Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Her Suganda
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011
910 HER w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Remy Sylado
"Dengan latar belakang Hindia-Belanda, khususnya Bandung, pada 1920-an, novel ini menggambarkan perjuangan sepasang kekasih melawan sekelompok orang yang menjebak mereka dalam dunia persundalan. Dengan lihai Remy Sylado meramu penderitaan dan ketegangan, kesedihan dan kebahagiaan, menjadi kisah cinta yang sedap sampai halaman akhir. Inilah novel yang akan membawa kita ke dalam suasana Bandung satu abad silam, kota yang dijuluki Parijs van Java."
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2023
813 REM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, [date of publication not identified]
R 910.2 IND i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Farid Maulana
Bandung: Kiblat Buku Utama, 2004
808.81 SON v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Axel Giovanni
"Kebudayaan Turki merupakan hasil dari percampuran dua peradaban. Turki memiliki keunikan budaya yang menjadi sorotan manca negara. Keunikan tersebut didasari oleh faktor lokasi geografis Turki dan revolusi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal. Hadirnya kebudayaan Turki di Indonesia dimulai sejak adanya hubungan diplomasi antar kedua negara. Era globalisasi yang sedang terjadi menjadi faktor terpenting menyebarnya budaya setiap bangsa. Situasi Turki selama pemerintahan Mustafa Kemal dan pengaruhnya terhadap kebudayaan Turki, kebudayaan Turki yang ada di Indonesia dan perkembangannya diuraikan dalam makalah ini.

Turkish culture is a result of the mixing of the two civilizations. Turkey has a unique culture that became the spotlight abroad. The uniqueness is based on the geographical location of Turkey and the factors of the revolution carried out by Mustafa Kemal. The presence of Turkish culture in Indonesia began from the diplomatic relations between two countries. The Era of globalization is going to be the most important factor in the widespread culture of every nation. The situation of Turkey during the reign of Mustafa Kemal and its effects on the culture of Turkey, Turkish culture that exists in Indonesia and its development are outlined in this paper."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sulistiyaning Rahayu
"ABSTRAK
Julukan Bandung sebagai kota dengan seribu satu menu, sejuta rasa untuk kuliner khas Bandung, menjadikan Bandung memiliki potensi sebagai salah satu tujuan wisata kuliner. Penelitian dengan desain riset deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif dimensi culinary brand equity (brand loyalty, brand image, perceived quality dan brand awareness) terhadap future travel intention serta mengetahui destination familiarity sebagai efek moderasi berpengaruh positif terhadap hubungan antara dimensi culinary brand equity dengan future travel intention. Responden penelitian ini adalah 215 wisatawan domestik yang pernah berkunjung ke Bandung dalam tiga bulan terakhir. Model penelitian dengan delapan hipotesis diuji menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak semua dimensi culinary brand equity memiliki pengaruh terhadap travel intention. Satu-satunya dimensi culinary brand equity yang berpengaruh terhadap travel intention adalah brand loyalty. Penelitian ini juga menyatakan bahwa destination familiarity memiliki efek moderasi yang berpengaruh terhadap hubungan positif antara dimensi culinary brand equity dengan travel intention.

ABSTRACT
Bandung known as city of 1001 menu, a million appetite for Bandung's Culinary, it makes Bandung has potential as a culinary tourism destination. The purpose of this descriptive research is twofold: to identify the impact of culinary brand equity dimensions on travel intention, and to identify the moderating effect of destination familiarity, which positively moderates the effect of culinary brand equity dimensions on travel intentions. Research respondents are 215 domestic tourists who have visited Bandung for minimum three months. The eight-hypotheses research model is then tested with Structural Equation Modeling (SEM). The result suggests that not all dimensions of culinary brand equity give affect on domestic tourist's travel intention. The only one dimension affecting travel intention is brand loyalty. The other result suggests that destination familiarity has positively moderates effect of culinary brand equity on travel intention."
