Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S8854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Levi Nurtjahyo
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S24236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Samuel F.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S23104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
"Tujuannya adalah untuk memberi gambaran mengenai proses pembebanan fiducia atas barang-barang hasil produksi dalam prakteknya di Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 1946). Jaminan fiducia atas barang-barang hasil produksi, merupakan alternatif bagi pengusaha yang tidak mempunyai barang-barang lain untuk di jaminkan kecuali barang hasil produksi yang merupakan barang dagangannya. Sebagaimana diketahui bank dalam memberikan kredit mensyaratkan adanya jaminan (pasal 24 ayat 1c UU No. 14/1967) tentunya akan memberatkan bagi pengusaha yang membutuhkan kredit tetapi hanya memiliki barang hasil produksi untuk dijaminkan. Dalam suatu pemberian kredit pada garis besarnya barang jaminan yang diikat sebagai jaminan dikelompokkan atas 2 golongan yaitu jaminan pokok dan jaminan tambahan. Jaminan fiducia di sini termasuk golongan jaminan pokok karena yang menjadi jaminan di sini adalah barang-barang yang dibiayai kredit yang dimohonkan. Sebagai jaminan pokok maka nilai jaminan ini harus sebesar 100% dari limit kredit yang diberikan oleh bank. Dan Juga faktor bonafiditas debitur akan mempengaruhi besarnya kredit yang diberikan oleh bank. Mengenai tata cara pembebanan fiducia atas barang-barang hasil produksi tersebut adalah melakukan perjanjian kredit baru kemudian mengadakan. perjanjian fiducia serta penyerahan barang-barang hasil produksi secara constitutum possessorium. Karena penyerahan dalam fiducia merupakan penyerahan hak yang sama milik secara kepercayaan, maka barang yang diikat fiducia pada saat tersebut diserahkan kembali kepada debitur sebagai peminjam pakai. Dalam fiducia barang-barang hasil produksi, debitur diberi kewenangan untuk menjual barang jaminan demi kelancaran usahanya. Hal ini di karenakan sifat dan tujuan barang tersebut adalah untuk diperdagangkan. Sebagai konskuensinya maka debitur di beri kewajiban seperti harus menyerahkan seluruh hasil penjualan barang tersebut kepada bank, harus membuat laporan transaksi jual beli barang jaminan tersebut setiap 1 bulan. Perjanjian barang fiducia merupakan perjanjian yang accessoir, yaitu tergantung pada adanya perjanjian (perjanjian kredit) pokok, perjanjian utang. Jadi jika perjanjian utang piutang piutang berakhir atau hutang nya telah dilunasi, maka perjanjian fiducia juga akan berakhir. Perjanjian fiducia sebagai perjanjian melahirkan yang accessoir, maka perjanjian fiducia juga hak-hak yang zakelijk sebagaimana halnya hipotik, gadai dan credietverband."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1991
S20500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dantia Anisa
"Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh etnosentrisme konsumen pada sikap eksplisit dan implisit konsumen terhadap merek dalam dan luar negeri, serta menguji peran social desirability bias sebagai moderator dalam pengaruh tersebut. Etnosentrisme konsumen diukur menggunakan instrumen Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE). Sikap eksplisit diukur menggunakan instrumen skala semantik diferensial, sedangkan sikap implisit diukur menggunakan instrumen Implicit Association Test (IAT). Sementara social desirability bias diukur menggunakan instrumen Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (M-C SDS). Sebanyak 104 mahasiswa berusia 17-24 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis pengaruh menggunakan simple regression analysis, ditemukan bahwa etnosentrisme konsumen berpengaruh secara signifikan pada sikap eksplisit terhadap merek dalam negeri (β = 0,234, p < 0,05) dan juga pada sikap implisit (β = -0,267, p < 0,05), namun tidak berpengaruh signifikan pada sikap eksplisit terhadap merek luar negeri (β = 0,120, p > 0,05). Sementara social desirability bias tidak signifikan berperan sebagai moderator dalam pengaruh-pengaruh tersebut (R2 = 0,015; p > 0,05). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme konsumen memang berpengaruh terhadap sikap konsumen terhadap merek dalam negeri, namun hal tersebut tidak selalu berarti bahwa konsumen menolak merek luar negeri.

