, and NKK which aims to reduce the level of drug crime in Kepulauan Seribu region. Through the analysis method it is expected the counter measure may be carried out thoroughly, either by reducing the opportunity to commit the crime, provision of health education and the dangers of drug abuse to the society in varieties age level, prevention on narcotics illicit, aswell as patrol, raid, spot inspection on board, coastal and land area, is carried outroutinely and randomly. Obstacles faced by Kepulauan Seribu Police Resort in counter measuring illicit narcotics generally are on technical issues internal. This constraint is also coupled with the unique conditions of Kepulauan Seribu which includes the uninhabited islands so the criminals easy to move around and escape. Expanding the types and kinds of narcotics as well as technological progress and globalization lead to narcotics crime which is often followed by other trans national crimes such as money laundering and human trafficking, while the position of Kepulauan Seribu is as transit entry of goods from abroad to other regions in Indonesia. Therefore, in counter measuring illicit narcotics in the future, Kepulauan Seribu Police Resort can further improve cooperation with various parties, including government agencies, civil society, non governmental organizations andthe private sector both nationally and internationally.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharsi Anis Sabila
"Pariwisata adalah salah satu sektor ekonomi terbesar dan memiliki tingkat pertumbuhan tercepat di dunia. Indonesia memiliki program 10 destinasi baru di Bali, salah satunya adalah Kepulauan Seribu. Pemerintah daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) memiliki target peningkatan 7,6% dari 2020 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepulauan Seribu oleh sektor pariwisata. Pariwisata di Kepulauan Seribu bergantung pada kegiatan alam yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem jika jumlah kunjungan wisatawan tinggi. Oleh karena itu, perlu untuk merancang paket wisata yang dapat mengurangi jumlah kedatangan wisatawan tetapi dapat mencapai target yang ditentukan. Dalam penelitian ini dibuat paket wisata yang terdiri dari pilihan starting point, transportasi, penginapan, dan objek wisata yang tersedia. Pemilihan paket wisata didasarkan pada nilai preferensi wisatawan dan ketersediaan layanan di lokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang paket wisata yang optimal dan strategi yang dilakukan untuk mencapai target yang ditentukan.

Tourism is one of the largest economic sectors and has the fastest growth rate in the world. Indonesia has a program of 10 new Bali destinations, one of them is Kepulauan Seribu. The local government of Special Capital Region of Jakarta (DKI Jakarta) has a target of 7.6% increase of 2020 Gross Domestic Regional Product (GDRP) of the Kepulauan Seribu by tourism sector. Tourism in Kepulauan Seribu relies on natural activities which can result in ecosystem damage if the number of tourist visits is high. Therefore, it is necessary to design tour packages that can reduce the number of tourist arrivals but can achieve the specified targets. In this research a tour package consist of choices of starting points, transportations, hotels, and attractions available. The selection of tour packages based on the preference value of tourists and the availability of the services on site. The purpose of this research is to design an optimal tour package to achieve a specified target."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramli
"Kepulauan seribu memiliki potensi wisata bahari yang harus dibangun dan dikembangkan agar dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu perlu kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat pulau seribu. Permasalahan penelitian adalah bagaimana upaya pemerintah daerah dan masyarakat pulau seribu mewujudkan kabupaten kepulauan seribu menjadi destinasi wisata unggulan. Tujuan penelitian yaitu; (1) Untuk mengetahui upaya masyarakat pulau seribu mendukung program pembangunan wisata bahari. (2) Untuk mengetahui upaya pemerintah daerah kabupaten administrasi kepulauan seribu menyiapkan pulau Pramuka, Tidung dan Untung Jawa menjadi daerah tujuan wisata unggulan. (3) Untuk mengetahui sumbangan sektor wisata bahari kepulauan seribu terhadap pendapatan asli daerah provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif analitik dan jenis penelitian studi kasus. