Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7381 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Keith, David V.
Philadelphia: Sheridan Book, 2001
658.928 9 KEI d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Keith, David V.
"Buku ini membahas mengenai tahap-tahap terapi yang harus dijalankan seorang anak dan bagaimana anggota keluarga lain mempengaruhi terapi tersebut. terdiri atas 9 bab, yaitu defiance in families; parenting; dilemma of childhood; therapists and therapeutic process; beginning the therapeutic project; therapeutic jambalaya; the heart of therapy; three-generation family consultation; dan termination."
Philadelphia: Taylor & Francis Inc, 2001
618.9289 Kei d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Monique Carolina Widjaja
"Penelitian ini merupakan uji klitis paralel, membandingkan kelompok yang mendapat terapi gizi adekuat pascabedah (P) denga:n kelompok yang mendapatkan diet standnr RSUPNCM (K),Sebanyak 17 pasien pascabedah dige.stif yang dirawat di rua:og perawatan bedah kelas III RSUPNCM yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Data yang dlambil dari catatan medik pada awal perlal."UM meiiputi usijenis keiamin, lama operasi. jenis opemsi skor ASA, dan jumlah perdaran. Data asupan energi dan protein dengan food recorcL pemeriksaan antropometri (BB. PB dan IMT), dan laboratorium (kadar GDS dau MDA plasma) dilekukan padn awal dan akbir perlakuan. Anal isis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kemaknaan 5%.
Sebanyak 9 orang kelompok P dan 8 orang kelompok K dengan rata rata usia 38,82±10,89 tahun mengil"Uti penelitian secara lengkap. Jenis opcrasi terbanyak yang dijalani subyek adalah reseksi-anastomosk Lama operasi :subyek perlakuan tergolong lama dan subyek kontrol tergolong singkat. Jumlah perdar.ahan tergolong sedikit. Data awal tidak menunjukkan pcrbedaan bermakna (p> 0,05). Setclah -enam hari perlakuan, didapatkan persentase asupan energi dan protein diba:ndingkan kebutuhan total termasuk kategori adekuat pada kelompok perlakuan dan tidak adekuat pada kelompok kontrol, dan perbedaan ini berm.akna (p<0,05). Pada kedua kelompok didapatkan peningkatan kadar ODS plasma yang lebih tinggi pada kelompok kontrol, namun secara statistik tidak bermakna (p> 0,05). Pada kelompok perlakuan terdapat pcnurunan kadar MDA plasma sedangkan pada kelompok kontrol terdapat peningkatan MDA plasma, meskipun secara statistik tidak berrnakna (p>0,05).
Pada kedua kelompok didapatkan peningkatankadar GDS plasma yang lebih tinggi pada kelompok kontrol, namun secara ststistik tidak bermakna serta didapatkan penurunan MDA plasma pada kelompok perlakuan penelitian ini memperlihatkan terapi gizi dapat memperbaikistres metabolik dan oksidatif dibandingkan tanpa terapi gizi.

The study was a parallel randomized clinical trial which compared the treatment group received postoperative adequate nutrition therapy (P) and tbe control group received hospital standard diet {K). Seventeen subjects postoperative digestive surgery admitted to Surgery Ward of Dr. Cipto Manguukusumo Hospital woeful filled the study criteria, were divided into two groups using block randomization. Data collection taken from medical record at the beginning of intervention were age, gender, duration of surgery, type of surgery, ASA score, and the amount of blood loss during surgery. Data of energy, and protein intake using food record, anthropometric (body weight, body Jength, and body mass index); and laboratory findings (plasma glucose and malondialdehyde levels) were done before and after intervention. For statistical analysis, unpaired t-test and Mann W1Iitney were used. The level of significance was 5%.
