Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209695 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S7188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Masalah epidemi HIV/AIDS menjadi masalah luas
yang mencakup juga masalah ekonomi dan sosial budaya. Di
antara banyak pihak yang memberikan perhatian terhadap para
odha (orang dengan HIV/AIDS), kaum relawan yang sengaja
melibatkan diri pada LSM HIV/AIDS adalah salah satunya.
Aktifitas yang dilakukan para relawan tersebut dapat
dikatakan sebagai tingkah laku menolong. Tingkah laku
menolong ini menjadi berbeda karena beberapa tantangan yang
harus dihadapi seperti waktu yang cukup lama, tenaga, biaya
serta masih adanya stigma di masyarakat terhadap odha.
Berkaitan dengan adanya pengorbanan yang
dituntut dari para relawan, motivasi mereka menjadi penting
untuk diperhatikan mengingat motivasilah yang menjadi
penggerak suatu tingkah laku. Pengetahuan tentang motivasi
ini penting bagi usaha-usaha mempertahankan dan meningkatkan
motivasi para relawan.
Adapun bentuk-bentuk motivasi para relawan yang
diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi yang digunakan
oleh Omoto & Snyder (1995) dalam suatu penelitian di Amerika
Serikat yaitu, Value, community concern, understanding,
personal development dan esteem enhancement.
Selain motivasi, ada faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap tingkah laku menolong yaitu
kepribadian. Faktor kepribadian ini menjadi penting karena
kepribadian menentukan pola berespon seseorang secara
internal, mental dan emosional terhadap lingkungannya.
Dengan demikian, kepribadian ini jugalah yang berperan
terhadap motivasi. Adapun aspek-aspek kepribadian yang
diteliti pada penelitian ini adalah empathy, social
responsibility' dan nurturance. Selain bertujuan untuk
memperoleh gambaran aspek-aspek kepribadian serta motivasi
menolong para relawan, penelitian ini juga melihat hubungan antara setiap aspek kepribadian terhadap motivasi relawan.
Ternyata ditemukan bahwa aspek nurturance yang berhubungan
dengan semua jenis motivasi yang ada. Sedangkan aspek
empathy dan social responsibility berkorelasi terhadap
value dan understanding dan tidak berkorelasi dengan
community concern, personal development dan esteem
enhancement.
Salah satu hasil yang menarik dalam penelitian
ini adalah adanya perbedaan hasil antara penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yaitu
mengenai faktor utama yang berperan dalam tingkah laku
menolong. Dalam banyak penelitian yang dilakukan para ahli,
faktor utama yang mendorong seseorang untuk menolong adalah
empathy. Sedangkan dalam penelitian ini yang yang lebih
mendorong seseorang untuk menolong adalah nurturance. Apakah
tingkat empathy masyarakat Indonesia lebih rendah daripada
masyarakat Amerika? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu
diperlukan suatu penelitian khusus.
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang
relawan di tiga buah LSM HIV/AIDS di Jakarta yaitu Yayasan
Pelita Ilmu, Mitra Indonesia dan Centra Mitra Muda. Adapun
alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan bentuk
skala likert."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dewi Pusparini
"[Penelitian ini membahas tentang modal sosial apa saja yang dimiliki LSM Bandungwangi sekaligus melihat bagaimana peran modal sosial tersebut dalam upaya pencegahaan penularan HIV AIDS yang dilakukan di kalangan PSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bandungwangi sebagai sebuah LSM memiliki modal sosial berupa jaringan sosial yang menciptakan ikatan sosial antara Bandungwangi dengan PSP lembaga donor pemerintah. LSM lain dan antar Staf dalam Bandungwangi sendiri Ikatan sosial ini nyatanya membangun nilai dan norma bersama mengenai kebiasaan sehari hari nilai bekerja sebagai PSP dan kelebihan Bandungwangi dalam menjangkau komunitas PSP. Nilai dan norma bersama ini yang kemudian membangun kepercayaan antar aktor. Bentuk modal sosial seperti ini menandakan bahwa bonding dan bridging Bandungwangi kepada aktor aktor tersebut berhasil dibangun. Penelitian ini juga menemukan bahwa kelemahan modal sosial Bandungwangi terletak pada jaringannya dengan LSM lain yang kurang dimaksimalkan. Masing masing bentuk modal sosial yang dimiliki LSM Bandungwangi juga terbukti berperan dalam membangun komunikasi kordinasi meningkatkan reputasi hingga menciptakan tindakan kolektif upaya pencegahan penularan HIV AIDS pada tataran partisipasi kegiatan. Penelitian ini mengisi kekosongan pembahasan mengenai modal sosial LSM dalam upaya pencegahan penularan HIV AIDS di kalangan PSP yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus pada LSM Bandungwangi. Terdapat 12 informan dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive.