2013
S45044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Maulana Mulya
"Kabupaten Bandung Barat selain memiliki keindahan wisata alam yang terkenal, tetapi juga memiliki wisata lain yang terkenal yaitu wisata kuliner. Lokasi-lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat sudah berkembang pesat dan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Pemilihan berbagai lokasi wisata kuliner tidak terlepas dari karakteristik lokasi dan juga karakteristik wisatawan yang berada di setiap lokasi wisata kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik lokasi dan wisatawan di setiap lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat serta menganalisis hubungan antara karakteristik lokasi dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik lokasi dan karakteristik wisatawan yang terdiri dari indikator jarak dari lokasi wisata alam atau buatan, jaringan jalan, penggunaan tanah, jenis makanan, asal wisatawan dan teman perjalanan. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi keruangan dan analisis statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lokasi wisata kuliner dengan jenis makanan tradisional dan memiliki lokasi strategis menjadi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, dan karakteristik wisatawan asal Jawa Barat bersama keluarga menjadi yang paling banyak mengunjungi lokasi wisata kuliner. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik lokasi wisata kuliner dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner Kabupaten Bandung Barat.

West Bandung Regency, besides having the beauty of famous natural attractions, but also has another renowned tourism such as culinary tourism. Culinary tourism in West Bandung Regency has developed rapidly. Many new culinary tourism locations have emerged with different characteristics from other regions. The selection of various culinary tourism locations inseparable from the characteristics of the location and the characteristics of tourists who come in each culinary tourist location. This research aims to determine how the characteristics of locations and tourists in each culinary tourism location in West Bandung Regency and analyze the relationship between the location characteristics with the characteristics of tourists in culinary tourism locations. In this research, the variables used are characteristic of tourists location and characteristics, consisting of indicators of distance from natural or artificial tourist sites, road networks, land use, types of food, the origin of tourists, and travel companions. The methods used are spatial comparison analysis and chi-square statistical analysis. The results showed that the characteristics of culinary tourism with a traditional food type and has the strategic location were mostly visited by tourists and the characteristics of tourists from West Java, with their families being the most visited culinary tourism locations. Chi-square statistical test results show that there is a significant relationship between the characteristics of culinary tourism locations with the characteristics of tourists in culinary tourism locations in West Bandung Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Multi Purnomo
"Penelitian terdahulu menemukan pengembangan wisata kuliner akan memberikan kesempatan bagi pelaku usaha bermodal kecil jika dikembangkan di pedesaan atau di tempat yang dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Penelitian ini dilakukan di kota dan tidak dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Ruang wisata akan menjadi produksi ruang yang bercirikan kontestasi dan selalu dimenangkan oleh pemodal besar. Makanan lokal merupakan daya tarik wisata yang akan membangun ruang wisata bagi pedagang bermodal kecil. Diajukan argumen, penambahan makanan lokal sebagai daya tarik wisata kuliner akan menjadi kekuatan pembentuk ruang lokal, ruang untuk pelaku usaha bermodal kecil penjual makanan lokal. Penelitian menggunakan analisis dialektika triadik conceived-perceived-lived produksi ruang Lefebvre, konsumsi dalam wisata Urry, pemetaan spasial kota dan survey online konsumsi pengunjung pada 1259 responden. Hasil penelitian menunjukkan Lefebvre gagal menjelaskan mengapa ruang wisata kuliner dominan tidak menghasilkan konsumsi dominan dan Urry gagal menjelaskan mengapa konsumsi dominan tidak menjadi ruang wisata dominan. Penambahan makanan lokal berhasil membangun ruang quasi dominan sebagai segmen dari ruang dominan. Penelitian ini mengajukan untuk memposisikan kembali pelaku usaha bermodal kecil sebagai kelompok yang tidak selalu setara dan kemungkinan makanan lokal sebagai komoditas bagi pedagang makanan lokal. Dua hal yang menyebabkan penambahan makanan lokal dalam produksi ruang wisata kuliner hanya membangun ruang quasi dominan dan gagal membangun ruang lokal.