Nine subjects in the treatment group and eight subjects in the control group whose mean of age is 38.82±10.89 years old completed the study. The most type of surgery was resection-anatomists. The duration of surgery "'as categorized as longtime in P and shortish inK groups. The amount of blood loss during surgery was little for both groups. The characteristic of the two groups were closely matched at base line (p> 0.05). After six days intervention. the percentage of energy and protein intake in treatment group were adequate in appropriate to the requirement, and these were statistically significant compared to control group (p<0.05). There were increase of plasma glucose levels in both groups which was higher in control group, however the increase wns not statisticaHy significant (p>0"05). Plasma levels of MDA were decrease in treatment group while in control group were increase eventhough the changes between the two groups were not ststitical significant (p>0.05). There were increase of plasma glucose level which was higher in the control group, although has not statistically significant, and there were decrose of plasma MDA levels in treatment group. This study revealed that nutrition therapy can improve metabolic and oxidative stress better than those without nutrition therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T29137
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tec, Nechama
New York: Oxford University Press, 2009
940. 531 8 TEC d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Benita Aryani Widyawati
"Skizofrenia adalah penyakit mental yang mengakibatkan adanya kerusakan dalam proses berpikir, persepsi, respons emosional, dan interaksi sosial. Halusinasi pendengaran merupakan gejala positif yang paling umum terjadi pada pasien skizofrenia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis penerapan terapi bercakap-cakap dalam support group terhadap penurunan tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi pendengaran. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan studi kasus terhadap Ny. I (52 tahun) dengan masalah keperawatan halusinasi pendengaran. Asuhan keperawatan dilakukan selama 10 hari dengan implementasi tindakan keperawtan generalis selama 4 hari dan terapi bercakap-cakap dalam support group selama 8 hari. Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi pasien menggunakan instrumen “Evaluasi Tanda dan Gejala Pasien Halusinasi” yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Hasil evaluasi dari asuhan keperawatan yang diberikan menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala halusinasi yang signifikan dari skor 20 menjadi skor 1. Penerapan terapi bercakap-cakap dalam support group terbukti efektif digunakan sebagai intervensi dalam mengontrol halusinasi pada pasien dengan membantu pasien fokus pada hal-hal yang bersifat nyata.

Schizophrenia is a mental illness that causes damage to thought processes, perception, emotional responses, and social interactions. The auditory hallucinations are the most common problem that occurs as a positive symptom in patients with schizophrenia. This scientific work aims to analyze the application of conversation therapy in a support group to reduce signs and symptoms in patients with auditory hallucinations. This scientific work was prepared based on a case study of Ms. I (52 years old) with auditory hallucinations as nursing problem. Nursing care was carried out for 10 days with the implementation of generalist nursing interventions for 4 days and conversation therapy in a support group for 8 days. The measuring tool used to evaluate the patient's condition is the "Evaluation of Signs and Symptoms of Hallucination Patients" instrument developed by the Department of Mental Nursing, Faculty of Nursing, University of Indonesia. The evaluation results of the nursing care provided showed a significant reduction in signs and symptoms of hallucinations from a score of 20 to a score of 1. The application of conversation therapy in support groups has proven to be effective as an intervention in controlling hallucinations in patients by helping patients focus on real things.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Farhaniah
"Operasi impaksi molar 3 mandibula odontektomi dapat menimbulkan komplikasi yang mempengaruhi kualitas hidup pasien. Komplikasi yang sering terjadi yaitu nyeri, pembengkakan dan keterbatasan membuka mulut trismus . Berdasarkan penelitian sebelumnya, akupunktur menunjukkan hasil yang baik terhadap manajemen nyeri paska operasi gigi impaksi molar 3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa terhadap interval waktu bebas nyeri, intensitas nyeri dan kemampuan membuka mulut pasien paska operasi. Sebanyak 44 pasien yang akan menjalani operasi impaksi molar 3 mandibula secara acak dibagi menjadi kelompok elektroakupunktur dan medikamentosa n=22 dan elektroakupunktur sham dan medikamentosa n=22 . Pada kelompok elektroakupunktur, dilakukan penusukan pada titik ST6 dan ST7 pada sisi yang akan dioperasi, serta LI4 dan LR3 bilateral, kemudian dihubungkan dengan elektroda stimulator frekuensi 3/15 gelombang dense disperse intensitas rendah selama 20 menit. Elektroakupunktur dilakukan sebanyak satu kali sebelum operasi. Penilaian interval pain free time dilakukan sesaat setelah operasi sampai timbulnya nyeri akibat hilangnya efek anestesi lokal, penilaian skor VAS dilakukan pada hari ke-1, 3 dan 7 paska operasi dan penilaian interincisal distance dilakukan pada hari ke-3 dan 7 paska operasi. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna interval pain free time pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol
