Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Triyanti Widarini
"ABSTRAK
Skripsi ini mempertanyakan permasalahan mengenai sejauhmana keberhasilan Pondok Remaja Inabah Pesantren Suryalaya dalam melaksanakan pembinaan terhadap remaja korban penyalahgunaan obat. Dan sejauhmana peranan dari faktor internal serta eksternal dalam mempengaruhi pelaksanaan pembinaan tersebut. Skripsi ini hendak menggambarkan mengenai pola pembinaan khusus terhadap remaja korban penyalahgunaan obat di Pondok Remaja Inabah Pesantren Suryalaya. Gambaran tersebut diperoleh secara empiris dengan melakukan studi kasus pada Pondok Remaja Inabah Cibereum. Studi tersebut dilakukan dengan metode kwalitatif yang menggunakan tehnik wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh suatu kesimpulan bahwa secara umum Pondok Remaja Inabah Cibeureum Pesantren Suryalaya dapat dikatakan cukup berhasil dalam melaksanakan pembinaan. Namun masih terdapat beberapa kegagalan maupun hambatan bus melihat beberapa faktor yang berpengaruh, baik faktor kyai, pembina, keluarga dari anak binaan maupun faktor masyarakat lingkungan sekitar. pesantren Suryalaya. Hambatan-hambatan tersebut adalah Kurangnya waktu kyai sesepuh pesantren dalam memberikan perhatian ( bertatap muka) kepada seluruh anak. Masih terlihatnya sikap-sikap pembina yang keras, kaku dan tertutup sehingga membentuk pola hubungan yang kurang akrab. Kurangnya jalinan kerja sama yang erat antara pihak Pondok Remaja Inabah Pesantren Suryalaya dengan pihak keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar pesantren. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas maka perlu diambil lengkah-langkah sebagai berikut. Perlunya penyediaan waktu yang lebih banyak lagi dari kyai dalam memberikan perhatian, kesempatan bertatap muka dan berkomunikasi kepada seluruh anak binaan. Hendaknya perlu meningkatkan kemampuan, pengetahuan & ketrampilan para pembina dalam hubungannya dengan tugas dan pekerjaannya sehari-hani. Serta perlunya memperhatikan. perbandingan jumlah ideal antara pembina dan anak yang dibina. Ini dimaksudkan agar terbentuk sikap-sikap pembina yang lebih baik dalam hubungannya dengan anak binaan. Dalam pelaksanaan pembinaan hendaknya diupayakan perhatian akan perlunya kerja sama yang erat antara pihak pesantren dengan pihak keluarga dan pihak masyarakat linkungan sekitar pesantren Suryalaya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Yanuarfi
"Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1.efektifitas metode dzikir dalam pendidikan akhlak adalah metode Tazkiyat an-nafs sebagai dzikir untuk menyucikan tau membersihkan hati dalam pendidikan akhlak yang diterapkan secara langsung dalam proses psikoterapi atau pembinaan.2. Anak bina mendapatkan pengaruh dzikir terhadap dirinya, mereka menjadi taat beribadah wajib dan sunnah, dan berubah sopan santun"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25574
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Puspa Riani
"Penelitian ini menganalisis secara kriminologis peran sosial pesantren. Objek studi penelitian adalah Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya dikarenakan sangat fokus terhadap proses pembinaan khusus penyintas narkotika dan pelaku pelanggaran sosial. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran sosial pesantren dalam upaya perbaikan perilaku. Analisis kriminologis menunjukan bahwa pembinaan dilakukan dengan Model 3R, Teori Pelabelan dan Containment Theory. Model 3R meliputi (1) tahap rehabilitasi secara karantina, (2) tahap reentry berupa transisi alamiah pasca karantina, dan (3) tahap reintegrasi dengan pembinaan di Fasilitas Bina Lanjut. Teori pelabelan berkorelasi dengan substansi nilai saat menjalani proses perbaikan perilaku. Anak bina dengan label pelanggar, didorong untuk melepaskan label tersebut (delabel) menuju label baru (relabel) dengan taubat, agar “terlahir kembali” (rebirth) dengan citra diri yang lebih positif dan termanifestasi dalam perilaku prososial. Containment Theory berkorelasi dengan penguatan faktor-faktor penahan diri seperti keinginan memperoleh masa depan lebih baik dan relasi yang baik dengan keluarga untuk mencegah anak bina melakukan perbuatan pelanggaran. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui observasi partisipan, wawancara mendalam dan studi literatur. Manfaat penelitian ini secara akademis mengembangkan khazanah studi mengenai analisis kriminologis pesantren dengan Model 3R, Teori Pelabelan dan Containment Theory. Manfaat secara praktis memberikan pandangan alternatif kepada pemangku kepentingan dalam menjalankan fungsi perbaikan perilaku.
