Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83668 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Swedianto Sumardi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Kurniawan
"Penelitian ini menganalisis tentang Indeks Pembangunan Pemuda Theravada Indonesia. Model pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis statistik dekriptif yang terdiri dari analisis ANOVA satu jalur dan analisis frekuensi. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling acak berlapis untuk menentukan jumlah sampel secara proporsional pada 19 Propinsi. Cakupan obyek dalam penelitian ini adalah organisasi pemuda Theravada Indonesia tingkat nasional.
Indikator yang digunakan untuk menghitung indeks terdiri 53 indikator yang dikelompokan kedalam 8 domain. Ke-8 domain tersebut terdiri dari potensi diri, pendidikan, penyimpangan, hubungan pemuda, tenaga kerja, kesehatan, akses media informasi, dan partisipasi pemuda.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA satu jalur diperoleh nilai indeks pembangunan Pemuda Theravada Indonesia sebesar 73,3. Nilai indeks tersebut menandakan bahwa pembangunan Pemuda Theravada Indonesia dapat dikategorikan tinggi. Namun upaya peningkatan masih diperlukan untuk mencapai nilai indeks ideal yaitu mendekati nilai indeks maksimum 100. Perbedaan indeks antar Propinsi sebagian besar tidak terlalu nyata, perbedaan nyata hanya terjadi terhadap terhadap beberapa Propinsi saja. Kondisi saat ini, Pemuda Theravada Indonesia memiliki anggota sebanyak 2.100 jiwa yang tersebar di 19 Propinsi, mayoritas berusia 16-30 tahun.
Implikasi teoritis yang muncul dari temuan penelitian ini adalah indikatorindikator terbukti relevan digunakan sebagai alat untuk mengukur indeks pembangunan pemuda Theravada Indonesia. Sedangkan secara praktis temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan evaluasi, perumusan strategi dan program pembangunan di PATRIA baik ditingkat pusat maupun daerah.

This study analyzed Youth Development Index of Theravada Buddhism in Indonesia. The model of research approach used in the study is a quantitative approach and descriptive statistical analysis technique that consists of one way ANOVA analysis and frequency analysis. The sampling technique used is stratified random sampling in order to determine the number of samples proportionally throughout 19 provinces. Object scope of this research mainly youth organization of Theravada Buddhism in Indonesia at national level.
The indicators used to calculate the index comprises of 53 indicators which are grouped into 8 domains. The 8 domains as mentioned are consist of self-potential, education, deviation, relationship among youths, labor, health, access to media of information, and youth participation.
Based on the results of one way ANOVA analysis obtained 73,3 of youth Theravada Indonesia development index values. The index value indicates that youth Theravada Indonesia development can be categorized as high. However, efforts are still to be required in order to achieve ideal value that is approaching maximum of 100 index value. The difference index values among Provincial mostly not very significant, noticeable differences seem to be occurred only to some provinces. In the present conditions, Youth Theravada Indonesia has a membership of 2,100 people spreading over 19 provinces and the majorities are between ages of 16-30 years.
The theoretical implications emerged from the research findings are indicators that relevant to be used as a tool to measure youth Theravada Indonesia development index. While in practice the findings from the study can be used as a guideline in conducting evaluation, formulation of strategy and development program of PATRIA both at central and local levels.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnanto Solihin Yugo Pratomo
"Kehidupan seorang Bhikkhu sebenarnya adalah kehidupan pertapaan yang menjauhkan diri dari berbagai unsur duniawi dan mengambil prinsip jalan tengah, yakni kehidupan yang menyimbangkan antara unsur duniawi dan spiritual, tidak menyiksa diri dan tetap memperhatikan kebutuhan dasar setiap individu kecuali seksualitas. Namun, kehidupan bhikkhu di Wihara Ekayana Arama merupakan sesuatu yang benar-benar berbeda, seorang bhikkhu harus sering bersentuhan dengan umat dengan melibatkan dirinya pada aktivitas-aktivitas seperti pelayanan, ritual dan sebagainya. Belum lagi dengan keberadaan jumlah bhikkhu yang tidak sebanding dengan jumlah umat yang ada sehingga hal tersebut kemudian berdampak pada proses pendisiplinan, pengawasan dan kontrol terhadap para bhikkhu yang ada di monastik.