p
Impacted third molar operation odontectomy may cause complication that effect the quality of life of the patient. Common complications are pain, swelling and open mouth limitations trismus . Based on previous research, acupuncture showed good results for postoperative dental pain management of third molar impaction. The purpose of this study was to determine the effectivenes of electroacupuncture and medications in pain free time interval, pain intensity and mouth opening ability after surgery. A total of 44 patients undergoing mandibular third molar impaction surgery were randomly divided into groups of electroacupuncture and medication n 22 and electroacupuncture sham and medication n 22 . Electroacupuncture group received 3 15 frequency stimulator electrode of low intensity dense disperse at ST6 and ST7 on the operated side, and bilateral LI4 and LR3 for 20 minutes. Electroacupuncture was given once before surgery. Assessment of pain free time interval was performed shortly after surgery until the pain occurred due to loss of local anesthesia effect, assessment of VAS score were performed on days 1, 3 and 7 post surgery and interincisal distance assessment performed on day 3 and 7 post surgery.The result showed significant differences in pain free time interval in the treatment group compared to the control group p "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Allen, Jon G
Washington, D.C.: American Psychiatric Publishing, 2005
616.852 1 ALL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
David Oktavianus
"ABSTRAK
ICS merekomendasikan latihan Kegel, sebagai terapi konservatif untuk mengatasi inkontinensia urin tekanan untuk dilakukan selama 12 minggu. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan kegel selama 4, dan 8 minggu dapat memperbaiki gejala inkontinensia, kualitas hidup, dan meningkatkan kekuatan otot dasar panggul.
Tujuan : Mengetahui gambaran perbaikan gejala subjektif dan objektif, peningkatan kekuatan otot dasar panggul, perbaikan derajat keparahan dan perbaikan kualitas hidup wanita penderita inkontinensia urin tekanan yang menjalani antara latihan Kegel yang 4, 8, dan 12 minggu
Metode: 55 subjek terdiagnosis inkontinensia urin tekanan (berdasarkan nilai (QUID >4) dan tes pembalut positif 60 menit) diberikan latihan Kegel di Poliklinik Rehabilitasi Medik RSCM selama 12 minggu. Pengumpulan data, seperti kuesioner UDI-6; tes pembalut 60 menit; dan kuesioner IIQ-7 akan dicatat oleh subjek penelitian dalam buku kegiatan 4, 8, dan 12 minggu. Selain itu, evaluasi biofeedback(Myomed 932) dari kekuatan serat otot lambat dan serat otot cepat dilakukan setiap 2 minggu untuk menilai perbaikan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan bermakna antara skor UDI-6 dan IIQ-7 subjek sebelum latihan dan setelah latihan 4, 8, dan 12 minggu (uji Wilcoxon; p<0.05). Selain itu, adanya perbedaan yang signifikan pada kekuatan serat otot lambat dan serat cepat antara sebelum latihan dengan pasca latihan 8 minggu dan sebelum latihan dengan pasca 12 minggu. (dengan uji Wilcoxon; p <0.05).
Kesimpulan : Latihan Kegel yang dilakukan dengan durasi minimal 8 minggu dapat memperbaiki gejala, kekuatan otot dasar pangul dan kualitas hidup wanita dengan inkontinensia urin tekanan.

ABSTRACT
Kegel exercise is recommended by ICS, as a conservative therapy to improve stress urinary incontinence for 12 weeks. However, several studies have shown that Kegel exercise for 4 and 8 weeks can improve symptoms of incontinence, quality of life and increase pelvic floor muscle strength.
Objective: To identify the improvement subjective and objective symptoms, increasing pelvic floor muscle strength, and improvement quality of life among women with stress urinary incontinence who performed kegel exercise 4, 8, and 12 weeks.
Method: 55 subjects were diagnosed with stress urinary incontinence (based on (QUID score >4) and positive result of pad test 60 minutes) and were given the Kegel exercise at RSCM for 12 weeks. Datas such as UDI-6, pad test 60 minutes, and IIQ-7 will be documented by each subject in the book for 4, 8, and 12 weeks. In addition, Pelvic floor muscle (slow and fast fibers twitch) were assessed by biofeedback (myomed 932) every 2 weeks.