This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers. This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS. The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers. This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers. Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi's bonding and bridging to another actors perfectly build. The finding also shows that the weakness of Bandungwangi's social capital is social network with other NGO. Each of these forms Bandungwangi's social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS. This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before. This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta. Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling.;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling, This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizchi Mustika Putry
"Stigma HIV/AIDS adalah pandangan negatif tentang ODHA yang berkembang di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk rnengidentifikasi hubungan stigma dengan harga diri rendah pada klien HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana yang dilakukan pada 30 ODHA di LSM PKBI Jakarta.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuisoner untuk mengkaji data demografi, adanya stigma negatif masyarakat terhadap ODHA dan adanya HDR yang dialami ODHA karena stigma tersebut. Data yang dikumpul dengan metode pendekatan Chi-Squaren dengan uji dependensi dengan pendekatan tingkat kemaknaan 0,05.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adanya hubungan stigma dengan harga diri rendah pada klien HIV/AIDS di LSM PKBI Jakarta. Hasil analisa responden yang menyatakan Stigma negatif sebanyak 70 %, lebih banyak dibandingkan dengan stigma positif sebanyak 30 %. Sedangkan hasil dari analisa data yang diperoleh bahwa responden yang mengalami HDR sebanyak 63,33 %, lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami sebanyak 36,67 %.

HIV/AIDS Stigma is a negative opinion sight about people live with HIV/AIDS (ODHA. This research aim to identify the relation between stigma with low self regard at HIV/AIDS patient. This research applies simple descriptive design with 30 ODHA in LSM PKBI Jakarta.
Data where collected through questionnaire in order to study the demography data, the existence of public negative stigma to ODHA and the existence of low self regard (HDR) experienced by ODHA because of that stigma. The data analwed with Chi-Square test with sigiincant level 0,05.
Result fiom this reseanch showed that there is relation between the existence of the of stigma with low self regard at HIV/AIDS patient in LSM PKBI Jakarta. Result of respondent analysis showed negative stigma with percentage of 70 % compared to positive stigma 30 %. While result from data analysis obtained that respondent experiencing low self regard (HDR) 63,33 % compared to 36,67 % respondent that is not experiences low self regard (HDR).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5837
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Barnard Muharram Olii
"Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi apa raja yang dibutuhkan oleh staf LSM Kalyanamitra guna memperlancar kegiatan rutin yang berjalan setiap hari. Kegiatan tersebut ialah kegiatan menulis artikel dan buku mengenai perempuan, pembuatan proposal untuk dikirimkan kepada penyandang dana (funding) serta kegiatan pembuatan makalah untuk seminar maupun pelatihan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa staf LSM melakukan pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dengan berbagai macam cara, di antaranya mencari pada informasi tertulis dan observasi. Para staf juga menghadapi banyak hambatan dalam melakukan pencarian informasi guna menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya. Di samping itu masih banyak staf yang belum memahami bagaimana cara yang efektif dan efisien dalam mencari informasi melalui Internet, khususnya melalui search engine."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Ratna Sudiarti