Metode hidup berkesadaran atau bisa disebut juga sebagai engage buddhism kemudian menjadi jawaban terhadap permasalahan tersebut, bhikkhu-bhikkhu di Ekayana dapat tetap berlatih meskipun diikuti oleh kesibukan yang mengiringi setiap harinya. Hal tersebut juga tidak merubah disposisi keagamaan yang terbentuk di kalangan penghuni monastik tersebut seperti yang digambarkan oleh Geertz dalam konteks mood dan motivation. Lebih lanjut, penulis mencoba menganalisis kasus yang terjadi di Wihara Ekayana Arama dengan pendekatan post strukturalis melalui konsep wacana dari Michel Foucault, yang mana hal tersebut kemudian membentuk kekuasaan di dalam tubuh setiap individu dan ditutup dengan analisis proses pembentukan sikap keagamaan sebagai hasil dari praktik yang terjadi di dalam sebuah institusi keagamaan melalui penjelasan dari Talal Asad. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dan ditulis dalam sebuah tulisan etnografi.

The real life of monks actually is a life of meditation, which dissociate their selves from various worldly elements and take a middle-way in life. Specifically, it is about reaching equillibrium between the spiritual and the worldy life, not torturing the body, and taking into account each individual’s basic needs, except for the need of sexuality. However, the life of monks in Ekayana Arama Monastery is a different matter. First of all, they have to involve themselves into many activities, such as ritual services, funeral, school, blessing, etc. Second, there are not enough number of monks compared to the number of followers outside the monastery. The condition leads to disciplinary process, surveillance and control from the monastery to every monk there, which is really distinctive from the other places like Thailand, Burma or Vietnam monastery that uses seminary or class system to discipline the body of the monks.
The mindful life method, which can be referred to engage buddhism, then become a respond to the problem, the monks can still practice between every busy activities that running in everyday life. Beside that, that method does not change religious disposition of the monks formed by the institutions as illustrated by Geertz about mood and motivation. Further, I want to analyze the case in Ekayana Arama Monastery with post structuralist approach through the concept of discourse by Michel Foucault which create power over individual’s body. Last, this writing ended by the analysis of the formation process of religious disposition as a result of practice that occurs within a religious institution through the explanation from Talal Asad. The Ethnographic research was carried out based on qualitative research which includes techniques of in-depth interview and participant observation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lorentius Oky Pratama
"Penelitian ini mencoba memaparkan aksi gerakan Kaum Sangha di Vietnam yang memicu aksi protes dan penggulingan pemerintahan Presiden Ngo Dinh Diem dari kekuasaan. Paparan dimulai dengan menjelaskan pengaruh gagasan pembaharuan Buddhisme dari berbagai negara Buddha terutama China terhadap gerakan Kaum Sangha di Vietnam. Peran Kaum Sangha yang terutama adalah memberikan pencerahan agama kepada setiap orang di manapun berada. Namun pada masa pemerintahan Presiden Ngo Dinh Diem, kebebasan untuk beribadah tidak diberikan kepada penganut Buddha, hanya Katolik yang mendapat tempat utama. Pada akhirnya penelitian ini mengungkapkan tiga hal. Pertama, Presiden Ngo Dinh Diem tidak memberikan kebebasan beragama kepada penganut Buddha. Kedua, aksi bakar diri Thich Quang Duc pada tahun 1963 memunculkan dukungan dari masyarakat dunia, untuk memaksa Amerika Serikat berlaku keras kepada Ngo Dinh Diem. Ketiga, ketidakpuasan Kaum Sangha terhadap pemerintahan menjadi dasar legitimasi aksi kudeta menggulingkan Ngo Dinh Diem dari kekuasaan.