pesantren from the perspective of Criminology. The object of this research is Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya because its concern on the narcotics survivors and social offenders. This study aims to examine the extent social role of pesantren regarding behavior improvement. Analyzes from the perspective of Criminology shows that the program was carried out using The Triple R Model, Labeling Theory and Containment Theory. The Triple R Model implemented through, (1) the rehabilitation stage by quarantine program, (2) the reentry stage by natural transition after quarantine, and (3) the reintegration stage by undergoing the Advanced Development Program. Labeling theory correlates with the value that internalized in behavioural improvement process. The student that labeled as offender encouraged to detach that label (delabel) into a new label (relabel) with repentance so they are "reborn" with a more positive self-image and manifested in prosocial behavior. Containment theory correlates heavily with strengthening self-control factor such as willingness to achieve better future and good relation with family which prevent student from committing offended behavior. This research uses the qualitative approach through participant observation, in-depth interviews and literature study. This research academically provides a wealth of knowledge in development analysis of pesantren with Triple R Model, Labeling Theory and Containment Theory. While in the practice, this research will provide an alternative view for the stakeholder in carrying out the behavior improvement program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taufik Yuda
"Masalah penyalahgunaan NAZA bukan merupakan masalah yang berdiri sendiri, atau hanya dirasakan oleh korban penyalahgunaan NAZA itu sendiri dan keluarganya, melainkan dapat merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Masalah penyalahgunaan NAZA menjadi semakin meresahkan, mengingat sebagian besar korban penyalahguna zat tersebut adalah remaja, yang notabene merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa.
Banyak faktor yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam (internal) dan luar diri (ekstemal) remaja. Permasalahan yang kemudian muncul adalah faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA? Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan faktor-faktor internal dan ekstemal yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA.
Untuk memperoleh data primer dan sekaligus untuk mengetahui faktor-faktor internal dan ekstemal yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZI, penulis telah melakukan penelitian yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif diiakukan melalui suatu wawancara mendalam, baik dengan informan utama (lima orang remaja korban penyalahgunaan NAZA yang sedang di rawat di Pondok lnabah I) maupun dengan informan penunjang (orang tua, teman sepengobatan dan pembimbing informan utama). Ada pun pendekatan kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati. Pendekatan tersebut digunakan, karena penelitian ini menekankan kepada manfaat yang berlandaskan pada informasi yang dikumpulkan, yakni dengan Cara mendalami fenomena yang diteliti. Sementara data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan.
Dari beberapa teori, pendapat dan hasil penelitian, ditemukan, bahwa ada beberapa faktor yang dapat melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA. Namun, dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut dibatasi hanya pada faktor-faktor yang berasal dari dalam diri (internal), dalam hal ini adalah faktor kepribadian, dan faktor yang berasal dari luar (ektemal), yaitu faktor keluarga, sekolah, kelompok sebaya, subkultur dan faktor lingkungan sosial.
Hasil temuan penulis memperlihatkan, bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZA adalah kepribadian, keluarga, sekolah, kelompok sebaya dan subkultur. Faktor kepribadian yang melatarbelakangi remaja untuk menjadi penyalahguna NAZ14 ditandai dengan sering mengalami kesulitan dalam mengatasi perasaan cemas, tegang dan perasaan frustrasi; sifat mudah kecewa; sifat tidak sabar atau tidak dapat menunggu; sifat suka mengambil resiko secara berlebihan; sifat mudah bosan atau jenuh; sifat impulsif; sifat kurang percaya diri; dan sifat ingin diakui sebagai orang dewasa. Sedangkan faktor yang berasal dari kondisi keluarga yang dirasakan oleh remaja adalah kesibukan orang tua (kurang adanya komunikasi antara anak-orang tua), sikap orang tua yang terlalu melindungi dan terlalu menyayangi anak secara berlebihan dan adanya pola asuhan yang bersifat permisif. Faktor lainnya adalah faktor sekolah, dalam hal ini adanya prasarana dan sarana sekolah yang menunjang anak untuk terlibat dalam penyalahgunaan NAZA; faktor kelompok sebaya, dalam hal ini rasa setia kawan dan mencontoh (ikut mode); dan faktor subkultur, dalam hal ini pergaulanl keterlibatan remaja dalam kelompok penyalahguna NAZA.
Penelitian ini menjadi menarik, karena dalam penelitian ini tidak ditemukan informan yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis, yaitu yang ditandai dengan ketidaklengkapan orang tua, suasana rumah yang selalu diwamai dengan adanya penemgkaran yang terus menerus, serta sikap orang tua yang kurang memberikan kasih sayang kepada anaknya. Sementara pandangan umum menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAZAsering berkaitan dengan ciri-ciri keluarga seperti itu. Demikian pula faktor yang berasal dari lingkungan sosial, dalam hal ini kondisi lingkungan sosial yang miskin/kumuh, disorganisasi, struktur sosial yang tidak baik, dan lingkungan sosial yang selalu tegang, tidak ditemukan dalam penelitian ini. Padahal pandangan umum menyebutkan, kebiasaan menggunakan NAZA sering terjadi di lingkungan seperti di atas.