This study was designed to examine the effect of consumer ethnocentrism to consumer's explicit and implicit attitude toward local and global brands, and also to test the role of social desirability bias as moderator. Consumer ethnocentrism was measured by Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE). Explicit attitude was measured by semantic differential scale, and implicit attitude was measured by Implicit Association Test (IAT). Meanwhile, social desirability bias was measured by Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (M-C SDS). There were 104 students aged 17 to 24 years old participated in this study. Based on the effect analysis using simple regression, consumer ethnocentrism was found significantly affect consumer's explicit attitude toward local brand (β = 0,234, p < 0,05) and also consumer's implicit attitude (β = -0,267, p < 0,05), but it didn't significantly affect consumer's explicit attitude toward global brand (β = 0,120, p > 0,05). Meanwhile, the role of social desirability bias as moderator was not found significant (R2 = 0,015; p > 0,05). Therefore, it could be concluded that consumer ethnocentrism did affect consumer's attitude toward local brand, but it didn't necessarily mean that the consumer reject global brand.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahfudin
"Tesis ini mencoba membahas perubahan kebijakan luar negeri Libya terhadap Amerika Serikat. Hubungan antara Libya dan Amerika Serikat pada awal masa pemerintahan Muanunar Qadhafi memburuk. Libya-AS terlibat konflik. Konflik Libya-AS mengalami eskalasi. AS menyerang Libya dengan embargo dan sanksi-sanksi lewat PBB.
Libya mengalami kerugian di berbagai sektor akibat embargo AS dan sanksi PBB itu. Libya terkucil di dunia internasional. Runtuhnya rezim Taliban dan Saddam Hussein merupakan salah satu faktor terjadinya perubahan kebijakan politik luar negeri Libya terhadap Amerika yang dulu anti-Barat kini menjadi mitra kerjasama. Akhirnya pada tanggal 28 Juni 2004, Amerika Serikat juga membuka kembali hubungan diplomatiknya dengan Libya, menyusul dicabutnya embargo dan sanksi PBB atas Libya pada bulan September 2003.
Untuk menganalisa perubahan kebijakan Libya tersebut penulis menggunakan teori perubahan politik dan kepentingan nasional. Menurut J.Barry Jones perubahan dapat dilihat dari 1. Adanya perubahan pada kuantitas dan kualitas, 2. Adanya faktor penyebab, baik simple Causality maupun Systemic dynamics, dan 3. Adanya perbedaan antara konsep sudut pandang perubahan bagi aktor dengan konsep sudut pandang perubahan di mata para analis.
Faktor lain, Libya melakukan modernisasi dan liberalisasi. Maka, tidak ada alasan bagi AS untuk menolak Libya bergabung di dunia internasional. Ditambah dengan kebijakan-kebijakan Libya dalam hal persenjataan dan terorisme yang akomodatif dan kompromis. Hal ini berkaitan dengan keinginan Libya untuk menghilangkan berbagai hambatan politik yang disebabkan oleh program persenjataan, dan tuduhan-tuduhan serta stereotip negatif yang dituduhkan AS pada Libya.
Adapun untuk menganalisa permasalahan faktor-faktor perubahan kebijakan Libya tersebut penulis menggunakan model kepentingan nasional (national interest) yang dikemukakan oleh Hans J. Morgenthau, James N. Rosenau dan George F. Kennan. kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, bahwa semua kebijakan luar negeri cenderung cocok dengan dan merefleksikan salah satu dari tiga pola aktivitas; memelihara keseimbangan, imperialisme, dan politik prestise.
Kedua negara mendorong perubahan hubungan ke arah kerjasama. Libya menghendaki survive, citra positif dan tidak mau mengalami nasib serupa Irak. Sedangkan kepentingan politik luar negeri AS dalam hal ini adalah kekuasaan, dan suplai pasokan minyak ke AS terjamin.
Adapun tipe penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan sifat penelitiannya adalah case study.

This thesis tries to extend a change of foreign policy of Libya toward United States of America. The relationship between Libya and USA was deteriorates in the early a period of Muammar Qadhafi government. Libya and USA involved a conflict it was escalate. USA attacked Libya with embargo and sanctions trough out United Nations.
Libya gets misfortune in all field caused USA embargo and the sanctions of PBB. Libya was isolated from sight of world. The determination of Taliban and Saddam Hussein caused Libya to change its foreign policy toward USA, from No-Western nowadays open to become closer partner. Finally on 28 of June 2004, USA reopened his relationship with Libya, and decides to cut in touch UN embargo and sanction to Libya on September 2003.
To analyses the change of it's policy, the writer uses politic change and national interests theory. According to Barry Jones analyses, that the change of its policy can be seen from three views; because of quantity and quality change. 2. Cause of Simple Causality and systemic dynamic theory and 3- Existence of different among change viewpoint concept to actor with change viewpoint concept in sight of each analysis.
USA and Libya relation increase while modernization in Libya occurs, no reason for America to refuse Libya joining in International World. When Libya is ready with it's own accommodation in weapons and suspected as terrorism country, the matter relates to desire of Libya to eliminate various resistance of politic and it's damage images.
For analyzing the factors of relationship change of Libya and USA, the author uses the model of national interest that have been told by Hans J, Morgenthau, James N Rosenau and Goerge F Kerman. National interest each country is running after the power, all abroad policy tends compatible and reflect one of three pattern of activities; looking after balance, prestige politic and imperialism.