This research tries to explain the Sangha’s movement in Vietnam which triggered protest action and down falling Ngo Dinh Diem’s authority as a president. The description begins with an explanation about the effect of Chinese centered Buddhism revival idea on Sangha’s movement. The Sangha’s main role was giving religious enlightenment to everyone. Unfortunately, religious liberty wasn’t given to the Buddhist because of the only priority given to the Catholics. Ultimately the research reveals of three things. First, Ngo Dinh Diem as a president didn’t give freedom worship to the Buddhist. Then, self immolation done by Thich Quang Duc in 1963 had created world supports to have USA determine a harder attitude toward Ngo Dinh Diem. And the last, Sangha’s discontentment toward government became legitimation of coup d’état on overthrowing Ngo Dinh Diem’s power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S119
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Arifin Sari Surungalan
"Dalam peraturan perundang-undangan terdapat empat istilah yang bermaksud menguraikan fungsi DPR yaitu fungsi, wewenang, tugas, kekuasaan. Sebutan fungsi DPR terdapat dalam Pasal 32 beserta Penjelasannya dalam Undang-undang No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD (LN 1969 No. 59, TLN No. 2915) sebagaimana telah tiga kali diubah dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1975 (LN 1975 No. 39, TLN No. 3064), Undang-undang No, 2 Tahun 1985 (LN 1985 No.2, TLN No. 3282) dan Undang-undang No.5 Tahun 1995 (LN 1995 No. 36, TLN No. 3600). Pasal itu menguraikan bahwa fungsi DPR (selanjutnya disebut DPR saja) berdasarkan UUD 1945 adalah (1) membuat undang-undang bersama dengan Pemerintah, (2) menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama-sama Pemerintah, dan (3) mengadakan pengawasan terhadap kebijaksanaan Pemerintah. Kemudian DPR dalam Keputusannya No. 1O/DPR-RI/82-83 tanggal 26 Februari 1983 tentang Peraturan Tata Tertib yang masih beriaku sampai sekarang, menyebutnya tidak sebagai fungsi DPR tetapi sebagai wewenang dan tugas DPR. Tetapi UUD 1945 dalam Pasal 5 ayat (1) menggunakan istilah kekuasaan membentuk undang-undang. Jadi, empat istilah itu dianggap sinonim. Yang oleh undang-undang No. 16 dinamakan sebagai fungsi oleh DPR diubah menjadi wewenang dan tugas, sedangkan UUD 1945 sendiri menyebutnya sebagai kekuasaan. Menurut kamus pengertian fungsi tidaklah sama dengan wewenang, tugas atau kekuasaan.. Tidaklah mengherankan kalau dalam masyarakat baik dalam masyarakat umum maupun dalam masyarakat cendekiawan timbul kesimpangsiuran mengenai pengertian fungsi DPR ini."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
D407
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Luhut M.P.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
345 PAN l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Badawi
"ABSTRAK
Universitas Indonesia sebagai lembaga perguruan tinggi publik di melalui pers. negeri berkepentingan untuk berhubungan dengan luarnya, salah Hubungan tersebut dilakukan semata-mata dalam hubungan yang satunya adalah dengan dan bergantungan, karena hidup dalam suatu lingkungan, tak mau kegiatannya akan saling bersinggungan. saling yang mau Bagian Hubungan Masyarakat-lah yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan yang berhubungan secara resmi Bagian Humas UI memiliki tugas dan fungsi sebagai layaknya Humas organisasi lainnya, yaitu untuk dalam dengan pers. mengkomunikasikan segala aktivitas UI kepada masyarakat luar, guna terciptanya citra yang baik. Sehingga konsep Hubungan Media (Media Relations) pada kebanyakan organisasi lainnya, juga bisa diterapkan secara praktis pada Humas UI. Pada tahap operasionalisasinya, antara teori Media Relations yang ideal dengan prakteknya di lapangan sering tidak sejajar secara sempurna. Walaupun tugas dan fungsi Humas UI secara struktural maupun gambaran kerjanya tegas dan rinci menunjuk pada kegiatan Media Relations, namun pada prakteknya kurang memberi hasil maksimal. Hasil maksimal dari sebuah hubungan media dapat terlacak dari respon pers terhadap kegiatan-kegiatan Humas UI tidaklah berbeda UI. Komentar pers yang mengkritik Humas mencolok dengan kritikan pers Humas-humas di departemen pemerintah. kental serta kurang memberikan informasi secara cepat, tepat dan terus terang, sebagai beberapa hal yang dianggap secara terhadap kegiatan Kesan birokratisnya yang kurang memuaskan pers. fungsi antara Humas dan Pers mengakibatkan keduanya menjadi kompleks. Di satu pihak Humas UI ingin bertangung jawab sebaik-baiknya terhadap organisasi berada di atasnya; di lain pihak pers mempunyai kepentingan tersendiri dengan informasi yang dicari dan diterimanya dari Humas sesuai dengan nilai berita, visi, dan misi medianya. Perbedaan hubungan yang Dari wawancara mendalam dapat diketahui, ketidaksempurnaan kegiatan Media Relations dari Humas UI ini tidaklah I mengganggu secara mendasar bagi kelanjutan hubungannya dengan pers. Karena pers itu sendiri pada isyu-isyu tertensudah cukup puas sensitifv politis, Humas UI tidak bisa diandalkan sebagai lembaga resmi yang menjadi sumber berita yang rapkan tampil. Ini menguatkan fenomena dominan yang seragam dengan Humas pemerintah lainnya. misalnya kegiatan akademis ilmiah, layanan Humas UI. Namun, pada isyu yang tu, dengan terutama masalah diha- Peningkatan kualitas hubungan media memiliki dua syarat pokok, yakni pemberian otoritas yang lebih besar kepada Humas UI dalam berhubungan dengan pers, serta peningkatan sumber daya stafnya agar lebih menguasai praktek hubungan media secara profesional."