Previous research has found that culinary tourism development will be providing opportunities for small capital entrepreneurs if it is developed in rural areas or in places that were specifically designed as culinary tourism destinations. This research was conducted in a city that is not specifically designed as a culinary tourism destination. The tourism space establishment will be a production of space characterized by contestation and always won by big capital entrepreneurs. Local food is a tourist attraction that will build a tourist space for traders with small capital. The argument is local food addition as a culinary tourism attraction would be a strength to forming local space, space for small-capital entrepreneurs to sell local food. This research used triadic dialectic analysis of conceived-perceived-lived production of space by Lefebvre, consumption in tourism by Urry, city spatial mapping, and an online survey of visitor consumption on 1259 respondents. The results showed that Lefebvre failed to explain why the dominant culinary tourism space did not produce dominant consumption and Urry failed to explain why dominant consumption did not become the dominant tourism space. Local food consumption has succeeded in building a quasi-dominant space as a dominant space segment but failed to build a local space. This study proposes to reposition small capital entrepreneurs as always an equal group and local food possibility for being a commodity in tourism. Those two things were causing the local food addition in tourism production space was only succeeded to build a quasi-dominant space and failed to prove a local space."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Multi Purnomo
"Penelitian terdahulu menemukan pengembangan wisata kuliner akan memberikan kesempatan bagi pelaku usaha bermodal kecil jika dikembangkan di pedesaan atau di tempat yang dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Penelitian ini dilakukan di kota dan tidak dirancang khusus sebagai destinasi wisata kuliner. Ruang wisata akan menjadi produksi ruang yang bercirikan kontestasi dan selalu dimenangkan oleh pemodal besar. Makanan lokal merupakan daya tarik wisata yang akan membangun ruang wisata bagi pedagang bermodal kecil. Diajukan argumen, penambahan makanan lokal sebagai daya tarik wisata kuliner akan menjadi kekuatan pembentuk ruang lokal, ruang untuk pelaku usaha bermodal kecil penjual makanan lokal. Penelitian menggunakan analisis dialektika triadik conceived-perceived-lived produksi ruang Lefebvre, konsumsi dalam wisata Urry, pemetaan spasial kota dan survey online konsumsi pengunjung pada 1259 responden. Hasil penelitian menunjukkan Lefebvre gagal menjelaskan mengapa ruang wisata kuliner dominan tidak menghasilkan konsumsi dominan dan Urry gagal menjelaskan mengapa konsumsi dominan tidak menjadi ruang wisata dominan. Penambahan makanan lokal berhasil membangun ruang quasi dominan sebagai segmen dari ruang dominan. Penelitian ini mengajukan untuk memposisikan kembali pelaku usaha bermodal kecil sebagai kelompok yang tidak selalu setara dan kemungkinan makanan lokal sebagai komoditas bagi pedagang makanan lokal. Dua hal yang menyebabkan penambahan makanan lokal dalam produksi ruang wisata kuliner hanya membangun ruang quasi dominan dan gagal membangun ruang lokal. 
.....Previous research has found that culinary tourism development will be providing opportunities for small capital entrepreneurs if it is developed in rural areas or in places that were specifically designed as culinary tourism destinations. This research was conducted in a city that is not specifically designed as a culinary tourism destination. The tourism space establishment will be a production of space characterized by contestation and always won by big capital entrepreneurs. Local food is a tourist attraction that will build a tourist space for traders with small capital. The argument is local food addition as a culinary tourism attraction would be a strength to forming local space, space for small-capital entrepreneurs to sell local food. This research used triadic dialectic analysis of conceived-perceived-lived production of space by Lefebvre, consumption in tourism by Urry, city spatial mapping, and an online survey of visitor consumption on 1259 respondents. The results showed that Lefebvre failed to explain why the dominant culinary tourism space did not produce dominant consumption and Urry failed to explain why dominant consumption did not become the dominant tourism space. Local food consumption has succeeded in building a quasi-dominant space as a dominant space segment but failed to build a local space. This study proposes to reposition small capital entrepreneurs as always an equal group and local food possibility for being a commodity in tourism. Those two things were causing the local food addition in tourism production space was only succeeded to build a quasi-dominant space and failed to prove a local space."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>