Both countries push a change of relation up to cooperation. Libya wishes survive, positive image and don't want to suffer as Iraq. But USA policy hopes as diplomacy victory. Then USA consortiums oil able to supply more.
The type of this research is qualitative using method of collecting data trough out study of literatures and it's characteristic of research is study case.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harino; Eka Lindadevi
"ABSTRAK
Pemerintah sangat mendukung setiap usaha yang
berorientasi ekspor. Salah satu usaha yang berorientasi
ekspor dan menghasilkan devisa banyak adalah sektor non-
migas, khususnya tekstil dan produk tekstil. Dalam tahun
1988/89 ekspor non-migas dan komoditi tekstil dan produk
tekstil, menduduki tingkat kedua terbesar setelah kayu.
Industri produk tekstil (garmen) Indonesia mulai aktif kira
kira duapuluh tahun lalu. Untuk pemasarannyai Amerika
serikat dan Masyarakat Ekonomi Eropa adalah negara tujuan
ekspor terbesar. Ekspor Indonesia ke negara tersebut adalah
berdasarkan kuota yang diatur dalam Multi Fiber Arrangement
(MFA).
Gambaran profil industri garmen Indonesia saat ini
mempnyyai beberapa ciri, yaitu :
* Proses industri garmen menciptakan nilai tambah kira?
kira sebesar 50%.
* Lokasi usahanya terkonsentrasi di Jakarta dan Jawa
Barat.
* Bentuk investasi yang dilakukan sebagian besar berupa
Penanaman Modal Dalam Negri.
* Sebagian besar perlengkapan dalam industri berusia
dibawah 15 tahun dan berupa mesin impor dari berbagai
negara, terutama Jepang.
* pasaran terus berkembang baik di dalam negri maupun
di luar negri.
* produksi berkembang terus dengan tingkat kenaikan
rata-rata 15% per tahun.
Dalam usaha meningkatkan pasaran ekspor produksi garmen
yang terus meningkat industri garmen Indonesia ternyata
masih menghadapi berbagal kendala dan tantangan, yaitu
Kendala
* Garmen juga diproduksi oleh sesama negara berkembang
lain dan NIC.
* Pasar ekspor mencerminkan derived?demand, yaitu
permintaan produk tergantung dari permintaan yang
diterima lewat perantara/agen.
* Penguasaan informasi pasar masih lemah.
* Ekonomi biaya tinggi masih belum sepenuhnya bisa
dihilangkan karena banyaknya faktor hingga
mengurangi dayasaing industri.
Tantangan
* persaingan semakin tajam, baik dengan negara maju
maupun dengan sesama negara berkembang.
* Tindakan proteksi dan kuota beberapa negara makin
mempersempit pasar.
* Kemajuan teknologi memungkinkan negara maju
memproduksi garmen dengan lebih efisien sehingga
menyaingi produk negara berkembang.
* Timbulnya blok-blok perdagangan, misalnya Amerika
Serikat, Kanada Pasar Tunggal Eropa, Australia dan
Selandia Baru juga mempersempit pasar.
* Kemungkinan hapusnya MFA dan dimasukkannya produk
tekstil ke dalam GATT akan mempertajam persaingan.
PT Rana Sankara yang dipilih sebagai obyek pengkajian
ini tidak mampu memperoleh tingkat pertumbuhan yang berarti.
Dari hasil pengkajian dijumpaì adanya beberapa petunjuk yang
merupakan penyebabnya, yaitu :
* Produksi dan pemasarannya berdasarkan job-order.
* Tingkat pergantian karyawannya tinggi.
* Adanya kapasitas?lebih secara musiman.
* Produktivitas karyawannya rendah.
Untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih baik
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada,
Perusahaan perlu mengambil berbagai larigkah perbaikan, yaitu:
a. memanfaatkan kapasitas-lebih mesin dengan cara :
* Mencari pesanan?pesanan baru dan agen.
* Melayani pasaran?bebas di luar agen negara kuota dengan
produk yang ditangani atau produk yang baru.
b. Meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui :
* Latihan yang efektif.
*Motivasi dengan pendekatan balas jasa lebih baik dan
penciptaan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan.
c. Mengurangi tingkat pergantian pegawai dengan :
* Mernberi kesempatan untuk mengembangkan diri
* Membuat kesepakatan kerja bersama (KKB) dan mempermudah
pembentukan Serikat Pekerja.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"pemberian nama merek merupakan salah satu strategi dalam pemasaran tetapi mengembangkan produk bermerek membutuhkan pengeluaran investasi jangka panjang yang besar,khususnya untuk iklan,promosi dan pengemasan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>