1993
S3941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamora, Syarif
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adithya Abriansyah Afandi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan kepuasan dan kinerja karyawan dalam konteks meningkatkan kualitas Pelayanan dan loyalitas nasabah bank syariah. Metode penelitian data dengan menggunakan kuesioner, statistik deskriptif dan teknik Path Analysis terhadap 100 responden sebagai sampel populasi penelitian (nasabah Bank Muamalat Indonesia di Jakarta), disimpulkan bahwa karyawan bank Muamalat tidak menunjukkan kepuasan kerja yang nyata, hal ini ditunjukkan dengan rata - rata nilai pada setiap dimensi hanya sebesar 3,1049. Penelitian juga menunjukkan kualitas pelayanan bank syariah bagi nasabah sudah cukup baik dengan rata - rata nilai setiap dimensi sebesar 4,2384. Namun nasabah tidak menunjukkan loyalitas yang nyata, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata - rata pada setiap dimensi yang hanya sebesar 3,5629.
Dari hasil uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa telah ditemukan pengaruh positif antara kepuasan kerja karyawan dengan kualitas pelayanan dengan nilai 3 sebesar 0,05, Menurut peneliti nilai regresi yang positif ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan secara nyata memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan. Namun pengaruh kepuasan kerja terhadap kualitas pelayanan relatif kecil, karena kurangnya kemampuan memecahkan masalah dan kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup disebabkan gaji yang kurang memadai. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa telah ditemukan pengaruh negatif antara kualitas pelayanan dengan loyalitas nasabah dengan sebesar -0,07 dan tidak signifikan karena t sebesar -0,64. Menurut peneliti nilai R yang negatif dan tidak signifikan ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan tidak memiliki pengaruh terhadap loyalitas nasabah. Dimana kualitas pelayanan tidak menjadi variabel yang dapat mempengaruhi loyalitas nasabah BMI.

This research aims to recognize relationship between the employee's satisfaction and their performance in the context of increasing service quality and loyalty of syariah bank's customers. From data research method using questionnaire, descriptive statistic and Path Analysis statistic on 100 respondent as a research samples (customer of Bank Muamalat Indonesia in Jakarta), it could be concluded that the employees of Muamalat bank did not show real work satisfaction, this matter was shown by the average value of every dimension which was only 3,1049. This research also shows that the quality of syariah bank for customers is good enough with average value for every dimension of 4, 2384 but the customers did not show the real loyalty; this matter was shown with average value for every dimension, which was only 3, 5629.
From the result of first hypothesis test showed that it has been found positive influence between employees work satisfaction with service quality with f3 value of 0, 05. According researcher, this positive regression value shows that the employees work satisfaction actually has positive and significant impact on service quality but the influence of work satisfaction on service quality is relatively small; the inadequate salary because the less ability to solve problem and the less ability to fulfil] life needs causes it. The result of second hypothesis test showed that it has been found negative influence between service quality and customers loyalty with 13 value of -0,07 and not significant because t value of - 0,64. According researcher, this negative 13 value shows that quality service actually does not have influence on customer's loyalty. They for, the quality service cannot be the variable that influence on customers loyalty.
"
2006
T17921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>