Result: The results show that there is a significant difference between the UDI-6 and IIQ-7 scores before, after 4, 8, and 12 weeks Kegel exercise. (Wilcoxon testp < 0.05).
In addition, there is a significant difference in the pelvic floor muscle strength (slow and fast fibers twitch) between before with after exercise for 8 weeks Kegel exercise and between before and after 12 weeks Kegel exercise. (Wilcoxon test; p <0.05).
Conclusion: Performing Kegel exercise with a minimum duration of 8 weeks can improve symptoms, pelvic floor muscle strength and quality of life for women with stress urinary incontinence"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Primananda Putri
"Penyakit Covid-19 merupakan penyakit yang menyebabkan masalah pernapasan. Covid-19 memiliki beberapa gejala yang biasanya muncul setelah periode inkubasi. Beberapa gejala umum dari Covid-19 yaitu demam, batuk dan kelelahan, gejala lain seperti produksi sputum, sakit kepala, diare, dispnea, dan lymphopenia juga dapat terjadi. Beberapa pasien yang mengalami batuk dengan produksi sputum memiliki keterbatasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas secara mandiri karena sputum yang terlalu kental dan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sputum dapat menyebabkan penumpukan sputum di jalan napas yang menyebabkan obstruksi sehingga ventilasi berkurang. Salah satu peran perawat di IGD adalah melakukan stabilisasi pasien dari sisi Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE). Pada pasien dengan retensi sputum dapat mengalami penyumbatan jalan napas. Salah satu intervensi keperawatan yang umum untuk pasien dengan retensi sputum yaitu kolaborasi pemberian mukolitik dan prosedur suction. Namun prosedur suction ini dapat menimbulkan nyeri dan risiko cedera jalan napas jika sputum terlalu kental, sehingga perlu dipertimbangkan antara manfaat dan efek sampingnya. Intervensi non invasive lain yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan dahak adalah fisioterapi dada dan batuk efektif. Pada studi kasus ini mempresentasikan kasus seorang perempuan (45 tahun) dengan demam 4 hari sebelum masuk rumah sakit, lemas, sesak, pusing, mual, anosmia dan tidak bisa tidur, batuk produktif namun kesulitan mengeluarkan sputum, terkonfirmasi positif Covid-19 melalui swab antigen dan PCR. Saat berada di IGD pasien mendapatkan terapi oksigenasi nasal kanul, medikasi dan fisioterapi dada. Setelah dilakukan dua kali fisioterapi dada, pasien dapat mengeluarkan dahak dan saturasi meningkat. Studi kasus ini menunjukkan seberapa kegunaan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai salah satu intervensi untuk membantu mengatasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien Covid-19.

Covid-19 is a disease that causes respiratory problems. Covid-19 has several symptoms that usually appear after the incubation period. Some of the common symptoms of Covid-19 are fever, cough, fatigue, other symptoms such as sputum production, headache, diarrhea, dyspnea, and lymphopenia can also occur. Some patients who have a cough with sputum production have limited ability to maintain a clean airway independently because of excessively thick sputum and an inability to cough effectively. The inability to excrete sputum can lead to a buildup of sputum in the airways which obstructs so that ventilation is reduced. One of the nurse's roles in the ER is to stabilize the patient from the Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE) side. Patients with sputum retention may experience airway obstruction. One of the common nursing interventions for patients with sputum retention is the collaboration of mucolytic administration and suction procedures. However, this suction procedure can cause pain and the risk of airway injury if the sputum is too thick, so it is necessary to consider the benefits and side effects. Another non-invasive intervention that can be done to remove sputum is chest physiotherapy and effective coughing. In this case study, we present the case of a woman (45 years old) with fever 4 days before hospital admission, weakness, shortness of breath, dizziness, nausea, anosmia and unable to sleep, productive cough but difficulty expel sputum, confirmed positive for Covid-19. While in the ED the patient received nasal cannula oxygenation therapy, medication, and chest physiotherapy. After two chest physiotherapy, the patient was able to expel sputum and increased saturation. This case study shows how effective chest and cough physiotherapy is as an intervention to help overcome the diagnosis of ineffective airway clearance in Covid-19 patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>