Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1980
S6158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarwidati Handoyo
"Gejala penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya (NAZA) beberapa tahun belakangan ini kembali merebak di Indonesia, terutama di kota Jakarta. Setelah pada awal 1994 lalu heboh pemakaian ekstasi yang marak dilakukan oleh banyak kelompok dalam masyarakat diangkat dalam berbagai berita di media massa, dua tahun belakangan ini terhitung mulai akhir tahun 1997 media massa mengungkap kasus pemakaian putauw di kalangan remaja. Padahal munculnya masalah pemakaian putauw di kalangan remaja hampir bersamaan dengan keberadaan ekstasi. Baru dalam dua tahun terakhir kegemparan masalah pemakaian putauw terjadi di masyarakat. Efek pemakaian putauw yang sangat berbahaya bagi para pemakainya, sebagian besar berasal dari kalangan remaja baru muncul, dan dirasakan sangat merugikan banyak kalangan (terutama bagi orang tua). Pemahaman atas pemakaian NAZA yang awalnya hanya untuk mencari kesenangan, akhirnya terjerumus menjadi pecandu. Hal tersebut kemudian menjadi masalah sosial yang serius karena para pecandu memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi pelaku perilaku menyimpang dan tindakan yang melanggar hukum. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini, adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang memiliki peran utama atas keterlibatan remaja terhadap penggunaan putauw. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat dan memahami bagaimana proses belajar yang dialami oleh para remaja sehingga mereka menjadi pecandu putauw. Dari hasil penelitian didapati suatu kenyataan bahwa faktor lingkungan pergaulan dari sekolah/kampus, memegang peran utama atas terjerumusnya remaja menjadi pecandu putauw, Sedangkan peran keluarga dan penerapan pendidikan agama tidak terlalu banyak mempengaruhi. Kenyataan lain yang berhasil ditemukan dalam penelitian ini adalah, bahwa para remaja mengalami suatu proses belajar sebelum akhirnya ia menjadi seorang pecandu putauw. Proses belajar tersebut dimulai dengan keterlibatan mereka dengan jenis NAZA lainnya seperti ganja atau ekstasi. Pemahaman "yang salah terhadap efek dari setiap jenis NAZA, akhirnya menyebabkan mereka menggunakan putauw dan terjerumus menjadi pecandu putauw."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Ariyanny
1987
S6151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cantik Novriza
"Berdasarkan data dari Indonesian Corruption Watch (ICW) diketahui bahwa desa merupakan sektor terbesar bidang terjadinya korupsi. Hal ini diperparah dengan adanya peningkatan yang signfikan tentang kasus korupsi pada sektor desa dari tahun ke tahun. Akibat dari maraknya fenomena korupsi pada sektor desa membuat negara mengalami kerugian dengan nilai yang fantastis. Korupsi pada sektor desa ini juga sangat bertentangan dengan tujuan awal disahkannya UU No. 6 Tahun 2014 yakni meningkatkan pembangunan melalui pemerdayaan masyarakat desa. Maka dari itu, Tugas Karya Akhir ini membahas mengenai pola asus korupsi sektor desa dengan menggunakan pola-pola kejahatan kerah putih yang ada di dalam penelitian Mustofa pada tahun 2010. Dengan mengumpulkan data secara acak dari artikel berita yang ada di internet, ditemukan 30 kasus mengenai korupsi pada sektor desa dari 2016 hingga 2022. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pola korupsi pada sektor desa dalam perspektif kriminologis. Selain itu, juga ditemukan bahwa terdapat motif ekonomi, kesempatan organisasi dan kemauan pribadi yang mendorong para pelaku untuk melakukan tindak pidana korupsi. Hasil tugas karya akhir ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pola korupsi pada sektor desa yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam pencegahan korupsi.