Kendati demikian fenomena NAZA dan penyalahgunaannya di kalangan remaja bukan lab masalah yang sederhana. Oleh karena itu perlu diupakan upaya penanganan yang terpadu dan bekesinambungan. Pada level konseptual, untuk mencari kesamaan definisi, disiplin lima seperti pekerja sosial, psikolog, psikolog sosial, sosiolog dan antropolog kota patut dipertimbangkan. Sedangkan pada level preventif, peran profesi yang berkecimpung dalam penegakkan supremasi hukum dan educator, sangat penting. Sementara untuk upaya kuratif dan rehabilitatif, psikolog sosial maupun klinis, psikiater, dan rohaniawan perlu mendapat tempat, tanpa mengecilkan sumbangsih seluruh lapisan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Rusdi Bin Yaacob
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Zainal Hafid
"ABSTRAK
Faktor keluarga merupakan salah satu faktor yang signifikan bagi proses terjadinya keadiksian terhadap obat. Baik buruknya iklim kehidupan keluarga ternyata memberikan kontribusi bagi terjadinya penyalahgunaan obat. Sebagai efek dari penyalahgunaan obat, para klien adiksi ini mengalami ketergangguan dalam susunan syaraf pusatnya yang pada gilirannya mereka menampilkan perilaku yang khas/menyimpang jika dibandingkan dengan orang lain yang normal.
Teori dari Ausuble (1958) menyatakan bahwa suasana keluarga yang dapat menghambat perkembangan anak secara normal adalah akibat model perlakuan orang tua yang memberikan perlindungan secara berlebihan. Teori ini didukung oleo :Johnson and Medinnus (1968) yang menggambarkan adanya dua titik ekstrim model perlakuan orang tua, yakni yang berifat menguasai dan yang bersifat menolak. Atas dasar hal itu maka penulis tertarik untuk meneliti tentang: "Bagaimana iklim kehidupan keluarga dan keadiksian yang dialami anak?"
Penelitian ini merupakan penelitian deskrtiptif analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran analisis tentang iklim kehidupan keluarga yang dirasakan klien adiksi serta bagaimana perilaku yang muncul setelah anak/klien mengalami ketergantungan terhadap obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim kehidupan keluarga yang memberikan kecenderungan kepada anak untuk menyalahgunakan obat, tercipta dari adanya tiga pola perlakuan yang ekstrim dari orang tua, yakni yang bersifat mendominasi, bersifat menolak dan yang bersifat permisif. Para klien adiksi ini cenderung berpikir eksternal negatif. Selain itu terdapat juga kecenderungan bahwa semakin berat klien adiksi, mereka semakin depresi.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga pola perlakuan orang tua tersebut pada gilirannya memberi kecenderungan kepada anak untuk menyalahgunakan obat.
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis mengajukan beberapa saran, yaitu kepada: (1) Para pekerja sosial agar lebih memahami iklim kehidupan keluarga klien adiksi beserta perilaku-periiakunya yang muncul, (2) Lembaga pelayanan kcsejahteraan sosial perlu meningkatkan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan program-program pelayanan, (3) Lembaga pendidikan pekerjaan sosial agar lebih memikirkan tentang bagaimana menghasilkan pekerja sosial yang andal dan profesional, dan (4) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti masalah keadiksian dalam lingkup yang lebih besar, baik lokasi maupun sampelnya."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djumali Alam
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ari Sondari
"Pemakaian kembali NAPZA bergantung pada tingkat pemakaian, jenis NAPZA dan faktor-faktor lain yang mendukung. Salah satu faktor pencegah adalah pelaksanaan spiritual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pelaksanaan spiritual dengan pemakaian kembali NAPZA. Penelitian melibatkan 20 responden di salah satu pondok pesantren terapi NAPZA berdasarkan tekhnik populasi sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 45% responden yang memakai kembali NAPZA pelaksanaan spiritualnya baik dan 50% lagi pelaksanaan spiritualnya buruk, sedangkan 5% responden yang tidak memakai kembali mempunyai pelaksanaan spiritual baik. Tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan spiritual dengan pemakaian kembali NAPZA dengan nilai p=1,0 dan α=0,05.

Revert to usage of drug abuse and other addiction substances is depend on levels of the usage, kinds of addiction substances, and other support factors. One of the prevention factors is spiritual implementation. Descriptive correlative design was used in this study.
The objective of this study was to know correlation between spiritual implementation with revert to usage of drug abuse and other addiction substances. This study involved 20 respondent in one of the drug abuse therapy.
The result shows that 45% respondent revert to usage has a good spiritual implementation and 50% others has a bad spiritual implementation, whereas 5% respondent whose didn’t usage has a good spiritual implementation. There is no correlation between spiritual implementation with revert to usage drug abuse and other addiction substances with p value=1,0 and α=0,05.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5827
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>