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, majalah, BPS dan internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya masyarakat pulau seribu mendukung pembangunan wisata bahari dimulai dari Tahap Perencanaan, masyarakat menyampaikan aspirasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan. Tahap Pelaksanaan, masyarakat ikut menjaga dan mengawasi fasilitas wisata yang ada, menyediakan kebutuhan yang diperlukan wisatawan berupa jasa pemandu wisata, transportasi, penginapan, restourant/rumah makan serta menggali tradisi, kesenian dan budaya lokal menjadi atraksi wisata budaya dan kuliner. Tahap Pengawasan, masyarakat ikut mengawasi wisatawan tidak membuang sampah sembarangan dan merusak terumbu karang di area diving dan snorkeling. Selanjutnya upaya pemerintah daerah membangun wisata bahari menurut skala prioritas dimulai pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung pariwisata diantaranya ; transportasi, listrik, air bersih, penanganan sampah dan kebersihan lingkungan, jaringan komunikasi dan internet. Selain itu program pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan latihan ketrampilan sebagai pelaku usaha jasa wisata. Kemudian kontribusi sektor wisata bahari kepulauan seribu terhadap pendapatan asli daerah provinsi DKI Jakarta meningkat setiap tahun, sejak tahun 2013 sebesar Rp. 3.013.677.264. Tahun 2014 sebesar Rp.3.455.335.952. dan tahun 2015 sebesar Rp.3.788.075.809. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan wisata bahari di kabupaten administrasi kepulauan seribu memberikan sumbangan yang berarti dalam meningkatkan perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dapat menciptakan kondisi terwujudnya ketahanan wilayah dan akan mendorong meningkatkan ketahanan nasional

A Thousand Islands has potential for marine tourism to be built and developed in order to increase the income of local economy and improve the people's welfare, therefore it needs the cooperation between local governments and communities the Thousand Island. The research problem is how the efforts of local governments and communities to realize the Thousand Islands regency become leading tourist destinations. The aim of research is; (1) To determine the thousand island community effort to support the development program of nautical tourism. (2) To know the efforts of local authorities of the Thousand Islands to prepare district administration Pramuka, Tidung and Untung Jawa Island into an excellent tourist destination. (3) To know the contribution of the Thousand Islands' marine tourism sector on revenue of DKI Jakarta province. This study is a qualitative study using descriptive analytic approach and case study research. Primary data collection is done by observation and interviews while secondary data obtained from books, magazines, BPS, and internet. Research result shows that a community effort to support the construction of the Thousand Islands marine tours starting from planning stage; people express their aspirations in development planning (musrenbang). Implementation phase; people also maintain and oversee the existing tourism facilities, providing travelers the necessary needs in the form of tour guide services, transportation, lodging, restaurant/diner and explore the traditions, arts and local culture into a cultural and culinary attractions. Supervision phase, people participate in supervising the tourists not to litter and damage the coral reefs in the area of diving and snorkeling. Furthermore, the local government effort to build maritime tourism is according to the priorities which started with the development of infrastructure and tourism support facilities, including; transportation, electricity, clean water, waste management and environmental hygiene, communication networks and internet. In addition, local community empowerment through education and skills training as travel services businesses. Then the Thousand Islands' marine tourism sector contributes on revenue of Jakarta province, there is an increasing each year. Since the year 2013 which amounted Rp. 3013677264. In 2014 amounted Rp.3.455.335.952 and 2015 amounted Rp.3.788.075.809.
The results shows that the development of nautical tourism in the thousand islands district administration made a significant contribution on improving the local economy and the welfare of the community to create the conditions of realized resiliency and will push to enhance national defense.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Siswati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S4714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhya Santika
"Krisis sosial, ekonomi, dan politik sejak pertengahan Juli 1997 mengakibatkan terpuruknya industri rokok Indonesia. Situasi ini justru dimanfaatkan para produsen rokok besar untuk menancapkan dominansi mereknya. Salah satu caranya dengan melakukan kampanye periklanan masif di berbagai media untuk menciptakan brand image yang positif di benak target konsumen, untuk mendorong keinginan membeli Salah satu strategi pembentukan image positif adalah seperti yang dilakukan oleh PT. HM Sampoerna Tbk melalui kampanye iklan bersama (Umbrellla Campaign) merek A Mild dan A International dalam 9 seri iklan Sampoerna Versi Bukan Basa Basi (BBB) di media luar ruang. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat preferensi merek dan keinginan untuk membeli dengan cara mengasosiasikannya pada salah satu merek yang sudah dikenal luas. Hal ini didasari oleh pemikiran John Philip Jones bahwa nilai tambah (added values) suatu merek terletak pada namanya, dan nilai tambah tersebut dapat dialihkan atau ditransfer pada produk lain dengan menggunakan nama merek yang lebih kuat sebagai milik bersama (common property). Umbrella campaign Sampoerna Versi Bukan Basa Basi mengabungkan merek A Mild dan A International yang berbeda positioning dan brand image. A Mild diposisikan sebagai merek rendah tar dan nikotin dengan muda dan blak-blakan. Sementara A International diposisikan sebagai satu-satunya rokok kretek yang berpenampilan mewah seperti rokok putih impor, dengan image eksklusif dan elegan. Keduanya digabungkan dalam satu kreatif payung iklan yang menyampaikan pesan tentang sikap hidup bukan basa basi, sebagai refleksi karakter "A"family. Studi ini ingin melihat sikap khalayak sasaran A Mild dan A International terhadap atribut-atribut iklan dan merek yang diiklankan tersebut melalui tahapan DAGMAR yaitu awareness, comprehension, image, attitude, dan desired behavior, akan diperoleh gambaran evaluatif sejauh mana iklan tersebut dapat membentuk citra positif A Mild dan A International di benak khalayak. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggunakan teknik semantik diferensial sebagai alat pengukur sikap. Meliputi pengukuran sikap responclen pada image slogan, gambar, copy dan warna sebagai atribut melalui 3 ajektif, dan image merek A Mild dan A International melalui 6 ajektif. Ajektif-ajektif tersebut berupa pernyataan bipolar (dua kutub) dengan skala 1-6, yang dapat menggambarkan apakah responden memiliki kecenderungan sikap positif atau negatif terhadap ajektif yang bersangkutan. Sampel yang dipilih mewakili khalayak sasaran A Mild dan A International dengan karakteristik laki-laki, pendidikan terakhir SMU, dan dari kelas sosial A,B,C,D,E. yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian terhadap 100 responden yang dijadikan sampel dalam studi ini memperlihatkan bahwa iklan umbrella campaign Sampoerna versi Bukan Basa Basi cukup berhasil menciptakan citra positif merek A Mild terhadap khalayaknya, namun kurang berhasil membangun citra positif pada merek A International. Pada tahap awareness dalam model DAGMAR, slogan Bukan Basa Basi adalah atribut iklan yang paling diingat responden. Merek A Mild adalah merek yang paling disadari responden sabagai merek yang diiklankan oleh umbrella campaign ketimbang A International. Pada tahap comprehension, pesan iklan yang ingin menyampaikan gaya hidup dan sikap diri bukan basa basi ternyata kurang dapat dipahami oleh responden. Sedangkan hanya 32% responden yang paham pada karakter A Mild, dan hanya 16% responden yang paham karakter A International. Khusus pada tahap image, penulis membagi responden dalam 5 kategori berdasarkan jenis rokoknya. Yaitu perokok rokok kretek non A Mild dan A International, perokok rokok putih non A Mild dan A International, perokok A Mild, perokok A Iniernational, dan kelompok non perokok. Kelima kategori kelompok responden itu ratarata menjawab warna iklan sebagai atribut yang paling merepresentasikan merek A Mild dan A International. Selain itu, iklan ini berhasil membentuk image positif merek A Mild karena rata-rata jawaban lima kategori responden tersebut cenderung positif (4,225) atau berada di atas nilai tengah pada skala semantik diferensial. Bertolak belakang dengan yang terjadi bagi pembentukan image positif A International. Umbrella campaign ini terbukti kurang dapat membangun image positif A International, karena rata-rata jawaban dari 5 kategori responden cenderung negatif (3,36) atau berada di bawah nilai netral. Pada tahap attitude, dapat diketahui bahwa responden suka dengan keseluruhan iklan ini, dan memiliki preferensi lebih kuat terhadap merek A Mild daripada A Internatioanal. Pada tahap action atau desired behavior, jumlah responden yang tertarik membeli A Mild lebih banyak daripada mereka yang tertarik membeli A International. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa citra positif merek A Mild di benak responden lebih berhasil terbentuk daripada citra positif A International. Sehingga dapat dikatakan bahwa iklan Sampoerna versi Bukan Basa Basi yang menggunakan strategi umbrella campaign untuk memperkuat kedua citra merek yang diiklankan dalam eksekusinya kurang berhasil. Saran peneliti terhadap pemakaian strategi umbrella campaign yaitu agar lebih memperhatikan pemilihan atribut-atribut iklan yang benar-benar dapat merepresentasikan image dan karakter masing-masing produk yang diiklankan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S4189
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhya Santika