Based on data from the Indonesian Corruption Watch (ICW), it is known that villages are the largest sector where corruption occurs. To make it worst, there is a significant increase in corruption cases in the village sector every year. As a result of the rapid growth of corruption in the village sector, Indonesia has suffered fantastic losses. Corruption in the village sector also contradicts the main purpose of the legalization of Law Number 6 of 2014 about Villages, which is to promote national development by empowering village communities. Therefore, this final paper will discuss the patterns of corruption in the village sector using patterns of white-collar crime by Mustofa in 2010. By collecting random data from news article on the internet, 30 cases of corruption in the village sector were found between 2016 and 2022. The results of this research show that there is a pattern of corruption in the village sector from a criminological perspective. Apart from that, it was also found that there were economic motives, organizational opportunities and personal willingness that encouraged the perpetrators to commit corruption. Hopefully, this final work can provide an overview of corruption patterns in the village sector which can be used as a reference to prevent corruption later."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
S6248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ossie Alvionita
"Praktik kekerasan simbolik di Sekolah Tinggi Kelautan terpelihara dengan begitu baik hingga melahirkan habitus kekerasan. Dampaknya, kekerasan menjadi perilaku yang dianggap wajar dan penting dalam kehidupan keseharian baik di dalam maupun di luar kampus. Kekerasan simbolik dalam relasi antara senior dan junior di Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan menyebabkan timbulnya penderitaan psikis dan fisik yang tidak jarang berujung pada kematian. Untuk mengurai permasalahan ini, digunakan teori patronase dari yang berisi hubungan antara pihak patron (senior) dan pihak klien (junior). Dalam memahami adanya dominasi kelas serta kekerasan simbolik di Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, maka digunakanlah teori kekerasan simbolik dan habitus dari Pierre Bourdieu yang mengatakan bahwa Kekerasan simbolik menyembunyikan kekerasannya sehingga tidak dikenali dan tidak dirasakan kekerasannya oleh pihak yang menjadi sasaran kekerasan. Sedangkan habitus merupakan gaya hidup, nilai-nilai, watak, dan harapan kelompok sosial tertentu. Kekerasan simbolik di STIK merupakan cara untuk menjaga sebuah habitus kekerasan dan praktik kekerasan simbolik didalam institusi ini. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus terhadap dua taruna Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, dengan informan satu orang taruna senior yang berada di tingkat 4, dan satu orang lainnya adalah taruna junior tingkat 1 yang baru menyelesaikan masa orientasi kampus. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana relasi antara senior dan junior dan pengalaman-pengalaman mereka selama menjalani kehidupan di dalam kampus. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa relasi patronase yang menempatkan senior sebagai patron dan junior sebagai klien, telah menciptakan suatu habitus yang memelihara praktik kekerasan simbolik yang dampaknya tidak berhenti hanya di dalam institusi, maupun sudah sampai pada lapangan kerja.

Symbolic violence practices have been preserved well enough to create the habitus of violence. This results in the naturalisation of violence, in which violence is considered necessary in the daily life inside or outside campuses. Symbolic violence, within the context of relations between freshmen, sophomores and seniors in Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, results on physical as well as psychological distress. In some cases, it even leads to death. In order to analyze this problem, this study utilizes Patronage Theory which explain relations between patron (dominating class) and client (dominated class). In order to understand the presence of dominating class and also the symbolic violence in Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan, this study utilizes Symbolic Violence Theory by Pierre Bourdieu which states that symbolic violence is always hidden beneath the actual conducts of relations, hence the violence itself is not recognized by the dominated class. This study also utilizes theory on habitus, encompassing the explanation of how symbolic violence can be preserved and becomes habitus in sekolah kedinasan. This study employs case study method of two taruna (students) in Sekolah Tinggi Ilmu kelautan, with one fourth-year senior as informant and one first-year student who just completed his orientation programs. Through this study, the nature of relations between seniors and juniors and also the experiences they get during study are revealed. This study concludes that patronage relations which place senior as patron or dominating class, and junior as client or dominated class, creates an habitus which preserves practices of symbolic violence transmitted through generations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walukow, Devy Stany
"Fenomena bakupiara adalah suatu bentuk keluarga tidak sah yang telah diterapkan oleh sebagian masyarakat tidak mampu pada komunitas orang Tontemboan. Oleh kelompok komunitas masyarakat lain, bentuk bakupiara di lihat sebagai realitas dari kehidupan suatu masyarakat yang sangat bebas. Bahkan ada penulis seperti J. Prins melihat bakupiara sebagai bentuk perkawinan adat. Sebaliknya bagi komunitas orang Tontemboan menganggap bakupiara sebagai suatu yang tidak bermoral, tidak bersusila dan tidak mengikuti norma.
Bentuk orang Tontemboan yang tidak mengenal sistem kerajaan merupakan dasar dari kebebasan dan demokrasi berinteraksi. Akan tetapi komunitas orang Tontemboan mempunyai nilai adat-istiadat sebagai norma yang harus dipatuhi. Wujud dan norma berdasarkan tradisi bagi suatu perkawinan adalah adat-istiadat perkawinan. Sesuai adat; perkawinan sah apabila suami-isteri telah mengikuti perkawinan adat yang disahkan oleh Walian dan Tonaas. Dewasa ini kedudukan Walian diganti oleh Guru Jemaat atau Pendeta, dan kedudukan Tonaas diganti oleh Hukum tua sebagai Kepala desa.
Bakupiara tidak mengikuti proses perkawinan adat. Dengan demikian bentuk bakupiara merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang. Bakupiara terjadi karena suatu struktur dalam masyarakat itu sendiri seperti pendapat Robert K. Merton. Jadi peran masyarakat terhadap munculnya bakupiara sangat besar.
Sebagai bentuk menyimpang; bakupiara perlu mendapat reaksi masyarakat. Sanksi menjadi sarana yang dapat digunakan untuk mencegah pelaku bakupiara bertindak lebih jauh keluar dari hukum negara dan norma masyarakat. Akan tetapi pemberian sanksi harus disesuaikan dengan bentuk kesalahan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pemikiran dari Robert K. Merton dan Rossi. Sejauh jenis prilaku menyimpang belum meresahkan masyarakat umum, sanksi yang diberikan harus bersifat ringan yaitu bentuk peringatan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T9948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>