"Penelitian ini telah dilakukan di dua tempat yaitu di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) dan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) pada bulan Maret-April 2007. Tujuan penelitian yaitu menjelaskan dan memberikan pemahaman tentang hal-hal yang dianggap dapat menjadi faktor munculnya _multitasking_ bagi profesi pustakawan di LSM, memberikan pemahaman tentang kendala atau permasalahan yang dihadapi pustakawan tersebut di dalam dunia kerja, menjelaskan tentang solusi terbaik yang dapat dilakukan pustakawan untuk menyeimbangkan tugas rangkap tersebut, dan menjelaskan tentang pengaruh dan dampaknya terhadap lembaga yang menaunginya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada pustakawan yang memiliki "multitasking" serta pimpinan pustakawan agar hasil penelitian dapat lebih obyektif serta mengadakan pengamatan atau observasi dan melakukan studi literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab munculnya _multitasking_ di dalam profesi pustakawan LSM mencakup faktor internal maupun eksternal. Motivasi utamanya adalah pengembangan diri (self improvement), anggapan bahwa pekerjaan perpustakaan adalah pekerjaan yang membosankan dan tidak berkembang masih menjadi alasan utama. Pengakuan lembaga terhadap profesi pustakawan juga menjadi salah satu motivasi para informan. Faktor kurangnya sumber daya manusia dan dana yang terbatas menjadi dua alasan utama lembaga. Waktu menjadi permasalahan utama kedua pustakawan tersebut. Banyaknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan membuat waktu yang dimiliki semakin terbatas untuk dapat mengerjakan hal-hal yang sifatnya rutin. Solusi yang dilakukan pustakawan untuk menyeimbangkan kedua jabatan adalah berusaha untuk memaksimalkan waktu yang ada dan memprioritaskan pekerjaan yang sifatnya mendesak. Pustakawan "multitasking' membawa pengaruh yang besar terhadap lembaga, sejauh ini prestasi kerja kedua pustakawan diakui sangat memuaskan bahkan hasil kerja mereka mendapatkan pengakuan dari internal lembaga maupun eksternal lembaga."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Jose Rizal
"Reformasi yang digulirkan pada pertengahan tahun 1998 telah meruntuhkan dinasti Soeharroisme. Beberapa nilai orde baru-pun tumt mengalami pembaharuan Salah satunya sistem pemerintahan yang sentralistik-birokmtik-otoriteristik mendapatkan kritikan keras untuk segera dirubah. Menanggapi tuntutan tersebut, maka pemerintah kabinet reformasi di bawah pimpinan Presiden BJ. Habibie mengeluarkzm kebijakan berupa Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan Pusat-Daerah.
Salah satu pasal yang signiflkan mencerminkan tuntutan reformasi tersebut adalah pasal 92 ayat I UU 22 thn 1999, yang mengharuskan keterlibatan tiga pilar kekuatan yakni pemerintah, swasta dan masyarakat sipil (yang sexing dikenal sebagai pilar good governance) untuk bersinergi melaksanakan pembangunan di berbagai bidang.
Salah satu pilar yang mendapatkan perhatian besar saat ini adalah masyarakat sipil. Masyarakat sipil yang selama orde baru dikekang perkembangannya mengalami suatu sindrom demokrasi yang mengakibatkan mereka canggung untuk membiasakan diri mengeluarkan aspirasinya. Namun tidak semua civil sosiety organisazation (CSO) mengalami sindrom tersebut. LSM (NGO) sebagai CSO, lebih mempunyai peluang untuk mengkondisikan CSO lainnya agar mempu dan kuat menempatkan diri sebagai penyeimbang kekuatan sraze dan market dalam penerapan good governance.
Tesis ini berusaha mendeskripsikan peran LSM memberdayakan masyarak sepenuhnya terjadi dari komitmen yang mereka jalin bersama Namun lebih terlihat pada fakior aji mumpung atau situasi dan kondisi masyarakan Bahkan ada yang menjalankan perannya berdasarkan kepentingan pemerintah ataupxm tergantung dan kondisi Enansial.
Penerapan good governance di Kota Sawahlunto, Propinsi Sumatera Barat, merupakan hasil inisiatif dari pemedntah dan dukungan dari masyarakat untuk saling bahu membahu dalam proses pembangunan di daerah. Sehingga tergabunglah Kota Sawahlunto bersama delapan kota lainnya kedalam proyek BUILD (Breakthrough Urban Initiative for Local Development) hasil kerjasama Pemerinlah Indonesia c/q Deparlemen dalam Negeri den gan UNDP (United Nation Developmem' Program).