"Krisis sosial, ekonomi, dan politik sejak pertengahan Juli 1997 mengakibatkan terpuruknya industri rokok Indonesia. Situasi ini justru dimanfaatkan para produsen rokok besar untuk menancapkan dominansi mereknya. Salah satu caranya dengan melakukan kampanye periklanan masif di berbagai media untuk menciptakan brand image yang positif di benak target konsumen, untuk mendorong keinginan membeli Salah satu strategi pembentukan image positif adalah seperti yang dilakukan oleh PT. HM Sampoerna Tbk melalui kampanye iklan bersama (Umbrellla Campaign) merek A Mild dan A International dalam 9 seri iklan Sampoerna Versi Bukan Basa Basi (BBB) di media luar ruang. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat preferensi merek dan keinginan untuk membeli dengan cara mengasosiasikannya pada salah satu merek yang sudah dikenal luas. Hal ini didasari oleh pemikiran John Philip Jones bahwa nilai tambah (added values) suatu merek terletak pada namanya, dan nilai tambah tersebut dapat dialihkan atau ditransfer pada produk lain dengan menggunakan nama merek yang lebih kuat sebagai milik bersama (common property). Umbrella campaign Sampoerna Versi Bukan Basa Basi mengabungkan merek A Mild dan A International yang berbeda positioning dan brand image. A Mild diposisikan sebagai merek rendah tar dan nikotin dengan muda dan blak-blakan. Sementara A International diposisikan sebagai satu-satunya rokok kretek yang berpenampilan mewah seperti rokok putih impor, dengan image eksklusif dan elegan. Keduanya digabungkan dalam satu kreatif payung iklan yang menyampaikan pesan tentang sikap hidup bukan basa basi, sebagai refleksi karakter "A"family. Studi ini ingin melihat sikap khalayak sasaran A Mild dan A International terhadap atribut-atribut iklan dan merek yang diiklankan tersebut melalui tahapan DAGMAR yaitu awareness, comprehension, image, attitude, dan desired behavior, akan diperoleh gambaran evaluatif sejauh mana iklan tersebut dapat membentuk citra positif A Mild dan A International di benak khalayak. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggunakan teknik semantik diferensial sebagai alat pengukur sikap. Meliputi pengukuran sikap responclen pada image slogan, gambar, copy dan warna sebagai atribut melalui 3 ajektif, dan image merek A Mild dan A International melalui 6 ajektif. Ajektif-ajektif tersebut berupa pernyataan bipolar (dua kutub) dengan skala 1-6, yang dapat menggambarkan apakah responden memiliki kecenderungan sikap positif atau negatif terhadap ajektif yang bersangkutan. Sampel yang dipilih mewakili khalayak sasaran A Mild dan A International dengan karakteristik laki-laki, pendidikan terakhir SMU, dan dari kelas sosial A,B,C,D,E. yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian terhadap 100 responden yang dijadikan sampel dalam studi ini memperlihatkan bahwa iklan umbrella campaign Sampoerna versi Bukan Basa Basi cukup berhasil menciptakan citra positif merek A Mild terhadap khalayaknya, namun kurang berhasil membangun citra positif pada merek A International. Pada tahap awareness dalam model DAGMAR, slogan Bukan Basa Basi adalah atribut iklan yang paling diingat responden. Merek A Mild adalah merek yang paling disadari responden sabagai merek yang diiklankan oleh umbrella campaign ketimbang A International. Pada tahap comprehension, pesan iklan yang ingin menyampaikan gaya hidup dan sikap diri bukan basa basi ternyata kurang dapat dipahami oleh responden. Sedangkan hanya 32% responden yang paham pada karakter A Mild, dan hanya 16% responden yang paham karakter A International. Khusus pada tahap image, penulis membagi responden dalam 5 kategori berdasarkan jenis rokoknya. Yaitu perokok rokok kretek non A Mild dan A International, perokok rokok putih non A Mild dan A International, perokok A Mild, perokok A Iniernational, dan kelompok non perokok. Kelima kategori kelompok responden itu ratarata menjawab warna iklan sebagai atribut yang paling merepresentasikan merek A Mild dan A International. Selain itu, iklan ini berhasil membentuk image positif merek A Mild karena rata-rata jawaban lima kategori responden tersebut cenderung positif (4,225) atau berada di atas nilai tengah pada skala semantik diferensial. Bertolak belakang dengan yang terjadi bagi pembentukan image positif A International. Umbrella campaign ini terbukti kurang dapat membangun image positif A International, karena rata-rata jawaban dari 5 kategori responden cenderung negatif (3,36) atau berada di bawah nilai netral. Pada tahap attitude, dapat diketahui bahwa responden suka dengan keseluruhan iklan ini, dan memiliki preferensi lebih kuat terhadap merek A Mild daripada A Internatioanal. Pada tahap action atau desired behavior, jumlah responden yang tertarik membeli A Mild lebih banyak daripada mereka yang tertarik membeli A International. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa citra positif merek A Mild di benak responden lebih berhasil terbentuk daripada citra positif A International. Sehingga dapat dikatakan bahwa iklan Sampoerna versi Bukan Basa Basi yang menggunakan strategi umbrella campaign untuk memperkuat kedua citra merek yang diiklankan dalam eksekusinya kurang berhasil. Saran peneliti terhadap pemakaian strategi umbrella campaign yaitu agar lebih memperhatikan pemilihan atribut-atribut iklan yang benar-benar dapat merepresentasikan image dan karakter masing-masing produk yang diiklankan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S4224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>