Penelitian ini dilaksanakan terhadap keseluruhan LSM yang berada di Kota Sawahlunto yakni total sebanyak delapan buah LSM. Jenis penelitian adalah deskriptif sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kualitatii Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara secara mendalam, observasi, Penelidan dokumen serta penelitian kepustakaan. Tiga permasalahan dalam tesis ini, yaitu; bagaimana peran LSM di Kota Sawahlunto untuk membangun dan mengembangkan struktur sosial yang dapat memperkuat rakyat menjadi civil society ?, bagaimana pola hubungan yang terjadi antara LSM di tingkat Lokal dengan Pemerintah Kota Sawahlunto ?, LSM manakah yang dapat membentuk civil society dalam rangka penerapan good governance di Kota Sawahlunto ? dianalisis berdasarkan tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penaxikan kesimpulan.
Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran LSM yang beragam tidak terlepas dan kondisi intemal organisasi maupun extemal organisasi. Hal tersebut mempengaruhi peran LSM dalam mernalankan kegiaianllya sebagai CSO yang memberdayakan masyamkat. Semangat para anggola LSM dalam pernberdayaan masyarakat sipil tetap harus didukung, terlepas dari semua tanggapan sinis berbagai pihak mengenai peran mereka.
Untuk itu perlu kesungguhan berbagai pihak, baik pemerintah maupun lembaga donor, untuk tidak memaksakan kepentingan mereka yang sebenarnya bertentangan dengan komitmen awal LSM tersebut. Bila hal ini tetap diteruskan, maka dikhawatirkan yang akan terjadi adalah sebuah anarchy governance, yakni sebuah keadaan yang kacau dimana pilar-pilar dajam good governance saling memaksakan kepentingan mereka agar dimainkan oleh pilar yang lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T6066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danti Pudjiati
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku seksual remaja pekerja seks, risiko kesehatan reproduksi mereka dan pengalamannya memanfaatkan Iayanan klinik milik sebuah LSM di DKI Jakarta. Pendekatan kualitatif dengan menggunakan perspektif perempuan digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, studi dokumen dan observasi.
Penelitian ini menemukan bahwa perilaku seksual informan pekerja seks menimbulkan risiko kesehatan reproduksi. Bagi remaja putri risiko itu adalah KTD, aborsi, terpapar IMS HIV-AIDS dan kekerasan seksual sedangkan bagi remaja waria adalah terpapar IMS HIV AIDS dan kekerasan seksual. Informan remaja putri maupun remaja waria mengatasi sendiri risiko kesehatan reproduksi tersebut sebelum mereka periksa di klinik. One day service yang cepat dan murah untuk pemeriksaan IMS membuat para informan ini datang ke klinik tersebut. Di samping itu, mereka dilayani dengan baik dan ramah di sana. Diperlukan penguatan kepribadian bagi remaja putri dan waria agar mereka sadar untuk meninggalkan profesi sebagai pekerja seks secepatnya karena membahayakan hidupnya di mass depan. Disamping itu negara wajib menghentikan prostitisi anak berkaitan dengan UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

This research aimed to describe sexual behavior of adolescent prostitution, their risk in reproductive health and their experiences in using the services offered by a clinic which belong to a non government organization in DKI Jakarta. Qualitative approach using women perspective was applied in this research. The data collection techniques were in-depth interview, documentation study, and observation.
This research revealed that sexual behavior of the informants who are adolescent prostitution causes reproductive health risk. For female informants the risks are unwanted pregnancy, abortion, sexually transmitted infection (STI) - HIV/AIDS and sexual violence. The risks for transgender adolescent informants are sexually transmitted infection (STI) - HIV/AIDS and sexual violence. Both informants, female adolescent and transgender adolescent, tried first to overcome those risks by taking antibiotics which sold out over the counter before going to the clinic. The one day service for examining STI which is quick and cheap makes informants prefer to visit that clinic_ Besides, they felt that they were well treated and the health providers are friendly. It needs a personal reinforcing for female and transgender adolescent to make them realize to leave prostitution as soon as possible since it is harmful for their future life. Actually, the state is responsible to stop child prostitution based on Law No 2312002 concerning child protection.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T18358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>